BAB IV ANALIS A
IV.1.
Aspek Lingkungan IV.1.1.
Analisa Kegiatan dan Potensi Sekitar Tapak Gambar IV.1. : Potensi Sekitar Tapak
TAPAK
Publik Space
Bangunan Cagar Budaya
Polisi, Kantor Pos Pinangsia
Stasiun Busway
Kota-Beos,
Halte
Kantor Camat Pinangsia
78
Lokasi tapak terletak di kawasan cagar budaya golongan III pada zona 2 (kawasan Fatahillah), dimana banyak bangunan cagar budaya berada di sekitar tapak.
Foto IV.1. : Bangunan Cagar Budaya di Sekitar Tapak
(Sumber : survey, 27/03/2010, 14:05 WIB)
Bangunan Cagar Budaya tersebut saat ini berfungsi sebagai objek wisata sejarah seperti M useum Keramik dan Seni Rupa, M useum Fatahillah, M useum Wayang, M useum M andiri, M useum Bank Indonesia dan ada juga bangunan cagar budaya yang sudah tidak berfungsi lagi karena fisik bangunan yang sudah rusak.
79
Foto IV.2. : Bangunan Kome rsial di Sekitar Tapak
(Sumber : survey, 27/03/2010, 14:53 WIB)
Terdapat pula jenis kegiatan komersial seperti pertokoan Pinangsia, tempat makan, tempat fotokopi dan showroom yang dapat menunjang aktivitas para penghuni hotel. Foto IV.3. : Sarana Transportasi di Sekitar Tapak
(Sumber : survey, 24/02/2010, 14:37 WIB)
Stasiun Kota-Beos, halte busway dan kendaraan umum sebagai sarana transportasi darat untuk mendukung proses pekerjaan dalam memudahkan pencapaian ke tempat kerja bagi para penghuni hotel. 80
IV.1.2.
Analisa Sirkulasi Pada Tapak Akses ke dalam tapak harus mudah, aman dan informatif dimana para pelaku kegiatan tidak mengalami kendala dalam mencari akses ke luar masuk tapak. Terdapat dua akses jalan untuk mencapai tapak ini, yaitu melalui jalan Kemukus dan jalan Kunir yang berasal dari arah Kali Besar dan Tanjung Priok-Ancol. Pencapaian tapak dibedakan berdasarkan : 1.
Pencapaian penghuni hotel memiliki sirkulasi utama hotel yang mempunyai jalur pintu masuk utama (main Entrance) yang jelas dan mudah dicapai.
2.
Pencapaian pengelola memiliki pintu masuk khusus (side entrance) menuju ruang pengelola dan terpisah dari aktivitas penghuni agar tidak menganggu sirkulasi penghuni dan pengunjung.
3.
Pencapaian servis yang memiliki pintu masuk khusus (service entrance) menuju ruang servis dan terpisah dari aktivitas penghuni agar tidak menganggu sirkulasi penghuni dan pengunjung.
81
Gambar IV.2. : Pola Sirkulasi Tapak
Side Se rvis ME
Main Entrance terletak di jalan Kemukus dengan lebar jalan 13 m untuk jalur sirkulasi (one way) sehingga tidak memotong arus lalu lintas dan jalan ini dilalui kendaraan umum (metromini dan mikrolet). Pola sirkulasi kendaraan pada tapak terarah dengan jelas sehingga memberikan kemudahan sirkulasi bagi penghuni dan pengunjung hotel. Side Entrance dan S ervice Entrance terletak di jalan Kunir dengan lebar jalan 28 m untuk 2 jalur sirkulasi yaitu dari arah Kali Besar dan Tanjung Priok sehingga akses mobil barang/truk dari arah pelabuhan Tanjung Priok mudah untuk masuk ke tapak. Pola sirkulasi kendaraan pada tapak terarah dengan jelas sehingga memberikan kemudahan sirkulasi bagi para karyawan servis.
82
IV.1.3.
Analisa Tapak Tabe l IV.1. : Analisa Tapak
M atahari Kondisi
Sisi bangunan yang mendapatkan sinar matahari timur/pagi
Tanggapan
•
Sisi bangunan yang mendapatkan sinar matahari barat/sore
Sisi utara-selat an tidak terlalu panas, penggunaan dinding atau sirip vertikal untuk melindungi dari sinar matahari.
•
Jendela pada setiap sisi bangunan dibuat masuk ke dalam dengan bentuk vertikal panjang untuk mengurangi panas sinar matahari masuk ke bangunan.
•
Bentuk massa tipis dengan orientasi utara-selatan untuk mengurangi panas matahari masuk.
•
Menggunakan atap pelana dengan overstek lebar dan penempatan pohon-pohon besar dan tinggi untuk mengurangi panas matahari masuk.
83
Angin Kondisi
Tanggapan
•
Penempatan pohon-pohon besar dan tinggi sebagai filter dari tiupan angin yang kencang.
•
Posisi bangunan yang mendukung terjadinya crossventilation.
•
Menggunakan jenis jendela dengan bentuk yang panjang untuk mendapatkan angin secara maksimal.
84
Kebisingan Kondisi
sumber bising
T ingkat kebisingan pada tapak tidak terlalu tinggi
Tanggapan
•
Penempatan area (zoning) unit hunian dijauhkan dari sumber bising.
•
Penempatan pohon-pohon sebagai sound barrier untuk mengurangi kebisingan.
sumber bising
85
View dari tapak Kondisi
Bangunan Cagar Budaya P ermukiman
Bangunan Cagar Budaya P ermukiman
Tanggapan
•
•
Beri banyak bukaan pada sisi bangunan bagian utara dan barat yang menghadap bangunan cagar budaya. Buka bagian sisi tapak dengan tidak menempatkan pohon yang terlalu tinggi agar tidak menghalangi view ke bangunan cagar budaya. Bangunan Cagar Budaya P ermukiman
Bangunan Cagar Budaya
•
P ermukiman
Halangi sisi bangunan bagian timur dan selatan yang menghadap permukiman kumuh dengan dinding atau pohon-pohon besar dan tinggi.
86
View ke tapak Kondisi
Dari Bangunan Cagar Budaya
Dari .Bangunan Cagar Budaya
Dari arah jalan kunir
P er mukiman
Tanggapan •
• •
Fasade bangunan dapat menyajikan citra fungsi bangunan sebagai bangunan hotel sesuai dengan gaya Renaissance. T idak menempatkan pohon tinggi atau jenis lainnya yang dapat menghalangi fasade bangunan Sudut bangunan yang menghadap sudut jalan menjadi sebuah focal point bangunan yang harus di desain menarik
87
IV.1.4.
Analisa Elemen Ruang Luar Penataan elemen ruang luar pada hotel perlu dilakukan dengan tujuan untuk : •
Transisi antara ruang dalam dengan ruang luar
•
M enciptakan iklim mikro di sekitar bangunan
•
M emberikan rasa estetika kepada bangunan Berdasarkan fungsinya, ruang luar dibagi menjadi dua bagian,
yaitu : 1. Ruang Luar Pasif M erupakan ruang luar terbuka yang tidak mengandung unsur kegiatan manusia di dalamnya. Pada ruang luar pasif terdapat area penghijauan seperti pohon-pohon besar yang dimanfaatkan sebagai sound barrier, sebagai penyaring polusi udara dan sebagai peneduh dari sinar matahari serta elemen pendukung estetika bangunan. 2. Ruang Luar Aktif M erupakan ruang luar terbuka yang mengandung unsur kegiatan aktif manusia di dalamnya, yaitu pedestrian, ruang komunal, parkir dan fasilitas outdoor seperti kolam renang, joging track. Elemen-elemen perancang ruang luar : •
Elemen lunak Tanaman sebagai elemen lunak memiliki kriteria berikut : -
Untuk menurunkan suhu pada tapak
88
•
-
Untuk menahan suara dari luar tapak yang tidak diinginkan
-
Untuk menyerap polusi ari luar tapak
Elemen keras -
Kanopi untuk pedestrian
-
Bahan pedestrian menggunakan con block
-
Penggunaan street furniture (bangku taman, lampu taman, tempat sampah)
•
Parkir Sistem parkir yang akan digunakan dalam perancangan hotel yaitu parkir 90°, dimana lahan yang tersedia terbatas sehingga dengan sistem parkir 90° dapat menghemat lahan dan mendapatkan jumlah parkir yang banyak serta mendapatkan ruang gerak parkir lebih mudah. Gambar IV.3. : Sistem Parkir Mobil dan Motor 5m 5m
10 m
6m
10 m
2m
2m 3m 2m
89
•
Fasilitas Outdoor Dalam perancangan hotel ini, tersedia pula fasilitas outdoor di dalamya seperti kolam renang, taman, dimana fasilitas tersebut menjadi sarana rekreasi dan olahraga bagi penghuni hotel.
IV.1.5.
Analisa Zoning Pada Tapak Penzoningan dimaksudkan untuk memudahkan dalam perletakan ruang-ruang sesuai dengan jenisnya, selain itu penzoningan pada tapak juga bertujuan untuk memperjelas batasan daerah yang dapat di akses antara kebutuhan penghuni dan kebutuhan umum, sehingga memenuhi kebutuhan penghuni akan kenyamanan dan keamanan. Penzoningan pada tapak terbagi menjadi 4, yaitu : 1. Parkir 2. Drop Off 3. Hotel 4. Fasilitas Outdoor 5. Servis
90
Gambar IV.4. : Zoning Horisontal PadaTapak
Keterangan : Parkir Drop Off Penghijauan Hotel Fasilitas Penunjang Servis Gambar IV.5. : Zoning Ve rtikal PadaTapak
Kolam Renang Lapangan Tenis
Parkir, diletakan di sisi utara bagian depan agar mudah di akses oleh penghuni dan pengunjung hotel. Fasilitas Penunjang, diletakan di bagian depan agar mudah di jangkau oleh penghuni dan pengunjung hotel dan terpisah dari bangunan unit hotel sehingga tidak mengganggu kepentingan penghuni hotel. Unit Hotel, diletakan terpisah dengan fasilitas penunjang hotel yaitu di atas lantai fasilitas penunjang hotel untuk mendapatkan suasana privat. Fasilitas Outdoor, diletakan di tengah-tengah antara bangunan unit hotel untuk menciptakan ruang komunal dan dapat berinteraksi dengan bangunan unit hotel.
91
Servis, diletakan di sisi timur bagian belakang, merupakan bagian yang langsung berhubungan dengan servis entrance dan terpisah dengan bagian fasilitas penunjang dan unit hotel agar tidak mengganggu sirkulasi tamu dan penghuni hotel.
IV.1.6.
Analisa Bentuk Dasar Bangunan Bentuk bangunan dapat menampilkan/menyesuaikan dengan bentuk bangunan sekitarnya, agar dapat terintegrasi dengan lingkungan dan tercipta kesatuan karakteristik suatu kawasan. Berikut bentuk-bentuk bangunan di sekitar tapak :
Gambar IV.6. : Bentuk Bangunan Sekitar Tapak Bentuk bangunan cenderung kotak
TAPAK
Bentuk pola jalan kotak
92
Pembagaian kawasan tapak dan sekitarnya dibagi menurut grid kotak sehingga masing-masing bangunan memiliki bentuk tapak persegi. Hal tersebut menjadikan bentuk bangunan sekitar tapak yaitu persegi, dimana bentuk ini adalah penyesuaian dari bentuk tapak persegi, sehingga masing-masing bangunan memiliki kekuatan karakteristik tersendiri.
IV.1.7.
Analisa Pola Massa Bangunan •
Segi Karakteristik Lahan Gambar IV.7. : Analisa Karakte ristik Lahan
TAPAK
Karakteristik lahan pada kawasan kota tua cenderung kotak, hal ini merupakan pengaruh dari pola kawasan yang dibentuk sesuai dengan grid-grid kotak. Lahan pada tapak pun juga memiliki bentuk kotak dan tepat berada di sudut jalan. Keuntungan dari lahan kotak sendiri yaitu lahan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk seluruh kegiatan, mudah dalam penentuan bentuk massa bangunan. Bentuk
93
massa yang dapat menyesuaikan dengan bentuk lahan yaitu bentuk kotak.
•
Segi Tipologi Hotel Hotel memiliki tipologi bangunan, diantaranya (Design Guide For Hotels) :
Bentuk Slab, cenderung memiliki bentuk yang memanjang secara horisontal dapat berupa bentuk persegi panjang, setengah lingkaran dan terdapat juga bentuk L. Pola perletakan unit kamar hotel ada yang dibentuk secara single loaded dan double loaded.
Gambar IV.8. : Analisa Tipologi Hotel Bentuk Slab
Single Loaded
Double Loaded 94
Bentuk L Double Loaded
Bentuk Tower, jumlah kamar cenderung lebih terbatas dari bentuk slab, hal ini dikarenakan core dengan ukuran yang besar terletak di tengah agar lebih efisien. Ukuran core cenderung besar karen didalamnya terdapat lift dengan jumlah 2-3 buah, dilengkapi dengan tangga kebakaran dan gudang kecil.
Gambar IV.9. : Analisa Tipologi Hotel Bentuk Towe r
Bentuk Lingkaran
95
Bentuk Kotak
Bentuk Atrium, memiliki jumlah kamar yang lebih banyak dari bentuk slab, dimana pola perletakan unit kamar menggunakan pola single loaded dan double loaded dengan koridor yang cukup panjang. Bentuk ini tidak memiliki core, jadi area servis terpecah seperti tangga kebakaran yang terletak di tiap ujung massa bangunan.
Gambar IV.10. : Analisa Tipologi Hotel Bentuk Atrium
Bentuk Campuran
96
Bentuk Kotak
Pola massa yang tepat untuk bangunan hotel sesuai dengan tipologi hotel dan karakteristik lahan kawasan kota tua yaitu pola atrium dengan bentuk U, karena dengan bentuk tersebut lahan dapat dimanfaatkan secara maksimal dan bentuk tersebut juga memiliki kesatuan karakteristik kawasan kota tua. Gambar IV.11. : Analisa Pola Massa Bangunan
97
IV1.8.
Analisa Orientasi Massa Bangunan
Gambar IV.12. : Analisa Orientasi Massa Bangunan
ME
Orientasi massa bangunan berdasarkan pertimbangan arah view, maka massa menghadap sebelah barat yaitu menghadap bangunan cagar budaya, yang berhadapan langsung dengan main entrance hotel dan terletak pada jalur utama lalu lintas. Pertimbangan tersebut menjadi orientasi utama massa bangunan hotel. Orientasi massa bangunan lainnya yaitu pertimbangan dari arah view sudut jalan, untuk itu bagian massa di sudut jalan akan dibuat seperti suatu focal point.
98
Gambar IV.13. : Analisa Hasil Orientasi Massa Bangunan
Orientasi ke sudut jalan
O rientasi ke jalan utama dan bangunan cagar budaya
IV.1.9.
ME
Analisa Gubahan Massa Bangunan M assa bangunan menggunakan massa tunggal yang diambil dari bentuk dasar kotak dengan bentuk massa U atas pertimbangan dari analisa matahari, view dan lingkungan.
99
Gambar IV.14. : Gubahan Massa Bangunan 1
Area unit kamar hadap utara-selatan
100
Gambar IV.15. : Gubahan Massa Bangunan 2
massa utama menghadap arah orientasi massa bangunan, maka bentuk gubahan massa dibuat agar dapat menampilkan tampilan yang menarik yaitu dengan bentuk lengkung.
Dengan bentuk lengkung, selain memberikan tampilan menarik, kesan menerima (wellcome) dapat terlihat dan terasa oleh penghuni maupun pengunjung hotel.
Dengan adanya menara, dapat menjadi focal point bangunan
101
IV.1.10. Analisa Perletakan Massa Gambar IV.16. : Pe rletakan Massa
10 m
5 m
Batas lahan Batas bangunan
3m
Batas lahan
13 m
5m
Batas bangunan
Batas lahan Batas bangunan
102
Pada tapak terdapat Garis Sepadan Bangunan yaitu 5m (jalan kemukus)
dan 10 m (jalan kunir). Batas bangunan pada tapak akan
mengikuti GSB dan mengikuti sejajar dengan batas bangunan di sekitarnya.
IV.2.
Aspek Manusia IV.2.1.
Analisa Pelaku Kegiatan Pelaku kegiatan pada bangunan hotel terdiri dari : 1. Pengelola Hotel Orang yang menjalankan dan mengelola manajemen hotel serta memberikan imformasi mengenai hotel. 2. Penghuni Hotel Orang-orang yang tinggal dalam hunian selama jangka waktu tertentu. Penghuni hotel terdiri dari orang dewasa dan anak-anak, para usahawan maupun wisatawan dari berbagai golongan. 3. Pengunjung Hotel Tamu yang datang mempunyai kepentingan dengan penghuni hotel seperti keluarga, kerabat, teman kerja maupun dengan pengelola hotel. 4. Karyawan Pelayanan Hotel Orang-orang yang bekerja di hotel dan memiliki fungsi untuk membantu penghuni dalam menjalankan aktifitas di dalam hotel. 5. Servis Hotel Orang-orang yang bekerja pada bagian M E, Panel, AHU. 103
IV.2.2.
Analisa Jenis Kegiatan IV.2.2.1.
Analisa Aktivitas Operasional
Tabe l IV.2. : Analisa Aktifitas O perasional
Fasilitas Kegiatan Kantor •
Pelaku Kegiatan Pengelola
Kegiatan • Mengelola manajemen hotel
pengelola
Kebutuhan Ruang Ruang T amu Ruang Kantor
• Mengawasi kegiatan bangunan
Servis
•
Karyawan
• Parkir kendaraan
Fasilitas Parkir
• Sanitasi
Ruang Genset
• Mengawasi ME
Ruang Panel
• Mengawasi
Ruang AHU
keamanan • Menyimpan barang
Ruang Security
• Loading dan
Gudang/janitor
unloading
IV.2.2.2.
Ruang Pompa
Loading Dock
Analisa Aktivitas Hotel
Tabe l IV.3. : Analisa Aktivitas Hotel
Fasilitas Kegiatan Lobby
Pelaku Kegiatan
Kegiatan
• Pengelola
• Mengawasi
• Penghuni
keamanan
• Pengunjung
Kebutuhan Ruang • Front Desk • Front Office
• Menunggu
• Lounge
• Meminta informasi
• Toilet
104
Unit
• Penghuni
• T idur
• Kamar Tidur
Kamar
• Pengunjung
• Istirahat
• Ruang Tamu
• Sanitasi
• Kamar Mandi
• Makan dan minum
• Restauran
• Berolahraga
• Cafe
• Penghuni
• Berekreasi
• Bar
• Karyawan
• Perawatan
Hotel Fasilitas
• Pengelola
Penunjang • Penghuni
• Fitness Centre • Business Centre • SPA, Salon • Retail
IV.2.3.
Hubungan Antar Kegiatan IV.2.3.1.
Skema Hubungan Ruang Makro
Gambar IV.17. : Diagram Hubungan Ruang Makro
Unit Kamar Fasilitas Penunjang Kantor Pengelola
Lobby
Fasilitas Outdoor
Parkir
Parkir
Pedestrian
Service Entrance
M ain Entrance
Servis
Side Entrance
105
IV.2.3.2.
Skema Hubungan Ruang Mikro 1. Kegiatan Pengelola Hotel
Gambar IV.18 : Diagram Hubungan Ruang Mikro
Kantor Pengelola
Lobby
Pedestrian
Parkir
Entrance
106
2. Kegiatan Penghuni Hotel
Gambar IV.19. : Diagram Ke giatan Penghuni Hotel
Unit Kamar Fasilitas Penunjang
Fasilitas Outdoor
Lobby
Pedestrian
Parkir
Entrance
107
3. Kegiatan Pengunjung Hotel
Gambar IV.20. : Diagram Ke giatan Pengunjung Hotel
Fasilitas Penunjang
Fasilitas Outdoor
Lobby
Pedestrian
Parkir
Entrance
108
4. Kegiatan Karyawan Pelayanan Hotel
Gambar IV.21. : Diagram Karyawan Pelayanan Hotel
Fasilitas Penunjang
Fasilitas Outdoor
Unit Kamar
Lobby
Pedestrian
Parkir
Entrance
109
5. Kegiatan Servis Hotel Gambar IV.22. : Diagram Ke giatan Se rvis Hotel
R. Servis
Lobby
Pedestrian
Parkir
Entrance
IV.2.4.
Analisa Kebutuhan dan Dimensi Ruang IV.2.4.1.
Program Ruang
Tabe l IV.4. : Dimensi Fasilitas Ruang Dalam
¾ Kebutuhan Administrasi Ruang
S tandar
Kapasitas
Luas
Ruang General M anager
24 m2
2
24 m2
Ruang Sekretaris
16 m2
2
16 m2
Ruang Pemasaran
8 m2 /org
3
24 m2
Ruang Staff Administrasi
8 m2 /org
6
48 m2
Ruang Rapat
1.5 m2/org
20
54 m2
Ruang Tunggu
6 m2
6 m2
Sirkulasi
40%
172 m2
Total
240,8 m2
110
¾ Kebutuhan Penerimaan dan Registrasi Tamu Ruang
S tandar
Kapasitas
Luas
M ain Lobby
1,2 m2/ kmr
256 m2
Receptionis
18 m2
20 m2
Safe Deposit
0,015 m2/ kmr
150 unit kmr
2,25 m2
Penitipan Barang
0,09 m2/ kmr
150 unit kmr
13,5 m2
Bellboy Station
0,09 m2/ kmr
150 unit kmr
13,5 m2
Kotak Surat
0.03 m2/ kmr
150 unit kmr
4,5 m2
Toilet Pria
15 m2
5
32 m2
Toilet Wanita
15 m2
5
32 m2
Sirkulasi
30%
369,75 m2 517,65 m2
Total
¾ Kebutuhan Food and Beverage Ruang Restoran Utama
S tandar 6.25 m2/meja
Restoran dan Bar
Kapasitas
Luas
120
352 m2
100
320 m2
15
56 m2
Coffee Lounge R. Duduk
2 1.2 m /org
8 m2
Pantry Toilet Pria
15 m2
5
32 m2
Toilet Wanita
15 m2
5
32m2
Sirkulasi
40% Total
800 m2 1120 m2
111
¾ Kebutuhan Fasilitas Penunjang Ruang
S tandar
Kapasitas
Luas
Fitness Centre 2
Area Fitness
200 m
75
224
R. Penitipan
0.09 m2/org
75
6m
R. Ganti+Shower Pria
3 m2/org
16
48 m2
R. Ganti+Shower Wanita
3 m2/org
16
48 m2
Gudang Alat
45 m
2
2
2
32 m
358 m2 Retail 1
0.07 m2
32 m2
Retail 2
0.19 m2
32 m2
Retail 3
90 m2
64 m2
Retail 4
21
48 m2
ATM Centre
30 m2
32 m2
SPA, Sauna
300 m2
75
240 m2
Karaoke
120 m2
M eeting Room
80 m2
Business Centre
42 m2
Toilet Pria
15 m2
5
32 m2
Toilet Wanita
15 m2
5
32 m2
Sirkulasi
40%
1112 m2 1556,8m2
Total
¾ Kebutuhan Function Hall Ruang
S tandar
Function Room
1.2 m2/org
Pree Function Room
1.8 m2/org
Kapasitas 500
Luas 600 m2 112 m2
112
Gudang
0.6 m2/org
42 m2
Toilet Pria
15 m2
5
32 m2
Toilet Wanita
15 m2
5
32 m2
Sirkulasi
30%
818 m2 1063,4 m2
Total
¾ Kebutuhan Ruang Laundry and Housekeeping Ruang
S tandar
Kapasitas
Laundry
0.5 m2/kmr
150 unit kmr
192 m2
Gudang Laundry
0.03 m2/kmr
150 unit kmr
24 m2
Housekeeping
15 m2
64 m2
Pantry karyawan
1,4 m2/org
16 m2
R. makan
12 m2
16 m2
Loker+Toilet Pria
12 m2
10
49 m2
Loker+Toilet Wanita
12 m2
10
49 m2
Linen Storage
12 m2
12 m2
Janitor
6 m2/unit
24 m2
M ushola
0.6 m2/org
50
Luas
40 m2 8 m2
T. Wudhu Sirkulasi
470 m2
30%
611 m2
Total
¾ Kebutuhan Food Service Ruang M ain Kitchen
Area cuci
S tandar
Kapasitas
Luas
30% L.
672x30% =
Restoran
201.6 m2
5 % L. Res
33,6 m2
113
Gudang Peralatan M akan
15 m2
15 m2
Food Storage
25 % L. Res
168 m2
Food Storage (Dry)
30 % L. Res
201,6 m2
Beverage Storage
5 % L. Res
33,6 m2
Beverage Storage (Dry)
15 % L. Res
100,8 m2
Gudang Pendingin
5 % L. Res
33,6 m2
Shaft Sampah
21 m2
8 m2
Room Service
15 m2
48 m2
Sirkulasi
30%
843,2 m2 1096.16 m2
Total
¾ Kebutuhan Mechanical and Electrical Ruang
S tandar
Kapasitas
Luas
Ruang Pompa
0.2 m2/kmr
150 unit kmr
96 m2
Ruang Genset
15 m2/unit
5 unit
96 m2
Ruang Panel
0.09 m2/kmr
150 unit kmr
32 m2
Ruang Travo
15 m2/unit
5 unit
32 m2 32 m2
Ruang Chiller STP
50 m2
40 m2
Reservoir Air
30 m2
40 m2
Area Penampungan Sampah
30 m2
20 m2 48 m2
Loading Dock Sirkulasi
30% Total
436 m2 566,8 m2 Total luas keseluruhan = 6772,61 m2
114
¾ Kebutuhan Akomodasi (Hotel) Pembagian tipe dan banyaknya jumlah unit berdasarkan jumlah peminat pasar terbanyak. Banyaknya unit yang direncanakan
= 154 unit
Luas unit tipe Standart 1
= 74 unit x 32 m2 = 2368 m2
Luas unit tipe Standart 2
= 62 unit x 24 m2 = 1488 m2
Luas unit tipe Deluxe
= 7 unit x 48 m2 =
336 m2
Luas unit tipe Suite
= 11 unit x 64 m2 =
704 m2
Total luas bangunan hunian = 4896 m2
Tabe l IV.5. : Dimensi Fasilitas Ruang Luar
¾ Kebutuhan Fasilitas Out Door Ruang
S tandar
Kapasitas
Luas
Lapangan Tenis
668 m2
640 m2
Kolam Renang
300 m2
320 m2
Area Berjemur/Duduk
150 m2
192 m2
R. Bilas Pria
15 m2
5 unit
16 m2
R. Bilas Wanita
15 m2
5 unit
16 m2
R. Ganti+Loker Pria
15 m2
5 unit
20 m2
R. Ganti+Loker Wanita
15 m2
5 unit
20 m2
Total
1224 m2
Sumber : Neufert Architect Data Time Saver Standard Hospitality M arketing Concepts Studi Banding 115
¾ Kebutuhan Luasan Parkir Kebutuhan luas 1 mobil + sirkulasi = 30 m2 Kebutuhan luas 1 motor + sirkulasi = 3 m2 Kebutuhan luas 1 mobil servis + sirkulasi = 35 m2
• Kendaraan penghuni hotel (jumlah unit hotel 154 unit) - mobil : unit = 1 : 5 (Perda No. 7 Thn 1992) Jumlah mobil = 154/5 = 30.8 = 31 mobil Kebutuhan luas parkir mobil = 31 x 30 m2 = 930 m2 - motor : unit = 1 : 2 Jumlah motor = 154/2 = 77 motor Kebutuhan luas parkir motor = 77 x 3 = 231 m2 Total kebutuhan luas parkir kendaraan penghuni + sirkulasi = 1161 m2
• Kendaraan fasilitas umum (40% dari parkir penghuni) - Jumlah mobil = 40 % x 31= 13 mobil Kebutuhan luas parkir mobil = 13 x 30 m2 = 390 m2 - Jumlah motor = 40 % x 77 m2 = 31 motor Kebutuhan luas parkir motor = 31 x 3 m2 = 93 m2 Total kebutuhan luas parkir kendaraan staf dan pengunjung + sirkulasi = 483 m2
116
•
Kendaraan pengelola ( 5% dari jumlah unit hotel) - Jumlah mobil = 5 % x 154 = 8 mobil Kebutuhan luas parkir mobil = 8 x 30 m2 = 240 m2 - Jumlah motor = 5 % x 154 = 8 motor Kebutuhan luas parkir motor = 8 x 3 m2 = 24 m2 Total kebutuhan luas parkir kendaraan staf dan pengunjung + sirkulasi = 264 m2
•
Kendaraan servis - 4 mobil box = (4 x 35) = 140 m
2
Total kebutuhan luas parkir kendaraan servis + sirkulasi = 140 m2 Total luas kebutuhan parkir = 2048 m2
Kebutuhan Ruang Dalam Tabe l IV.6. : Ke lompok Ke butuhan Ruang Dalam
Kelompok Ruang
Luas
Private
4896 m2
Public
4498,65 m2
Service
2273.96 m2 Total 11668.61 m2
Kebutuhan Ruang Luar
117
Tabe l IV.7. : Ke lompok Ke butuhan Ruang Luar
Kelompok Ruang
Luas
Parkir
2096 m2
Kolam Renang
512 m2
Lapangan Tenis
640 m2 Total 3248 m2
IV.2.4.2.
Analisa Perhitungan Luas Luas Tapak = 9900 m2 Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
: 75 % x 9900 m2 = 7425 m2
Koefisien Luas Bangunan (KLB)
: 3 x 9900 m2 = 29700 m2
Total Luas Lantai Dasar = 4240 m2 < 7425 m2 Total luas bangunan = 11668.61 m2 < 29700 m2 (OK)
118
IV.3.
Aspek Bangunan IV.3.1.
Analisa Fasade Bangunan
Gambar IV.23. : Fasade Museum Bank Indonesia
M useum Bank Indonesia merupakan salah satu bangunan cagar budaya di kawasan Koa tua. Bentuk dasar bangunan yaitu persegi dengan tampilan fasade yang simetris. Gaya arsitektur bangunan ini yaitu Renaissance dengan ciri karakteristik sebagai berikut :
1
3
2
3
1
119
Gambar IV.24. : Karakteristik Museum Bank Indonesia
Atap pelana, bentuk atap pada bangunan Lucarne, jendela pada bidang atap miring S tream line, garis horisontal pada dinding fasade bangunan Oculus, bukaan berbentuk setengah lingkaran pada kaki bangunan Tympanium, konstruksi dinding berbentuk segitiga
Jendela panjang, bentuk jendela memanjang ke arah vertikal Balustrade, ornamen pembatas kepala dan badan bangunan serta pada badan ke kaki bangunan Kolom Corinthian, deretan kolom yang mengapit jendela
120
Berdasarkan ciri karakteristik M useum Bank Indonesia tersebut, maka ciri karakteristik yang diterapkan untuk bangunan hotel yaitu : •
M enggunakan atap bentuk pelana
•
Terdapat streamline pada bidang datar dinding bangunan
•
M enggunakan atap segitiga tympanium pada pintu masuk
•
Terdapat deretan kolom Corinthian yang tidak banyak ukiran
•
M enggunakan bentuk jendela yang memanjang ke arah vertikal
•
M enggunakan bukaan bentuk setengah linngkaran pada kaki bangunan
121
IV.3.2.
Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan Sistem sirkulasi yang digunakan pada hotel yaitu sirkulasi horisontal yaitu melalui koridor dan sistem sirkulasi vertikal yang menggunakan tangga atau lift. •
Sirkulasi Horisontal Double loaded (koridor dua arah)
Gambar IV.25. : Koridor Double Loade d
Dapat menyediakan banyak unit kamar.
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit Lift
Tangga Koridor Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Sistem koridor yang sesuai digunakan untuk proyek hotel yaitu sistem koridor dua arah (double loaded) dengan dasar pertimbangan lahan tapak yang dimiliki terbatas dengan sistem koridor dua arah, tidak membutuhkan space yang besar untuk dapat menyediakan banyak unit kamar.
122
Tabe l IV.8. : Sirkulasi Horisontal Dalam Bangunan
No 1
Jenis Sirkulasi
Kelebihan
Kekurangan
Linear •
Linear menerus
• Jelas dan terarah
• Kurang efisien karena membutuhkan banyak
•
• Mudah Linear bert ekuk disesuaikan
ruang • Tidak sesuai dengan
dengan tapak bentuk hotel yang •
Linear berpotongan
berkontur memanjang • Mudah dalam
• Perlu penunjuk arah
pencapaian ke yang jelas bangunan •
Linear bercabang
• Tidak efesien pada
• Mudah dalam koridor hotel pengaplikasian
• Kurang efisien untuk
fungsi di dalam koridor hotel •
Linear berbelok
•
Linear melingkar
bangunan
Jenis sistem sirkulasi horisontal yang digunakan pada hotel yaitu sirkulasi linear agar dapat memudahkan pencapaian ke unit-unit hunian dan ruang-ruang penunjang.
123
•
Sirkulasi Vertikal Sistem sirkulasi yang digunakan pada perancangan hotel yaitu: 1.
Tangga biasa dan tangga darurat •
Tangga biasa dibuat sebagai sirkulasi antar lantai yang terbuka dan berada di daerah yang mudah dicapai yaitu pada area lobby hotel.
•
Tangga darurat dibuat sebagai sirkulasi darurat untuk menyelamatkan diri yang berada di sudut bangunan. Gambar IV.26. : Pe rsyaratan Tangga Ke bakaran
124
2. Lift Lift dibuat sebagai sirkulasi vertikal antar lantai yang tertutup dan berada di daerah yang mudah dicapai. Lift yang digunakan dibedakan menjadi dua macam yaitu lift untuk penghuni hotel dan lift barang. Lift untuk penghuni hotel memiliki waktu tunggu 40-70 detik, kecepatan lift 2 m/s dengan kapasitas penumpang 18 orang untuk mendapatkan kenyamanan privasi penghuni hotel. Lift barang mempunyai kapasitas beban 2 ton Perhitungan jumlah lift : A’ = 1695 m2 A’’ = 5 n = 4 lantai, s = 2 s h = 4,2 m, m = 18 orang T = (2h + 4s)(n - 1) + s (3m + 4) s = (2.4,2 + 4.2)(4 – 1) + 2 (3.18 + 4) 2 = 49,2 + 116 => 82,6 s 2 N = A’. n. P. T 300.PB. m = 1695 x 5 x 0,05 x 82,6
= 1,3 ~ 2 buah lift
300 . 5 . 18
M assa bangunan memiliki bentuk U, maka jumlah lift yang di perlukan yaitu 2 buah untuk massa kiri dan 2 buah untuk massa kanan. 125
IV.3.3.
Analisa Struktur Bangunan Sistem struktur diartikan sebagai pendukung utama dari suatu bangunan yang dirancang sebagai suatu kesatuan secara menyeluruh untuk dapt memenuhi persyaratan kekakuan, kestabilan dan kekuatan. Struktur bangunan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : 1. Sistem struktur bagian bawah (Sub-Structure) Bagian struktur yang berhubungan langsung dengan tanah dan bekerja menyalurkan beban-beban peralihan upper structure ke dalam tanah (pondasi). Beberapa faktor yang menentukan dalam pemilihan jenis sub structure (pondasi) yang digunakan pada bangunan, yaitu jenis, kondisi, dan daya dukung tanah. Jenis pondasi yang digunakan : Tabe l IV.9. : Struktur Pondasi
Jenis Pondasi Bored Pile
Kelebihan •
Getaran yang ditimbulkan pada saat pelaksanaan
Kekurangan • waktu pelaksanaan lebih lama • jika kadar air tinggi
cukup kecil sehingga
pengecoran akan
tidak menggangu sekitar
beresiko
lokasi pelaksanaan • memiliki kekuatan yang cukup untuk bangunan bertingkat tinggi
• kurang praktis dalam pekerjaannya • pemakaian bahan tidak ekonomis
• cocok untuk segala jenis tanah
126
2. Sistem struktur bagian atas (Upper-Structure) M erupakan struktur utama dari bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari atas berupa beban hidup dan beban mati ke pondasi baik secara vertikal maupun horisontal. Sistem struktur dinding dan plat lantai yang digunakan adalah sistem struktur rangka, dimana terdiri dari dua unsur, yaitu : 1. Kolom Unsur vertikal yang berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju tanah. Terdapat dua macam kolom yang digunakan yaitu kolom struktur dan kolom praktis. Kolom struktur menahan beban yang lebih besar sedangkan kolom praktis berada diantara pertemuan dinding. 2. Balok (gelegar) Unsur horisontal dan berfungsi sebagai pemegang dan sebagai media pembagi beban ke kolom.
IV.3.4.
Analisa Bahan Material Bangunan Analisa bahan material bangunan meliputi penggunaan material penutup lantai, dinding, penutup dinding, kusen, plafon, rangka atap, atap. Bangunan hotel ini memiliki gaya Renaissance, maka material yang sesuai digunakan adalah : -
Lantai, menggunakan bahan karpet pada bagian unit kamar dan bahan marmer pada lobby dan fasilitas penunjang hotel. 127
-
Dinding, menggunakan batubata.
-
Penutup dinding, menggunakan cat warna putih gading pada eksterior dan interior hotel dan menggunakan wallpaper dengan warna coklat muda pada interior unit kamar hotel. Dinding pada eksterior hotel juga terdapat bagian yang menggunakan bahan GRC yang mudah dibentuk yaitu pada dinding dengan bentuk elemen busur (lengkung).
-
Kolom, menggunakan deretan kolom silindris yaitu jenis kolom Doric rangka struktur kolom menggunakan bahan beton dan lapisan luar kolom terbuat dari bahan GRC yang mudah dipasang, dengan finishing cat warna putih untuk eksterior hotel. Lapisan kolom pada lobby hotel menggunakan bahan marmer.
-
Plafon, menggunakan jenis plafon up ceiling dari bahan gypsum dengan finishing cat warna putih yang dibuat tinggi pada seluruh ruang.
-
Rangka atap, menggunakan rangka profil baja.
-
Atap, menggunakan pencampuran jenis atap pelana dengan rangka baja dan atap bentuk kubah dari bahan GRC, terdapat Lucarne jendela kecil pada bidang atap pelana dan Tympanium dinding berbentuk segitiga pada bagian enterance hotel.
-
Penutup atap, menggunakan genteng dari bahan tanah liat yang menyesuaikan dengan bangunan sekitarnya yaitu bangunan tua peninggalan Belanda. 128
-
Pintu, menggunakan material kayu jati dengan finishing politur natural agar tidak menutup serat kayu.
-
Jendela, menggunakan jenis jendela yang besar dan memanjang vertikal pada unit kamar dan kaca patri pada bagian eksterior lobby hotel.
IV.3.5.
Analisa Utilitas Bangunan IV.3.5.1.
Sistem Pencahayaan Pada
siang
hari
menggunakan
cahaya
alami
(matahari), dan dapat digunakan tambahan cahaya buatan (lampu) pada ruang-ruang yang memerlukan penerangan ekstra, seperti koridor, unit kamar, lobby. Tabe l IV.10. : Ke butuhan Cahaya Ruang
(Sumber : Jimmy S. Juwana, 2005) 129
•
Pencahayaan Alami Pencahayaan alami menggunakan cahaya dan sinar matahari. Keuntungan dari pencahayaan alami adalah bersifat alam, gratis, memiliki spektrum cahaya lengkap. Dalam perancangan menggunakan pencahayaan alami terdapat beberapa faktor, yaitu : -
Pembayangan, untuk menjaga agar sinar langsung matahari tidak masuk ke dalam ruangan melalui bukaan.
-
Pengaturan letak bukaan dan dimensi bukaan sebesar 50% dari area dinding karena merupakan karakter jendela bangunan Renaissance dan cahaya matahari juga dapat dimanfaatkan dengan baik.
-
Perletakan massa bangunan di tengah tapak agar masuknya cahaya ke dalam memiliki pandangan ke luar untuk membantu ruangan.
•
Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan di sebuah bangunan dapat menggunakan energi sebanyak 15% dari total persegi bangunan.
Pencahayaan
buatan
pada
hotel
menggunakan jenis lampu yaitu lampu halogen dengan
130
lampu warm light pada seluruh ruang, sehingga membuat suasana ruang terasa lebih hangat.
Gambar IV.27. : Jenis Lampu Warm Light
IV.3.5.2.
Sistem Pengudaraan Sistem
pengudaraan
berfungsi
mempertahankan
kondisi thermal dalam ruangan agar tercipta kenyamanan. Untuk mendapatkan kenyamanan termal, standart yang harus dicapai dengan batas-batas : untuk temperature udara antara 24° – 26° C, untuk kelembapan udara antara 40° % - 60° %. Sistem pengudaraan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu : •
Pengudaraan Alami Dengan memberikan banyak bukaan agar udara luar dapat keluar masuk (cross ventilation) dan penggunaan plafon yang agak tinggi pada ruang agar udara dapat mengalir ke tiap-tiap koridor.
131
Gambar IV.28. : Pengudaraan Alami
•
Pengudaraan Buatan Diperlukan pengudaraan buatan untuk tetap menjaga temperatur udara di dalam ruangan. Jenis pengudaraan buatan yang digunakan yaitu AC central pada seluruh ruang seperti lobby, fasilitas penunjang dan unit kamar yang berdasarkan pertimbangan ukuran ruang yang cukup besar dan faktor maintenance yang mudah.
IV.3.5.3.
Sistem Proteksi Kebakaran Proteksi kebakaran dibedakan menjadi dua : •
Proteksi pasif Proteksi pasif dapat dilakukan dengan cara pencegahan kebakaran, sebagai berikut :
132
-
Penggunaan bahan interior ruangan yang tahan api dan menggunakan langit-langit yang dapat mencegah perambatan api / panas.
-
Penggunaan heat and smoke detector pada koridor dan unit hunian
-
Penggunaan alarm kebakaran pada koridor tiap lantai
•
Proteksi aktif Proteksi
aktif
dapat
dilakukan
dengan
cara
pencegahan kebakaran, sebagai berikut : -
Penggunaan alat pemadam kebakaran : ¾ Hidran Hidran halaman diletakan di luar halaman dan disalurkan
melalui sianese.
Fire hydrant
berupa box hydrant dengan jarak maksimum 35 m antar box hydrant. Persediaan air untuk hidran minimum untuk pemakaian selama 30 menit. ¾ Sprinkler Diletakan di plafon dengan jarak pemasangan 3,25 m-6,5 m, dapat medeteksi suhu 68 °C dan memancar radius 3,5 m.
133
-
Penanggulangan kebakaran dengan mengevakuasi penghuni menggunakan peralatan : ¾ Petunjuk arah lokasi pintu kebakaran dan tangga darurat. ¾ M enggunakan tangga darurat yang diletakan dengan
jarak
maksimal
30
m
dengan
menggunakan struktur tahan api dan arah bukaan pintu di lantai tipikal membuka ke arah tangga dan pada lantai dasar membuka langsung ke arah ruang luar. Tabe l IV.11. : Jarak Tempuh Ke Luar Bangunan
(Sumber : Jimmy S. Juwana, 2005)
IV.3.5.4.
Sistem Instalasi Listrik Daya listrik yang diperlukan untuk hotel berasal dari dua sumber, yaitu : •
PLN M erupakan sumber listrik utama untuk pemakaian listrik sehari-hari pada bangunan. 134
•
Genset M erupakan sumber listrik cadangan yang dipersiapkan untuk
mengganti apabila sumber
utamanya tidak
beroperasi atau terputus.
Gambar IV.29. : Diagram Instalasi Listrik
PLN
M eteran
Genset
Trafo
IV.3.5.5.
Panel Induk
Distribusi
Panel Anak
Distribusi
Sistem Penyediaan Air •
Jaringan Air Bersih Distribusi penyediaan air bersih dan air minum berasal dari PAM yang ditampung pada reservoir bawah lalu dipompa ke reservoir atas untuk didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan.
135
Gambar IV.30. : Diagram Jaringan Air Bersih
Reservoir Atas
Sumur
Pompa Tekan
Pompa
Distribusi lt. 4-1
PAM
M
•
Reservoir Bawah
Pompa Dorong
Jaringan Air Kotor Jaringan air kotor dibagi atas pemipaan air kotor cair dan padat. Pemipaan pembuangan air kotor padat memiliki diameter yang lebih besar dari air kotor cair. Air kotor padat berasal dari kloset dan kitchen sink, sedangkan air kotor cair dari wastafel, urinoir, dan kitchen sink. Gambar IV.31. : Diagram Jaringan Air Kotor
Air kotor padat
BK STP
Air kotor cair
Bak Penampungan
BK Reuse
Distribusi 136
•
Jaringan Air Hujan Air hujan akan dialirkan melalui pipa vertikal, kemudian akan ditampung pada sumur resapan. Air hujan dapat
digunakan
kembali
untuk
kegiatan
seperti
menyiram tanaman.
Gambar IV.32. : Diagram jaringan Air Hujan
Air hujan
BK
Sumur Resapan
Riol Kota
Pompa
Bak Penampungan
Reuse
Gambar IV.33. : Sumur Re sapan
137
IV.3.5.6.
Sistem Pembuangan S ampah Pada tiap lantai terdapat shaft sampah, dimana sampah dari tiap lantai disalurkan melalui shaft sampah menuju ke bak penampungam sampah dan selanjutnya sampah-sampah tersebut akan diangkut dan dibawa oleh truk sampah ke penampungan terakhir.
Gambar IV.34. : Diagram Pembuangan Sampah
Sampah
Shaft Sampah
Bak Penampungan
IV.3.5.7.
Truk Sampah
TPA Sampah
Sistem Penangkal Petir Penangkal petir adalah media penghantar di atas atap berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar. Sistem tersebut menyediakan jalur menerus dari logam yang menyalurkan petir ke tanah pada saat terjadi sambaran petir pada bangunan. Penangkal petir biasanya terdiri dari tiang pendek dan kepala penangkap petir (air termination).
138
Tabe l IV.12. : Sistem Penangkal Pe tir
Sistem Penangkal Petir Franklin Rod
Pemasangan
Keterangan
IV.3.5.8.
• M emiliki satu tiang pada puncak bangunan • Jarak jangkauan luas • Lebih praktis
Sistem Keamanan Sistem keamanan pada hotel dapat menggunakan : •
Pos Jaga/Pos Satpam Ditempatkan pada pintu masuk ke dalam bangunan untuk memeriksa para pendatang yang akan masuk ke dalam bangunan selama 24 jam.
•
Card Access Digunakan sebagai alat detektor untuk membuka pintu yang dipasang pada pintu masuk.
•
CCTV Digunakan sebagai proteksi gedung yang berfungsi mengamati suatu objek tertentu di dalam bangunan atau di luar bangunan. Dipasang pada setiap sudut-sudut ruang yang membutuhkan pengawasan 24 jam.
139