BAB IV ANALISA
IV.1
Analisa Aspek Manusia
IV.1.1
Analisa Pelaku Kegiatan Asrama Mahasiswa 1. Mahasiswa – Asrama ini digunakan oleh mahasiswa Bina Nusantara yang dikhususkan bagi mahasiswa yang berasal dari luar Jakarta dan dipergunakan selama 1 tahun pertama (2 semester awal). Setelah batas waktu tersebut, mahasiswa diminta untuk keluar dari asrama dan mencari hunian lain. 2. Pengelola – Pengelola merupakan pihak yang bertanggung jawab atas segala kegiatan di dalam dan di lingkungan asrama. Pihak-pihak pengelola terdiri dari bagian administrasi, bagian keamanan, bagian kebersihan, dan lain-lain. 3. Penunjang – Penunjang merupakan pihak yang menunjang asrama mahasiswa Bina Nusantara ini, di antaranya adalah kantin, minimarket, laundry, warnet, 4. Pengunjung – Pengunjung merupakan tamu untuk penghuni (orang tua dan teman) dan tamu untuk pengelola. 5. Service – Service merupakan pihak yang bertugas untuk membersihkan dan merawat gedung asrama dan ruang luar, mekanikal elektrikal, serta peralatanperalatan yang lainnya.
35
IV.1.2
Analisa Daya Tampung Asrama Mahasiswa
Tabel 3. Jumlah mahasiswa aktif periode 2004 – 2007 Jumlah
daya
tampung
asrama
mahasiswa
BiNus
University
akan
dibandingkan dengan daya tampung asrama yang telah disurvey di Universitas Indonesia Depok pada tanggal 28 Februari 2008 dan Universitas Pelita Harapan pada tanggal 27 Februari 2008. Berdasarkan survey yang telah dilakukan maka diperoleh jumlah penghuni asrama UI Depok sebanyak 1.248 orang dan jumlah penghuni asrama Universitas Pelita Harapan sebanyak 160 orang.
Berdasarkan jumlah mahasiswa aktif periode 2004 – 2007 (sumber: IT Directorat Data Center UBiNus), diperoleh perbandingan antara pria dan wanita sebagai berikut:
36
Tahun Pria Wanita 2004 660 312 2005 1189 665 2006 1443 736 2007 1573 865 Tabel 4. Jumlah mahasiswa berdasarkan jenis kelamin (sumber: IT Directorat Data Center UBiNus) Rata-rata perbandingan antara pria dengan wanita yang kuliah di Bina Nusantara adalah sekitar 65% : 35%. Dari data-data di atas, maka perhitungan perkiraan daya tampung mahasiswa BiNus University adalah sebagai berikut: Angkatan 2005 2006 2007 Asumsi 3 tahun mendatang dengan kenaikan 14,5% per tahun Jumlah mahasiswa luar daerah Binus
Jumlah mahasiswa luar daerah 1854 2153 2440
Kenaikan 16% 13%
Kenaikan rata-rata 14,5%
(100%+(14,5%x3)) x 2.440 3502
Jumlah mahasiswa luar daerah
Jumlah penghuni asrama 1228 160 438
Perbandingan
UI 6573 19% UPH 2564 6% BiNus 3502 12,5% Persentase antara pria dan wanita 65% : 35% mahasiswa luar daerah (2007) Perkiraan 284 : 154 penghuni asrama Tabel 5. Perhitungan perkiraan jumlah penghuni
12,5%
37
IV.1.3
Analisa Jenis dan Kebutuhan Ruang
Kelompok Kegiatan UTAMA
Kegiatan
Ruang
Sifat ruang
Pengguna
Tidur
Kamar tidur
Private
Mahasiswa
Mandi, buang air
Kamar mandi
Service
Mahasiswa
b. Sosial
Berkumpul bersama
Ruang komunal
Public
Mahasiswa
PENGELOLA
Menyambut tamu
Hall / Lobby
Public
Ruang administrasi
Public
Ruang Kepala Asrama
Private
Pengelola
Pantry
Service
Pengelola
Buang air, ganti baju
Loker, Ruang Ganti, dan Toilet Karyawan
Service
Pengelola
Tempat berjualan makanan
Kantin
Public
Area berjualan
Retail
Public
Buang air, cuci tangan
Toliet
Service
Tempat pertemuan
Ruang Serba Guna
Public
Olahraga
Lapangan
Public
Mengontrol listrik
Ruang Panel
Service
Pengelola
Ruang Pompa
Service
Pengelola
Gudang
Service
Pengelola
a. Pribadi
Mengurus pembayaran asrama Mengurus asrama Membuat minuman
PENUNJANG
SERVICE
Tempat pompa air Menyimpan
Pengelola, mahasiswa, tamu Pengelola, mahasiswa, tamu
Pengelola, mahasiswa, tamu Pengelola, mahasiswa, tamu Pengelola, mahasiswa, tamu
Persyaratan ruang Ada tempat tidur, butuh ketenangan Ventilasi udara harus lancar Ruang gerak harus cukup, tidak harus menghadap view Mudah diakses dari luar Mudah diakses dari luar Membutuhkan privasi Ventilasi udara harus lancar Ventilasi udara harus lancar Membutuhkan tempat duduk Standar Ventilasi udara harus lancar
Pengelola, Membutuhkan ruang gerak yang cukup mahasiswa, luas tamu Mahasiswa Membutuhkan ruang gerak yang cukup luas Dinding harus kedap suara Membutuhkan ruang
38
peralatan
GUEST HOUSE
gerak yang cukup luas
Menurunkan/ menaikan barang
Loading Dock
Service
Pengelola
Area parkir kendaraan
Parkir Mobil dan Motor
Service
Pengelola, mahasiswa, tamu
Pembuangan sampah
TPS
Service
Pengelola
Menyambut tamu
Lobby
Public
Pengelola
Tidur
Ruang tidur
Private
Tamu
Mandi, buang air
Kamar mandi dalam
Service
Tamu
Harus terdapat ramp
Jauh dari hunian dan area public Mudah diakses dari luar Ada tempat tidur, butuh ketenangan Ventilasi udara harus lancar
Tabel 6. Tabel jenis dan kebutuhan ruang
IV.1.4
Analisa Pengelompokan Zoning Secara garis besar, pengelompokan zoning dalam perancangan asrama mahasiswa ini adalah sebagai berikut: •
Zoning asrama Zoning asrama ditujukan untuk para mahasiswa yang akan tinggal di dalam lingkungan asrama ini. Zoning asrama ini terbagi menjadi zoning asrama putra dan zoning asrama putri.
•
Zoning pengelola Zoning ini merupakan zoning untuk pengelola asrama yang mengurus semua administrasi, pengeleloaan, dan perawatan gedung..
•
Zoning penunjang
39
Zoning ini merupakan zoning yang bertujuan untuk menunjang asrama yang terdiri dari berbagai kios yang dibutuhkan oleh penghuninya, seperti kantin, laundry, kios buku, dan minimarket. •
Zoning service Zoning ini merupakan zoning yang berhubungan dengan dengan bagian service seperti bagian kebersihan, bagian keamanan, ruang mekanikal dan elektrikal, serta ruang pompa dan genset.
•
Zoning pengunjung Zoning ini ditujukan untuk para tamu yang akan menginap di asrama ini (baik orang tua penghuni, teman, ataupun tamu kampus).
IV.1.5
Analisa Skema Hubungan Makro Para pelaku (baik penghuni asrama, pengelola, maupun tamu) yang datang dapat memasuki lingkungan asrama melalui main entrance, kemudian menuju plaza (bila berjalan kaki ataupun di drop di plaza) dan juga menuju parkiran (bila membawa kendaraan). Setelah itu baru dapat menuju ke gedung yang dituju. Plaza
Gedung Pengelola
IV.1.6
Main Entrance
Gedung Asrama
Gedung Guest House
Parkir
Penunjang
Service
Analisa Skema Hubungan Mikro •
Kegiatan Utama (Asrama)
40
Sebelum memasuki asrama masing-masing harus melewati lobby yang berfungsi memisahkan antara gedung asrama putra dengan gedung asrama putri. Setelah itu penghuni dapat menuju ke area yang dituju. Entrance
Lobby
Ruang Komunal
•
Kamar Asrama
Kamar Mandi
Kegiatan Pengelola Para pelaku (baik pihak pengelola, penghuni asrama, maupun tamu) akan memasuki entrance yang langsung berupa ruang tunggu, baru kemudian menuju ke ruangan yang dituju. Entrance
Ruang Tamu
Ruang Staff
•
Pantry
Toilet
Ruang Kepala Asrama
Kegiatan Penunjang Para pelaku (baik petugas kios, penghuni asrama, dan tamu) akan langsung menuju ke kios-kios yang dituju.
41
Lobby Kios-kios
•
Kios-kios
Kegiatan Guest House Para tamu yang akan menginap akan memasuki entrance yang berupa lobby yang akan disambut oleh recepsionist, kemudian dapat langsung menuju ke unit kamar tamu. Entrance
Lobby
Kamar Tamu
IV.1.7
Analisa Pola Tinggal Penghuni Analisa pola tinggal penghuni bertujuan untuk mengelompokkan penghuni yang akan tinggal di dalam asrama dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: •
Pengelompokan berdasarkan jenis kelamin – bertujuan untuk memisahkan asrama wanita dengan asrama pria, memudahkan pengawasan, serta menjaga agar tidak mengganggu kegiatan dan privasi masing-masing penghuni. Pengelompokan berdasarkan jenis kelamin ini dapat dilakukan dengan cara merancang gedung bangunan yang terpisah.
•
Pengelompokan berdasarkan jumlah penghuni dalam 1 kamar
42
o Kamar untuk 1 orang – Kamar ini biasanya dihuni oleh orang yang lebih menyukai privasi daripada keramaian. Keuntungan yang diperoleh oleh si penghuni adalah kebebasan untuk beraktivitas di dalam kamar, tanpa harus takut mengganggu orang lain. o Kamar untuk 2 orang – Kamar untuk 2 orang sangat cocok dihuni oleh orang yang tidak suka menyendiri tetapi tidak terlalu ramai sehingga privasi penghuninya masih tetap terjaga. o Kamar untuk 3 orang – Kamar untuk 3 orang lebih ramai daripada kamar untuk 1 orang ataupun 2 orang. Privasi masing-masing individu sudah mulai terganggu karena adanya perbedaan dari setiap individu. o Kamar untuk 4 orang – Kamar yang dihuni oleh 4 orang pasti terasa lebih ramai daripada kamar untuk 3 orang. Biaya sewa yang dikeluarkan juga lebih murah, tetapi ruang gerak di dalam unit hunian akan terasa lebih sempit sehingga dimensi unit hunian yang dibuat harus besar.
Tiap unit hunian asrama BiNus (baik asrama putra maupun asrama putri) dirancang untuk ditempati oleh 2 orang dalam 1 kamar karena tidak terlalu ramai sehingga privasi penghuninya masih tetap terjaga.
IV.1.8
Analisa Program Ruang
Gedung Asrama Putri Ruang Standart Unit 2 orang 12,25 m2 / kmr Shower 1,2 m2 / org
Sumber Kapasitas Asumsi 2 NAD 1
Jumlah 61 24
Luas (m2) 747,25 28,80
43
Closet Wastafel R. Komunal
1,8 m2 / org Asumsi 2 0,9 m / org NAD 2 1,5 m / org Asumsi Sub Total
1 1 20
16 12 4
28,80 10,80 120,00 935,65
Sumber Kapasitas Asumsi 2 NAD 1 Asumsi 1 Asumsi 1 NAD 1 Asumsi 25
Jumlah 134 56 32 32 16 8
Luas (m2) 1641,50 67,20 57,60 9,60 14,40 300,00 2.023,10
Standart 0,9 m2 / org 28 m2 12,25 m2 Sub Total
Sumber Kapasitas NAD 80 Asumsi 1 Asumsi 1
Jumlah 2 2 1
Luas (m2) 144,00 56,00 25,00 225,00
Standart 2 4 m / 4 org 2 40 m 2 30 m 2 12,25 m 2 12,25 m / org 2 300 m
Sumber Kapasitas Asumsi 50 Asumsi 1 Asumsi 1 Asumsi 1 Asumsi 2 Asumsi 1
Jumlah 1 1 1 4 1 1
Luas (m2) 200,00 40,00 30,00 49,00 12,25 300,00 631,25
Standart Sumber Kapasitas 2 m 24 Asumsi 1 2 m 4 Asumsi 1 Sub Total
Jumlah 16 16
Luas (m2) 384,00 64,00 448,00
Standart 2 12 m
Jumlah 1
Luas (m2) 12,00
Gedung Asrama Putra Ruang Standart 2 Unit 2 orang 12,25 m / kmr 2 Shower 1,2 m / org 2 Closet 1,8 m / org 2 Urinoir 0,3 m / org 2 Wastafel 0,9 m / org R. Komunal 1,5 m2 / org Sub Total Pengelola Ruang Hall / Lobby Ruang Staff R. Kepala Asrama
Penunjang Ruang Kantin Dapur Minimarket Retail Kamar mandi R. Serba guna
Sub Total Guest House Ruang Ruang tidur Kamar mandi dalam
Service Ruang Ruang Panel
Sumber Kapasitas Asumsi 1
44
Genset Ruang Pompa Laundry R. M&E TPS
28 35 28 28 7
m2 m2 m2 m2 m2
Asumsi Asumsi Asumsi Asumsi Asumsi
Sub Total Total Sirkulasi 20% Grand Total
1 1 1 1 1
1 2 1 1 2
28,00 35,00 28,00 28,00 14,00 145,00 4.408,00 881,60 5.289,60
Tabel 7. Program ruang Keterangan: NAD : Neufert Data Architect Luas total kebutuhan ruang adalah 5.289,60 m2 ( 5.289,60 m2 < 18.400 m2 ► OK )
Kebutuhan ruang parkir •
Parkir mobil – Parkir mobil di dalam kompleks asrama ini hanya disediakan untuk tamu dan pihak pengelola saja. Penghuni asrama tidak diperkenankan membawa mobil pribadi. Asumsi parkir tamu = 16 mobil Asumsi parkir pengelola = 4 mobil Jumlah parkir mobil = 20 mobil Luas parkir mobil = 20 x 5 m2 = 100 m2
•
Parkir motor – Parkir motor yang disediakan di dalam kompleks asrama ini sebanyak 25% dari jumlah penghuni asrama
45
25% x 390 = 98 motor ≈ 100 motor Asumsi parkir motor karyawan = 10 motor Total parkir motor = 110 motor Luas parkir motor = 110 x 2 m2 = 220 m2 •
Parkir service Asumsi 2 mobil box = 2 x 30 m2 = 60 m2
IV.2
Analisa Aspek Lingkungan
IV.2.1
Kondisi di Dalam Tapak
Gambar 19. Lokasi tapak
Lokasi Proyek
: Jl. Kebun Jeruk Raya
Peruntukan Lahan
: Asrama untuk mahasiswa UBiNus
Luas Lahan
: ± 9.200 m2
KDB
: 50%
KLB
: 2
GSB
: 10 m
46
Ketinggian Maksimum : 4 lantai Luas lantai dasar yang dapat dibangun = 50% x 9.200 m2 = 4.100 m2 Luas lantai bangunan yang dapat dibangun = 2 x 9.200 m2 = 18.400 m2 Luas total kebutuhan ruang adalah 5.289,60 m2 ( 5.289,60 m2 < 18.400 m2 ► OK )
Batas wilayah: Utara : Jl. Kebon Jeruk Raya Selatan : Sekolah, rumah kost Barat : Perumahan penduduk Timur : Jl. Rawa Belong
IV.2.2
Kondisi Lingkungan Sekitar Tapak
Kios pulsa
Tempat penyewaan film
Pertigaan Kebon Jeruk
Tanah kosong
Gambar 20. Kondisi lingkungan sekitar tapak
47
Situasi di sekitar tapak merupakan daerah yang cukup ramai dan mengalami macet pada jam-jam tertentu. Hal ini terjadi karena banyaknya angkot dan metro mini yang berhenti untuk menaikkan / menurunkan penumpang di daerah pertigaan jalan tersebut. Bangunan-bangunan yang berada di sekeliling tapak sebagian besar digunakan untuk bangunan komersil, antara lain warung makan, kios pulsa, tanah kosong, tempat penyewaan film, dan tempat foto kopi.
IV.2.3
Analisa Matahari Bentuk dan orientasi bangunan yang dirancang dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti kebisingan, panas matahari yang diterima, dan sebagainya. Berikut ini adalah tabel perbandingan suatu bentuk massa bangunan terhadap radiasi matahari.
Luas
A2
A2
A2
Radiasi Panas
1,76 A
1,52 A
A
Cahaya Alami
0,26 A2
0,27 A2
0,25 A2
Tabel 8. Perbandingan bentuk massa bangunan terhadap radiasi matahari
Berdasarkan tabel perbandingan bentuk massa bangunan tersebut diperoleh hasil bahwa bangunan dengan bentuk segi empat memiliki radiasi matahari terkecil dibandingkan dengan betuk lingkaran ataupun segitiga. Selain itu, bentuk
48
massa bangunan segi empat juga dapat memperoleh pencahayaan alami yang baik. Perletakan dan orientasi massa bangunan berdasarkan orientasi dan radiasi matahari adalah sebagai berikut •
Bentuk bangunan dirancang tipis memanjang dan menghadap arah timurbarat sehingga mendapat panas dan radiasi matahari secara langsung. Hal tersebut menyebabkan naiknya suhu di dalam ruangan sehingga untuk mengurangi temperatur ruangan yang tinggi dibutuhkan pendingin ruangan buatan seperti Air Conditioner ataupun kipas angin. Dengan menggunakan pendingin buatan di dalam ruang akan mengakibatkan borosnya penggunaan energi dan biaya pemakaian listrik.
Gambar 21. Perletakan bangunan menghadap timur-barat Jika bangunan terpaksa menghadap timur-barat maka radiasi matahari yang masuk dapat dikurangi dengan cara: o Membuat teritisan atau overstek yang cukup untuk mengurangi masuknya radiasi matahari
Gambar 22. Overstek untuk mengurangi masuknya radiasi matahari
49
o Menanam pepohonan di daerah timur / barat
Gambar 23. Pepohonan untuk mengurangi masuknya radiasi matahari o Meletakkan area service di daerah barat o Menggunakan sun shading pada kulit bangunan
•
Bentuk bangunan dirancang tipis memanjang dan menghadap arah utaraselatan sehingga tidak mendapat panas dan radiasi matahari sebanyak bangunan yang menghadap arah timur-barat, tetapi tetap mendapatkan sinar matahari yang cukup. Dengan perletakan massa bangunan yang menghadap utara-selatan, maka radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan sedikit sehingga temperatur udara di dalam ruangan sejuk dan tidak membutuhkan adanya pendingin udara buatan.
Gambar 24. Perletakan bangunan menghadap utara-selatan
50
Bangunan asrama yang akan dirancang sebaiknya memiliki bentuk bangunan yang tipis memanjang dan menghadap ke arah utara – selatan untuk mengurangi daerah yang terkena radiasi matahari langsung. Untuk daerah yang menghadap barat – timur, radiasi matahari yang masuk dapat dikurangi dengan menggunakan overstek, sun shading, dan menanam pepohonan.
IV.2.4
Analisa Kebisingan
Gambar 25. Analisa kebisingan Asrama yang akan dirancang terletak di pertigaan antara Jl. Kebun Jeruk Raya dengan Jl. Rawa Belong. Kebisingan yang terjadi akibat suara kendaraan bermotor yang melewati kedua jalan tersebut, tetapi daerah yang mengalami kebisingan terbesar terletak tepat di pertigaan tersebut. Kebisingan juga terjadi akibat perumahan penduduk dan lingkungan sekitar yang ramai. Daerah kios-kios menyebabkan banyaknya orang-orang yang lalu lalang di sekitar tapak. Untuk mengurangi kebisingan yang masuk dapat dilakukan dengan cara :
51
•
Menjauhkan daerah private (bangunan hunian) dari dekat jalan raya
•
Meletakan daerah public ke daerah dekat kebisingan
•
Menanam pepohonan di sekitar sumber bising
•
Membuat tembok untuk mengurangi suara yang masuk
Gambar 26. Solusi untuk mengurangi kebisingan
IV.2.5
Analisa Pencapaian Tapak Analisa pencapaian tapak berfungsi untuk mengetahui dari arah mana saja para pelaku dapat menuju ke lokasi asrama. Analisa ini bertujuan untuk menentukan main entrance yang jauh dari sumber kemacetan dan mempermudah sirkulasi kendaraan yang akan masuk ke dalam lingkungan asrama. 3 1
2
Gambar 27. Arah pencapaian tapak
52
Untuk menuju ke tapak / lokasi asrama mahasiswa yang akan dirancang dapat melalui 3 alternatif jalan, yaitu: 1. Alternatif 1 – dari arah Jl. Kebun Jeruk Raya 2. Alternatif 2 – dari arah Kampus BiNus Anggrek 3. Alternatif 3 – dari arah Rawa Belong
IV.2.6
Analisa Sirkulasi Dalam Tapak Analisa sirkulasi berfungsi untuk menentukan letak main entrance, side entrance untuk service, dan entrance untuk pejalan kaki. Main entrance sebaiknya diletakkan di dekat jalan besar agar mudah terlihat dan dicapai oleh kendaraan, tetapi tetap jauh dari daerah kemacetan.
Gambar 28. Alternatif entrance Terdapat 4 alternatif yang dapat dijadikan entrance karena terletak di jalan besar. Alternatif 1 dapat dijadikan main entrance karena terletak tepat di jalan besar dan agak jauh dari sumber macet. Alternatif 2 juga dapat dijadikan main entrance karena terletak di jalan raya tetapi kurang strategis dari jalan utama. Alternatif 3 dapat dijadikan akses keluar kendaraan. Alternatif 4 tidak dapat dijadikan main entrance dan side side entrance karena trelalu dekat dengan
53
tikungan. Entrance untuk pejalan kaki sebaiknya dekat dengan entrance kendaraan tetapi tidak digabung menjadi satu agar tidak saling mengganggu.
IV.2.7
Analisa Zoning Perletakan massa bangunan dipengaruhi oleh analisa zoning di dalam tapak dengan
memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan
pada
analisa-analisa
sebelumnya. Analisa zoning berfungsi untuk menentukan perletakan area parkir, pengelola, hunian, penunjang, service, dan open space. Berikut ini adalah pertimbangan-pertimbangan analisa zoning:
Gambar 29. Analisa zoning publik dan hunian •
Pertimbangan perletakan daerah publik Daerah publik diletakkan di dekat main entrance agar mudah terlihat dari jalan utama dan mudah diakses oleh calon penghuni asrama ataupun tamu yang datang untuk mengurus hal-hal yang berhubungan dengan asrama.
•
Pertimbangan perletakan daerah hunian
54
Daerah hunian diletakkan di daerah yang jauh dari jalan utama yang merupakan sumber kebisingan karena daerah hunian membutuhkan ketenangan dan kenyamanan. •
Pertimbangan perletakan daerah penunjang dan servis Daerah penunjang diletakkan di tengah di antara area hunian untuk membatasi antara asrama putra dengan asrama putri. Daerah penunjang dapat berupa lapangan olahraga ataupun taman-taman untuk tempat belajar dan bersosialisasi. Daerah servis seperti parkir dan loading dock diletakkan di dekat side entrance agar sirkulasi parkir dan loading dock tidak mengganggu sirkulasi penghuni dan tamu.
Gambar 30. Analisa zoning tapak Penataan zoning vertikal pada bangunan asrama dibagi menjadi area public, semi public, private, dan service. Area public dapat berupa lobby; area semi public berupa ruang komunal atau ruang belajar bagi penghuni; area private berupa hunian untuk penghuni; dan area service berupa tangga, kamar mandi, dan tempat pembuangan sampah.
55
Gambar 31. Zoning secara vertikal
IV.2.8
Analisa Tata Ruang Luar •
Orientasi bangunan – Kompleks asrama mahasiswa BiNus yang akan dirancang harus mempunyai orientasi ke luar dan orientasi ke dalam. Orientasi ke luar dimaksudkan agar bangunan yang dirancang serasi dan selaras dengan lingkungan sekitarnya, serta bersifat mengundang orang-orang yang melihatnya. Sedangkan yang dimaksud dengan orientasi ke dalam adalah memfokuskan lingkungan di dalam kompleks asrama ini agar memiliki suasana yang mendukung proses pembelajaran mahasiswa.
•
Elemen pengisi ruang luar – Lingkungan kompleks asrama mahasiswa BiNus ini harus memperhatikan ruang luar yang akan dimikmati oleh pengguna bangunan (penghuni asrama, pengelola, dan tamu). Ruang luar yang tercipta dapat berupa elemen keras dan elemen lunak. Elemen keras yang akan digunakan dapat berupa aspal, beton cetak, grass block, ataupun batu alam yang dapat digunakan untuk sirkulasi kendaraan maupun manusia. Penggunaan grass block sebagai sirkulasi kendaraan dan manusia jauh lebih baik daripada menggunakan aspal karena grass block dapat meresap air hujan lebih banyak dan tidak menaikkan suhu udara di sekitarnya. Batu alam dapat
56
digunakan sebagai jalan setapak manusia dan juga dapat digunakan untuk memperindah facade bangunan.
Gambar 32. Grass block (sumber: http://www.grasscrete.com/docs/pdfs/08grassblock.pdf)
Gambar 33. Batu alam
Gambar 34. Pohon dan rumput
Elemen lunak yang akan digunakan dapat berupa pepohonan, rerumputan, dan juga tanaman hias sehingga dapat memperindah ruang luar bangunan dan juga dapat digunakan sebagai peresapan air hujan.
•
Parkir – Menurut buku Architect’s Data edisi ke-3 karangan Ernst dan Peter Neufert, ada berbagai jenis parkiran yaitu:
Parkir pararel
Parkir 30°
Parkir 45°
Parkir 60°
Parkir 90°
Gambar 35. Berbagai jenis parkiran
57
Parkiran yang akan digunakan di dalam kompleks asrama mahasiswa BiNus ini menggunakan parkir 90° karena lebih efisien dan menghemat lahan daripada parkir mobil dengan sudut kemiringan tertentu.
IV.3
Analisa Aspek Bangunan
IV.3.1
Analisa Jenis Massa Bangunan Terdapat 2 jenis pola massa bangunan yang biasa digunakan, yaitu: •
Pola massa bangunan tunggal Pola massa bangunan tunggal biasanya digunakan di daerah yang luas lahannya tidak terlalu besar dan lebih mengutamakan pemusatan kegiatan di dalam satu bangunan.
•
Pola massa bangunan majemuk Pola massa bangunan majemuk biasanya digunakan di daerah yang luas lahannya besar dan ingin memisahkan bangunan berdasarkan kegiatan di dalamnya. Hal ini menyebabkan sirkulasi bangunan menjadi lebih dinamis.
Pola massa bangunan yang akan dirancang di dalam kompleks asrama BiNus ini bersifat majemuk karena beberapa pertimbangan, antara lain: o Adanya pemisahan gedung asrama putra dan asrama putri. o Adanya pemisahan kelompok kegiatan utama (hunian), pengelola, penunjang, guest house, dan service.
58
o Membuat open space di antara massa bangunan sehingga sirkulasi udara antarbangunan menjadi lebih lancar.
IV.3.2
Analisa Organisasi Ruang Menurut Francis D.K. Ching dalam bukunya yang berjudul Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan, organisasi ruang dibagi menjadi: o Organisasi terpusat sebuah ruang dominan dengan pengelompokan sejumlah ruang sekunder. o Organisasi linier suatu urutan dalam satu garis dari ruang-ruang yang berulang. o Organisasi radial – sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi ruang linier berkembang menurut arah jari-jari. o Organisasi cluster – kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau bersama-sama memanfaatkan satu ciri atau hubungan visual. o Organisasi grid – organisasi ruang dalam daerah struktural grid atau struktur tiga dimensi lain.
Gambar 36. Macam-macam organisasi ruang
59
Bangunan yang akan dirancang di dalam komples asrama mahasiswa ini memiliki organisasi ruang terpusat dengan pemusatan bangunan terletak pada area dalam bangunan yang berupa taman / plaza sebagai pengikat antarbangunan.
Gambar 37. Organisasi ruang antarbangunan Untuk organisasi ruang di dalam bangunan memiliki organisasi ruang linier karena adanya pengulangan ruang yang memiliki bentuk, ukuran, dan fungsi yang sama.
(sumber:
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/civil-and-planning-
engineering/study-program-of-architectural-engineering-s1/teori-arsitektur1/organisasi-ruang)
IV.3.3
Analisa Tampak Bangunan Tampak bangunan asrama harus didesain semenarik mungkin agar terlihat indah dan asri dengan lingkungan sekitarnya. Tampak bangunan asrama yang dirancang juga harus: •
Memperlihatkan perbedaan antara fungsi bangunan
•
Memperlihatkan perbedaan facade bangunan yang menghadap barat – timur
60
•
Memperhatikan perletakan outdoor AC bila menggunakan AC Split
•
Bentuk dan jenis sun shading yang digunakan
Foto 10 dan 11. Contoh tampak bangunan asrama
IV.3.4
Analisa Modul Pada perancangan asrama mahasiswa ini terdapat beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan patokan untuk modul hunian, antara lain: dimensi furniture, ruang gerak, serta dimensi material keramik dan plafon yang digunakan. Keramik yang akan digunakan berukuran 30 cm x 30 cm, dan ukuran plafond yang akan digunakan adalah 1,2 m x 2,4 m. Dengan pertimbangan material yang digunakan maka modul yang akan digunakan adalah kelipatan 3,5 meter x 3,5 meter sehingga material yang digunakan tidak terbuang sia-sia.
Gambar 38. Denah dan perspektif unit hunian
61
IV.3.5
Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan •
Sirkulasi secara horizontal – sirkulasi yang digunakan di dalam bangunan asrama ini berupa double loaded. Sirkulasi yang digunakan bersifat linier karena adanya koridor pada tiap unit hunian sehingga membentuk garis.
Gambar 39. Contoh double loaded •
Sirkulasi secara vertikal yang digunakan pada bangunan ini menggunakan tangga. Bangunan asrama mahasiswa ini mempunyai tangga darurat karena bangunan ini terdiri dari 4 lantai
IV.3.6
Analisa Sistem Struktur dan Konstruksi Sistem struktur yang digunakan dalam perancangan bangunan asrama mahasiswa BiNus ini terbagi menjadi: •
Struktur Bawah – Pondasi yang akan digunakan pada bangunan asrama BiNus ini adalah pondasi borepile karena pondasi tersebut dapat menopang beban bangunan 4 lantai.
•
Sturktur Atas
62
o Struktur rangka kaku – struktur ini terdiri dari balok dan kolom. Struktur ini mampu menahan beban lateral (beban gempa dan beban angin) dan beban vertikal (beban gravitasi). Kelebihan dari penggunaan struktur ini adalah terciptanya banyak bukaan. Kekurangan dari penggunaan struktur ini adalah terciptanya ruang yang terbuang akibat tonjolan yang ditimbulkan oleh kolom.
Gambar 40. Penggunaan kolom pada unit hunian o Struktur dinding geser – struktur ini merupakan struktur yang sangat kaku. Penggunaan dinding geser pada bangunan menyebabkan kurangnya bukaan yang dapat dibuat. Hal tersebut dikarenakan agar kekakuan dinding tersebut tetap terjaga. Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan dinding geser adalah ruangan yang dirancang terbebas dari kolom sehingga tidak ada space yang terbuang.
Gambar 41. Penggunaan shear wall pada unit hunian
63
•
Struktur atap baja ringan – Penggunaan baja ringan untuk rangka atap lebih disukai daripada menggunakan kayu karena dibuat secara prefabrikasi sehingga proses pembuatannya cepat. Selain itu keuntungan dari penggunaan rangka baja ringan adalah proses pemasangannya mudah dan cepat, lebih tahan lama, dan mempunyai berat yang cukup ringan sehingga mengurangi beban yang dipikul oleh bangunan.
•
Struktur bentang lebar – Penggunaan struktur bentang lebar akan digunakan di ruang serba guna sehingga tidak ada kolom di dalam ruangan tersebut.
IV.3.7
Analisa Utilitas •
Utilitas air bersih – Sumber air bersih berasal dari PDAM. Air bersih ditampung di reservoir bawah terlebih dahulu baru kemudian dipompa ke reservoir atas agar kotoran tidak ikut terbawa ke reservoir atas. Setelah itu baru dialirkan menuju kamar mandi bersama, dapur, dan laundry. Selain dari PDAM, air hujan juga dapat digunakan kembali untuk kotak hydrant dan menyiram tanaman. o Berdasarkan buku Panduan Ssistem Bangunan Tinggi oleh Jimmy. S.J (2005), perhitungan air pencegah kebakaran adalah sebagai berikut : Jumlah hidrant
= 2 x Luas total bangunan 800 = 2 x 5.289,6 800 = 14 unit
64
Kebutuhan air hidran = Jumlah hidran x 400 liter/menit x 30menit = 14 x 400 x 30 = 168.000 liter Total kebutuhan air untuk proteksi kebakaran (Tpk) = 168.000 liter o Berdasarkan buku Panduan Ssistem Bangunan Tinggi oleh Jimmy. S.J (2005), perhitungan kebutuhan air untuk bersih untuk kesehatan adalah: Untuk asrama, pemakaian air tiap orang diasumsikan 135 liter/hari Jumlah orang sekitar 400 orang, maka Kebutuhan air keseharian (Tak) = 135 x 400 = 54.000 liter Total kebutuhan air bersih
= Tak + Tpk = 54.000 + 168.000 = 222.000 liter
•
Utilitas air kotor – Air kotoran akan dipadatkan dan disalurkan menuju STP, sedangkan air bekas cucian akan ditampung di dalam bak kontrol kemudian disalurkan menuju sumur resapan, dan disalurkan menuju ke riol kota.
IV.3.8
Analisa Penghawaan Sistem penghawaan di bangunan asrama BiNus menggunakan 2 sistem penghawaan, yaitu: •
Penghawaan alami – Sistem penghawaan udara alami dapat dibuat dengan membuat bukaan yang memungkinkan terjadinya pertukaran udara di dalam ruangan (menggunakan ventilasi silang / cross ventilation) dengan
65
menggunakan jendela ataupun bukaan yang cukup, baik di unit hunian maupun di dalam bangunan.
Gambar 42. Cross ventilation •
Penghawaan buatan – Sistem pendingin udara buatan (Air Conditioner) diperlukan apabila temperatur udara di dalam ruangan tidak dapat memenuhi kenyamanan termal para pengguna asrama. Biasanya AC digunakan di ruangan-ruangan yang digunakan oleh banyak orang, seperti pada ruang serba guna, ruang makan bersama, ruang komunal, ruang belajar, perpustakaan, dan lain-lain. Berikut ini adalah macam-macam air conditioner yang digunakan: AC Window, AC Split, dan AC Central.
Berikut ini adalah perbandingan kelebihan dari masing-masing tipe AC: AC Window AC Split Temperatur setiap Distribusi udara lebih ruangan dapat dikontrol baik dari masing2 unit. Tidak bising (terbagi: in & out door unit), Tidak perlu ducting. evaporator di dalam ruangan, condensor di luar ruangan. Instalasi sangat Dapat dipergunakan sederhana. lebih dari satu ruang
AC Central Distribusi udara lebih baik Energi secara keseluruhan lebih hemat Tidak bising.
Pemeliharaan mudah Tabel 9. Perbandingan kelebihan macam-macam AC
66
Berikut ini adalah perbandingan kekuranganan dari masing-masing tipe AC: AC Window Penempatan pada dinding dapat merusak wajah gedung.
AC Split
AC Central
Ada instalasi ducting.
Initial cost (biaya awal) tinggi
Bising
Butuh ruang untuk out door dan ruang perawatan
Butuh Ruang ducting, isolasi, shaft, AHU.
Umur relatif pendek -4 th.
Perlu disiapkan unit Harga awal lebih mahal tambahan pada saat dari AC Window service.
Energi besar. Tabel 10. Perbandingan kekurangan macam-macam AC Pendingin udara buatan yang akan digunakan pada bangunan asrama ini menggunakan AC Split karena pendistribusian udaranya lebih baik dan dapat digunakan oleh lebih dari 1 ruangan. Penggunaan AC Spilt ini juga dapat diatur pemakaiannya sesuai kebutuhan penggunanya.
Perhitungan pemakaian AC pada Guest House Luas kamar
= 24 m2
Tinggi plafond = 2,8 m Koefisien AC
= 50
Kapasitas AC
= (24 x 2,8) 50 = 1,34
IV.3.9
= 1 PK
Analisa Pencahayaan •
Pencahayaan Alami – Pencahayaan alami dapat digunakan untuk menerangi ruangan di dalam bangunan agar lebih menghemat energi dan biaya listrik.
67
Pencahayaan alami dapat diperoleh dengan membuat bukaan yang cukup atau juga membuat skylight.
Gambar 43. Penggunaan jendela untuk pencahayaan alami •
Pencahayaan Buatan – Menurut Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE dalam bukunya yang berjudul Sistem Bangunan Tinggi, cara yang paling umum digunakan untuk merancang penerangan buatan adalah menentukan tata letak lampu yang dapat memberikan kuat cahaya pada bidang datar yang letaknya berada di sebelah bawah dari letak sumber cahaya. Untuk memperoleh tingkat kenyamanan dan kelancaran operasional bagi pengguna bangunan dalam melakukan akitivitasnya, maka setiap kegiatan atau fungsi ruang mempunyai kuat penerangan yang berbeda.
•
Sumber Cahaya Penerangan Buatan – Lampu-lampu yang biasa digunakan dalam bangunan digolongkan atas lampu pijar, lampu fluorescent, lampu metal halida, lampu merkuri, dan lampu sodium. Lampu-lampu tersebut dibedakan atas: -
Konstruksi dan cara kerjanya
-
Persyaratan untuk menyalakannya
-
Mutu cahaya yang dihasilkan oleh lampu, termasuk warna cahayanya
68
-
Efisiensi (perbandingan antara lumen dan watt).
-
Usia operasional lampu
-
Depresiasi cahaya yang dipancarkan sehubungan dengan usia penggunaan
-
Ragam daya lampu (watt) dan konfigurasinya pada penggunaan
o Lampu fluorescent (lampu TL/TLD, PL, dan SL) mempunyai efficacy tinggi sehingga biayanya rendah. Lampu fluorescent memberikan suasana sejuk dan dapat memantulkan warna benda seperti aslinya. Penggunaan lampu fluorescent lebih disukai dibandingkan lampu pijar karena: -
Menghasilkan 3–5x lumen per Watt
-
Usia lampu 7–20x dari lampu pijar
-
Menghasilkan panas yang lebih yang kecil
-
Dapat tetap beroperasi pada suhu rendah, sampai -28°C
-
Suhu lampu maksimal 40°C
Gambar 44. Berbagai jenis lampu fluorescent o Lampu metal halida, merkuri, dan sodium – cocok untuk penerangan di luar bangunan. Lampu metal halida mempunyai daya antara 250-2.000 Watt. Lampu merkuri mempunyai daya antara 50-1.000 Watt. Lampu
69
sodium tekanan tinggi mempunyai daya antara 70-2.000 Watt, sedangkan lampu sodium tekanan rendah mempunyai daya antara 18-180 Watt.
Gambar 45. Lampu metal halida, lampu merkuri, dan lampu sodium
IV.3.10 Analisa Sistem Sumber Daya Listrik Sumber daya listrik yang akan digunakan di dalam kompleks asrama ini menggunakan listrik dari PLN dan photovoltaic system.
Gambar 46. Photovoltaic system Menurut Prasasto Satwitko dalam bukunya yang berjudul Arsitektur Sadar Energi: Pemanfaatan Komputer dan Internet untuk Merancang Bangunan Ramah Lingkungan, sel surya berasal dari bahan semikonduktor silikon (Si). Berdasarkan bahan pembentuknya, sel surya dibagi menjadi 3 yaitu Monocrystalline Silicon, Polycrystalline Silicon, dan Amorphous Sillicon. Berikut ini adalah keuntungan dari menggunakan sel surya antara lain:
70
•
Membangkitkan listrik tanpa ada bagian yang bergerak sehingga tidak menimbulkan kebisingan maupun asap.
•
Memungkinkan untuk memperoleh listrik di lokasi yang tidak dilalui oleh jaringan listrik umum.
•
Ringan, mudah dipasang, mudah disetel untuk menghasilkan output maksimal, awet, bandel, dan tahan cuaca.
•
Hanya memerlukan perawatan kecil, seperti pembersihan.
•
Tanpa biaya bahan bakar dan hampir tanpa biaya perawatan.
•
Sekali dipasang, hampir selamanya menghasilkan listrik gratis.
•
Menghasilkan listrik searah (DC – Direct Current) yang langsung dapat disimpan di baterai.
•
Tersedia dalam bentuk modul, sehingga mudah ditambah–kurangi sesuai kebutuhan dan dana.
• Menurut Norbert Lechner dalam buku Heating, Cooling, Lighting: Design Methods For Architects, photovoltaic terdiri dari 2 macam yaitu: •
Photovoltaic tanpa baterai – energi yang ditangkap dari sinar matahari langsung diubah menjadi energi listrik dan dipakai langsung untuk keperluan listrik sehari-hari.
71
Gambar 47. Photovoltaic tanpa baterai •
Photovoltaic yang menggunakan baterai – energi yang ditangkap dari sinar matahari langsung diubah menjadi energi listrik dan sebagian dipakai langsung untuk keperluan listrik sehari-hari dan sebagian lagi disimpan di dalam baterai yang dapat digunakan pada malam hari.
Gambar 48. Photovoltaic dengan baterai Sumber daya listrik yang akan digunakan di dalam kompleks asrama BiNus ini menggunakan listrik dari PLN, dan sebagian lagi menggunakan photovoltaic. Photovoltaic yang akan digunakan menggunakan sistem photovoltaic dengan menggunakan baterai sehingga dapat digunakan pada malam hari.
72
Berikut ini adalah perhitungan kebutuhan listrik berdasarkan buku Panduan Ssistem Bangunan Tinggi oleh Jimmy. S.J (2005): •
Kebutuhan listrik untuk penerangan: Hunian asrama
= 10 Watt/m2
Luas total bangunan
= 5.289,60 m2
Kebutuhan listrik untuk penerangan = 52.896 Watt = 53 kW •
Kebutuhan listrik AC: o AC Guest house – Unit kamar guest house menggunakan AC split 1 PK yang membutuhkan listrik sebesar 690 Watt berdasarkan situs http://sharp-indonesia.com/id/produk/home-appliance/air-conditioner/. AC guest house = 16 unit x 690 Watt = 11.040 Watt = 11 kW
•
Kebutuhan listrik pompa air Berdasarkan buku Panduan Ssistem Bangunan Tinggi oleh Jimmy. S.J (2005), perhitungan kebutuhan listrik untuk pompa air dengan total kebutuhan air bersih sebanyak 222.000 liter adalah sebagai berikut: Qmax = c x total air bersih T = 1,5 x 222.000 10 = 33.300 liter/jam = 0,6 m3/menit Tinggi angkat total (Ht) = FF x jumlah lantai x 1,3 = 3,4 x 4 x 1,3 = 17,68 m Daya listrik pompa = 0,163 x 1,2 x Qmax x Ht x γair η
73
= 0,163 x 1,2 x 0,6 x 17,68 x 1 0,6 = 3,4 kW Perkiraan total kebutuhan listrik adalah sebagai berikut: Kebutuhan listrik penerangan = 56 kW Kebutuhan listrik AC
= 11 kW
Kebutuhan listrik pompa air = 3,4 kW Total kebutuhan listrik
= 70,4 kW
Selain listrik dari PLN, sumber daya listrik yang akan digunakan adalah photovoltaic system. Penggunaan photovoltaic system sebesar 20% dari total pemakaian listrik. Berdasarkan situs http://sharp-indonesia.com/id/produk/photovoltaic/solarpanel-%3Cbr%3End%11130t1j/details/, photovoltaic system merk Sharp dengan tipe ND-130T1J memiliki dimensi 0,671 m x 1,491 m x 0,046 m dapat menghasilkan daya listrik sebesar 130 Watt. Listrik yang akan dihasilkan oleh photovoltaic system adalah 20% x 70.400 Watt
= 14.080 Watt
Luas photovoltaic system yang diperlukan adalah 14.080 Watt x 0,671 m x 1,491 m = 108 m2 130 Watt
IV.3.11 Analisa Sistem Pencegah Kebakaran •
Detektor – Untuk mencegah terjadinya kebakaran diperlukan alat peringatan
74
dini atau detektor asap dan panas. Berikut ini adalah beberapa jenis detektor yang biasa digunakan dalam bangunan:
Gambar 49. Jenis-jenis detektor Dalam bangunan asrama ini, detektor yang digunakan hanya detektor ionisasi yang ditempatkan di dapur atau ruangan yang berisi gas yang mudah terbakar/meledak. •
Hidrant dan selang kebakaran – Jika terjadi kebakaran di dalam bangunan, maka perlu tindakan pemadaman yang dapat dilakukan oleh semua orang dengan menggunakan pemadam api ringan (PAR – Fire Extinghuiser) dan selang pemadam kebakaran. Hidrant perlu diletakkan pada jarak 35 meter satu dengan lainnya.
Gambar 50. Alat-alat pemadam kebakaran •
Sprinkler – Bangunan yang memiliki ketinggian kurang dari 25 meter jika terjadi kebakaran masih dapat dipadamkan dari luar dengan menggunakan tangga dan selang penyemprot yang dibawa oleh petugas pemadam kebakaran. Oleh sebab itu, penggunaan sprinkler kurang diperlukan dalam bangunan tersebut.
75
IV.3.12 Analisa Sistem Penggunaan Material Material-material yang digunakan dalam perancangan asrama ini harus yang mempunyai dampak negatif terkecil terhadap lingkungan dan tidak mengandung bahan kimia yang beracun. Material bangunan yang tahan lama juga dapat mempengaruhi umur suatu bangunan dan semakin hemat energi bangunan tersebut maka semakin minimal dampak negatif yang dihasilkan.
IV.3.13 Analisa Sistem Keamanan Sistem keamanan gedung terdiri dari 2 macam, yaitu •
Sistem keamanan dengan menggunakan anak kunci Terdapat dua sistem perkuncian (key system), yaitu : o Sistem master key
Gambar 51. Sistem master key Kunci grand master dapat digunakan untuk membuka seluruh pintu dalam satu bangunan. Kunci master dapat digunakan untuk membuka seluruh pintu pada satu lantai tertentu dalam bangunan. o Sistem penguncian yang dipusatkan (central locking system) Beberapa anak kunci tertentu yang berbeda dapat digunakan untuk membuka satu pintu tertentu.
76
•
Sistem keamanan tanpa anak kunci. Kunci elektronik yang menggunakan kartu magnetik sebagai pengganti anak kunci merupakan sistem pengendalian akses (access control system). Kartu elektronik memuat data-data pemilik kartu tersebut sehingga akan memudahkan jika diperlukan pelacakan.
Gambar 52. Kunci tombol digital dan kartu Sistem keamanan yang akan digunakan pada bangunan asrama BiNus ini menggunakan kartu magnetik sebagai pengganti anak kunci biasa. Kartu magnetik tersebut tidak bisa diduplikasi seperti anak kunci biasa sehingga keamanannya lebih terjamin.
IV.3.14 Analisa Sistem Penangkal Petir Penangkal petir sangat diperlukan untuk bangunan bertingkat untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh petir baik berupa kebakaran ataupun kerusakan jaringan listrik dan elektronik. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan memasang sistem penangkal petir: -
Keamanan secara teknis
-
Penampang hantaran-hantaran pengebumian
77
-
Ketahanan mekanis
-
Ketahanan terhadap korosi
-
Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi
-
Faktor ekonomis
Ada 2 macam penangkal petir yang biasa digunakan pada bangunan, yaitu: •
Penangkal petir sistem Thomas Penangkal petir sistem Thomas mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas, dengan tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya.
Gambar 53. Penangkal petir sistem Thomas
Gambar 54. Penangkal petir dan pengebumian sistem Thomas
78
•
Penangkal petir sistem Prevectron Penangkal petir sistem Prevectron mirip dengan sistem Thomas. Areal perlindungan sistem Prevectron berbentuk paraboloid.
Gambar 55. Penangkal petir sistem Prevectron Penangkal petir yang akan digunakan pada bangunan asrama BiNus ini menggunakan penangkal petir sistem Thomas karena mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas.
IV.3.15 Analisa Sistem Pembuangan Limbah dan Sampah •
Pembuangan limbah Penggunaan septictank pada bangunan yang dihuni oleh orang banyak dirasa kurang memadai, oleh karena itu digunakan sistem pengolahan air limbah (STP – Sewage Treatment Plant)
79
Gambar 56. Sistem pengolahan limbah •
Pembuangan sampah Banyaknya penghuni asrama menyebabkan banyaknya sampah yang dibuang tiap harinya. Oleh sebab itu diperlukan saluran pembuangan sampah yang efektif dan efisien yang memerlukan jalur tersendiri. Di tiap lantai disediakan corong pembuangan sampah yang dibuat serong ke bawah agar sampah yang dibuang tidak masuk ke lantai di bawahnya. Setelah penuh, sampah akan dipadatkan dan selanjutnya bak penampungan yang sudah penuh akan dibuang keluar bangunan dengan kendaraan pengangkut sampah.
80
Gambar 57. Saluran pembuangan sampah
81