i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 4 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika Oleh MARYATI E1R112041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI ................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii ABSTRAK ......................................................................................................................... iv ABSTRACT ........................................................................................................................ v PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................................... 4 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12
iii
iv
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 4 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh Maryati, Nyoman Sridana, Baidowi Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII F SMP N 4 Lingsar. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran belum sesuai dengan karakteristik siswa, siswa belum mampu menyelesaikan tugasnya secara individu dan masih mengharapkan bantuan teman kelasnya. Untuk mengatasi permasalah ini, salah satu caranya adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Lingsar tahun pelajaran 2015/2016 pada materi bangun ruang sisi datar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari tiga siklus, siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, siklus II dan siklus III dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari lima kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat, jika aktivitas belajar siswa dari siklus pertama, siklus kedua dan siklus ketiga dapat meningkat minimal berkategori aktif. Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat, jika pada siklus akhirya itu siklus ketiga siswa tuntas secara klasikal yaitu sekurang-kurangnya 85% siswa telah mencapai KKM 75. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa siklus I, II dan III berturut-turut 20,67 berkategori cukup aktif, 23,58 dan 27,67 berkategori aktif. Sedangkan prestasi siswa yaitu ketuntasan klasikal yang dicapai pada siklus I adalah 62,50%, pada siklus II meningkat menjadi 76,52%, dan pada siklus III meningkat menjadi 87,50%. Dengan demikian dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Lingsar pada materi bangun ruang sisi datar tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci:model pembelajaran kooperatiftipe Team Assisted Individualization (TAI), aktivitas belajar, prestasi belajar. THE APPLICATION OF COOPERATIVE MODEL LEARNING TYPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) ON THE GEOMETRICAL FLAT SIDE SUBJECT TO INCREASE THE LEARNING ACTIVITIES AND STUDENT’S ACHIEVEMENT OF CLASS VIII F ON JUNIOR HIGH SCHOOL 4 LIGSAR
v
IN ACADEMIC YEAR 2015/2016 By Maryati, Nyoman Sridana, Baidowi Study Program of Mathematics Education Mathematics and Basic Science Education Departement, FKIP Mataram University Email:
[email protected] ABSTRACT The background of this research was because there are low activity and student achievement at the VIII-F grade of Junior High School 4 Lingsar. This was because the learning process is not in accordance with the characteristics of the student, student has not able to complete the task individually, and still need another classmates to help them. To overcome this problem, one way was to apply cooperative learning Team Assisted Individualization (TAI). Therefore, this study aims to increase the learning activities and student achievement at the VIII-F grade Junior High School 4 Lingsar in academic year 2015/2016 on the material of geometrical flat side by the apply cooperative model of learning type Team Assisted Individualization. There are 3 cycles in this class action research, the first cycle was implemented until two times and the second and third cycle was implemented until three times. Each cycle consists of five activities: planning, execution, observation, evaluation, and reflection. The indicators of success on this research was to increase student learning activities, if the learning activities of students of the first cycle, second cycle and third cycle can be increased at the least active category. It will be success if on the last cycle students completed in the classical style at the least 85% of students have reached KKM 75. The result of application cooperative model of learning type Team Assisted Individualization in solving problem geometrical flat side subject show some increasing of learning student at the cycle I, II, III consecutive 20.67 with the category was quite activity, 23.58 and 27.67 with the category was activity. While, students achievement on the classical completed in the first cycle was 62.50%, in the second cycle increase was 75.00%, and in the third cycle increase was 87.50%. Therefore, it can be conclude that the application of cooperative model of learning type Team Assisted Individualization geometrical flat side matter subjects was success to increase learning activities and students achievement in the VIII F grade of Junior High School 4 Lingasr in academic year 2015/2016. Key word: cooperative model of learning type Team Assisted Individualization, learning activities, student’s achievement.
1
I. PENDAHULUAN Matematika adalah ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan berguna dalam memecahkan berbagai masalah misalnya geometri. Oleh karena itu mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Dalam pembelajaran matematika digunakan berbagai strategi pembelajaran agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran dan kriteri ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku disekolah. Salah satu komponen dalam strategi pembelajaran adalah model pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
karakteristik siswa akan
mengakibatkan proses pembelajaran yang lebih efektif sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep yang dipelajari. Adapun Karakteristik siswa kelas VIII F secara klasikal yang berhasil diidentifikasi selama observasi antara lain sebagai berikut: (1) Di dalam kelas VIII F ini terdapat beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan matematika lebih baik dari siswa yang lain, siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi ini menjadi pusat bertanya bagi siswa-siswa yang lain dalam kelas tersebut, akibatnya dalam menyelesaikan latihan dan tugas individu, siswa akan berkelompok dengan siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi tersebut. (2) Pada saat mengalami kesulitan dalam pembelajaran maupun latihan soal, siswa lebih sering bertanya kepada siswa yang lain daripada bertanya kepada guru
2
matematikanya. (3) Dan siswa belum dapat menyelesaikan tugasnya secara individu. Prestasi belajar siswa yang diperoleh selama melakukakan observasi merupakan capain belajar siswa dari setiap evaluasi masing-masing kompetensi dasar. Setiap KD mendapat rata-rata nilai siswa berkisar antara 51,25 sampai 64,92. Dan dengan ketuntasan klasikal yang rendah pula, seperti terlihat nilai ulangan tengah semester kelas VIII F dengan nilai rata-rata 59,79 dengan ketuntasan klasikal 25%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada 6 siswa dari 24 siswa yang mendapat nilai sama dengan atau diatas KKM 75. Hal ini disebabkan sebagian besar siswa kelas VIII F masih kesulitan dalam memahami dan mengingat konsep serta rumus-rumus yang telah diajarkan. Beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa ini, antara lain adalah sebagai berikut: (1) Kegiatan belajar mengajar tidak sesuai dengan karakteristik siswa. (2) Siswa malu bertanya kepada guru. (3) Siswa lebih sering atau mengerjakan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran. (4) Kurangnya fasilitas seperti ketersedian buku paket. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa kelas VIII F ini diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa kelas VIII F tersebut berkatagori rendah. Aktivitas belajar siswa yang rendah ini ditandai dengan: (1) Siswa tidak memperhatikan guru saat guru memberikan penjelasan tentang materi yang dipelajari. (2) Siswa tidak aktif dalam berusaha mencari solusi dari permasalahan yang diberikan oleh guru. (3) Siswa malu bertanya kepada guru.
3
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII, rendahnya hasil belajar disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam memahami beberapa materi tertentu. Salah satu materi yang masih sulit dipahami oleh siswa adalah bangun ruang sisi datar. Materi bangun ruang sisi datar merupakan materi dengan nilai rata-rata ulangan harian terendah dibandingkan dengan lingkaran dan garis singgung lingkaran yakni 60,62. Diduga pada kelas VIII F tahun ajaran 2015/2016 akan terulang, karena siswa memiliki karakteristik yang hampir sama dengan siswa tahun sebelumnya. Oleh karena itu maka perlu adanya suatu inovasi dalam kegiatan belajar mengajar matematika sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa khususnya dan tentu agar siswa dapat menyelesaikan tugasnya baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu Model Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) adalah solusi yang tepat untuk mengatasi keadaan tersebut, karena TAI merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Penerapan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization lebih menekankan pada penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi hasil bagi setiap anggota kelompok. Tujuan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization ini untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Lingsar tahun pelajaran 2015/2016 pada materi bangun ruang sisi datar.
4
II. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Lingsar. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII F semester genap tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 24 orang dengan siswa laki-laki sebanyak 10 orang dan siswa perempuan sebanyak 14 orang. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini yaitu faktor siswa dan faktor guru. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada materi bangun ruang sisi datar dengan alokasi waktu yaitu 16 jam pelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, dengan siklus pertama terdiri dari dua pertemuan dan siklus kedua dan ketiga tiga pertemuan dengan pertemuan terakhir diadakan evaluasi. Dari masing-masing siklus dilakukan 5 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan dua instrumen penelitian yaitu lembar observasi dan tes hasil belajar. Sumber data dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII F dan guru mata pelajaran matematika kelas VIII F SMP Negeri 4 Lingsar tahun pelajaran 2015/2016. Analisis data prestasi belajar siswa digunakan rumus
∑
, dengan
x i = nilai skor masing-masing siswa, dan
= nilai rata-rata skor siswa,
= banyaknya siswa di kelas [1].
Ketuntasan belajar secara klasikal dianalisis dengan menggunakan rumus , dengan KB = ketuntasan belajar, n = jumlah siswa yang memperoleh nilai 75, dan N = jumlah siswa. Sedangkan skor aktivitas siswa dianalisis dengan rumus
dengan A = rata-rata skor aktivitas belajar siswa,
5
= total skor aktivitas siswa tiap indikator
= banyak deskriptor pada tiap
indikator [1]. Selanjutnya skor aktivitas guru dianalisis dengan rumus dengan = persentasi aktivitas guru. ∑
∑
,
= jumlah skor yang dipeoleh guru , dan
= skor maksimal. Penelitian ini dikatakan berhasil jika aktivitas belajar siswa dari siklus pertama, kedua dan ketiga dapat meningkat dan minimal berkategori aktif. Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat, jika pada siklus akhir yaitu siklus ketiga siswa tuntas secara klasikal yaitu sekurang-kurangnya 85% siswa telah mencapai KKM 75 setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization. III.
PEMBAHASAN Ringkasan hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Ringkasan hasil penelitian No
Objek
Siklus I II 20,67 23,58 Cukup Aktif Aktif 71,25 76,25
III Rata-rata skor 27,67 1 Aktivitas Kategori Aktif Rata-rata 78,96 2 Prestasi Ketuntasan 62,50% 75,00% 87,50% klasikal Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa adalah 20,67 dan berkategori cukup aktif dan pada siklus II rata-rata skor aktivitas siswa adalah 23,58 dan berkategori aktif. Dan pada siklus III rata-rata skor aktivitas siswa adalah 27,67 yang berkategori aktif. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan skor aktivitas siswa dari siklus I, II dan ke pertemuan III.
6
Dari hasil analisis, aktivitas belajar siswa pada siklus I dikategorikan cukup aktif dengan rata-rata skor 20,67. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI. Misalnya saja siswa belum bisa melakukan pembagian tugas yang baik saat diskusi kelompok. Selain itu siswa masih sungkan untuk mengungkapkan pendapat maupun menyajikan hasil diskusi kelompoknya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI tidak dapat langsung meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa mengggunakan model pembelajaran yang baru. Hasil yang diinginkan memang belum tercapai pada siklus I, tetapi paling tidak ada usaha dari guru untuk memperkenalkan suatu model pembelajaran yang baru bagi siswa. Pada siklus II, guru melakukan beberapa langkah perbaikan berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I sehingga aktivitas siswa mengalami peningkatan, yaitu rata-rata skor aktivitas siswa adalah 23,58 dengan kategori aktif. Guru membagikan LKS kepada masingmasing siswa pada tiap kelompok. Setiap anggota kelompok sudah dapat saling bekerja sama dan bisa bekerja sendiri ketika diberikan tugas individu walaupun ada beberapa siswa yang belum selesai sampai waktu yang telah ditentukan. Pada siklus III, guru melakukan beberapa perbaikan berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus II dan aktivatas siswa aktif. Walaupun aktivitas siswa tetap berkategori aktif sama dengan siklus II, tetapi pada siklus III sudah mengalami peningkatan rata-rata skor aktivitas siswa adalah 27,67. Pada siklus III siswa antusias mengikuti pembelajaran dan tidak
7
sungkan atau malu-malu bertanya jika mengalami kesulitan, karena siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaraan kooperatif tipe TAI. Hal ini sesuai dengan definisi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubuhan pada diri seseorang seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya kecakapan dan kemampuannya dan lain aspek yang ada pada individu [2]. Dan diperkuat dengan definisi bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya [3]. Berdasarkan analisa data prestasi belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 71,25 belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75 dan ketuntasan klasikal 62,50%. Sementara itu dari hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I diperoleh bahwa masih terdapat beberapa kekurangan pada proses pembelajaran, guru belum menyampaikan materi bangun ruang sisi datar dengan jelas. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran guru hanya menerangkan materinya saja. Namun, tidak mengkaitkan dengan permasalahan dunia nyata sehingga siswa masih bingung menerima materi dan aktivitas siswa dalam kelas masih didomonasi oleh siswa pintar. Pada saat tahap mengevaluasi siswa masih banyak yang malu-malu untuk maju kedepan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya selain itu kelompok lain juga melakukan hal serupa sehingga diskusi kurang berjalan
8
dengan baik. Dan siswa terlihat masih belum mampu menarik kesimpulan pada akhir pembelajran sehingga tidak didapatkan kesimpulan yang baik. Selain itu alokasi waktu juga menjadi kendala pada pertemuan pertama siklus I karena materinya yang cukup banyak. Ciri khas pada model TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan dibahas oleh anggota kelompok, serta semua anggota kelomok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama [4]. Siklus II terdapat beberapa perbaikan yang mengacu pada kekurangan yang ada pada siklus I dengan tetap menggunakan model yang sama kooperatif tipe TAI. Adapun tindakan perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi kekurangan pada siklus I. guru memperbanayak jumlah LKS sehingga masingmasing siswa mempunyai LKS dan mengerjakan soal secara individu dengan tenang. Guru juga harus lebih menyajikan materi dengan jelas sehingga siswa dapat menerima pembelajaran dengan baik. Selain itu guru harus lebih memotivasi siswa dengan cara memberikan manfaat apa saja yang akan didapatkan jika mempelajari materi bangun ruang sisi datar. Guru juga perlu membawa reward dan memberikan didalam kelas pada setiap pertemuan yaitu pada kelompok yang berani mempresentasikan hasil kerjanya serta bagi kelompok terbaik selama proses pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa lebih terpacu terlibat aktif dalam pembelajaran. Selain itu guru meminta langsung kepada kelompok lain agar mengomentari hasil kerja
9
teman kelompoknya. Perbaikan terakhir guru membantu siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah penerapan perbaikan pada kekurangan yang ada pada siklus I, terjadi peningkatan pada prestasi belajar siswa. Prestasi belajar ini mengalami peningakatan pada nilai rata-rata dan juga ketuntasan klasikal yang tadinya 71,25 menjadi 76,52 dan ketuntasan klasikal dari 62,50% menjadi 75,00%. Peningkatan ini dikarenakan siswa mulai terbiasa menggunakan model pembelajaran ini. Walaupun demikian masih ada beberapa kekurangan yang ditemukan pada siklus II seperti masih ada siswa yang belum tertib dalam berkelompok karena saling tunggu menyelesaikan tugas individu dan sebagian siswa masih bingung dengan LKS yang diberikan karena keterangan dan perintah dalam LKS masih kurang jelas. Siswa belum mau bertanya mengenai kesulitannya dalam pembelajaran. Namun hanya sebagian kelompok saja yang maju presentasi di depan kelas dikarenakan masalah waktu pembelajaran. Karena masalah waktu guru lupa menyampaikan kepada siswa mengenai materi apa yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Untuk mengatasi kekurangan di siklus II, guru dalam hal ini peneliti melakukan perbaikan-perbaikan dalam tindakan pelaksanaan pembelajaran di siklus III. Perbaikan itu antara lain guru menunjuk salah seorang siswa pada masing-masing kelompok untuk menjadi ketua kelompok yang bertugas mengatur teman kelompoknya. Selain itu guru menanyakan kepada siswa mengenai permasalahan apa yang dialami dalam belajar. Tak lupa guru juga
10
perlu memperhatikan alokasi waktu pada tiap tahap dan menyampaikan pada akhir pembelajaran untuk mempelajari materi berikutnya Berdasarkan pada tabel 1 ringakasan hasil prestasi belajar siswa dari siklus ke siklus mengalami peningkatan, hingga prestasi belajar tercapai dengan ratarata 78,96 dan ketuntasan klasikal 87,50%. Berdasarkan indikator keberhasilan penelitian dikatakan meningkat, jika pada siklus akhir yaitu siklus III siswa tuntas secara klasikal yaitu sekurang-kurangnya 85% siswa telah mencapai KKM 75. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan terutama praktek pembelajaran dikelas. Sehingga dapat dilihat hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ( Team Assisted Individualization) pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII F SMP Negeri 4 Lingsar tahun pelajaran 2015/2016 terjadi perbaikan dalam proses pembelajaran yang berlangsung pada tiap siklusnya. Pelaksanaan penelitian yang dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI telah dapat meningkatkan prestasi belajar, meningkatnya prestasi belajar sejalan dengan meningkatnya pula aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan TAI terdiri dari 6 tahapan yang mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam setiap tahapannya. Pembelajaran dengan menerapkan kooperatif tipe TAI membantu siswa yang lemah dalam memahami materi pelajaran, siswa yang pandai membantu yang lemah dalam kelompoknya, tidak ada persaingan antar siswa
11
karena siswa saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara berpikir yang berbeda, siswa termotivasi untuk belajar cepat dan akurat [5]. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan yaitu: model pembelajaraan kooperatif tipe TAI membutuhkan persiapan serta perencanaan yang baik. Pengaturan waktu yang baik, serta strategi menghadapi hambatan dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga tercipta proses pembelajaran yang efektif dan membantu siswa mendapatkan
pengalaman
belajar
yang
bermakna.
Dengan
demikian,
berdasarkan uraian di atas maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan prestasi siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Lingsar pada materi bangun ruang sisi datar tahun pelajaran 2015/2016. IV.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penerapan
model
pembelajaraan
kooperatif
tipe
Team
Assisted
Individualization (TAI) pada materi bangun ruang sisi datar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Lingsar. 2. Penerapan
model
pembelajaraan
kooperatif
tipe
Team
Assisted
Individualization (TAI) pada materi bangun ruang sisi datar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Lingsar. Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
12
1. Bagi guru matematika SMP Negeri 4 Lingsar diharapkan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran pada materi yang sesuai dengan karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). 2. Untuk penelitian selanjutnya yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
DAFTAR PUSTAKA
[1] Nurkencana, W. dan PPN. Sunarta. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. [2] Sudjana, D. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production. [3] Djamarah, S. B. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. [4] Widyantini, T. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Modul ini disampaikan pada pembinaan guru Matematika di Yogyakarta tahun 2006. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional. [5] Slavin, E. R. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik (diterjemahkan oleh Narulito Yusron). Bandung: Nusa Media.