ARTIKEL IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SENAM LANTAI
Oleh Ni Made Darmita Dewi NIM 0916011117
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013
0
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SENAM LANTAI NI Made Darmita Dewi NIM 091601117 PENJASKEREK FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja, Jalan Udayana Singaraja – Bali Tlp. (0362) 32559
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Bebandem Tahun Pelajaran 2013/2014.Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan guru sebagai peneliti. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan rancangan siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas kelas VIII B SMP Negeri 1 Bebandem yang jumlahnya 31. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif.Hasil penelitian data aktivitas belajar teknik dasar berguling senam lantai mengalami peningkatan sebesar 1,85 dari 6,25 pada siklus I menjadi 8.1 pada siklus II yang tergolong aktif. Sedangkan untuk hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai mengalami peningkatan sebesar 41,84 dari 45,16% pada siklus I menjadi 87% pada siklus II yang tergolong baik.Dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar barguling senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Bebandem Tahun Pelajaran 2013/2014.Disarankan kepada guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Abstract: This study aims to improve the activity and results of learning basic techniques
gymnastics floor rolling through the implementation of cooperative learning model NHT on eighth grade students of SMP Negeri 1 B Bebandem the Academic Year 2013/2014 This study is action research with teachers as researchers . The research was conducted by 2 cycles with the design cycle of planning, implementation, observation / evaluation and reflection. The subjects were students of class VIII class B SMP Negeri 1 Bebandem amount to 31. Data were analyzed using descriptive statistics. Results of research activity data to learn the basic techniques of rolling gymnastics floor increased by 1.85 from 6.25 in the first cycle to 8.1 in the second cycle are classified as active. As for the result of learning the basic techniques of rolling gymnastics floor increased by 41,84 of 45,16 % in the first cycle to 87 % in the second cycle is quite good. It can be concluded that the activity of the basic techniques and learning outcomes barguling floor exercises increased through the implementation of cooperative learning model NHT on eighth grade students of SMP Negeri 1 B Bebandem the Academic Year 2013/2014. Recommended to teachers of Physical Education, Sport and Health to implement cooperative learning model NHT as shown to enhance the activity and learning outcomes
Kata-kata kunci: NHT, aktivitas, hasil belajar, berguling
1
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha sadar
kurikulum operasional yang disusun dan
untuk menyiapkan peserta didik melalui
dilaksanakan
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan
pendidikan”.
yang menjadi tolak ukur dan memiliki peranan
oleh
masing-masing
satuan
Salah satu materi yang diberikan
di masa akan datang yang berlangsung seumur
dalam pembelajaran
hidup dengan tujuan meningkatkan kualitas
materi pembelajaran senam lantai yang terdiri
kehidupan pribadi dan masyarakat secara
yaitu materi teknik dasar berguling (roll) yang
komprehensif
terdiri dari berguling ke depan dan berguling
2007:30). pendidikan
(Santyasa
Selain
itu
nasional
dan
salah
Sukandi,
satu
menurut.
tujuan
ke
Depdiknas
belakang.
penjasorkes
Walaupun
berguling (ke
depan
terdapat
pembelajaran
dan
berguling
ke
(2009) adalah “meningkatkan penguasaan
belakang) kelihatan mudah untuk dilakukan,
ilmu pengetahuan dan teknologi”.
namun dalam kenyataan hasil pembelajaran
Sesuai dengan Permendiknas Tahun
teknik dasar berguling (ke depan dan ke
41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk
belakang) senam lantai belum optimal, hal ini
satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa,
terlihat dari kurangnya penguasaan siswa di
“proses pembelajaran pada setiap satuan
dalam melakukan proses pembelajaran teknik
pendidikan
dasar
dasar
dan
menengah
harus
berguling
senam
lantai
terutama
interaktif, insfiratif, menyenangkan menantang
pelaksanaan dan akhir baik berguling kedepan
dan
maupun berguling ke belakang.
memotivasi
peserta
didik
untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
Berdasarkan observasi awal yang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
peneliti lakukan, pada hari Selasa, tanggal 30
kemandirian sesua dengan bakat, minat dan
Juli sampai 6 Agustus 2013 di kelas VIII B
perkembangan fisik serta psikologis peserta
SMP Negeri 1 Bebandem mengenai materi
didik”.
teknik dasar berguling (ke depan dan ke Upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan
dapat
penyempurnaan
dilakukan
kurikulum.
belakang) senam lantai. Dengan mengamati
melalui
aktivitas
dan
hasil
belajar
siswa
yang
Kurikulum
berjumlah 31 orang (17 orang putra dan 14
pengajaran yang sebelumnya menggunakan
orang putri), dimana pada aktivitas belajar
Kurikulum
(KBK)
teknik dasar berguling (ke depan dan ke
sekarang disempurnakan menjadi Kurikulum
belakang) senam lantai, siswa yang berada
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
pada kategori sangat aktif sebanyak tidak ada
Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1,
(0%), aktif sebanyak 10 orang (32,26%),
ayat 15) b dikemukakan bahwa “Kurikulum
cukup aktif sebanyak 16 orang (51,61%),
Berbasis
Kompetensi
2
kurang aktif sebanyak 5 orang (16,13%), dan
pasif dalam menerima pembelajaran, dalam
sangat kurang aktif tidak ada (0) (Data primer,
pembelajaran
Agustus 2013). Rata-rata persentase aktivitas
mengemukakan
belajar siswa secara klasikal 5,74%. Dengan
materi yang diajarkan yakni khususnya materi
persentase yang seperti itu, maka dapat
berguling senam lantai (berguling ke depan
dikatakan
dan
aktivitas
belajar
siswa
secara
siswa
masih
pendapat
berguling
ke
takut sesuai
belakang),
dalam dengan
proses
klasikal pada teknik dasar berguling (ke depan
pembelajaran kurang menyenangkan sehingga
dan ke belakang) senam lantai berada dalam
siswa
kategori cukup aktif. Permasalahan yang lain
melakukan gerakan. Adapun permasalahan
juga terdapat pada hasil belajar teknik dasar
yang dialami siswa dalam pembelajaran
berguling (ke depan dan ke belakang) senam
tersebut dari segi aktivitas belajar siswa
lantai, siswa yang berada pada kategori sangat
adalah: (1) dilihat dari segi mental masalah
baik sebanyak tidak ada (0%), baik sebanyak
yang
6 orang (19,35 %), cukup baik sebanyak 20
mengambil keputusan yang dihadapi dalam
orang (64,52 %) kurang baik sebanyak 5 orang
proses pembelajaran teknik dasar berguling
(16,13%), dan sangat kurang baik tidak ada
(berguling ke
(0%). Secara keseluruhan untuk hasil belajar
belakang) senam lantai, (2) dari segi metrik
siswa hanya terdapat 6 orang (19,35%) yang
masalah yang timbul yaitu siswa tidak mau
tuntas, dan yang tidak tuntas sebanyak 25
mencoba
orang (80,65%) (Data primer, Agustus 2013).
berguling (berguling ke depan dan berguling
Dengan presentase di atas, maka dapat
ke belakang) senam lantai dengan baik dan
dikatakan hasil belajar siswa secara klasikal
benar, (3) dari segi emosional masalah yang
pada teknik dasar berguling senam lantai
timbul yaitu siswa tidak bersemangat dalam
sebesar 64,84% dikategorikan cukup baik atau
melakukan gerakan teknik dasar berguling
tidak tuntas. Hasil belajar dikatakan tuntas
(berguling ke
atau berhasil apabila berada pada pesentase
belakang) senam lantai, (4) dari segi visual
70% secara klasikal. Dengan menganalisa data
masalah yang timbul yaitu siswa tidak
hasil belajar siswa secara keseluruhan terlihat
memperhatikan teman atau anggota kelompok
hasil belajar masih tergolong rendah dan
dalam
kurang, karena belum memenuhi standar
berguling (berguling ke depan dan berguling
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Sekolah.
ke belakang) senam lantai. Sedangkan untuk
Masalah umum yang dialami siswa
hasil belajar siswa terdapat pada aspek
dalam proses pembelajaran teknik dasar
kognitif dan psikomotor yang masih kurang,
berguling (ke depan dan ke belakang) senam
untuk aspek afektifnya sudah berada dalam
lantai, dalam proses pembelajaran suasana
kategori baik. Permasalahan pada aspek
masih sangat kaku karena pembelajaran sangat
kognitif adalah kurangnya pemahaman siswa
di dominasi oleh guru sehingga siswa menjadi
mengenai materi teknik dasar berguling 3
tidak
timbul
terlihat
yaitu
depan
bersemangat
siswa
dan
gerakan-gerakan
depan
dan
mendemonstrasikan
tidak
dalam
dapat
berguling
teknik
dasar
berguling
teknik
ke
ke
dasar
(berguling ke
depan
dan
berguling
ke
peningkatan terhadap aktivitas dan hasil
belakang) senam lantai yaitu pada pemahaman
belajar
passing
mengenai sikap pelaksanaan dan akhiran, hal
implementasi model pembelajaran koopertif
ini disebabkan oleh kurangnya kesempatan
tipe NHT pada siswa kelas VIII B SMP 1
yang diberikan untuk siswa dalam memahami
Kubutambahan, (2) Ardika (2012) yang
materi teori dalam materi teknik dasar
menyatakan adanya peningkatan aktivitas dan.
berguling (berguling ke depan dan berguling
Pada model pembelajaran kooperatif
basket
tipe
psikomotor permasalahan yang terjadi adalah
kelompok diberikan nomor tertentu dan
masih banyak siswa yang salah dalam
setelah siswa mendiskusikan permasalahan
melakukan
sikap
yang ditugaskan dalam kelompoknya, guru
pelaksanaan, dan sikap akhir baik teknik dasar
memanggil nomor tertentu dan menunjuk
berguling ke depan maupun teknik dasar
secara
berguling ke belakang.
jawabannya kepada seluruh kelas. Cara kerja
Tujuan
baik
dari,
penelitian
ini
masing-masing
acak
untuk
siswa
melalui
ke belakang) senam lantai. Pada aspek
gerakan,
NHT,
bola
dalam
mempresentasikan
untuk
ini tidak memungkinkan adanya dominasi,
meningkatkkan aktivitas dan hasil belajar
melainkan semua siswa dalam kelompok
khususnya pada pendidikan jasmani, olahraga
dituntut partisipasinya secara merata dalam
dan kesehatan materi teknik dasar berguling
proses diskusi, tidak hanya berorientasi pada
senam lantai yaitu dengan menerapkan model
hasil dan siswa dituntut untuk memiliki
pembelajaran kooperatif tipe Numbered-Head
tanggung
Together (NHT). Menurut Trianto (2007),
mewakili kelompoknya dengan baik.
jawab
perorangan
agar
dapat
model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Sesuai dengan masalah yang peneliti
merupakan model pembelajaran kooperatif
temui dalam observasi, maka peneliti ingin
yang dirancang untuk melibatkan lebih banyak
melakukan
siswa dalam menelaah materi yang mencakup
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif
dalam
mengecek
Tipe Numbered-Head Together (NHT) Untuk
pemahaman terhadap isi pelajaran tersebut.
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT ini
Teknik Dasar Berguling Senam Lantai Pada
dapat memberikan variasi dalam kegiatan
Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Bebandem
pembelajaran dimana siswa tidak hanya
Tahun Pelajaran 2013/2014.
belajar
suatu
di
pelajaran
dalam
dan
kelompok
penelitian
dengan
judul
namun
berkesempatan hadir di depan kelas.
METODE PENELITIAN “Dalam
Selain itu, pemilihan tentang model
penelitian
ini,
bentuk
pembelajaran NHT ini diperkuat oleh hasil
penelitian tindakan kelas yang digunakan
penelitian dari peneliti-peneliti sebelumnya,
adalah guru sebagai peneliti, yaitu guru dalam
antara lain: (1) penelitian yang dilakukan oleh
hal ini peneliti berperan sangat penting dalam
Supriyadnyana
proses PTK. Guru atau peneliti terlibat secara
(2012)
yang
adanya 4
penuh
aksi
ke dalam data hasil penelitian hasil belajar
(tindakan), evaluasi, dan refleksi” (Kanca I
siswa dengan materi berguling ke depan
Nyoman, 2008:100). Dalam bentuk penelitian
senam lantai pada siswa kelas VIII B SMP
yang demikian, guru mencari problem sendiri
Negeri
untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan
2013/2014 dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
kelas.
dalam
Peran
proses
pihak
perencanaan,
lain
dalam
1
Bebandem
Tahun
Pelajaran
bentuk
penelitian guru sebagai peneliti sangat kecil atau hanya bersifat konsultatif.
Tabel 1.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Berguling ke Depan Senam Lantai pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Bebandem
HASIL PENELITIAN Data observasi aktivitas belajar siswa diperoleh berdasarkan kemunculan indikator aktivitas belajar teknik dasar berguling senam lantai sesuai dengan yang tertera pada lembar observasi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh 2 orang evaluator terhadap proses pembelajaran pada siklus I, didapatkan data sebagai berikut: siswa yang berada pada katagori sangat aktif sebanyak tidak ada (0%), kategori aktif sebanyak 4 orang (12.9%),
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa
kategori cukup aktif
26 orang (83.9%),
pada siklus I, maka dapat dikelompokan ke
kategori 1 orang (3.2%), dan kategori sangat
dalam data hasil penelitian hasil belajar siswa
kurang aktif tidak ada (0%). (lihat tabel 4.3)
dengan materi berguling ke belakang senam lantai pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1
Tabel 1.1 Persentase Aktivitas Belajar Teknik Dasar Berguling Senam Lantai Pada Siklus I.
Bebandem Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut Tabel 1.3 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Berguling ke Belakang Senam Lantai pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Bebandem
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa pada siklus I, maka dapat dikelompokan 5
kategori kurang aktif sebanyak tidak ada (0%) dan kategori sangat kurang aktif sebanyak Berdasarkan analisis data pada siklus
tidak ada (0%), (lihat tabel 4.6)
I, dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan materi
berguling
senam
lantai
belum
memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah yaitu sebesar 70%. Hal ini dapat Tabel 1.4 Pesentase Aktivitas Belajar Teknik Dasar Berguling Senam Lantai pada Siklus II
dilihat dari data penelitian siklus I. data pada siklus I menunjukkan 11 orang siswa (35,1%) yang belum tuntas pada materi berguling ke depan senam lantai dan 15 orang siswa (54.58%) yang belum tuntas pada materi berguling ke belakang senam lantai, sehingga pelaksanaan dalam penelitian ini dilanjutkan ke siklus II dengan materi berguling (ke depan dan ke belakang) senam lantai. Hasil dari refleksi siklus I ini yang nantinya akan digunakan
sebagai
referensi
Berdasarkan analisis data hasil belajar
dalam
siswa
melaksanakan penelitian pada siklus II dengan
pada
siklus
II,
maka
dapat
dikelompokan ke dalam data hasil penelitian
tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dengan materi berguling ke
belajar berguling senam lantai.
depan senam lantai pada siswa kelas VIII B II
SMP Negeri 1 Bebandem tahun pelajaran
diperoleh dengan cara yang sama dengan
2013/2014 dapat dilihat pada tabel 4.7 di
pelaksanaan
siklus
bawah ini.
menggunakan
metode
Data
belajar
aktivitas
siswa
belajar
I
siklus
yaitu,
dengan
observasi
aktivitas
diperoleh
Tabel 1.5 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Berguling ke Depan Senam Lantai pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Bebandem
berdasarkan
kemunculan indikator aktivitas belajar teknik dasar berguling senam lantai sesuai dengan yang
tertera
pada
lembar
observasi.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh 2 orang evaluator terhadap proses pembelajaran pada siklus II, didapatkan data sebagai berikut: siswa yang berada pada katagori sangat aktif sebanyak 4 orang (12,9%), kategori aktif sebanyak 27 orang (87,1%), kategori cukup aktif tidak ada (0%),
6
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa
pada
siklus
II,
maka
yang tergolong kategori tidak tuntas secara
dapat
individu yaitu sebanyak 12 orang dengan nilai
dikelompokan ke dalam data hasil penelitian
C
(cukup).
Sedangkan
untuk
rata-rata
belajar siswa dengan materi berguling ke
persentase hasil belajar berguling ke belakang
belakang senam lantai dapat dilihat pada tabel
senam lantai pada siklus I adalah sebesar
4.8 di bawah ini.
69.1% berada pada kategori cukup baik. Beberapa siswa yang tergolong kategori tidak
Tabel 1.6 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Berguling ke Belakang Senam Lantai pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Bebandem
tuntas secara individu yaitu sebanyak 11 orang dengan nilai C (cukup) dan 1 orang dengan nilai D (kurang). Ini berarti bahwa tingkat penguasaan materi teknik dasar berguling (ke depan dan ke belakang) senam lantai secara individu pada siklus I, masih terdapat siswa yang belum tergolong kategori tuntas. Hal ini terbukti dari hasil refleksi siklus I yang dimana dari segi aktivitas belajar masih ada beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi siswa pada materi teknik dasar berguling senam lantai antara lain: (1) Dari
PEMBAHASAN Melalui
segi
siswa
tidak
mendengarkan
model
penjelasan dari teman maupun kelompok yang
pembelajaran kooperatif tipe NHT, maka
sedang persentasi tentang materi teknik dasr
diperoleh hasil analisis data pada siklus I yaitu
berguling senam lantai, dan (2) dari segi
rata-rata aktivitas belajar berguling senam
metrik,
lantai secara klasikal adalah sebesar 6.25.
memecahkan masalah yang dihadapi alam
Dilihat dari kriteria tersebut, maka aktivitas
proses pembelajaran teknik dasar berguling
belajar berguling senam lantai pada siklus I
senam lantai. Dari hasil refleksi siklus I,
secara klasikal tergolong cukup aktif. Ini
tindakan perbaikan yang dilakukan untuk
menunjukkan bahwa tingkat kualitas aktivitas
mengatasi permasalahan tersebut adalah (1)
belajar berguling (ke depan dan ke belakang)
menyuruh siswa agar lebih mendengarkan
senam lantai pada siklus I belum memenuhi
penjelasan tman atau kelompok yang sedang
standar ketuntasan aktivitas belajar di sekolah
persentasi agar pembelajaran menjadi lebih
VIII B SMP Negeri 1 Bebandem
efektif dan efisien, dan (2) memberikan lebih
Rata-rata
implementasi
audio,
persentase
hasil
siswa
masih
kurang
mampu
belajar
banyak kesempatan siswa untuk berdiskusi
teknik dasar berguling ke depan senam lantai
dengan kelompok agar mampu memecahkan
pada siklus I adalah sebesar 68.9% berada
masalah
pada kategori cukup baik. Beberapa siswa
pembelajaran. 7
yang
d
hadapi
dalam
proses
Kemudian dilihat dari hasil belajar
berguling senam lantai pada siklus I ke siklus
siswa, pada aspek psikomotor ada beberapa
II mengalami peningkatan sebesar 1.85 dari
siswa yang melakukan kesalahan-kesalahan
6.25 menjadi 8.1.
gerakan teknik dasar berguling senam lantai.
Kemudian untuk rata-rata persentase
Untuk teknik dasar berguling ke depan: (1)
hasil belajar berguling ke depan senam lantai
dari sikap awal, masih ada beberapa siswa
pada siklus II diperoleh sebesar 77.4% yang
yang kedua lutut dan kakinya kurang rapat, (2)
tergolong kategori baik. Dari data hasil belajar
pada
kurang
tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar
digulingkan ke depan hingga panggul bagian
berguling ke depan senam lantai pada siklus I
belakang belum menyentuh matras, dan (3)
ke siklus II mengalami peningkatan sebesar
pada sikap akhir, siswa belum terbiasa
8.7% dari 68.9% menjadi 77.6%. Sedangkan
memegang lutut setelah melakukan gerakan.
untuk
Sedangkan untuk berguling ke belakang: (1)
berguling ke belakang senam lantai pada
dari sikap pelaksanaan, kedua telapak tangan
siklus II diperoleh sebesar 76.3% yang
kurang mendorong badan hingga posisi badan
tergolong kategori baik. Dari data hasil belajar
masih jatuh ke samping, dan (2) pada sikap
tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar
akhir, pandangan kurang mengarah ke depan
berguling ke belakang senam lantai pada
dan tangan siswa belum terbiasa memegang
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan
lutut setelah melakukan gerakan.
sebesar 5.1% dari 69.1% menjadi 74.2%.
sikap
pelaksanaan,
badan
rata-rata
persentase
hasil
belajar
Berdasarkan permasalahan tersebut
Berdasarkan uraian di atas, ini berarti
maka langkah perbaikan yang dilakukan
bahwa tingkat penguasaan materi teknik dasar
adalah
dengan
berguling (ke depan dan ke belakang) senam
mendemontrasikan kembali gerakan berguling
lantai pada siklus II sudah memenuhi standar
(ke depan dan ke belakang) senam lantai mulai
ketuntasan secara klasikal yaitu sebesar 70%
dari sikap awal, sikap pelaksanaan, dan sikap
sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
akhir.Berdasarkan
maka
(KKM) pada kelas VIII B SMP Negeri 1
pelaksanaan penelitian ini dilanjutkan ke
Bebandem, namun masih ada 7 orang siswa
siklus II. Hasil dari refleksi siklus I ini yang
untuk berguling ke depan dan 8 orang siswa
nantinya akan digunakan sebagai referensi
untuk berguling ke belakang secara individu
dalam melaksanakan penelitian pada siklus II
pada siklus II yang belum tergolong kategori
dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas
tuntas. Berdasarkan uraian di atas, adapun
dan hasil belajar. Adapun hasil analisis data
hasil data penelitian siklus I dan siklus II
pada siklus II, yaitu dimana untuk aktivitas
diperoleh rata-rata aktivitas belajar berguling
belajar berguling senam lantai secara klasikal
senam lantai secara klasikal yaitu sebesar 7.2
diperoleh sebesar 8.1 yang tergolong kategori
yang berada pada kategori aktif. Sedangkan
aktif. Dari hasil data aktivitas belajar tersebut
untuk hasil belajar berguling ke depan senam
dapat
lantai secara klasikal yaitu sebesar 73% yang
membantu
dikatakan
uraian
bahwa
siswa
di
atas,
aktivitas
belajar 8
berada pada kategori baik, dan hasil belajar
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa
berguling ke belakang senam lantai secara
kelas
klasikal yaitu sebesar 72.7% yang berada pada
keberhasilan penelitian ini dikarenakan model
kategori baik
pembelajarn kooperatif NHT pada proses
Peningkatan ini tidak terlepas dari
V
Sidoarjo
pelaksanaannya
mata
menitik
pelajaran
beratkan
IPS,
pada
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
kemampuan berfikir dalam diskusi kelompok.
NHT
Ni Made Dwi Antari dalam skripsinya yang
secara
perbaikan
optimal
dengan
pembelajaran
perbaikandengan
menyimpilkan aktivitas dan hasil belajar
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
berguling (roll) senam lantai meningkat
setiap siklus sebelumnya. Keberhasilan dalam
melalui
penelitian ini sesuai dengan dikemukakan oleh
kooperatif tipe NHT pada siswaa kelas X TKJ
Hamalik (2006 : 171) yang menyatakan bahwa
2 SMK Negeri 1 Bangli. Penelitian yang
pembelajaran
adalah
dilakukan oleh I Made Lanang Bawa, dalam
pembelajaran yang menyediakan kesempatan
skripsinya yang menyimpulkan aktivitas dan
belajar sendiri dan beraktivitas sendiri kepada
hasil belajar passing sepak bola meningkat
siswa. Siswa belajar dan beraktivitas sendiri
melalui implementasi model pembelajaran
untuk memperoleh pengalaman, pengetahuan,
kooperatif tipe NHT pada siswa kelas X 1
pemahaman, dan tingkah laku lainnya serta
SMA Negeri 1 Sukasada. Dalam hal ini,
mengembangkan
kegiatan
yang
sesuai
efektif
keterampilannya
yang
penerapan
atau
model
aktivitas
pembelajaran
belajar
siswa
bermakna. Dan hasil penelitian ini juga
merupakan pondasi dan prinsip fundamental
dikuatkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya
untuk mencapai hasil belajar yang lebih
yakni penelitian yang dilakukan oleh Gede
optimal.
hendri Ari Susila (2011), dari hasil penelitian
perubahan
yang dilakukan pada siswa kelas XI SMK di
sebagai hasil dari situasi belajar. Hasil belajar
Singaraja terbukti penggunaan pembelajaran
beranekaragam
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan
menyangkut belajar fakta sederhana maupun
aktivitas
keterampilan-keterampilan
dan
hasil
belajar
keberhasilan
Hasil
belajar
struktur
menunjuk
pengetahuan
besarnya,
pada
individu
baik
teknis
yang
yang
penelitian ini dikarenakan model pembelajaran
bersifat kompleks. Hasil belajar juga berbeda
kooperatif tipe NHT memiliki kekuatan pada
dalam kawasan isi, yang meliputi hasil belajar
tujuan kekompakan akuntabilitas individu dan
efektif dan keterampilan-keterampilan sosial,
penghargaan kelompok ketiga komponen ini
keterampilan-keterampilan
diduga kuat memberikan sumbangan yang
pengetahuan prosedural.
efektif untuk kesuksesan kooperatifntipe NHT
motorik,
Berdasarkan hal di
dan
atas peneliti
dalam meningkatkan aktivitas dan hasil
menyarankan kepada guru penjasorkes untuk
belajar. Eka Putri Nilasari (2013) Dari hasil
menggunakan model pembelajaran ini sebagai
penelitiannya menemukan bahwa hasil belajar
salah
meningkat
pembelajaran di kelas, sehingga tidak terjadi
melalui
penerapan
model 9
satu
alternatif
dalam
pengelolaan
kesenjangan lagi dalam proses pembelajaran.
Saran yang ingin disampaikan peneliti
Dan siswa dapat memperoleh hasil yang
kepada
maksimal nantinya.
mengimplementasikan model pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian di atas
guru
penjasorkes
meningkatkan
penelitian dapat dikatakan berhasil, karena
belajarberguling senam lantai.
akhir
penelitian
semua
dapat
kooperatif tipe NHT, karena terbukti dapat
dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
pada
agar
aktivitas
dan
hasil
kriteria
keberhasilan yang ditetapkan tepenuhi. Namun
DAFTAR RUJUKAN
demikian, dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam pembelajaran
Santyasa. 2007. Model-Model Pemblajaran Inovetif. Singaraja
berguling senam lantai, adapun keterbatasan
Depdiknas. 2006. Pedoman Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Orkes.
dalam penelitian ini yaitu, hanya memilih satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan
Trianto. 2007. Model-Model Pemblajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakaarta : Prestasi Pustaka
aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai.
Hamalik, SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Aktivitas belajar teknik dasar berguling (berguling ke depan dan berguling ke belakang) senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Bebandem tahun pelajaran 2013/2014. Hasil belajar teknik dasar berguling (berguling ke depan dan berguling ke belakang) senam lantai meningkat melalui implementasi
model
pembelajaran
kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Bebandem tahun pelajaran 2013/2014.
10
Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
11