ANALISIS PENILAIAN PESERTA DIKLAT TERHADAP WIDYAISWARA DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO By : Drs. Swengli Umar, M.Si
A. Pendahuluan Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan Kementerian Agama RI Jakarta. Ini merupakan tantangan dari Balai Diklat Manado karena setiap tahun volume kediklatan semakin hari semakin meningkat seiring dengan semakin fokusnya pemerintah dalam mengembangkan SDM Aparatur Negara. Untuk itu Balai Diklat Keagamaan Manado harus melaksanakan pendidikan dan pelatihan se-efektif mungkin agar supaya anggaran besar yang dikeluarkan oleh pemerintah itu tidaklah terbuang sia-sia. Pada kesempatan ini akan difokuskan pada bagaimana menciptakan suatu proses kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Sudah sejak lama balai diklat selalu melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran akan tetapi sudah sejauh mana tingkat validitas dan reliabilitas dari pengukuran tersebut. Hal ini sangat penting mengingat bahwa penilaian tidak akan ada artinya ketika kita tidak melihat dari aspek atau kriteria penilaian tersebut
1
B. Pembahasan 1. Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Prinsip Penilaian Hasil Belajar Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka penilaian berfungsi sebagai berikut : a. Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran. b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran, dll. c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan
2
belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya. Sejalan dengan fungsi penialaian di atas maka tujuan dari penilaian hasil belajar adalah untuk : a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah, dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran serta strategi pelaksanaannya. d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah,
masyarakat,
dan
para
orang
tua
siswa.
Dalam
mempertanggungjawabkan hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah memberikan laporan berbagai kekuatan dan kelemahan pelaksanaan sistem pendidikan serta kendala yang dihadapinya. Selain tujuan dan fungsi penilaian, guru juga harus memahami prinispprinsip penilaian. Prinsip penilaian yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :
3
a. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses pembelajaran. b. Penilaian hasil belajar hendaknya dirancang dengan jelas kemampuan apa yang harus dinilai, materi atau isi bahan ajar yang diujikan, alat penilaian yang akan digunakan, dan interpretasi hasil penilaian. c. Penilaian harus dilaksanakan secara komprehensif, artinya kemampuan yang diukurnya meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotiris. d. Alat penilaian harus valid dan reliabel. Valid artinya mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). e. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tidak lanjutnya. f. Penilaian
hasil
belajar
harus
obyektif
dan
adil
sehingga
bisa
mengambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Prinsip-prinsip penilaian di atas dapat digunakan guru dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian hasil belajar. 2. Konsep Dasar Kediklatan Diklat adalah kata yang sangat akrab dengan kita sehari-hari, karena keterlibatan kita, baik sebagai penyelenggara, widyaiswara ataupun peserta diklat. Bisa juga karena obsesi kita untuk mengikuti suatu diklat. Walaupun sudah demikian akrab dengan kita, mari kita menyamakan persepsi mengenai pengertian diklat atau pelatihan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 101/2000 yang dimaksud dengan diklat adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan pegawai negeri sipil. Lebih lanjut dalam Inpres Nomor: 15 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pelaksanaan pembinaan diklat dikatakan bahwa diklat PNS adalah pendidikan yang dilakukan PNS
4
untuk meningkatkan kepribadian, pengetahuan dan kemampuannya sesuai dengan tuntutan persyaratan jabatan dan pekerjaannya sebagai PNS. Pelatihan adalah proses belajar yang dimaksudkan untuk mengubah kompetensi kerja seseorang sehingga ia dapat berprestasi lebih baik dalam jabatannya (Mustopadidjaja dkk, 2003). Berdasarkan pengertian diklat di atas maka yang dimaksud dengan perangkat kediklatan jika didasarkan pada diklat adalah suatu sistem yang integral merupakan seperangkat komponen atau unsur-unsur atau sub sistem yang saling berinteraksi untuk mengubah kompetensi kerja pegawai/ karyawan/ orang sehingga ia dapat berprestasi lebih baik dalam jabatannya melalui proses belajar dalam kegiatan diklat. Unsur-unsur yang ada dalam kediklatan yaitu: a. Widyaiswara (pada penelitian ini yang dilihat yaitu transfer expert) b. Panitia pelaksana diklat (pada penelitian ini yang dilihat yaitu pelayanannya terhadap peserta diklat) c. Media Pembelajaran (sebagai penunjang dalam pelaksanaan proses pembelajaran) d. Peserta diklat Hal ini dikatakan suatu sistem karena antara satu dengan yang lainnya saling mempunyai ketergantungan atau saling berhubungan. Apabila salah satu perangkat tidak ada maka pelaksanaan kediklatan tidak akan maksimal pencapaiannya dan atau bahkan gagal, sehingga hal ini dalam setiap pelaksanaan diklat sangat diperhatikan (Mustopadidjaja dkk, 2003). 1. Profil Responden
5
Pada penelitian ini profil responden atau sampel pada penelitian ini yaitu peserta diklat selama tahun 2010. Di perkirakan dalam setahun jumlah peserta yang di diklatkan yaitu berjumlah 1000 peserta yang terdiri dari 3 (tiga) provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Gorontalo. Untuk profil responden ini terbagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu umur responden, tingkat pendidikan, dan tingkat kepangkatan atau jabatan, sebagaimana diuraikan dibawah ini, yaitu : Tabel-1 Umur Responden Peserta Diklat pada Balai Diklat Keagamaan Manado. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8
Umur Responden 20 – 25 Tahun 26 – 30 Tahun 31 – 35 Tahun 36 – 40 Tahun 41 – 45 Tahun 46 – 50 Tahun 51 – 55 Tahun 56 – 60 Tahun
Jumlah 26 47 59 93 134 45 25 21 450
% 5,78 10,44 13,11 20,67 29,78 10,00 5,59 4,67 100
Dari hasil pada tabel-1 di atas ternyata dilihat dari umur responden yang paling dominan yaitu berumur 36 sampai dengan 40 sampel atau berjumlah 134 (29,78%), yang kedua berumur 36 sampai dengan 40 tahun atau berjumlah 93 sampel (20,67%) dan seterusnya. Dilihat dari aspek umur ternyata rata-rata mempunyai usia yang sangat profuktif sehingga mempunyai indikasi yang baik terhadap peningkatan kinerja di Kementerian Agama RI. Selanjutnya profil responden yang berkaitan dengan tingkat pendidikan responden, yaitu sebagai berikut : Tabel-2 Tingkat Pendidikan Responden Peserta Diklat pada Balai Diklat Keagamaan Manado. 6
No 1. 2. 3. 4. 5.
Umur Responden SMA DIPLOMA SARJANA S.1 PASCA SARJANA S.2 PASCA SARJANA S.3
Jumlah 32 104 227 87 0 450
% 71,11 23,11 50,44 19,33 0 100
Berdasarkan hasil pada tabel-2 di atas ternyata dominan responden mempunyai pendidikan Sarjana S-1 yaitu 227 responden atau 50,44% selanjutnya pendidikan diploma berjumlan 104 responden atau 23,11% dan untuk lulusan S.3 belum ada. Tabel-3 Golongan dan Pangkat Responden Peserta Diklat pada Balai Diklat Keagamaan Manado. No 1. 2. 3. 4.
Umur Responden I (a, b, c, d) II (a, b, c, d) III (a, b, c, d) IV (a, b, c, d, e)
Jumlah 0 173 205 72 450
% 00,00 38,44 45,56 16,33 100
Dari hasil sebagaimana pada tabel-3 di atas ternyata pangkat dan golongan yang paling tinggi yaitu golongan III sebanyak 205 responden (45,56%), golongan II berjumlah 173 responden (38,44%), dan selanjutnya golongan IV berjumlah 72 responden (16,33%).
2. Validitas Penilaian Peserta Terhadap Widyaiswara Widyaiswara merupakan salah satu unsur sistem kediklatan yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, untuk itu selama ini peserta selalu melakukan penilaian terhadap widyaiswara, namun dari
7
tahun ke tahun belum ada suatu penelitian yang dapat dijadikan sebuah kajian ilmiah bahwa lembar penilaian yang di isi oleh peserta tersebut valid atau tidak. Maka melalui kesempatan ini, akan dilihat hasil rekapitulasi penilaian peserta terhadap widyaiswara dalam proses pembelajaran, yang terdiri dari 11 kriteria penilaian atau sebelas butir soal. Dalam menilai validitas instrumen atau butir soal maka menurut Sugiyono (2006) bahwa data atau instrumen dianggap valid ketika korelasi antara skor setiap butir soal dengan skor jumlah soal yaitu di atas 0,30 atau r > 0,30. Dari hasil pengolahan data menggunakan SPSS 17.00, diperoleh hasil korelasi sebagai berikut : Tabel-4 Validitas Instrumen Butir Soal Penilaian Peserta Diklat Terhadap Widyaiswara pada Balai Diklat Keagamaan Manado. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Butir Soal/ Instrumen Pencapaian instruksional Sistematika penyajian Disiplin Penggunaan metode Sikap dan perilaku Cara menjawa pertanyaan Penggunaan bahasa Pemberian motivasi Penguasaan materi kerapian Kerja Sama Tim
r hitung 0,65 0,75 0,82 0,77 0,82 0,50 0,57 0,66 0,62 0,65 0,23
rstandar 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid
Dari tabel-4 di atas dilihat dari validitas instrumen penilaian ternyata sebahagian besar valid dimana korelasi atau r hitungnya lebih besar dari r standar sebagaimana menurut Sugiyono. Validitas yang tertinggi yaitu 0,82 berkaitan dengan kemampuan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta diklat dan validitas yang terkecil yaitu 0,62
8
berkaitan dengan sistematika penyajian. Sedangkan yang tidak valid yaitu butir soal atau instrumen yang ke 11 berkaitan dengan kerja sama tim. 3. Reliabilitas Penilaian Peserta Terhadap Widyaiswara Setelah melihat validitas data atau instrumen penilaian peserta diklat terhadap widyaiswara selanjutnya melakukan analisi reliabilitas atau ajeg dari hasil penilaian. Kata lain dari ajeg atau reliabilitas yaitu konsistensi pengisian penilaan peserta Diklat pada Balai Diklat Keagamaan Manado. Dalam melakukan analisis reliabilitas data atau instrumen maka Menurut Sugiyono (2006) gunakanlah rumus dari Spearman Brown yang dikenal dengan Split Half (belah dua) belah dua dimaksud yaitu korelasi antara jumlah
butir soal ganjil dan genap
dan selanjutnya dimasukkan dalam rumus spearman brown. Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 17.00 yaitu : Tabel-5 Reliabilitas Instrumen Butir Soal Penilaian Peserta Diklat Terhadap Widyaiswara pada Balai Diklat Keagamaan Manado. No
Keterangan
Hasil
1.
Nilai Korelasi atau r (butir ganjil dan genap Spearman Brown Klasifikasi Penilaian
0,52
2. 3.
0,68 Cukup Reliabel
Dari hasil sebagaimana terlihat pada tabel-5 di atas ternyata dilihat dari aspek reliabilitas instrumen atau butir soal ternyata secara umum reliabel artinya mempunyai tingkat konsistensi data yang cukup, artinya ketika peserta diperintahkan untuk menilai maka apa yang di lihat sekarang pada proses pembelajaran, ketika instrumen itu dikasih kembali
9
pada hari-hari yang sama maka cenderung jawabannya kemungkinan bisa sama atau berbeda. 4. Normalitas Penilaian Peserta Terhadap Widyaiswara Normalitas data hasil penilaian peserta terhadap widyaiswara, dimaksudkan untuk melihat kenormalan dari data atau instrumen penilaian yang dilakukan oleh peserta diklat. Dalam ilmu statistik kenormalan data dapat di ukur dengan menggunakan rumus dari ChiKuadrat (Sugiyono, 2006). Data-data yang diperoleh dari responden harus terdistribusi secara normal, dengan menggunakan Chi-Kuadrat maka untuk melihat kenormalan data yaitu Chi-Kuadrat hitung harus lebih besar dari Chi-Kuadrat tabel (Chi-Kuadrat hitung > ChiKuadrat tabel). Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS 17.00 maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel-6 Hasil Pengolahan Data Untuk Melihat Normalitas Instrumen Penilaian No
Hasil Pengolahan Data
Uraian
Menggunakan SPSS 17.00
1
Jumlah Sampel (n)
450
2
Chi Kuadrat Hitung
94,67
3
Chi Kuadrat Tabel (signifikan 5%)
9,488
4
Kesimpulan
Data instrumen normal
Dari hasil pada tabel-6 di atas ternyata data instrumen penilaian dimana jumlah sampel atau n = 450 dan df = 4 taraf signifikannya 5% atau 0,05 maka diperoleh hasil Chi Kuadrat Hitung 94,67 dan Chi Kuadrat Tabel 9,488. Jika Chi Kuadrat hitung > Chi Kuadrat Tabel maka
10
penelitian signifikan, dengan demikian 94,67 > 9,488 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
C. Penutup Kersimpulannya : 1.
Berdasarkan hasil pengolahan data maka dari 12 (dua belas) indikator penilaian peserta diklat terhadap widyaiswara maka maka yang paling dominan yaitu penilaian terhadap kedisiplinan dan metodologi mengajar widyaiswara, hal ini ditandai dengan konsep pembelajaran yang tidak monoton dan lebih condong pada komunikasi dua arah.
2.
Berdasarkan analisis validitas instrumen penilaian maka diperoleh hasil bahwa secara rata-rata seluruh instrumen penilaian valid akan tetapi ada satu instrumen penilaian yang tidak valid yaitu kerja sama tim, namun tidak validnya instrumen tersebut diakibatkan pada persentasi pengajaran widyaiswara tim masih sangat sedikit sedangkan sering kali peserta diklat memberikan angka atau penilaian pada aspek tersebut.
3.
Berdasarkan analisis reliabilitas instrumen penilaian maka diperoleh hasil bahwa cukup reliabel, hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsistensi peserta dalam melakukan penilaian terhadap instrumen penilaian belum maksimal.
4.
Berdasarkan analisis normalitas dari instrumen data tersebut maka secara umum data dengan menggunakan rmus chi-kuadrat dimana chi kuadrat
11
hitung lebih besar dari chi kuadrat tabel maka instrumen pengukurannya terdistribusi secara normal.
Sarannya : 1.
Perlu meningkatkan kompetensi widyaiswara terutama berkaitan dengan beberapa indikator penilaian yang masih rendah seperti pemberian motivasi terhadap peserta dan sistematika penyajian materi.
2.
Perlu adanya pengarahan dan pengawasan (panitia penyelenggara) dalam hal ini pemeriksaan ulang terhadap instrumen pengukuran, sehingga apa yang ingin di ukur dapat tercapai dengan baik.
3.
Widyaiswara harus menciptakan suatu proses pembelajaran yang bermakna sehingga konsistensi peserta melakukan penilaian terhadap widyaiswara tersebut akan lebih baik.
4.
Semakin tinggi kompetensi widyaiswara maka secara normal akan meningkatkan pula kualitas kediklatan untuk itu maka widyaiswara harus mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dalam hal ini pembelajaran yang efektif dan efisien.
Daftar Pustaka Anto Dajan. 1996. Pengantar Metode Statistik. Edisi Pertama. PT Gunung Agung. Jakarta. Atmodiwirjo. 1993. Pendidikan dan Pelatihan. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
12
Mustopadidjaja. Idrus. Pranoto. Entang. Marpaung. Soetrisno. 2003. Modul : Kebijakan Diklat Aparatur. Penerbit Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI. Jakarta. Lockwood .D. 1994. Desain Pelatihan Efektif. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Lintang S.R. 2007. “Widyaiswara Menapak di Era Digital”. Edisi Pertama. Penerbit Buku Ilmian Populer. Bogor.
13