P
ROSES BELAJAR MENGAJAR DALAM DIKLAT
DAN PROBLEMATIKANYA DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO oleh Kasim A. Usman, S.Ag, M.Pd Widyaiswara BDK Manado Abstract Learning is a process that must be followed by training participants to improve their quality. There are two conditions that affect the learning process for training participants, the first is the internal condition is improved memory training participants as a result of previous learning. includes aspects of both external conditions that are designed in a study with the aim to stimulate the memory of a person to inform learning objectives, it also provides the opportunity for training participants to connect existing knowledge with new information. Overcoming this problem required measures such as modifying and preparing the conditions studied. Namely to maintain the achievement of intellect and skills training are all geared towards competency the facilitator. Keywords: internal problem, eksternal problem, widyaiswara, method and media
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan hal yang urgen yang harus dilakukan atau ditempuh oleh peserta diklatuntuk meningkatkan kualitas dirinya. Namun, apabila dalam proses belajar mengajar peserta diklat tidak mengalami suatu peningkatan kualitas kemampuan, maka dapat dikatakan dia belum mengalami proses belajar,atau orang tersebut mengalami kegagalan dalam pembelajaran. Unsur-unsur
penting
dalam
menunjang
kelancaran
pelaksanaan
pembelajaran pada setiap diklat diantaranya adalah sumberdaya manusia (pesrta diklat, panitia penyelenggara, dan widyaiswara), sarana dan prasarana yang digunakan, system dan prosedur pembelajaran, lokasi, dan keadaan lingkungan.
1
Sumber
daya
manusia
dengan
segala
atributnya,
baik
kualitas
intelektualitasnya, maupun sikap dan perilakunya, akan memberikan sumbangan yang sangat besar bagi kelancaran proses pembelajaran, utamanya untuk pembelajaran yang bersifat langsung (individu ke individu). Hal ini dapat dimaklumi bahwa peserta diklat yang ingin dilayani tersebut juga manusia yang mempunyai perasaan/emosi, maupun keperluan lainnya yang harus dituntaskan, sehingga kelambanan dalam pelayanan, birokrasi yang terlalu rumit, persyaratan yang banyak membingungkan, petugas yang tidak ramah, dan sebagainya, akan menjadikan peserta diklat kecewa dan bahkan marah. Kalau hal ini terjadi di sektor swasta, dapat dipastikan akan mengakibatkan menurunnya jumlah pelanggan, dan dampaknya adalah menurunnya pendapatan perusahaan. Namun tidak demikian untuk instansi pemerintah (Balai Diklat), kekecewaan ataupun kemarahan dampaknya tidak separah yang dialami oleh organisasi swasta. Akan tetapi rendahnya kualitas pelayanan yang disebabkan oleh perilaku sumberdaya manusia yang melayani, justru akan berdampak semakin maraknya pelanggaran yang terjadi, misalnya berkenaan dengan ijin tertentu, karena kecewa dengan pelayanan menguru ijin tersebut, maka yang bersangkutan akan melaksanakan kegiatan/usaha tanpa menggunakan ijin dari pemerintah alias melanggar ketentuan. Sesuai dengan semangat untuk meningkatkan kinerja instansi melalui pembenahan kualitas sumberdaya manusia, maka diperlukan pendidikan dan pelatihan (Diklat), dengan maksud a) untuk meningkatkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa, negara, dan tanah
air,
b)
meningkatkan
kompetensi
teknis,
manajerial,
dan/atau
kepemimpinannya, dan c) untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan semangat kerjasama dan tanggung jawab sesuai dengan lingkungan kerja dan organisasinya. Setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berlainan. Hal ini perlu diperhatikan oleh widyaiswara karena hasil-hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara kemampuan peserta diklat dengan hasil belajarnya. Yang dimaksud dengan kemampuan awal ialah kemampuan yang telah dipunyai 2
oleh peserta diklat sebelum ia mengikuti pengajaran. Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapannya dalam menerima pelajaran yang diberikan. Kemampuan awal ini penting untuk diketahui widyaiswara sebelum ia mulai dengan pengajarannya, karena dengan demikian dapat diketahui apakah peserta diklat telah mempunyai keterampilan atau pengetahuan yang merupakan prasyarat (prerequisite) untuk mengikuti pengajaran. Tanpa adanya kemampuan prasyarat ini peserta diklat tidak dapat diharapkan mampu mengikuti pelajaran dengan baik, selain itu sejauhmana peserta diklat telah mengetahui materi yang akan disajikan. Dengan mengetahui lebih awal, maka widyaiswara akan dapat merancang pengajaran dengan baik, sebab apabila peserta diklat diberi materi yang telah diketahui, jelas mereka akan merasa bosan. Untuk dapat memperlancar proses belajar-mengajar peserta diklatwidyaiswara perlu diperhatikan beberapa hal baik yang terdapat dari dalam diri peserta diklat maupun lingkungan sekitarnya yang menjadi permasalahan dan karakteristik peserta diklat. Oleh karena itu, kiranya penting sekali diketahui sejak awal oleh widyaiswara beberapa permasalahan dan karakteristik peserta diklat dalam proses belajar, dengan mengetahui lebih awal maka akan menjadi mudah pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan selanjutnya. B. Identifikasi Masalah Dalam proses pembelajaran pada setiap penyelenggaraan diklat ada beberapa hal yang penulis kemukakan sebagai masalah antara lain : 1. Proses belajar mengajar / pembelajaran dalam pelaksanaan diklat belum optimal. 2. Kemampuan widyaiswara sebagai fasilitator belum professional. 3. Beberapa pengaruh internal maupun eksternal dalam pelaksanaan diklat belum dapat solusi pemecahan masalahnya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka penulis membuat rumusan masalah sebegai berikut:
3
1. Bagaimana kontribusi widyaiswara agar dapat meningkatkan kualitasdiklat di Balai Diklat Keagamaan Manado? 2. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam proses belajar mengajar pada pelaksanaan diklat di Balai Diklat Keagamaan Manado? D. Tujuan Penelitian 1. Mengdeskriosikan
kontribusi
widyaiswara
agar
dapat
meningkatkan
kualitasdiklat di Balai Diklat Keagamaan Manado. 2. Mengetahui apa yang menjadi faktor penghambat dalam proses belajar mengajar pada pelaksanaan diklat di Balai Diklat Keagamaan Manado? LANDASAN TEORITIK A. Landasan Teori a. Pengertian Belajar Mengajar atau Pembelajaran Menurut Hamalik (1995:57)
pembelajaran diartikan sebagai suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untukmencapai tujuan pembelajaran. Sukmadinata.N.S,dkk
(2007:468)
mengemukakan
bahwa
pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya merupakan kegiatan guru/dosen menciptakan situasi agar siswa/mahasiswa belajar. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan belajar. Tujuan memberikan arah terhadap semua kegiatan dan bahan yang akan disajikan. Setiap bahan dan pendekatan mengajar dirancang dan dilaksanakan dengan maksud pencapaian tujuan secara maksimal.Tujuan pembelajaran atau pengajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku atau performansi.Tujuan tersebut ada yang berkenaan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.Dalam mengajar seorang guru/dosen dihadapkan pada keragaman karakteristik dan dinamika perkembangan siswa/mahasiswa. Sesungguhnya secara psikologis, tidak ada dua individu siswa/mahasiswa yang tepat sama, yang ada adalah keragaman. Oleh sebab itu
4
mengajar itu adalah ilmu dan sekaligus seni.Ada ilmu mengajar, tetapi itu saja belum cukup, diperlukan juga seni mengajar.Seni mengajar merupakan kreativitas guru menemukan pendekatan atau model mengajar yang memungkinkan setiap siswa atau mahasiswa mengembangkan potensi, kecakapan, dan karakteristiknya secara optimal. Abdulhak.I, dkk (2007: 523) mengemukakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya mempersiapkan peserta didik untuk dapat menampilkan tingkah laku hasil belajar dalam kondisi yang nyata, atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.Untuk itu, pengembang program pembelajaran selalu menggunakan teknik analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan yang diperlukan peserta didik.Bahkan setelah peserta didik menyelesaikan kegiatan belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk melihat kesesuaian hasil belajar dengan kebutuhan belajar. Gagne (1985: 67) menegaskan ada dua kondisi yang mempengaruhi proses belajar bagi peserta diklat, pertama adalah Kondisi internal merupakan peningkatan (arising) memori
peserta
diklat
sebagai
hasil
belajar
terdahulu. kedua kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran dengan tujuan dapat merangsang ingatan seseorang dalam menginformasikan tujuan pembelajaran, juga memberikan kesempatan kepada peserta diklat untuk menghubungkan pengetahuan yang telah ada dengan informasi yang baru. b. Pengertian Diklat Diklat adalah merupakan salah satu cara dalam mengukur kompetensi aparatur pemerintah. Adapun istilah diklat adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Pendidikan dan pelatihan yang selanjutnya disebut diklat adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar guna meningkatkan kompetensi bagi calon pegawai negeri sipil dan pegawai negeri sipil.
5
Berdasarkan Impres Nomor:15 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pelaksanaan pembinaan diklat dikatakan bahwa diklat PNS adalah : Pendidikan yang dilakukan PNS untuk meningkatkan kepribadian pengetahuan dan kemampuannya sesuai dengan tuntutan persyaratan jabatan dan pekerjaannya sebagai PNS. Sedangkan pelatihan adalah proses belajar yang dimaksudkan untuk mengubah kopetensi kerja seseorang sehingga ia dapat berprestasi lebih baik dalam jabatannya (Modul TOT LAN). Untuk membentuk sosok PNS seperti tersebut di atas, diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan bagi pegawai sesuai Peraturan Pemerintah Nomor:101 Tahun 2000 bahwa pegawai negeri sipil perlu mengikuti diklat yang mengarah pada: a. peningkatan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentinganmasyarakat, bangsa, negara, dan tanah air; b. peningkatan kompetensi teknis, manajerial, dan/atau kepemimpinannya; c. peningkatan dengan semangat kerja sama dan tanggung jawab sesuai dengan lingkungan kerja dan organisasinya. c. Sistem Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pengertian system secara sederhana dapat dimaknai sebagai bekerjanya suatu unsur yang dipengaruhi oleh sub-sub unsur yang ada di dalamnya, dimana masing-masing mempunyai peranannya tetapi saling berhubungan dan berpengaruh dengan yang lainnya, sehingga keseluruhannya menghasilkan suatu output tertentu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa esksistnsi sistem akan berjalan dengan baik apabila fungsi tiap-tiap unsur bekerja dengan baik, demikian pula jalinan/hubungannya tidak mengalami hambatan. Menurut kamus bahasa indonesia, sistem diartikan sebagai perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Juga diartikan sebagai suatu metoda, yaitu cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan
agar
tercapai
sesuai
dengan
yang
dikendaki.
Pengertian Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang merupakan kata dalam satu kesatuan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah nomor 6
101 tahun 2000 tentang pendidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri sipil, adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Adapun sasaran yang akan dicapai pada penyelenggaraan diklat adalah terwujudnya sosok PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan jabatan masing-masing. Jadi melalui penyelenggaraan diklat, diharapkan bahwa PNS yang telah selesai mengikuti kegiatan tersebut mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya Sedangkan maksud dari sistem diklat, dijabarkan lebih lanjut dalam penjelasan Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2000 angka romawi I, yang menyatakan bahwa sistem diklat meliputi kegiatan-kegiatan : 1. proses identifikasi kebutuhan diklat; 2. perencanaan; 3. penyelenggaraan; dan 4. evaluasi. B. Metodologi Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Moleong ( 2007: 11) menekankan data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar, dan bukan angka. Angka-angka yang mungkin muncul, sifatnya hanya sebagai penunjang.Tujuan penelitian kualitatif tidak selalu mencari sebab-akibat sesuatu, tetapi lebih berupaya memahami situasi tertentu,
mencoba
menerobos
dan
mendalami
gejalanya
dengan
menginterpretasikan masalahnya atau menyimpulkan kombinasi dari berbagai arti permasalahan sebagaimana disajikan oleh situasinya (BDK Manado). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif ini dimaksudkan untuk menggambarkan latar dan interaksi yang kompleks dari partisipan serta variabel-variabel menurut pandangan dan definisi partisipan. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status 7
variabel, gejala, atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
C. Hasil Temuan dan Pembahasan a. Hasil Temuan Bebarapa hal yang menjadi temuan dalam penelitian proses belajar mengajar pada penyelenggaraan diklat di balai Diklat Keagaman Manado. Secara umum masalah-masalah dalam proses belajar mengajar
terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu: (1) lingkungan fisik yang ada dalam proses dan di sekitar proses pembelajaran, contoh: ventilasi, intensitas cahaya dalam ruang belajar, fasilitas belajar, dan lain-lain; (2) suasana emosional peserta diklat. Jika kondisi emosionalnya sedang labil, maka proses belajarpun akan mengalami ganggguan; (3) lingkungan sosial yang berada di sekitar peserta diklat juga turut mempengaruhi bagaimana seseorang bisa belajar, contoh: suasana rumah, kemampuan ekonomi keluarga, dan lain sebagainya. Jika ketiga hal di atas dikelompokkan, maka masalah proses belajar mengajar pada penyelenggaraan diklat dapat diklasifikasikan atas dua hal. Pertama, masalah belajar internal, adalah masalah-masalah yang timbul dari dalam diri peserta diklat atau faktor-faktor internal yang menimbulkan kekurangberesan dalam belajar, contoh: kesehatan, faktor kemampuan intelektual, kematangan untuk belajar, dan lain-lain. Kedua, masalah belajar eksternal, adalah masalah-masalah yang timbul dari luar diri peserta diklat sendiri atau faktorfaktor eksternal yang menyebabkan kekurangberesan dalam belajar, contoh: udara yang panas, lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah, kualitas proses belajar mengajar. Selain itu pulapersoalan lainnya seperti widyaiswara, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar, dan sistem. Sebab, masih ada widyaiswara yang kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi peserta diklat menuntut jawaban yang persis seperti yang ia jelaskan; dengan kata lain, peserta diklat tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif. Widyaiswara juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan 8
ia mengetahui perkembangan terakhir di bidangnya (state of the art) dan kemungkinan perkembangan yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang (frontier ofknowledge). Sementara itu materi diklat dipandang oleh peserta diklat terlalu teoritis, kurang memberi contoh-contoh yang kontekstual. Metode penyampaian bersifat monoton, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal. Dalam kegiatan proses belajar mengajar pada penyelenggaraan diklat, peserta diklatlah yang memegang perananpenting. Adapun dalam proses belajar ditemukan tiga tahap penting, yaitu: 1. Sebelum belajar. Hal-hal sebelum terjadi belajar tersebut merupakan keadaan awal yang diharapkan mendorong terjadinya belajar. 2. Proses belajar, yaitu suatu kegiatan yang dialami oleh peserta diklat sendiri. Kegiatan atau proses belajar ini terpengaruh oleh sikap, motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali, dan untuk berprestasi. 3. Sesudah belajar, merupakan tahap untuk prestasi hasil belajar. Secara wajar diharapkan agar basil belajar menjadi lebih baik, bila dibandingkan dengan keadaan sebelum belajar. Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Peserta diklatlah yang menentukan terjadi atau tidak terjadinya proses belajar mengajar pada penyelenggaraan diklat.
b. Pembahasan 1. Kontribusi Widyaiswara Untuk MeningkatkanKualitas Diklat di Balai Diklat Keagamaan Manado. Sedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan widyaiswaraan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas Peserta diklat, yakni: (1) sarana prasarana, (2) bahan ajar yang berkualitas, (3) tenaga kediklatan yang profesional. Lembaga diklat juga harus lebih mengedepankan kreativitas untuk menumbuhkan kemandirian dan aspek kewirausahaan dalam pribadi peserta 9
didiknya. Untuk itu, diperlukan widyaiswara yang kreatif, profesional, dan menyenangkan sehingga mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif,
suasana
pembelajaran
yang
menantang
dan
mampu
membelajarkan dengan menyenangkan. Hal ini penting, terutama karena dalam setiap pembelajaran, widyaiswara memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator pembelajaran. Widyaiswara sebelum mengajar haruslah menguasai materi dan sistem penyampaian agar menguasai keterampilan dasar mengajar, yaitu keterampilan yangbersifat generik yang dikuasai oleh semua widyaiswara, guru atau widyaiswara, terlepas dari tingkat kelas dan bidang studi yang diajarkannya. Keterampilan dasar mengajar ini pada dasarnya merupakan pengintegrasian utuh dari berbagai keterampilan yang jumlahnya sangat banyak. Diantara keterampilan yang banyak tersebut, menurut hasil penelitian (Tumey, 1973) terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. Widyaiswara sebagai fasilitator memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan diklat. widyaiswara adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Beberapa karakteristik widyaiswara yang memungkinkan membuat situasi pembelajaran dalam diklat menjadi efektif, yaitu: 1. Respek dan memahami dirinya serta dapat mengontrol dirinya karena emosi stabil; 2. Antusias dan bergairah terhadap bahan, kelasnya, dan seluruh pengajarannya; 3. Berbicara dengan jelas dan komunikatif; 4. Memperhatikan perbedaan individu; 10
5. Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif, dan banyak akal; 6. Menghindari sarkasme dan ejekan terhadap peserta diklat; 7. Tidak menonjolkan diri; 8) Menjadi teladan bagi pesert diklat. Bagi widyaiswara yang bertindak membelajarkan peserta didik, kegiatan belajar tersebut merupakan akibat tindakan pengorganisasian belajar, bahan belajar, dan sumber belajar, serta tindakan evaluasi hasil belajar. Interaksi belajar mengajar yang dilakukan oleh peserta diklat sebagai pelajar dengan widyaiswara sebagai pembelajar dapat menimbulkan masalah-masalah belajar. Widyaiswara dapat meningkatkan motivasi peserta diklatnya melalui: o Setiap subjek yang diajarkan perlu dibuat menarik. Setiap proses belajar harus dibuat aktif, yaitu dengan mengajak peserta diklat menemukan atau membuktikan sesuatu, dan sedapat mungkin berguna. o Terapkan teknik-teknik modifikasi tingkahlaku untuk membantu peserta diklat bekerja keras. o Peserta diklat harus tahu apa yang dikerjakan, dan bagaimana mereka dapat mengetahui bahwa tujuan telah tercapai. o Widyaiswara harus memperhitungkan perbedaan individual antar peserta diklat dalam hal kemampuan, latar belakangnya, dan sikap mereka terhadap kampus diklat atau subyek tertentu. o Usahakan untuk memenuhi kebutuhan defisiensi peserta diklat, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, diakui oleh kelompoknya, serta penghargaan, dengan jalan memperhatikan kondisi fisik peserta diklat, memberi rasa aman, dan buat peserta diklat mempunyai tingkat aspirasi yang realistik, mempunyai orientasi ke prestasi serta mempunyai konsep diri yang positif. o Untuk peserta diklat yang memerlukannya, usahakan agar terbentuk kebutuhan untuk berprestasi, rasa percaya diri, dan pengarahan diri
11
sendiri, dengan jalan menerapkan teknik-teknik latihan motivasi berprestasi. o Membuat peserta diklat ingin menerapkan apa yang telah dipelajari dan ingin belajar lebih banyak lagi. Cara-cara meningkatkan motivasi ini sangat perlu untuk dipelajari widyaiswara dan diterapkan di dalam proses belajar mengajar yang dikelolanya, sebab tanpa adanya motivasi peserta diklat tidak akan berhasil di dalam proses belajarnya. Kemampuan yang dituntut bagi widyaiswara sebagai fasilitator dalam mewujudkan pembelajaran berkualitas, yakni: 1)Mampu menjabarkan bahan pembelajaran dalam berbagai bentuk; 2) Mampu merumuskan tujuan intruksional kognitif tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, nevaluasi, sekurang-kurangnya aplikasi; 3) Menguasai cara-cara belajar yang efektif seperti cara belajar mandiri dan kelompok; 4) Memiliki sikap positif terhadap profesinya; 5) Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaran sesuai kebutuhan; 6) Terampil menggunakan metode mengajar yang mendorong peserta diklat aktif; 7) Terampil menggunakan model mengajar; 8) Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik; 9) Memahami sifat dan karakteristik peserta didik; 10) Terampil menggunakan sumber belajar; dan 11) Terampil mengelola dan memimpin kelas. 2. Faktor penghambat dalam proses belajar mengajar pada pelaksanaan diklat di Balai Diklat Keagamaan Manado? Ada 2 (dua) faktor penghambat dalam proses belajar mengajar pada pelaksanaan diklat di Balai Diklat Keagamaan Manado, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang dialami oleh peserta diklat meliputi hal seperti: a. Sikap
terhadap
Belajar. Sikap
merupakan
kemampuan
memberikan
penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap
12
menerima, menolak, atau mengabaikan. Sikap menerima, menolak, atau mengabaikan suatu kesempatan belajar merupakan urusan pribadi peserta diklat. Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian. b. Motivasi Belajar. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri peserta diklat dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. c. Konsentrasi
Belajar. Konsentrasi
belajar
merupakan
kemampuan
memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, widyaiswara perlu menggunakan bermacammacam strategi atau metode belajar-mengajar dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. d. Mengolah
Bahan
Belajar. Mengolah
bahan
belajar
merupakan
kemampuan peserta diklat untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi peserta diklat. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, nilai kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Kemampuan peserta diklat mengolah bahan tersebut menjadi makin baik, bila ia berpeluang aktif belajar. e. Menyimpan Perolehan Hasil Belajar. Merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki peserta diklat. Pemilikan itu dalam waktu bertahun-tahun, bahkan sepanjang hayat. f. Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan. Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah terterima. Dalam hal pesan baru, maka peserta diklat akan memperkuat pesan dengan 13
cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka peserta diklat akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Proses menggali pesan lama tersebut dapat berwujud transfer belajar, atau unjuk prestasi belajar.Ada kalanya peserta diklat juga mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan pada saat penerimaan, maka peserta diklat tidak memiliki apa-apa. Jika peserta diklat tidak berlatih sungguh-sungguh, maka ia tidak berketerampilan (intelektual, sosial, moral, dan jasmani) dengan baik. g. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini peserta diklat membuktikan keberhasilan belajar dengan menunjukkan kemampuannya memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di kampus Balai Diklat Keagamaan Manado
diketahui
bahwa ada sebagian peserta diklat tidak
mampu
berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses
penerimaan,
pengaktifan,
pra-pengolahan,
pengolahan,
penyimpanan, serta pembangkitan pesan dan pengalaman. h. Rasa Percaya Diri. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh widyaiswara dan rekan sejawat peserta diklat. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Pada tempatnya widyaiswara mendorong keberanian terus menerus, memberikan bermacam-
14
macam penguat, dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bila peserta diklat telah berhasil. i. Intelegensi dan Keberhasilan Belajar. Inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila peserta diklat memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Inteligensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam keberhasilan belajar. j. Kebiasaan Belajar. Dalam kegiatan proses belajar mengajar ditemukan adanya kebiasaan belajar peserta diklat yang kurang baik. Seperti tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar dan mengikuti diklat hanya untuk gengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar. Untuk sebagian, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidakmengertian peserta diklat pada arti belajar bagi diri sendiri. Selanjutnya hal lain yang berpengaruh pada proses belajar mengajar yaitu faktor ekstern. Ditinjau dari segi peserta diklat, ditemukan beberapa faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor-faktor ekstern belajarmeliputi: a. Widyaiswara sebagai Pembina Belajar. Widyaiswara adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi widyaiswara. Hal-hal yang dipelajari oleh setiap widyaiswara adalah (1) memiliki integritas moral kepribadian, (2) memiliki integritas intelektual berorientasi kebenaran, (3) memiliki integritas pergaulan dalam masyarakat majemuk, (4) mempertinggi keahlian bidang studi sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (5) memahami, menghayati, dan mengamalkan etika profesi widyaiswara, (6) bergabung dengan asosiasi profesi, serta (7) mengakui dan menghormati martabat peserta diklat sebagai klien.
15
b. Sarana dan Prasarana Pembelajaran. Prasarana pembelajaran meliputi gedung kampus diklat, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium kampus diklat, dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya prasarana clan sarana menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik. c. Kebijakan Penilaian. Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar peserta diklat. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara dan terjadilah penilaian. Dengan penilaian yang dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau bernilai. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah widyaiswara. Widyaiswara adalah pemegang kunci pembelajaran. pendesain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Hasil belajar juga merupakan hasil proses belajar, atau proses pembelajaran. d. Lingkungan Sosial Peserta diklat di Tempat Belajar. Peserta diklat di tempat belajarnya membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai lingkungan sosial. Dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan di atas, maka problematikadalam proses pembelajaran dapat dilihat dari dua sisi. Pertama sisi pembelajar atau peserta diklat yang meliputi diensi internal peserta diklat dan dimensi eksternalnya.Dimensi internal peserta diklat seperti kesehatan, motivasi serta kondisi lainnya yang berkenaan
16
dengan kemampuan mereka. Sementara itu diensi eksternalnya adalah kemampuan widyaiswara sebagai fasilitator dalam mengelola pembelajaran, ketersediaan sarana yang memadai serta hal hal lainnya yang bersifat mendukung terhadap proses pembelajaran. Kedua, sisi widyaiswara sebagai fasilitator pembelajaran.Hal inipun terkait dimensi internal dan eksternal widyaiswara. Yaitu berkenaan dengan kemampuan widyaiswara dalam menguasai materi pembelajaran serta kemampuannya untuk memilih metode dan media yang tepat agar proses pembelajaran berlangsung menyenangkan, fokus dan dapat meningkatkan kemampuan peserta diklat.
B. Rekomendasi 1. Kompetensi Widyaiswara sebagai ujung tombak Balai Diklat Keagamaan Manado harus ditingkatkan dan yang sangat baik, senantiasa dipertahankan secara berkelanjutan. 2. Relevansi materi pelatihan harus diperbaharui bahkan ditingkatkan untuk pertimbangan dalam membuat dan merencanakan materi pelatihan baru pada diklat-diklat yang akan datang. 3. Pemilihan dan penerapan metode pelatihan harus dioptimalkan, terutama pada penggunaan metode diskusi dan bermain peran (role playing) yang relatif kurang digunakan. 4. Kondisi dan pemanfaatan media diklat yang sebagian besar baik, untuk diteruskan dan dipertahankan, dan perlu perbaikan pada indikator-indikator, kesesuaian media, kondisi ketersediaan media, kondisi kualitas media dan kondisi perawatan media. 5. Kondisi kelayakan sarana prasarana diklatsebagian besar telah baik, perlu ditingkatkan agar menjadi sangat baik, sebagai bagian dari upaya penjaminan kualitas pelaksanaan pelatihan. Dan perlu koreksi dan perbaikan pada indikator kondisi penataan, ketersediaan dan pencahayaan.
17
Daftar Pustaka Abdulhak.I, dkk (2007).Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung. Pedagogiana Press. Dimyati dan Mudjiono(2009)Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah (2002)Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rinneka Cipta. Hamalik, Oemar (1983)Mengajar, Azas, Metode, Teknik, I – II, Bandung: Pustaka Martiana. Makmun, Abin Syamsuddin(2003)Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2005) Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya. Sanjaya,
Wina(2008)Strategi Pembelajaran Widyaiswaraan. Jakarta: Kencana.
Berorientasi
Standar
Proses
Sukmadinata, N. S. (2003)Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya. ………………..(1997).Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung. Pedagogiana Press. Syah,
Muhibbin (1995)Psikologi Pendidikan Suatu Remaja Rosdakarya.
Pendekatan
Baru. Bandung:
Winataputra, Udin S. (2003)Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
18