PENGEMBANGAN KOMPETENSI WIDYAISWARA MELALUI LESSON STUDY PADA BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO Oleh : Muhammad Anwar Widyaiswara BDK Manado
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui kompetensi widyaiswara melalui lesson study pada Balai Diklat Keagamaan Manado. Dan penelitian ini berfokus pada bagaimana perkembangan kompetensi widyaiswara melalui lesson study pada Balai Diklat Keagamaan Manado.Penelitian ini dilakukan pada Balai Diklat Keagamaan Manado, dan yang menjadi objek penelitian adalah widyaiswara yang telah dilantik sebagai tenaga fungsional widyaiswara pada Balai Diklat Keagamaan Manado. Yang berjumlah 17 orang widyaiswara, tetapi yang dapat diwawancara hanya 10 orang, karena setelah dilakukan wawancara sudah mendapatkan hasil data penelitian yang jenuh, artinya bahwa peneliti sudah mendapatkan data yang akurat atau pendapat dari ke 10 widyaiswara sama sesuai yang diharapkan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, yang menggambarkan informasi dari informan.Data penelitian diperoleh melalui hasil wawancara, observasi keadaan widyaiswara berdasarkan
data administrasi
kewidyaiswaraan
pada
Balai Balai Diklat
Keagamaan Manado.Teknik pengumpulan data dalam penelitian disesuaikan dengan
fokus
dan
tujuan
penelitian,
yaitu
penelitian
kualitatif,
yang
menggutamakan perspestif emic, artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana widyaiswara memandang dan menafsirkan lesson study sebagai pengembangan kompetensi widyaiswara dari setiap widyaiswara.Hasil penelitian ini secara umum dapat disimpulkan bahwa: (1) dengan melaksanakan lesson study dapat meningkatkan kompetensi widyaiswara yaitu kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi substansi,
(2)
meningkatkan
atau
mengembangkan
pelaksanaan
proses
pembelajaran, terutama dalam belajar kolaboratif yang efektif, (3) lesson study dapat meningkatkan penyelenggaraan kediklatan. Key Words: Kompetensi Widyaiswa, Lesson Study. 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Visi reformasi pembangunan adalah untuk menyelamatkan kehidupan nasional yang bermasyarakat adil dan makmur. Kehidupan bermasyarakat berjalan baik jika ditunjang dengan sumber daya manusia yang baik pula. Di lingkungan Kementerian Agama RI, memiliki sumber daya manusia yang handal dari berbagai bidang. Pembaharuan yang dilakukan Kementerian Agama merupakan bagian dari proses organisasi formal untuk mencapai paradigma baru sesuai dengan cita-cita Kementerian Agama RI, Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Kementerian Agama banyak belajar dan outshorsing dengan Kementerian lainnya seperti kerjasama dengan JICA Jepang dan Kementerian Pendidikan Nasional, yang merupakan suatu pembaharuan di bidang pendidikan dan meningkatkan kompetensi untuk melahirkan sumber daya manusia yang kreatif dan produk kreatif. Kerjasama yang dilakukan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Teknis Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan JICA Jepang dan Kementerian Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di seluruh elemen masyarakat sebagai warga pembelajaran dan masyarakat belajar. Tujuan kerjasama antara Kemeterian Agama dan JICA Jepang adalah untuk mengimplementasikan lesson study sekolah/madrasah. Lesson study diimplemetasikan bukan oleh sekolah/madrasah saja, tetapi juga baik dilaksanakan pada lembaga pendidikan dan pelatihan seperti Balai Diklat Keagaman di seluruh Indonesia. Karena penerapan lesson study dapat meningkatkan kompetensi Widyaiswara sesuai bidang di ampunya. Tugas dan fungsi widyaiswara adalah mendidik, mengajar dan melatih pada lembaga diklat pemerintah. Selain tugas tersebut diberikan kesempatan untuk mengembangkan profesinya yang salah satunya adalah melalui pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Setelah Penulis melaksanakan observasi terhadap widyaiswara dalam proses pembelajaran, ada hubungan antara pelaksanaan lesson study dengan
2
proses pembelajaran dalam bentuk tatap muka (dikjartih) dikelas, sehingga meningkatkan performan sebagai widyaiswara yang professional. Pengembangan
kompetensi
widyaiswara
bukan
hanya
dapat
dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan tetapi juga dapat dikembangkan melalui pelaksanaan lesson study pada Balai Diklat Keagamaan Manado. Pelaksanaan lesson study merupakan wadah peningkatan kompetensi widyaiswara untuk menampilkan percaya diri serta memiliki konten expert yang responsif terhadap peserta diklat.
B. Identifikasi Masalah Dengan latar tersebut, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kompetensi widyaiswara cenderung rendah. 2. Kualitas pembelajaran widyaiswara belum optimal. 3. Tugas pokok widyaiswara (Dikjartih) belum terlaksana dengan optimal.
C. Fokus masalah Karena begitu banyaknya permasalahan dalam penelitian ini, maka fokus dalam
penelitian
ini adalah
:
Bagaimana
perkembangan kompetensi
widyaiswara melalui lesson study pada Balai Diklat Keagamaan Manado?
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui kompetensi widyaiswara melalui lesson study.
E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan referensi pelaksanaan lesson study pada Balai-balai diklat di seluruh Indonesia. 2. Sebagai ajang peningkatan kompetensi widyaiswara 3. Sebagai bahan masukan pada setiap Kepala Balai Diklat Keagamaan, agar lesson study sangat dibutukan oleh widyaiswara
3
BAB II KERANGKA TEORITIK, METODOLOGI, TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Kajian Teori 1. Apa itu Lesson Study? Lesson study sudah dikenal sejak lama yaitu 100 tahun yang lalu, yang pertama kali memperkenalkan Lesson study ini adalah Negara Jepang yang difasilitasi oleh JICA menjaling hubungan dengan negera-negara lain, seperti di Indonesia, Singapura, Malaysia, Amerika serta Negara-negara lainnya. Oleh karena itu lesson study merupakan suatu pembinaan profesionalisme guru dan dosen, tetapi tak lupa pula juga sebagai pembinaan professionalisme widyaiswara sebagai wahana peningkatan keterampilan pembelajaran para setiap apartur Negara baik yang Pegawai Negeri Sipil maupun non Pegawai Negeri Sipil. Lesson study ini diperkenalkan pada tahun 1890-an yang dikenal dengan sebutan Jepang-nya jugyokenkyu dengan istilah lazim di dunia pendidikan adalah lesson study. Dan menurut Istamar dan Ibrohim (2008) lesson study adalah kajian pembelajaran. Pelaksanaan lesson study ini sangat ditunjang dari pihak pengambil kebijakan seperti misalnya pada Kementerian Agama RI khususnya pada Balai Diklat Keagamaan tentunya sebagai pengambil kebijakan adalah Kepala Balai Diklat Keagamaan. Lesson study adalah suatu bentuk peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru di Jepang (Herawati Dkk.,2009:3). Guru-guru di Jepang secara factual bahwa pelaksanaan Lesson study ini merupakan sebagai pengembang kualitas pembelajaran dengan signifikansinya sangat tinggi, sehingga Lesson study ini dipilih sebagai model pembinaan profesi guru yang professional. Fakta membuktikan bahwa keberhasilan negara Jepang di bidang pendidikan, dengan penerapan Lesson study dapat dijadikan sebagai angka yang paling tinggi tiada taranya dengan model pembinaan profesi guru lainnya.
4
Keberhasilan ini sudah mendapat respon yang begitu spektakuler, baik di Negara Eropa maupun Asia Pasifik terutama trendinya di Negara kita cintai ini. Di Indonesia, study pembelajaran (Lesson study) pertama kali diperkenalkan oleh para tenaga ahli Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam rangkaian kegiatan follup program dari Indonesian Mathematic and Science Teaching Project (IMSTEP) pada akhir tahun 2004. IMSTEP, merupakan program kerjasama teknis antara Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional, dengan Pemerintah Jepang melalui lembaga luar negeri JICA dalam upaya peningkatan mutu pendidikan matematika dan sains (MIPA) dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Program ini telah dilaksanakan mulai Oktober 1998 sampai dengan September 2005. Mitra dalam kegiatan kerjasama teknik ini meliputi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI Bandung), FPMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, dan FPMIPA Universitas Negeri Malang (UM) (Istamar & Ibrohim, 2008:5). Jalinan kerjasama ini bukan hanya sebatas pada sekolah sampai perguruan tinggi saja, tetapi sekarang sudah mulai dikembangkan pada lembaga-lembaga Diklat khususnya kita di Kementerian Agama RI (Balai-balai Diklat Keagamaan). Lesson Study (LS) merupakan pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Lesson Study adalah belajar bersama dari suatu pembelajaran yang dilakukan baik pada pembelajaran oleh dirinya sendiri maupun pembelajaran
orang
lain,
mulai
dari
persiapan
sampai
pelaksanaan
pembelajaran dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran tersebut. Pelaksanaan lesson study pada Balai Diklat Keagamaan Manado sudah lama di terapkan. Tetapi kita sebagai widyaiswara, pejabat eselon-eselon IV dan sebagai warga Balai Diklat Keagamaan Manado belum tahu apakah ini model pembinaan sebagai profesi widyaiswara atau hanyalah sekedar magang kerja calon widyaiswara saja. Yang menjadi modeling pada saat itu adalah widyaiswara senior dan sebagai observer/pengamat adalah calon widyaiswara. Di samping sebagai magang kerja juga sebagai ajang pengetahuan
5
pembelajaran secara komprehensif dari widyaiswara yang memberikan materi. Karena setelah melaksanakan pembelajaran diberikan masukan untuk perbaikan pengajaran terhadap widyaiswara tersebut. Perbedaaan yang signifikan adalah kita sebagai pengamat/observer pada saat memberikan masukan/refleksi terhadap modeling, difokuskan pada widyaiswara/modeling sedangkan pada lesson study dipusatkan pada peserta didik/peserta diklat. Jadi penerapan lesson study harus lebih diintensipkan baik itu pada sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi dan bahkan juga dikembangkan pada lembaga-lembaga diklat. Yang dalam hal ini, Balai Diklat Keagamaan Manado
sudah
mulai
melaksanakan
lesson
study
pada
setiap
widyaiswara/modeling.
2. Landasan Pelaksanaan Lesson Study Undang-undang RI No. 14 Tan 2005 tentang
Guru dan Dosen
menjelaskan bahwa pembinaan guru agar profesionalisme guru lebih ditingkatkan lagi. Guru adalah merupakan penentu atau titik tolak peningkatan kualitas pendidikan di segala sector, karena gurulah yang membina siswa untuk mengarahkan ke mana siswa tersebut akan diorganisasikan sebagai aparatur yang baik dan bijaksana. Konteks widyaiswara tentu lebih berperan penting lagi dalam peningkatan mutu pendidikan, karena ada bahasa mengatakan bahwa widyaiswara adalah gurunya guru. Dalam system pendidikan sebagai widyaiswara harus berperan aktif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia demi peningkatan pembangunan pendidikan di Indonesia. Pengakuan terhadap guru sebagai tenaga profesional bila memiliki (1) kualifikasi akademik (pendidikan S1 atau Diploma empat), (2) kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional), (3) sertifikat pendidik
(diperoleh setelah mengikuti pendidikan profesional). Realisasi Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
6
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24
Tahun
2006
tentang
pedoman
pelaksanaannya.
Yang
sementara ini juga tentang standar proses akan dapat memberikan kontribusi signifikan dengan pelaksanaan lesson study. Dengan adanya UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, salah satunya guru dituntut menguasai 4 kompetensi dasar yaitu : Kompetensi pedagogik,
Kepribadian,
Sosial
dan
Profesional.
Upaya
Peningkatan
kompetensi guru dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan internal dengan memanfaatkan guru yang lebih berpengalaman sebagai pelatih. Pendekatan eksternal dengan mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan. Upaya-upaya tersebut telah dilakukan oleh pemerintah guna peningkatan mutu pendidikan , namun hasilnya belum memenuhi target yang diharapkan. Kini guru ditantang tampil dengan kemampuan yang terbina dari dalam dirinya, guru harus mampu membuktikan kemampuan profesionalnya untuk menerima amanah sebagai pendidik yang tangguh. Guru ditantang untuk berpikir
logis,
kritis,
kreatif
dan
refleksif
dalam
meningkatkan
mutu
pembelajarannya dan melaksanakan hasil pemikirannya dalam pembelajaran di kelas. Bertolak dari pandangan tersebut ditawarkan suatu sistem pembinaan guru melalui ’lesson study’ dalam rangka peningkatan keprofesionalan guru. Lesson study sebagai salah satu kegiatan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kualitas pembelajaran berasal dari bahasa Jepang ”jugyokenkyu” yang oleh Fernandez dan Yoshida (Paidi, 2005) diartikan sebagai ”studi untuk analisis atas suatu praktek pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset untuk menemukan inovasi pembelajaran tertentu. Lesson study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Lesson study bukan suatu metode pembelajaran atau suatu strategi pembelajaran tetapi dalam kegiatan lesson study dapat memilih
7
dan menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi dan permasalahan yang dihadapi pendidik. Sebagai widyaiswara kita bertolak dari tugas dan fungsi sebagai widyaiswara yang diatur dalam Permenpan nomor 66 tahun 2005 tentang jabatan fungsional widyaiswara dan angka kreditnya. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 14 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional widyaiswara dan angka kreditnya sebagai perubahan revisi dan penyempurnaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 66 tahun 2005. Dalam peraturan ini menyatakan bahwa jabatan fungsional widyaiswara adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang mendidik, mengajar dan/atau melatih pegawai negeri sipil (PNS) pada Lembaga Diklat pemerintah, yang diduduki oleh PNS dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang (Permenpan nomor 14 tahun 2009). Dengan widyaiswara penyelenggaraan diklat pada lembaga kediklatan akan lebih berkompeten, jika widyaiswara tersebut diberikan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan spesialisasinya. Seperti di kemukakan pada Permenpan nomor 14 tahun 2009 adalah bahwa spesialisasi widyaiswara adalah keahlian yang dimiliki oleh widyaiswara yang didasarkan pada rumpun keilmuan
tertentu sesuai latar belakang pendidikan dan/atau pengalaman
kerjanya. Sebagai widyaiswara juga mengetahui tentang stándar kompetensi yang dimiliki widyaiswara dalam hal ini kemampuan minimal yang secara umum dimiliki oleh widyaiswara dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya dalam mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS yang terdiri atas kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi substantif. Keempat hal kompetensi yang dimiliki oleh widyaiswara tersebut akan lebih efektif jika ada model pembinaan widyaiswara
yang
secara
komprehensif
dapat
dilaksanakan
secara
berkelanjutan. Model pembinaan widyaiswara ini, yang merupakan slogan peningkatan kualitas dengan pengelolaan kelas efektif pada saat pembelajaran berlangsung di setiap diklat. Maka yang menjadi model yang efektif adalah peningkatan 8
kualitas pembelajaran widyaiswara melalui lesson study. Diharapkn bahwa widyaiswara ini meningkatkan kompetensinya melalui pelaksanaan lesson study.
3. Lesson study sebuah model pembinaan dan pelatihan guru/widyaiswara Mengapa lesson study dikatakan sebagai sebuah model pembinaan dan pelatihan guru atau widyaiswara ke depan, karena dalam pelaksanaan lesson study guru secara kolaboratif (1) mempelajari kurikulum dan merumuskan tujuan
pembelajaran
dan
tujuan
pengembangan
peserta
didiknya
(pengembangan kecakapan hidupnya), (2) merancang pembelajaran untuk mencapai tujuan, (3) melaksanakan dan mengamati suatu research lesson (pembelajaran yang dikaji) (4) melakukan refleksi untuk mendiskusikan pembelajaran yang dikaji dan menyempurnakannya dan merencanakan pembelajaran berikutnya. Lewis, Perry dan Murata dalam Herawati dkk, 2009 menggambarkan tentang daur kaji pembelajaran (Lesson Study Cycle) seperti pada gambar di bawah ini. 1.
4.
MEMPELAJARI KURIKULUM DAN MERUMUSKAN TUJUAN Mengidentifikasi tujuan jangka panjang pendidikan peserta didik dan tujuan pengembangan diri peserta didik (karakteristik peserta didik yang diinginkan) mempelajari kurikulum dan standar, mengidentifikasi topic yang diminati
MELAKUKAN REFLEKSI Diskusi formal mengenai pembelajaran di mana pengamat: - Berbagai data mengenai pembelajaran yang dikaji - Menggunakan data untuk menjelaskan bagaimana peserta didik belajar, mempertanyakan bukti bahwa tujuan jangka panjang pendidikan dan pengembangan diri telah diupayakan pencapaiannya dan isu-isu PBM lainnya - Mendokumentasikan hasil pengamatan, menggambungkan dan melancarkan pembelajaran berikutnya - Menyusun pertanyaan baru menuju daur kaji pembelajaran berikutnya
2.
3.
MERANCANG PEMBELAJARAN Memilih atau merevisi, Research lesson Merancang pembelajaran yang meliputi: - Tujuan jangka panjang - Perkiraan mengenai apa yang dipikirkan peserta didik - Rancangan mengenai bagaimana mengumpulkan data - Model dan strategi pembelajaran - Rasional mengapa memilih pendekatan itu
MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN Salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sesuai rancangan/scenario yang telah dibuat Guru lain mengamati dan mengumpulkan data mengenai kegiatan peserta didik (berpikir, belajar, berpartisipasi, berperilaku)
Gambar 1. Daur kaji pembelajaran, diadaptasi dari Lewis, Perry, dan Murata dalam Herawati 2009 9
Menurut Styler dan Hiebert dalam Herawati dkk, 2009 mengatakan bahwa lesson study adalah suatu proses kolaboratif pada sekelompok guru ketika mengidentifikasi masalah pembelajaran, merancang suatu scenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topic yang akan dibelajarkan); membelajarkan peserta didik sesuai scenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi scenario pembelajaran yang telag direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lainnya (mendiseminasikannya). Untuk memahami hal itu, akan diuraikan perlunya lesson study dengan menjabarkan peranannya dalam peningkatan system pendidikan dan pengembangan profesionalan guru.
4. Peran Lesson study dalam peningkatan system pendidikan Menurut Lewis dalam Herlina (2009) di Jepang, lesson study tidak hanya memberikan sumbangan terhadap pengetahuan keprofesionalan guru, akan tetapi juga terhadap peningkatan system pendidikan yang lebih luas. Lewis dalam Herlina dkk menguraikan lima jalur yang ditempuh lesson study sebagai berikut: a. Membawa standar tujuan pendidikan ke realita dalam kelas. Melalui lesson study guru secara kolaboratif berupaya menerjemahkan tujuan dan standar pendidikan ke realita dalam kelas. Mereka berupaya merancang pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat dibantu menemukan tujuan pembelajaran untuk suatu materi pokok (yang di dalam kurikulum kita sekarang berarti peserta didik dibantu untuk menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan). Selain itu guru-guru di Jepang juga memerhatikan standar pendidikan nasional mereka yaitu agar peserta didik belajar memiliki kebiasaan berpikir ilmiah (kecakapan hidup atau bertahap hidup) dengan membantu peserta didik agar sedapat mungkin mengalami sendiri, artinya bahwa peserta didik terlibat secara aktif baik fisik maupun mental dalam mengamati objek yang dipelajarinya. Setelah itu, rancangan pemvelajaran dilaksanakan, diamati, didiskusikan dan
10
direvisi, dan bila perlu dilaksanakan di kelas lain. Hasilnya kemudian disebarluaskan dalam bentuk rancangan pembelajaran yang sudah direvisi. b. Menggalakkan upaya perbaikan berdasar data. Lesson
study
menggalakkan upaya perbaikan berdasar data. Data itu tidak terbatas pada hasil tes tulis (UAN) yang hanya mengukur ferpormansi akademis yang sangat sempit seperti yang selama ini digunakan. Sebaliknya, dalam lesson study guru-guru sermat mengamati peserta didik dan mengumpulkan data untuk mencari jawaban atas pertanyaa-pertanyaan seperti berikut. 1) Bagaimana pengetahuan dan pemahaman peserta didik mengenai topic tersebut dapat berubah sepanjang proses pembelajaran? 2) Apakah peserta didik benar-benar tertarik pada topic atau apakah mereka belajar dengan terpaksa? 3) Apakah peserta didik memiliki kualitas individu mendasar yang dperlukan untuk belajar? Di Jepang, guru mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data sebagai dasar merancang perubahan dalam pembelajaran, merancang prosedur dalam kelas dan merancang iklim dalam kelas. Dengan demikian lesson study bukan hanya mengurusi kegiatan belajar akademis peserta didik, tetapi juga memerhatikan motivasi peserta didik dan iklim social, yaitu factor-faktor yang mungkin turut berkontribusi terhadap kesuksesan akademis peserta didik dalam jangka panjang. Sehubungan
dengan
penjelasan
di
atas
bahwa
widyaiswara/pelatih di Jepang dalam memberikan materi sangat efesien dan efektif. Seperti pada saat kami melakukan kunjungan di Lembaga Diklat Pendidikan Nasional Jepang bahwa system pendidikan dan pelatihan bukanlah ditentukan oleh kuantitas daripada pelatihan tetapi sangat ditentukan oleh kualitas pelatihan tersebut. Skala perbandingan antara
peserta
diklat
dengan
pelatih/widyaiswara
dalam
penyelenggaraan diklat tersebut adalah 1:30 atau pelatih 2 orang dan peserta diklatnya hanya 6 orang. Pelatihan juga dilaksanakan sesuai
11
dengan masa kerja yang terbagi atas 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun. Setelah mencapai masa kerja ini wajib mengikuti diklat secara berkesinambungan sesuai dengan bidang ilmunya. Sehingga pelatihan tersebut sangat efektif dan efesien. c. Menargetkan
pencapaian
berbagai
kualitas
peserta
didik
yang
mempengaruhi kegiatan belajar. lesson study menargetkan pencapaian berbagai kualitas peserta yang memengaruhi kegiatan belajar dengan kecerdasan
berpikir
dan
bersikap.
Kecerdasan
tersebut
sudah
dikembangkan selama bertahun-tahun di Jepang dalam bentuk ketekunan (persistence), kerjasama (cooperation), tanggung jawab (responsibility) dan kemauan untuk bekerja keras (willing ness to work hard). Untuk mengembangkan hal tersebut, guru perlu bekerja sama dalam suatu tim yang mampu memberikan lingkungan belajar (menurut istilah kita menumbuhkan budaya sekolah) yang koheren dan konsisten. Tidak mungkin peserta didik belajar “berpikir seperti ilmuwan” hanya di salah satu kelas. Sementara itu, pada tahun berikutnya hal itu tidak dikembangkan lagi oleh gurunya. Lewis (2002), memberikan contoh kecerdasan berpikir dan bersikap yang diamati pada peserta didik Jepang. Misalnya, mendengarkan dan merespons ide teman selama diskusi, penuh tanggung jawab dan berhati-hati menangani bahan berbahaya dan mudah pecah, mencatat dengan tertib, bekerja sama secara harmonis dalam kerja kelompok, dan membersihkan bahan dan air yang tumpah setelah praktikum. d. Menciptakan tuntutan mendasar perlunya peningkatan kualitas belajar. Seorang guru yang mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dikaji (research lesson) akan mengadopsi pembelajaran sejenis setelah mengamati respons peserta didik yang tertarik dan termotivasi untuk belajar dengan cara seperti yang dilaksanakan. Melalui pengamatan langsung terhadap pembelajaran yang dikaji (research lesson) maupun laporan tertulis, video, berbagi pengalaman dengan kolega. Di Jepang, telah tersebar luas berbagai rancangan pembelajaran yang di kembangkan melalui lesson study meliputi berbagai topic. Semua itu di
12
mulai dari tingkat local, dikelola secara local, dan menyebar berwujud reformasi pada tingkat sisitem pendidikan di seluruh negeri. Misalnya dalam bidang Matematika. Berkat inspirasi dari sekelompok guru matematika yang aktif menyelenggarakan lesson study pada tahun 1970-an seluruh guru di Jepang dalam 30 tahun terakhir ini mulai menekankan pemecahan masalah dalam matematika. Dari pengalaman tersebut, perlahan-perlahan mengajar untuk memahamkan (teaching for understanding) matematika di tingkat SD. e. Menjunjung tinggi nilai guru. Lesson study juga menjunjung tinggi nilai guru dalam bentukmengenali penting dan sulitnya membelajarkan peserta didik, yaitu secara nyata menerjemahkan standar pendidikan, kerangka dasar pendidikan, dan “praktik pembelajaran” terbaik ke kelas. lesson study menggunakan waktu dan sumber daya guru untuk merancang, mengkaji, dan memperbaiki apa yang secara nyata terjadi di kelas. lesson study merupakan suatu system penelitian dan pengembangan pada saat guru mengembangkan teori dan praktik melalui kajian cermat terhadap “praktik terbaik” dalam kelas yang terus diuji dan dikembangkan.
5. Peran lesson study dalam pengembangan keprofesionalan guru Menurut Lynn Liptak (Lewis dalam Herlina dkk, 2009) perbandingan antara pengembangan keprofesionalisme guru secara tradisional dan melalui lesson study dapat di amati dalam table 1.1 Tabel
1
Perbandingan
Pengembangan
Keprofesionalan
Guru
Tradisonal dan melalui lesson study Aspek 1. Awal mula
Lesson study
Tradisional Dimulai
dengan Dimulai
jawaban
dengan
pertanyaan
2. Tenaga pendorong Seorang pakar dari luar
Guru
peserta
pelaksana sendiri 3. Aliran komunikasi
Pelatih atau penatar ke Dari ke guru
13
atau
guru 4. Hubungan hierarki
Ada
hierarki
pelatih
antar Hubungan setara (timbal
dengan
yang balik) antar dosen atau
dilatih (pembelajar) 5. Sebutan
Penelitian
guru sebagai pembelajar
pemberi Praktik itu sendiri adalah
informasi untuk praktik penelitian (Research
(practice
is
informs research)
practice)
Lesson
study
dapat
memberikan
sumbangan
terhadap
pengembangan keprofesionalam guru/widyaiswara, yaitu dapat diuraikan delapan pengalaman dengan memungkinkan guru atau widyaiswara sebagai 1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan pembelajaran bidang study, 2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, 3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, 4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan peserta didik, 5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, 6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku peserta didik, 7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang sesuai untuk membelajarkan peserta didik, dan 8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata peserta didik dan kolega (Lewis dalam Herlina dkk, 2009). Secara sederhana pemikiran Lewis ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Secara Lesson study tidak hanya memerhatikan pembelajaran untuk satu
pertemuan
atau
satu
pokok
bahasan,
tetapi
bagaimana
membelajarkan satu unit materi pokok dan bidang study dan memerhatikan perkembangan peserta didik dalam jangka panjang. b. Guru dapat mengkaji dan mengembangkan pembelajaran terbaik yang dapat dikembangkan.
14
c. Memperdalam pengetahuan guru mengenai materi pokok yang diajarkan. d. Member kesempatan kepada guru untuk mempertimbangkan kualitas ideal yang diharapkan dimiliki peserta didik pada saat mereka lulus, kualitas apa yang dimiliki peserta didik sekarang, dan bagaimana mengatasi kesenjangan yang ada diantaranya. e. Member
kesempatan
guru
secara
kolaboratif
meranvcang
pembelajaran. f. Memberi kesempatan kepada guru untuk mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku peserta didik. g. Mengembangkan
pengetahuan
pedagogis
yang
sesuai
untuk
memberlajarkan peserta didik. h. Memberi kesempatan kepada guru melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata peserta didik dan kolega. Pembelajaran di Australia mengembangkan proses pembelajaran yang mengarahkan guru-guru untuk menuju yang lebih pragmatis atau praktik dan kecenderungan berperilaku yang baru. Guru ini diajak untuk lebih kreatif dan inovatif, sehingga pembelajaran ini lebih bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Makna dari kehidupan sehari-hari adalah bahwa guru
dalam
memberikan
materinya
dapat
menyesuaikan
dengan
kecakapan hidup agar siswa tersebut hidup lestari dan sejahtera. Begitu juga di Negara tetangga kita Malaysia pada melaksanakan lesson study yang menjadi kecenderungan guru-gurunya adalah mengutamakan kerja kolabosi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya. Oleh karenanya bahwa saling memberikan informasi atau saling membelajarkan (mutual learning) dapat mengembangkan kompetensi pembelajarannya.
6. Mekanisme kegiatan lesson study Implementasi lesson study pada setiap lembaga pendidikan, ada prosedur di masing-masing sekolah/madrasah yang akan diatur sesuai
15
dengan keadaan sekolah/madrasah. Ada beberapa mekanisme dalam pelaksanaan lesson study sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan (Plan) Pada tahapan ini secara kolaboratif (guru dengan guru atau guru dengan dosen atau guru dengan pakar) menyusun suatu perencanaan pembelajaran yang inovatif sehingga dihasilkan suatu perencanaan pembelajaran (lesson plan) yang terbaik dan membantu siswa belajar dengan baik dan disusun berdasarkan pengalaman, hasil pengamatan, buku-buku atau sumber ide lainnya. Pada tahap ini didiskusikan tentang pemilihan metode dan media yang sesuai dengan materi pembelajaran, karakteristik siswa serta jenis evaluasi yang akan digunakan. Hal lain yang perlu didiskusikan pada tahap ini adalah menyusun lembar observasi, terutama penentuan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran dan indikator-indikatornya, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Tahap
perencanaan
(plan)
bertujuan
menghasilkan
rancangan
pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara efektif
dan
membangkitkan
partisipasi
peserta
didik
dalam
pembelajaran. Perencanaan dilakukan secara kolaboratif oleh beberapa guru yang termasuk dalam suatu kelompok lesson studi. Untuk memperlancar kegiatan tersebut ditetapkan siapa guru yang akan menjadi guru pengajar (guru model) dan guru pengajar penyusun RPP. Widyaiswara melakukan tahap plan ini yaitu membuat GBPP dan SAP secara bersama-sama dengan widyaiswara lainnya. Dengan adanya Permenpan nomor 14 tahun 2009 akan lebih memperkuat lagi fungsi dan tugas sebagai widyaiswara.
b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas (Do) Tahap pelaksanaan (do) dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah direncanakan. Salah satu guru berperan sebagai guru model, sedangkan anggota kelompom guru lainnya
16
mengamati cara memberikan pembelajaran kepada peserta didik. Tetapi focus pengamatan adalah diarahkan pada kegiatan belajar peserta didik bukan cara guru mengajar atau memberikan pelajaran pada peserta didik tersebut. Tujuan utama pengamat yakni belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung.
c. Tahap Refleksi (See) Tahap pengamatan dan refleksi (see) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Kritik dan saran disampaikan secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti hati guru yang membelajarkan, dengan tujuan demi perbaikan praktik mengajar di kelas. Tahap repleksi merupakan diskusi yang mengkajo data temuan selama observasi, kemudian dianalisis mengapa hal itu terjadi dan akhirnya diberikan jalan keluar atau pemecahanya. Dengan repleksi ini diharapkan setiap peserta yang mengikuti bukan kelas (open class) dan repleksi akan mendapatkan sesuatu yang berharga untuk peningkatan pembelajaran masing-masing. Refleksi hendaknya dilakukan segera setelah pelaksanaan buka kelas. hal ini dilakukan agar semua kejadian yang berlangsung selama proses pembelajaran masih dapat diingat dengan jelas. Jika tidak mungkin dilakukan pada saat itu, dapat dilakukan pada waktu yang lain tetapi ada rekaman dalam bentuk VCD. 7. Pengembangan Kompetensi Widyaiswara Sebagai salah satu elemen penting dalam penyelenggaran pendidikan dan pelatihan (Diklat) Pegawai Negeri Sipil (PNS), widyaiswara sebagai pejabat fungsional yang bertanggung jawab dalam pendidikan, mengajar dan melatih yang didorong oleh suatu kemampuan untuk melaksanakan fungsi dan tugas sebagai widyaiswara. Dengan jabatan fungsional ini, widyaiswara harus mampu meningkatkan kualitas bidang profesinya di ranah akademik secara berkesinambungan. 17
Dalam kebijakan mengenai
jabatan fungsional widyaiswara adalah melalui pengembangan potensi diri dalam arti bahwa pengembangan kemampuan (kompetensi) widyaiswara dapat ditunjang dari beberapa factor dominan. Yaitu dengan pengalaman pembelajaran dari setiap memberikan materi, membaca buku yang banyak, mengikuti seminar-seminar, mengikuti symposium, dan salah satunya adalah banyak menulis buku atau jurnal-jurnal serta menulis di media massa demi untuk memperkaya ilmu yang dimilikinya. Seperti sekarang ini, kita diberikan kesempatan untuk menulis karya tulis ilmiah (KTI) disebut saja KTI lesson study. Penulisan karya tulis ini, harus dijemput dengan hati yang ikhlas karena, penulisan bukan ajang pertarungan siap yang akan menjadi juara dalam penulisan tetapi maksud yang terkandung di dalamnya adalah bahwa widyaiwara di Kementerian Agama mempunyai kompetensi untuk mengembangkan diri dengan jalan menulis karya tulis ilmiah. Berdasarkan Permepan Nomor 14 tahun 2009 pada pasal 1 dan 2 menyatakan bahwa jabatan fungsional widyaiswara adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang mendidik, mengajar dan/atau melatih pegawai negeri sipil pada lembaga diklat pemerintah, yang diduduki oleh PNS dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang. Dan selanjutnya bahwa widyaiswara adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS pada Lembaga Diklat Pemerintah. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan sebagai prasysarat untuk mencapai kompetensi widyaiswara yang sesuai dengan jenjang dan jabatan masing-masing widyaiswara. Dalam pengembangan komepetensi widyaiswara ini jelas akan diintensipkan melalui kemampuan (kompetensi) widyaiswara dalam melaksanakan tugas, fungsi, tanggung jawab dan wewenang dalam hal dikjartih agar tercapai kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi substansial.
18
Dengan demikian bawah widyaiswara perlu tambahan yang dilakukan sesuai kompetensi masing-masing, seperti penerapan lesson study pada saat widyaiswara memberikan materi di kelas. Dengan meningkatkan kompetensi di bidang akademik seperti ditekankan widyaiswara jumlah jam minimal pertahunnya dari kegiatan tatap muka yaitu 500 jam pelajaran (JP) ini, jika dimanfaatkan untuk melakukan open class dalam jumlah jam pelajaran
tersebut
maka
kompetensi
widyaiswara
sangat
exelent
dibidangnya. Apalagi kalau ditunjang dengan kebijakan Kepala Balai Diklat Keagamaan masing-masing. Kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi substansial widyaiswara ini, akan lebih matang jika ada di dalam pelaksanaan dan penerapan lesson study. Karena dalam lesson study semua unsure kompetensi widyaiswara yang diharapkan
sangat
berpengaruh
dan
berhubungan
signifikan.
Ini
menunjukkan bahwa lesson study cocok dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai widyaiswara yang professional. Menurut penjelasan dari Lintang Suharto Rivai (2009) bahwa kita sebagai widyaiswara janganlah berkecil hati sebagai widyaiswara. Profesi yang sering dianggap “kering” secara ekonomi ini justru memuliki tugas yang sangat mulia. Ia senantiasa menyebarkan ilmu dan pengalaman yang dimilikinya itu kepada peserta didik/peserta diklat menuju kebenaran. Pada hakikatnya jabatan profesi widyaiswara adalah jabatan yang miskin secara financial tetapi kaya dalam keilmuan. Setiap ilmu yang disebarkan akan mendapatkan pahala yang melimpah sesuai dengan niatnya pada saat melakukan tugas dan tanggung jawab yang diberikan olehnya. Lanjut Lintang Suharto Rivai (2007) mengatakan bahwa profesi widyaiswara adalah profesi yang terhormat dengan profesi widyaiswara ini bagaikan pisau bermata dua. Sebagai landasan pemikiran bahwa profesi widyaiswara ini sangat dibutuhkan dengan kompetensi yang dimilikinya. Berkaitan hal tersebut di atas profesi widyaiswara dengan bekal kompetensi sesuai dengan spesialisasinya juga akan lebih maksimal jika dapat dibekali dengan penguasaan IT, seperti penguasaan pengoperasian
19
computer, internet, chating dan lain sebagainya. PNS yang memiliki jabatan fungsional widyaiswara akan merasa terhormat karena widyaiswara merupakan guru aparatur Negara yang berstatus PNS.
B. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Untuk menemukan bagaimana pengembangan kompetensi widyaiswara melalui lesson study. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai widyaiswara ada beberapa kompetensi yang harus diperhatikan, berdasarkan permenpan nomor 14 tahun 2009 tentang jabatan fungsional widyaiswara dan angka kreditnya, menyatakan bahwa ada empat kompetensi widyaiswara yang harus diketahui yaitu kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi substansial. Oleh karena untuk mengetahui peningkatan/perkembangan dari keempat kompetensi widyaiswara maka metode yang cocok untuk mengetahui adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution dalam Sugiono, 2008:205). Dalam penelitian yang akan diamati ini adalah widyaiswara dan komponen-komponen yang berkaitan dengan pelaksanaan lesson study yaitu Kepala Balai Diklat Keagamaan Manado, dan pejabat yang berkompeten dalam bidang pelaksanaan lesson study. Dengan digunakan metode kualitatif, maka data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini bukan karena metode kualitatif yang paling baik diantara metode lainnya tetapi peneliti menganggap hanya penelitian kualitatif yang paling cocok dengan penelitian ini. Karena jika peneliti menggunakan metode kuantitatif, data yang akan didapatkan akan lebih subjektif karena pengembangan kompetensi widyaiswara sebagai peneliti kesulitan untuk mendapatkan data yang akurat.
20
2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berstatus sebagai tenaga fungsional widyaiswara pada Balai Diklat Keagamaan Manado dan dilaksanakan selama satu bulan dari tanggal 01 s/d 31 Januari 2014.
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian disesuikan dengan focus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, mengutamakan perpektif emic, artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka memandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya (Sugiono, 2008:206). Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data adalah teknik wawancara dan observasi kepada widyaiswara. Dan sebagai pengambil kebijakan pada Balai Diklat Keagamaan Manado yaitu Kepala BDK
Manado
untuk
memperjelas
kompetensi
yang
dimiliki
oleh
widyaiswara saat sekarang ini.
4. Sumber Data Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih secara purposive dan bersifat snoball sampling. Sanafiah Faisal dalam Sugiono ( 2008) dengan mengutif pendapat Spradley mengemukakan bahwa, situasi social untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi social yang di dalamnya
menjadi semacam
muara
dari banyak domain lainnya.
Selanjutnya dinyatakan bahwa, yang memenuhi criteria sebagai berikut: a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati. b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti. c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi. d. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri.
21
e. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau sebagai narasumber. Sampel sumber data di sini adalah widyaiswara dan komponenkomponen yang terkait pada BDK Manado. Widyaiswara sebanyak 14 orang, Kepala BDK Manado dan informan lainnya sebanyak 3 orang.
5. Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian ini pengujian keabsahan data penelitian dilakukan dengan cara: a. Kredibilitas Langkah-langkah yang ditempuh menurut Lincon dan Guba dalam Rusman Langke (2003) sebagai berikut: (a) perpanjangan waktu tinggal dilokasi penelitian. Maksudnya untuk meyakinkan bahwa data yang duperoleh benar-benar memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, (b) mengadakan observasi yang tekun. Artinya dilakukan oleh peneliti secara terus menerus agar data yang diperoleh melalui peristiwa yang terjadi dipahami secara jelas oleh peneliti. (c) pengujian melalui triangulasi. Artinya, dilakukan peneliti sebagai usaha untuk memperoleh darajat keterpercayaan data melalui triangulasi sumber. (d) pengecekan anggota/memberchek. Artinya dilakukan peneliti dengan mendatangi informan kunci untuk menyamakan persepsi agar data benar-benar terjamin tingkat keabsahannya. (e) diskusi dengan teman sejawat. Artinya dilakukan peneliti dengan maksud untuk memperoleh pendapat yang sama tentang data yang terkumpul. b. Konfirmabilitas Kagiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan maksud untuk melihat apakah ada kesesuaian antara temuan-temuan sementara dengan data yang telah terkumpul sebagai pendukung. Apabila hasilnya ternyata terdapat kecocokan, maka dengan sendirinya temuan-temuan tersebut dapat diterima. Konsekwensinya dari kenyataan tersebut, peneliti harus
22
turun
lapangan
untuk
mencari
dan
menemukan
data
yang
sesungguhnya.
6. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles And Huberman dan Sprandley (Sugiono, 2008). Miles dan Huberman dalam Sugiono (2008) dijelaskan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. C. TEMUAN DAN PEMBAHASAN 1. Temuan a. Profil Widyaiswara 1) Gambaran Umum tugas dan fungsi Widyaiswara Tugas dan fungsi widyaiswara adalah mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada lembaga diklat pemerintah masing-masing. 2) Masa Kerja setelah jadi widyaiswara Data ini didapatkan pada bagian kepegawaian BDK Manado, yang sesuai dengan masa kerja sebagai WI dan SK Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dan SK Sekjen Kementerian Agama RI.
Table 2. Masa kerja setelah menjadi widyaiswara
No.
1.
2.
Nama
Drs. Rusli
Drs.
Jabatan
Pangkat/ gol.
Lamany a jadi WI
Widyaiswara
Penata
10
muda
tkt./IIId
tahun
Widyaiswara
Peñata/IIIc
10 tahun
23
Ket
Alimasharyanto 3.
M. Zainul Asyhuri, S.Ag
4.
Hj. Irma Bolow, M.Pd
5.
6.
7.
muda Widyaiswara madya Widyaiswara
Penata
Muda
tkt.II/IIId
Dra. Hj. Aminah
Widyaiswara
Patabuga, M.Pd
madya
Dra. Sri Dewi
Widyaiswara
Indriati, M.HI
madya
Rahmat Domu, S.Pd.,M.Si
Pembina/IVa 10 tahun
3 tahun
Pembina/IVa 10 tahun
Pembina/IVa
8 tahun
Widyaiswara
Peñata
8 tahun
Pertama
muda tkt.1/IIIb
8.
Drs. Swengli Umar
9.
Andi Rahman Giu, SE
10.
11.
Kasmawati, S.Si
Puryanto, SSi
Widyaiswara
Pembina/IVa
8 tahun
Widyaiswara
Peñata
8 tahun
pertama
muda/IIIa
Widyaiswara
Peñata
pertama
muda/IIIa
Widyaiswara
Peñata
pertama
muda
madya
5 tahun
5 tahun
tkt.I/IIIb 12.
Kasim Usman, S.Ag.,M.Pd
Widyaiswara
Peñata
pertama
muda
2 tahun
tkt.I/IIIb 13.
Arman Razak,S.AP
14.
Sulistiwa Paita, SE
15.
Wiwin Tubagus, S.Si
16.
Nur Aini, S.Si
Widyaiswara
Peñata
pertama
muda/IIIa
Widyaiswara
Peñata
pertama
muda/IIIa
Widyaiswara
Peñata
pertama
muda/IIIa
Widyaiswara
Peñata
24
2 tahun
2 tahun
2 tahun
2 tahun
17.
Seska Langitan,
pertama
muda/IIIa
Widyaiswara
Penata/IIIc
S.Th.,M.Si
2 tahun
Muda
3) Keadaan Widyaiswara berdasarkan pendidikan Adapun keadaan widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Manado adalah sebagai berikut:
Table 3. Keadaan widyaiswara No.
Nama
Jabatan
1.
Drs. Rusli, M.Si
2.
Pangkat/
Lamanya Pendidikan
gol.
jadi WI
terakhir
Widyaiswara
Penata
10 tahun
S2
muda
tkt./IIId
Widyaiswara
Peñata/IIIc
10 tahun
S2
Pembina/IVa
10 tahun
S1
Widyaiswara
Penata
3 tahun
S2
Muda
tkt.II/IIId
Dra. Hj.
Widyaiswara
Pembina/IVa
10 tahun
S2
Aminah
madya
Pembina/IVa
8 tahun
S2
Widyaiswara
Peñata muda
8 tahun
S2
Pertama
tkt.1/IIIb
Widyaiswara
Pembina/IVa
8 tahun
S2
Peñata
8 tahun
S2
Drs. Alimasharyanto
muda
, M.Si 3.
M. Zainul Asyhuri, S.Ag
4.
Hj. Irma Bolow, M.Pd
5.
Widyaiswara madya
Patabuga, M.Pd 6.
7.
Dra. Sri Dewi
Widyaiswara
Indriati, M.HI
madya
Rahmat Domu, S.Pd.,M.Si
8.
Drs. Swengli Umar
9.
Andi Rahman
madya Widyaiswara
25
Giu, SE 10.
pertama
muda/IIIa
Widyaiswara
Peñata
pertama
muda/IIIa
Widyaiswara
Peñata muda
pertama
tkt.I/IIIb
Widyaiswara
Peñata muda
pertama
tkt.I/IIIb
Widyaiswara
Peñata
pertama
muda/IIIa
Widyaiswara
Peñata
pertama
muda/IIIa
Widyaiswara
Peñata
Tubagus, S.Si
pertama
muda/IIIa
Nur Aini, S.Si
Widyaiswara
Peñata
pertama
muda/IIIa
Widyaiswara
Penata/IIIc
Kasmawati, S.Si
11.
12.
Puryanto, SSi
Kasim Usman, S.Ag.,M.Pd
13.
Arman Razak,S.AP
14.
Sulistiwa Paita, SE
15
16
17
Wiwin
Seska Langitan,
5 tahun
S1
5 tahun
S1
2 tahun
S2
2 tahun
S1
2 tahun
S1
2 tahun
S1
2 tahun
S1
2 tahun
S2
Muda
S.Th.,M.Si
b. Hasil Wawancara Pada penelitian ini, wawancara difokuskan pada pengetahuan informan tentang lesson study, pengembangan kompetensi widyaiswara melalui lesson study, manfaat apa yang diperoleh dalam pelaksanaan lesson study. Untuk lebih jelasnya hasil wawancara dari informan dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Informan HN Dari
hasil
wawancara
pengembangan
diperoleh
dari
informan
tentang
kompetensi widyaiswara pada BDK Manado,
menurut informan bahwa pengembangan kompetensi widyaiswara diberikan bantuan belajar. Dari aspek kebijakan pelaksanaan lesson
26
study pada BDK manado, menurut informan bahwa saya sebagai Kepala BDK Manado sangat merespon dengan pelaksanaan lesson study tersebut, lesson study ini telah disosialisasikan ke seluruh widyaiswara dan kepala seksi serta Kepala TU. Agar pelaksanaan lesson study diketahui oleh seluruh komponen yang berkompeten di BDK Manado. Lesson study ini, akan dimasukkan pada setiap penyelenggaran Diklat-diklat guru sebagai mata diklat dengan durasi waktu 2 jam pelajaran perdiklatnya. Selanjutnya untuk
Diklat
Diwilayah Kerja (DDWK) lesson study dengan durasi waktu 7 hari dengan jumlah jam pelajaran 70 JP, dan akan diprogramkan tahuntahun berikutnya akan dijadikan diklat regular dangan durasi waktu 10 hari dengan jumlah jam pelajaran 100 JP.
2) Informan HH Bagaimana pendapat Bapak sebagai kepala seksi teknis tentang lesson study adalah pada penerapan pembelajaran itu sangat baik untuk dilaksanakan oleh para guru, dosen dan widyaiswara terutama pada model-model pembelajaran. Terutama pada waktu pelaksanan open class dan guru/widyaiswara mengelompokkan siswa/peserta diklat
untuk
melakukan
diskusi
kelompok
untuk
membahas
pembelajaran secara mendalam yang termasuk di dalamnya adalah media
pembelajaran.
Manfaat
tentang
lesson
study
setelah
disosialisasikan lesson study menurut informan bahwa dapat membantu widyaiswara dalam persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan diklat secara menyeluruh. Apakah pelaksanaan lesson study dapat mengembangkan kompetensi widyaiswara, menurut informan bahwa pengembangan kompetensi widyaiswara sangat bangus karena widyaiswara akan menerapkan kepada guru-guru yang mengikuti diklat sedangkan guru akan menerapkan kepada siswanya di sekolah.
27
3) Informan AR Dari hasil wawancara diperoleh dari aspek pengetahuan, menurut informan bahwa lesson study adalah suatu proses usaha untuk meningkatkan
profesionalisme
tenaga
fungsional
yaitu
guru,
widyaiswara dan tenaga-tenaga fungsional lainnya. Karena lesson study merupakan pembinaan performan dan profile seseorang. Dari pengembangan kompetensi widyaiswara menurut informan bahwa dari pelaksanaan lesson study ini ada hal baru yang didapatkan yaitu pertama selama ini kalau dilakukan pengamatan kepada guru atau widyaiswara
justru
ditirip
beratkan
adalah
kekurangan
dari
guru/widyaiswara dari proses pembelajaran tetapi kalau pada lesson study yang di amati sebagai observer adalah sesuatu yang kurang dari siswa atau siswa yang tidak belajar dan mungkin peserta diklat yang
tidak
memperhatikan
pembelajaran
dalam
proses
pembelajaran. Kedua yang sangat berkesan dalam pelaksanaan lesson study ini adalah yang menjadi observer pada saat open class semua komponen terlibat dalam pengamatan (banyak orang) sedangkan diluar lesson study yang menjadi pengamat hanya 1 orang saja. Sedangkan dari aspek manfaat pelaksanaan lesson study menurut informan bahwa dalam pengamatan karena banyak orang yang mengamati sehingga hal-hal yang kurang itu tidak ada yang
terlewati.
Sehingga
performan
dari
widyaiswara
lebih
meningkat dan juga akan meningkatkan penyelenggaraan diklat ke depan. Dari aspek pengembangan kompetensi widyaiswara menurut informan bahwa sangat mengembangkan atau meningkatkan kompetensi
widyaiswara.
Karena
lesson
study
akan
mengembangkan bagaimana mengoreksi diri sendiri terhadap kekurangan. Jadi menurut informan bahwa lesson study dapat mengembangkan kompetensi widyaiswara. 4) Informan ARG Dari hasil wawancara diperoleh dari aspek pengetahuan, menurut informan bahwa lesson study adalah sebagai pembinaan profesi
28
guru
atau
widyaiswara
dengan
menerapkan
pembelajaran
kolaboratif melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan (plan), tahap do (pelaksanaan open class) dan see (refleksi). Plan adalah merencanakan sesuatu pembelajaran dengan melihat pembuatan GBPP atau SAP khususnya untuk widyaiswara atau guru membuat silabus dan RPP serta perangkat lainnya seperti perbaikan modelmodel pembelajaran, media pembelajaran atau sekaligus perbaikan proses pembelajaran. Sedangkan pada refleksi yang dilihat adalah bagaimana proses pembelajaran itu berjalan dan melihat kompetensi peserta diklat yang memang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dari diklat yang diikuti, sehingga berdampak pada proses pembelajaran itu. Akibatnya peserta tersebut tidak melaksanakan dan
tidak
antusias
dalam
pembelajaran
tersebut.
Dari
pengembangan kompetensi widyaiswara menurut informan bahwa pelaksanaan
lesson
study
ini
dapat
mengembangkan
atau
meningkatkan kompetensi widyaiswara terutama pada empat kompetensi
widyaiswara
yaitu
kompetensi
pengelolaan
pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi substansi. Sedangkan dari aspek manfaat pelaksanaan lesson study menurut informan bahwa peningkatan kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran sangat meningkat. 5) Informan SU Dari hasil wawancara diperoleh dari aspek pengetahuan, menurut informan bahwa lesson study adalah sebagai alat ukur peningkatan kualitas guru atau widyaiswara dalam proses pembelajaran. Dari aspek pengembangan kompetensi widyaiswara menurut informan bahwa dalam bekerjasama dalam hal pembelajaran yaitu dengan saling memberikan saran dan kritikan yang membangun akan menghasilkan kesuksesan dalam pengembangan pendidikan mutu pendidikan,
termasuk
didalamnya
adalah
pengembangan
kompetensi widyaiswara itu sendiri. Sedangkan dari aspek manfaat pelaksanaan
lesson
study
29
menurut
informan
bahwa
dalam
melakukan persiapan pembelajaran itu dilakukan dengan sendiri tidak melibatkan banyak orang, tetapi setelah memahami lesson study ternyata dalam persiapan pembelajaran dengan melibatkan banyak orang itu sangat penting untuk bekerjasama dengan orang lain. 6) Informan PRYT Dari hasil wawancara diperoleh dari aspek pengetahuan, menurut informan bahwa lesson study adalah study pembelajaran dengan langkah-langkah
plan,
do,
see
artinya
bahwa
rencanakan,
laksanakan dan amati proses pembelajaran. Dari pengembangan kompetensi
widyaiswara
menurut
informan
bahwa
dapat
meningkatkan ferporman sebagai widyaiswara dengan adanya lesson study tersebut. Sedangkan dari aspek manfaat pelaksanaan lesson study menurut informan bahwa dapat membantu dalam pelaksanaan penyelenggara kediklatan. 7) Informan RSL Dari hasil wawancara diperoleh dari aspek pengetahuan, menurut informan bahwa lesson study adalah lesson itu belajar sedangkan study itu adalah membelajarkan. Setelah mendapatkan penjelasan dari hasil sosialisasi lesson study yang dilaksanakan oleh Balai Diklat Keagamaan Manado dengan melibatkan seluruh widyaiswara dan pejabat eselon IV maka lesson study adalah mengkaji pembelajaran secara mendalam dalam proses pembelajaran. Dari pengembangan kompetensi widyaiswara menurut informan bahwa setelah pelaksanaan lesson study ini maka transfer expert widyaiswara
lebih meningkat, peningkatan kompetensi ini jika
ditunjang dengan fasilitas yang memadai, tenaga ekspert yang professional dan yang terakhir adalah kesejahteraan (honor mengajar). Sedangkan dari aspek manfaat pelaksanaan lesson study menurut informan bahwa setelah pelaksanaan lesson study ini, keberhasilan di atas 50 % pembelajaran tercapai.
30
8) Informan RD Dari hasil wawancara diperoleh dari aspek pengetahuan, menurut informan bahwa lesson study bahwa melibatkan lingkungan sekitar dalam
pelaksanaan
pembelajaran.
oleh
karena
itu,
dalam
pembelajaran kita harus berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dari pengembangan kompetensi widyaiswara menurut informan bahwa pola-pola pelaksanaan lesson study ini dapat mengembangkan dan meningkatkan
kompetensi
pengelolaan
pembelajaran
dan
kompetensi social widyaiswara. Sedangkan dari aspek manfaat pelaksanaan
lesson
study
menurut
informan
bahwa
dapat
membantu widyaiswara untuk meningkatkan keempat kompetensi sebagai widyaiswara.
9) Informan KMWT Dari hasil wawancara diperoleh dari aspek pengetahuan, menurut informan bahwa lesson study adalah peningkatan profesionalisme guru yang dilaksanakn secara kolabiratif dan saling membelajarkan antara guru dengan guru yang lainnya untuk mencapai masyarakat belajar. Dari informan
pengembangan kompetensi widyaiswara menurut
bahwa
sangat
dapat
meningkatkan
kompetensi
widyaiswara karena penampilan, sikap mental dari widyaiswara lebih optimal dibanding sebelumnya. 10) Informan DSI Dari hasil wawancara diperoleh dari aspek pengetahuan, menurut informan
bahwa
pembelajaran
lesson
dengan
study
melibatkan
adalah
suatu
semua
aspek,
keterampilan yaitu
guru,
pengawas, kepala sekolah, guru sebagai observer dan bahkan pakar termasuk di dalamnya adalah para pendamping pelaksanaan lesson study. Dari
pengembangan kompetensi widyaiswara menurut
informan bahwa dapat mengoptimalkan skill widyaiswara.
31
2. Pembahasan Hasil penelitian atau hasil wawancara dari informan menunjukkan bahwa, lesson study merupakan suatu alat atau model pembinaan peningkatan profesionalisme guru, dosen atau widyaiswara. Dengan mengembangkan system kolaboratif antar widyaiswara untuk saling membelajarkan satu dengan yang lainnya. Profil widyaiswara yang berkompeten
dalam
bidangnya,
maka
setiap
widyaiswara
harus
mengetahui empat kompetensi widyaiswara tersebut. Yaitu kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi substansi. Jadi dalam pelaksanaan lesson study ini, keempat kompetensi dikembangkan secara kontinutas. Misalnya pengembangan kompetensi pengelolaan pembelajaran, seorang widyaiswara harus menguasai modelmodel
pembelajaran,
dapat
menyediakan
media
yang
memadai,
merancang dengan matang Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Dari segi kompetensi kepribadian widyaiswara adalah bahwa setelah mengetahui dan melaksanakan lesson study maka mental, sikap serta kepribadian widyaiswara akan semakin meningkat, karena itu dipengaruhi oleh adanya hubungan secara emosional dengan widyaiswara lainnya. Dari aspek kompetensi social bahwa lesson study melatih untuk berhubungan dengan orang lain tanpa menyinggung perasaan orang terutama pada saat pelaksanaan refleksi. Dalam refleksi ini ada saling keterbukaan di antara widyaiswara, tidak ada yang lebih pintar dan semuanya menerima pendapat baik ilmunya sangat mendalam maupun tidak mendalam. Sedangkan dari aspek kompetensi
subtansi adalah bahwa ini sangat
,membantu, karena pada saat refleksi substansi materi digali secara mendalam, sehingga para widyaiswara dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan substansi yang dimiliki dalam melaksanakan pembelajarannya. Dari hasil wawancara diperoleh dari informan tentang pengembangan kompetensi widyaiswara pada Balai Diklat Keagamaan Manado, menurut informan
bahwa
pengembangan
32
kompetensi
widyaiswara
diberikan
bantuan belajar. Dari aspek kebijakan pelaksanaan lesson study pada Balai Diklat Keagamaan manado, menurut informan bahwa saya sebagai Kepala Balai Diklat Keagamaan Manado sangat merespon dengan pelaksanaan lesson study tersebut, lesson study ini telah disosialisasikan ke seluruh widyaiswara dan kepala seksi serta Kepala TU. Agar pelaksanaan lesson study diketahui oleh seluruh komponen yang di Balai Diklat Keagamaan Manado. Lesson study ini, akan dimasukkan pada setiap penyelenggaran Diklat-diklat guru sebagai mata diklat dengan durasi waktu 2 jam pelajaran perdiklatnya. Selanjutnya untuk
Diklat Diwilayah Kerja (DDWK) lesson
study dengan durasi waktu 7 hari dengan jumlah jam pelajaran 70 JP, dan diprogramkan sejak tahun-tahun berikutnya akan dijadikan diklat regular dangan durasi waktu 10 hari dengan jumlah jam pelajaran 100 JP. Penerapan pembelajaran itu sangat baik untuk dilaksanakan oleh para guru, dosen dan widyaiswara terutama pada model-model pembelajaran. Terutama pada waktu pelaksanan open class dan guru/widyaiswara mengelompokkan siswa/peserta diklat untuk melakukan diskusi kelompok untuk membahas pembelajaran secara mendalam yang termasuk di dalamnya adalah media pembelajaran. Manfaat tentang lesson study setelah disosialisasikan lesson study menurut informan bahwa dapat membantu widyaiswara dalam persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan diklat secara menyeluruh. Pengembangan kompetensi widyaiswara sangat bangus karena widyaiswara akan menerapkan kepada guru-guru yang mengikuti diklat sedangkan guru akan menerapkan kepada siswanya di sekolah/madrasah. Lesson study adalah suatu proses usaha untuk meningkatkan profesionalisme tenaga fungsional yaitu guru, widyaiswara dan tenagatenaga fungsional lainnya. Karena lesson study merupakan pembinaan performan dan profile seseorang. Dari
pengembangan kompetensi
widyaiswara menurut informan bahwa dari pelaksanaan lesson study ini ada hal baru yang didapatkan yaitu pertama selama ini kalau dilakukan pengamatan kepada guru atau widyaiswara justru dititip beratkan adalah kekurangan dari widyaiswara dari proses pembelajaran tetapi kalau pada
33
lesson study yang di amati sebagai observer adalah sesuatu yang kurang dari peserta diklat atau peserta diklat yang tidak belajar dan mungkin peserta diklat yang tidak memperhatikan pembelajaran dalam proses pembelajaran. Kedua yang sangat berkesan dalam pelaksanaan lesson study ini adalah yang menjadi observer pada saat open class semua komponen terlibat dalam pengamatan (banyak orang) sedangkan diluar lesson study yang menjadi pengamat hanya 1 orang saja. Sedangkan dari aspek manfaat pelaksanaan lesson study menurut informan bahwa dalam pengamatan karena banyak orang yang mengamati sehingga hal-hal yang kurang itu tidak ada yang terlewati. Sehingga performan dari widyaiswara lebih meningkat dan juga akan meningkatkan penyelenggaraan diklat ke depan. Dari aspek pengembangan kompetensi widyaiswara menurut informan bahwa sangat mengembangkan atau meningkatkan kompetensi widyaiswara. Karena lesson study akan mengembangkan bagaimana mengoreksi diri sendiri terhadap kekurangan. Lesson study adalah sebagai pembinaan profesi widyaiswara dengan menerapkan pembelajaran kolaboratif melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan (plan), tahap do (pelaksanaan open class) dan see (refleksi). Plan adalah merencanakan sesuatu pembelajaran dengan melihat pembuatan GBPP atau SAP khususnya untuk widyaiswara atau guru membuat silabus dan RPP serta perangkat lainnya seperti perbaikan model-model pembelajaran, media pembelajaran atau sekaligus perbaikan proses pembelajaran. Sedangkan pada refleksi yang dilihat adalah bagaimana proses pembelajaran itu berjalan dan melihat kompetensi peserta diklat yang memang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dari diklat yang diikuti, sehingga berdampak pada proses pembelajaran itu. Akibatnya peserta diklat tersebut tidak melaksanakan dan tidak antusias dalam pembelajaran tersebut. Dari pengembangan kompetensi widyaiswara bahwa pelaksanaan lesson study ini dapat mengembangkan atau meningkatkan kompetensi widyaiswara terutama pada empat kompetensi widyaiswara yaitu kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi substansi.
34
Sedangkan dari aspek manfaat pelaksanaan lesson study menurut informan bahwa peningkatan kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran sangat meningkat. a. Widyaiswara berkolaborasi Aspek pengetahuan lesson study adalah sebagai alat ukur peningkatan kualitas
widyaiswara
dalam
proses
pembelajaran.
Dari
aspek
pengembangan kompetensi widyaiswara bahwa dalam bekerjasama dalam hal pembelajaran yaitu dengan saling memberikan saran dan kritikan yang membangun akan menghasilkan kesuksesan dalam pengembangan pendidikan mutu pendidikan, termasuk didalamnya adalah pengembangan kompetensi widyaiswara itu sendiri. Sedangkan dari aspek manfaat pelaksanaan lesson study menurut informan bahwa dalam melakukan persiapan pembelajaran itu dilakukan dengan sendiri tidak melibatkan banyak orang, tetapi setelah memahami lesson study ternyata dalam persiapan pembelajaran dengan melibatkan banyak orang itu sangat penting untuk bekerjasama dengan orang lain. Lesson study adalah study pembelajaran dengan langkah-langkah plan, do, see artinya bahwa rencanakan, laksanakan dan amati proses pembelajaran. Dari pengembangan kompetensi widyaiswara menurut informan bahwa dapat meningkatkan ferporman sebagai widyaiswara dengan adanya lesson study tersebut. Sedangkan dari aspek manfaat pelaksanaan lesson study menurut informan bahwa dapat membantu dalam pelaksanaan penyelenggara kediklatan. Setelah mendapatkan penjelasan dari hasil sosialisasi lesson study yang dilaksanakan oleh Balai Diklat Keagamaan Manado dengan melibatkan seluruh widyaiswara dan pejabat eselon IV maka lesson study adalah mengkaji pembelajaran secara mendalam dalam proses pembelajaran. Dari
pengembangan kompetensi widyaiswara bahwa
setelah pelaksanaan lesson study ini maka transfer expert widyaiswara lebih meningkat, peningkatan kompetensi ini jika ditunjang dengan fasilitas yang memadai, tenaga ekspert yang professional dan yang terakhir adalah kesejahteraan (honor mengajar). Sedangkan dari aspek
35
manfaat pelaksanaan lesson study menurut informan bahwa setelah pelaksanaan lesson study ini, keberhasilan di atas 50 % pembelajaran tercapai. Dengan
melibatkan
lingkungan
sekitar
dalam
pelaksanaan
pembelajaran. oleh karena itu, dalam pembelajaran kita harus berinteraksi
dengan
lingkungan
sekitar.
Dari
pengembangan
kompetensi widyaiswara bahwa pola-pola pelaksanaan lesson study ini dapat mengembangkan dan meningkatkan kompetensi pengelolaan pembelajaran dan kompetensi social widyaiswara. Sedangkan dari aspek manfaat pelaksanaan lesson study menurut informan bahwa dapat membantu widyaiswara untuk meningkatkan keempat kompetensi sebagai widyaiswara. Dengan kolaborasi meningkatkan kompetensi widyaiswara karena penampilan, sikap mental dari widyaiswara lebih optimal dibanding sebelumnya. b. Aspek pengetahuan Dari hasil pembahasan di atas bahwa aspek pengetahuan tentang lesson study dapat meningkatkan kompetensi widyaiswara. Aspek pengetahuan tentang lesson study. Secara
umum lesson study
merupakan
keterampilan
suatu
alat
ukur,
pembinaan,
untuk
meningkatkan profesionalisme sebagai sebagai widyaiswara dengan melibatkan semua aspek. Yaitu kepala sekolah, pengambil kebijakan, guru/widyaiswara sebagai observer dan sekaligus sebagai modeling dalam proses pembelajaran tersebut. c. Aspek pengembangan kompetensi widyaiswara, bahwa pelaksanaan lesson study dapat mengembangkan kompetensi widyaiswara. Apalagi jika ditunjang fasilitas yang memadai, perbaikan-perbaikan model, media dan alat pembelajaran. Terutama untuk mencapai empat kompetensi widyaiswara seperti yang tercantum dalam Permenpan Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan fungsional Widyaiswara dan angka kreditnya. d. Manfaat pelaksanaan lesson study dapat
membantu widyaiswara
dalam proses pembelajaran, meningkatkan skill widyaiswara. Dapat
36
membantu dalam pengelolaan pembelajaran dan penyelenggaraan kediklatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, lesson study merupakan suatu alat atau model pembinaan peningkatan profesionalisme widyaiswara. Dengan mengembangkan system kolaboratif antar widyaiswara untuk saling membelajarkan satu dengan yang lainnya. Profil widyaiswara yang berkompeten
dalam
bidangnya,
maka
setiap
widyaiswara
harus
mengetahui empat kompetensi widyaiswara tersebut. Yaitu kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi substansi. Jadi dalam pelaksanaan lesson study ini, keempat kompetensi dikembangkan secara kontinutas. Misalnya pengembangan kompetensi pengelolaan pembelajaran, seorang widyaiswara harus menguasai modelmodel
pembelajaran,
dapat
menyediakan
media
yang
memadai,
merancang dengan matang Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Dari segi kompetensi kepribadian widyaiswara adalah bahwa setelah mengetahui dan melaksanakan lesson study maka mental, sikap serta kepribadian widyaiswara akan semakin meningkat, karena itu dipengaruhi oleh adanya hubungan secara emosional dengan widyaiswara lainnya. Dari aspek kompetensi social bahwa lesson study melatih untuk berhubungan dengan orang lain tanpa menyinggung perasaan orang terutama pada saat pelaksanaan refleksi. Dalam refleksi ini ada saling keterbukaan di antara widyaiswara, tidak ada yang lebih pintar dan semuanya menerima pendapat baik ilmunya sangat mendalam maupun tidak mendalam. Sedangkan dari aspek kompetensi
subtansi adalah bahwa ini sangat
,membantu, karena pada saat refleksi substansi materi digali secara mendalam, sehingga para widyaiswara dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan substansi yang dimiliki dalam melaksanakan pembelajarannya.
37
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 1. Dengan melaksanakan lesson study ini dapat meningkatkan kompetensi widyaiswara yaitu kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi substansi. 2. Meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran, terutama dalam belajar dengan kolaboratif yang efektif. 3. Lesson study dapat meningkatkan penyelenggaran kediklatan.
B. Rekomendasi 1. Karena lesson study ini sangat dibutuhkan oleh widyaiswara maka, ke depannya dianggarkan pada DIPA BDK Manado yang lebih besar lagi. 2. Lesson study agar dapat diselenggarakan secara berkesinambungan kepada seluruh Balai-balai Diklat Keagamaan di seluruh Indonesia. 3. Diharapkan lesson study ini, kedepan dijadikan sebagai diklat regular dengan durasi waktunya 100 jam pelajaran selama 10 hari.
38
DAFTAR PUSTAKA Herawati S., dkk. 2009. Lesson study berbasis sekolah (Guru Konservatif menuju guru inovatif). Bayumedia Publishing. Malang. Istamar S., dan Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). FMIPA UM. Malang Lintang S.R. 2007. Widyaiswara Menapak di Era Digital. Buku Ilmiah Populer.Bogor. Lintang S.R. 2009. Rambu-rambu Karya Tulis Ilmiah Widyaiswara. Buku Ilmiah Populer. Bogor. Muhammad A. dkk. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Pedagogiana Press. Bandung. Permenpan Nomor 66 tahun2005. Jabatan Fungsional widyaiswara dan Angka Kreditnya. Permenpan nomor 14 tahun 2009. Jabatan Fungsional widyaiswara dan Angka Kreditnya sebagai revisi dan penyempurnaan Permenpan Nomor 66 tahun2005. Jabatan Fungsional widyaiswara dan Angka Kreditnya. Peraturan Kepala LAN Nomor 9 tahun 2008. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Widyaiswara. LAN. Jakarta. 2008. Pusdiklat Pegawai Depdiknas. Prinsip-prinsip Manajemen Pelatihan (Analisis, desain, pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi). Jakarta. 2003. Rusman Langke. 2003. Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Administrator dan Supervisor pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado. Tesis. Unima. Manado Sugiono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta. Bandung Sugiono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D. CV. Alfabeta. Bandung
39
Lampiran Daftar Pertanyaan Untuk Responden 1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang lesson study? 2. Dengan lesson study Bapak/Ibu semakin berkompeten dalam bidang diampunya? 3. Apakah manfaat yang Bapak/Ibu rasakan setelah pelaksanaan lesson study? 4. Dalam pelaksanaan lesson study apakah Bapak/Ibu mendapatkan motivasi yang begitu tinggi? 5. Bapak sebagai pengambil kebijakan, dalam hal ini sebagai Kepala Balai Diklat Keagamaan Manado, Bagaimana pendapat Bapak Tentang Pelaksanaan lesson study ini pada Balai Diklat Keagamaan Manado?
40