i
ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
NOVIA SARI ANDRIYANI A24060101
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ii
RINGKASAN NOVIA SARI ANDRIYANI. Analisis Hasil Petikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) di PT Tambi Unit Perkebunan Bedakah, Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH). Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan, mulai tanggal 1 Maret hingga 3 Juli 2010 di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Tujuan umum kegiatan magang adalah memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan perkebunan teh, mempelajari aspek manajerial dan aspek teknis, serta mempelajari teknik budidaya dan panen dalam pengelolaan perkebunan teh. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari aspek analisis hasil petikan tanaman teh dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang ini adalah: (1) praktek langsung dengan mengikuti kegiatan di lapangan; (2) mengumpulkan data primer melalui pengamatan langsung, mencari informasi serta wawancara dengan karyawan di lapangan; (3) mengumpulkan data sekunder melalui laporan tahunan, arsip kebun, RKAP serta laporan penunjang lainnya; (4) melakukan studi pustaka. Kegiatan teknis budidaya yang diikuti penulis pada saat berstatus sebagai karyawan harian lepas, antara lain: pemeliharaan pembibitan, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan, pemetikan serta sekilas tentang pengolahan hasil tanaman teh. Kegiatan pemeliharaan antara lain: pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pembentukan bidang petik, pemeliharaan saluran air dan lubang tadah, penggemburan tanah serta pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan manajerial yang diikuti penulis yaitu menjadi pendamping pembimbing pemetikan dan pemeliharaan, pendamping kepala blok serta pendamping asisten kepala bagian kebun. Pemetikan memerlukan pengawasan yang baik dan teliti, sebab kegiatan pemetikan menentukan mutu serta produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah mengenai gilir petiknya masih sangat bervariasi antara 12 – 17 hari, hal ini disebabkan Unit Perkebunan Bedakah
iii termasuk dataran tinggi (> 1 200 m dpl). Tenaga pemetik di Unit Perkebunan Bedakah masih kurang jika disesuaikan dengan kebutuhan untuk luas areal TM 304.12 ha. Analisis hasil petikan terdiri atas analisis petik dan analisis pucuk. Faktorfaktor yang mempengaruhi analisis hasil petikan adalah gilir petik, cara pemetikan, tahun pangkas, hanca petik dan penanganan pucuk setelah pemetikan serta pengangkutan pucuk ke pabrik. Pengamatan analisis petik dilakukan di semua blok. Analisis petik yang dihasilkan oleh setiap blok di Unit Perkebunan Bedakah berkisar antara 46 % - 68 %. Gilir petik yang semakin pendek akan menghasilkan pucuk yang semakin halus, begitu juga semakin lama umur pangkas maka pucuk pekonya semakin sedikit, namun pucuk burungnya semakin banyak. Gilir petik panjang akan menyebabkan hanca petik semakin kecil, hal ini menyebabkan pucuk di lapang menjadi lewat petik (kaboler). Penanganan pucuk setelah pemetikan dan pengangkutan pucuk ke pabrik harus lebih diperhatikan lagi supaya pucuk tidak sobek, terlipat serta rusak, sehingga hidak menyebabkan hasil dari analisis hasil petikan menjadi rendah. Pemetikan menggunakan gunting petik bila dibandingkan dengan pemetikan secara manual tidak berbeda nyata pada hasil analisis petik untuk persentase pucuk halus, pucuk medium dan pucuk kasar. Pemetikan dengan menggunakan gunting petik memberikan pengaruh nyata yaitu persentase kerusakan pada pucuk teh lebih besar daripada pemetikan secara manual. Pengamatan analisis pucuk dilakukan di tiga blok sebagai contoh, yaitu dari bulan Maret - Mei, hasilnya berkisar antara 47 % - 63 %. Blok yang memenuhi syarat untuk pengolahan teh hitam adalah Blok Bismo dan Argopuro dengan analisis pada bulan Mei sebesar 62.90 % dan 61.02 %. Produktivitas tanaman teh di Unit Perkebunan Bedakah selalu meningkat dari umur setelah pangkas pertama sampai dengan umur setelah pangkas keempat. Produktivitas tertinggi dicapai pada umur setelah pangkas keempat, baik untuk jenis tanaman asal biji maupun dari klonal, yakni sebesar 2 054 kg/ha untuk tanaman asal biji dan 3 034 kg/ha untuk tanaman asal stek.
ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Cammellia sinensis L(O) Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI WONOSOBO JAWA TENGAH Plucking result analysis of tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit Perkebunan Bedakah PT Tambi, Wonosobo, Central Java Novia Sari1 dan A. Pieter Lontoh2 1 2
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Abstract
The apprentice was conducted at Bedakah Estate, PT Tambi, Wonosobo, Central Java from March until july 2010. The purpose of the apprentice is plucking result analysis of tea. The assignment composed of several work, i.e, did as field worker for two month, as assistant foreman for one month, as assistant blok leaders for two week, and and assistant estate assistant for two week. The general objective of the apprentice is to expand knowledge of apprenticeship students about the technical and managerial aspects of the tea plantations, get skills and work experience. The special aspect of the apprentice is study the factor that influence about plucking result analysis of tea. Data processing in use t-student test with standard 5 % for picking method of tea. Plucking result analysis i.e., pick analysis and leaf analysis. Factors influencing analysis excerpts are the result of shifts picking, plucking way, crop year, picking and handling hanca shoots after picking and transport to the plant shoots.Pick analysis in Bedakah already enough good and included medium plucking. Picking with pick shears real influential to persentage leaf damage more than better than manual plucking. Observation of leaf analysis was conducted three month from march until may. The result show that just Bismo and Argopuro blok that fill standard 55%. Highest productivity at Bedakah reachable at four years after pruning for klonal and seedling that is 3 034 kg/ha and 2 054 kg/ha. Keywords: tea, plucking, analysis and productivity
iv
ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Novia Sari Andriyani A24060101
PROGRAM STUDI AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
v Judul
: ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN
BEDAKAH,
PT
WONOSOBO, JAWA TENGAH. Nama
: NOVIA SARI ANDRIYANI
NIM
: A24060101
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS NIP 19570711. 198111. 1. 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP 19611101. 198703. 1. 003
Tanggal persetujuan :
TAMBI,
vi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Boyolali, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 21 November 1987. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Agus Mulyanto, SE dan Ibu Ninik Haryanti, S.Sos. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1994 di SD Negeri 9 Boyolali dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP 2 Boyolali dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali dan lulus pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor). Penulis pada tahun 2006 mengikuti (Unit Kegiatan Mahasiswa) UKM Bola Voli di IPB, juga aktif pada Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Boyolali sebagai bendahara. Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan magang di Kebun Kurnia Strawbery, Ciwidey, Bandung. Tahun 2009 penulis mengikuti kegiatan olahraga voli ditingkat kampus, yaitu U-Cup dan OMI. Penulis melaksanakan kegiatan kuliah kerja profesi (KKP) pada tahun 2009 di Desa Kertek, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan kegiatan magang di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
vii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. yang masih memberikan nikmatNya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penulis, yaitu dengan judul “Analisis Hasil Petikan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L). O Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah”. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar – besarnya kepada: 1. Ibu, Papa dan adik atas doa, perhatian dan dukungannya. 2.
Bapak Ir. Adolf Pieter Lontoh , MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis. Bapak Dr.Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen penguji dan Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, MS selaku dosen wakil urusan departemen.
3. Direksi PT Tambi, Bapak Ir. Bagus Nugroho selaku Pimpinan Unit Perkebunan Bedakah , Bapak Purwandi dan Bapak Sudiyono selaku Asisten Kepala Bagian Kebun serta Bapak Meggie Satria HC, SE selaku Asisten Kepala Bagian Kantor dan Bapak Sutikno selaku Kepala Bagian Pabrik atas saran dan bimbingannya. 4. Teman seperjuangan selama magang Titis dan Bani, terimakasih atas kebersamaannya selama 4 bulan ini. Sahabat setiaku Janiez (Adiz, Trisna, Ntiz) dan teman- teman AGH 43 tercinta. 5. Pondok hijau tercinta (Meike, Eka, Neli, Vony, Cipta, Ika, Wida, Nina, Melinda) thank’s you gays. 6. Teman hati tersayangku (D.A) terima kasih atas doa, bantuan, dukungan serta perhatiannya selama ini. Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Bogor, November 2010 Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL....................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
xii
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
Latar Belakang ............................................................................ Tujuan .........................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
3
Ekofisiologi dan Botani Tanaman Teh ....................................... Pemetikan....................................................................................
3 4
METODE MAGANG ..............................................................................
7
Tempat dan Waktu...................................................................... Metode Pelaksanaan.................................................................... Pengumpulan dan Pengamatan Data........................................... Analisis Data dan Informasi........................................................
7 7 8 10
KONDISI UMUM ...................................................................................
11
Sejarah Perkebunan..................................................................... Letak Wilayah Administratif ...................................................... Kondisi Tanah, Topografi dan Iklim .......................................... Luas Areal dan Tata Guna Lahan ............................................... Keadaan Tanaman dan Produksi................................................. Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Tugas.......................... Ketenagakerjaan..........................................................................
11 12 12 13 13 14 15
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ..........................................
18
Aspek Teknis .............................................................................. Aspek Manajerial ........................................................................
18 43
PEMBAHASAN ......................................................................................
46
Analisis Hasil Petikan ................................................................. Hanca Petik .................................................................................
46 52
ix Kebutuhan Tenaga Pemetik ........................................................ Sarana Panen dan Transportasi ................................................... Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas.....................
52 54 55
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................
57
Kesimpulan ................................................................................. Saran ...........................................................................................
57 58
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
59
LAMPIRAN.............................................................................................
60
x
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Wilayah Administrasi Unit Perkebunan Bedakah ...................
12
2.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ............................................
13
3.
Produksi dan Produktivitas Teh Basah - Kering .....................
14
4.
Tenaga Kerja Unit Perkebunan Bedakah.................................
16
5.
Hubungan Antara Luas Areal Petik, Jumlah Pemetik dan Hanca Petik Setiap Blok ................................................
33
Kapasitas Pemetik Rata-rata di UP Bedakah Bulan Januari – Mei 2010. ....................................................................
36
7.
Analisis Pucuk Rata – Rata Bulan Maret – Mei 2010 .............
38
8.
Isi Polibag Masing-masing Mutu Teh UP Bedakah ................
42
9.
Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik di UP Bedakah..........
47
10. Analisis Petik Berdasarkan Gilir Petik ...................................
48
11. Analisis Petik berdasarkan Cara Pemetikan ...........................
49
12. Analisis Petik Berdasarkan Tahun Pangkas ...........................
50
13. Analisis Pucuk di Unit Perkebunan Bedakah .........................
51
14. Kebutuhan Tenaga Pemetik Setiap Blok di UP Bedakah.......
53
6.
xi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Bangunan pembibitan (a) dan Single Node Cutting (b) .................
18
2. Pengendalian Gulma Manual (a) dan Pengendalian Gulma Kimia (b)..............................................................................
21
3. Pemupukan TM (a) dan Pemupukan TBM (b)...............................
23
4. Kegiatan Pemangkasan (a) dan Pangkasan Bersih (b) ...................
25
5. Hama Ulat Api (a) dan Penyakit Cacar Daun Teh (b) ...................
29
6. Pemetikan Produksi (a) dan Pemetikan Jendangan (b) ..................
31
8. Pelaksanaan Penimbangan (a) dan Pengangkutan Pucuk Teh (b)..
36
9. Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas ........................
55
xii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
2.
Halaman Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ...................................................
61
Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Pembimbing di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, JawaTengah .....................................................
63
3. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Kepala Blok di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah....................................................................... 4.
64
Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Kepala Bagian Kebun di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ....................................................
65
5.
Peta Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010................................
66
6.
Data Curah Hujan dan Hari Hujan Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2000 – 2009 .............................................................
67
7.
Struktur Organisasi Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010........
68
8.
Dosis Pupuk pada TM per Aplikasi .............................................
69
9.
Dosis Pupuk pada TBM per Aplikasi...........................................
69
10. Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik.........................................
70
11. Analisis Petik Berdasarkan Gilir Petik.........................................
70
12. Analisis Petik berdasarkan Cara Pemetikan.................................
71
13. Analisis Petik berdasarkan Tahun Pangkas..................................
71
14. Komposisi Analisis Pucuk............................................................
72
15. Produktivitas Berdasarkan Umur Pangkas pada Tanaman Seedling dan Klonal ............................................................
72
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) adalah salah satu komoditi perkebunan yang memiliki arti penting dalam perekonomian Indonesia. Peran komoditas teh di Indonesia bukan hanya sebagai sumber devisa negara semata, melainkan juga sebagai penyerap banyak tenaga kerja. Produksi teh Indonesia memenuhi sekitar 5.8 % kebutuhan dunia. Indonesia menduduki posisi keenam dunia sebagai produsen teh curah setelah Vietnam, India, Cina, Srilanka dan Kenya (Asosiasi Teh Indonesia, 2010). Penghasil teh terbesar di Indonesia adalah daerah Jawa Barat. Propinsi ini menghasilkan 70% dari total produksi teh nasional. Sumatera dan Jawa Tengah merupakan propinsi lain yang juga penghasil teh terbesar. Luas areal produktif perkebunan teh di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 133 734 ha dengan produksi 150 623 ton. Volume ekspor dan impornya pada tahun 2007 mencapai 83 658 ton dan 10 366 ton. Produktivitas teh pada tahun 2007 sebesar 1 363 kg/ha/tahun. Luas areal perkebunan teh tahun 2009 menurun menjadi 127 411 ha dengan total produksi 151 250 ton dan produktivitasnya sebesar 1 432 kg/ha/tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Industri teh nasional masih menghadapi banyak kendala antara lain: produktivitas kebun teh yang relatif rendah, luas areal perkebunan teh yang cenderung menurun setiap tahunnya, banyak mutu teh yang belum memenuhi standar internasional, peremajaan tanaman teh yang lambat serta mesin-mesin pengolahan yang kurang mengarah pada kebutuhan dan permintaan pasar yang berubah secara dinamis dan cepat. Menurut Setiawati dan Nasikun (1991) upaya untuk meningkatkan kembali produktivitas teh nasional adalah dengan optimalisasi produktivitas kebun yang telah lama tidak mendapatkan perlakuan yang seharusnya atau pengelolaannya di bawah standar yang seharusnya. Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) menambahkan yaitu dengan memperbaiki teknologi pengelolaan kebun yang
2 terkendali, pengusahaan bahan tanaman yang tinggi produktivitas dan kualitas produksinya serta aplikasi teknologi yang lebih maju. Peningkatan efisiensi biaya juga perlu dilakukan, supaya tercapai kondisi kelestarian kebun menuju usaha perkebunan teh yang menguntungkan, berdampak positif terhadap lingkungan sosial dan lingkungan ekologi. Pucuk teh merupakan bahan baku pengolahan teh yang harus diusahakan dan dijaga agar bermutu baik, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teh yang bermutu tinggi (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Produksi pucuk yang maksimum tidak hanya ditentukan oleh kerataan bidang petik, tetapi lebih dipengaruhi oleh sistem petikannya. Faktor yang menentukan kualitas produk teh dalam sistem pemetikan adalah gilir/siklus petik dan kehalusan pucuk yang dipetik. Gilir petik semakin pendek, maka akan menghasilkan mutu produk teh yang semakin tinggi (Sukasman, 1985). Mutu pucuk sangat berpengaruh terhadap kualitas produk teh, semakin muda pucuk yang dipetik maka semakin tinggi potensi kualitas yang didapatkan (Sumantri, 1990).
Tujuan Tujuan umum kegiatan magang adalah memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan perkebunan teh, mempelajari aspek manajerial dan aspek teknis serta mempelajari teknik budidaya dan panen dalam pengelolaan perkebunan teh. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari aspek analisis hasil petikan tanaman teh dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3
TINJAUAN PUSTAKA Ekofisiologi dan Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tanaman subtropis yang berasal dari pegunungan Assam, China, Burma, Thailand dan Vietnam. Tanaman teh tidak terdapat di setiap daerah. Di Indonesia tanaman teh tumbuh baik di daerah-daerah dengan ketinggian 400 m -1 200 meter di atas permukaan laut. Teh tidak tahan terhadap kekeringan yang lama, karenanya teh terpusat di daerah bagian barat Indonesia antara 2 500 mm per tahun sampai 3 500 mm per tahun merata sepanjang tahun (Spillane, 1992). Teh secara umum berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah dan cukup sulit untuk dapat menembus lapisan tanah. Daunnya berwarna hijau tua dan agak bergerigi, ukuran panjangnya bisa mencapai tinggi hingga 10 - 15 cm. Bunganya berbentuk bulat, berwarna keputih-putihan menyerupai bunga yasmin dan dilapisi lilin. Buah teh termasuk buah kotak yang umumnya terdiri atas tiga butir biji. Biji tanaman teh mengandung minyak dengan kadar yang tinggi , yaitu 20 % berat biji (Spillane, 1992). Tanaman teh mempunyai dua fase pertumbuhan pucuk pada masa pertumbuhannya, yaitu periode peko dan burung. Kedua periode tersebut berselang-seling pertumbuhannya. Ritme pertumbuhan tersebut yang dinamakan flushing (periode peko) untuk pertumbuhan intensif / aktif dan periode dorman (periode burung) untuk pertumbuhan inaktif. Lama masa flushing ke flushing berikutnya ± 35 hari . Lamanya stadium peko dan burung untuk tanaman yang satu tidak sama dengan tanaman lainnya, bahkan masa bertunas dalam satu tanaman pun berbeda (Setyamidjaja, 2000). Periode istirahat dan aktif berhubungan erat dengan keadaan hara tanaman secara keseluruhan maupun setiap tunas secara individual. Semakin baik keadaan hara tanaman, maka periode aktif makin lama. Begitu pula sebaliknya, semakin buruk keadaan hara tanaman, maka periode dorman makin lama.
4 Menurut Setyamidjaja (2000) tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas, serta mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4.5 - 6.0. Di Indonesia jenis tanah utama yang digunakan untuk perkebunan teh adalah tanah Andosol
(di Pulau Jawa pada ketinggian 800 m dpl.) dan tanah Podsolik
(Sumatera).
Pemetikan Pemetikan merupakan suatu cara pengambilan daun yang dilakukan secara terus menerus berupa daun yang masih muda dan tunas yang sesuai dengan persyaratan dalam pengolahan teh. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan dan syarat-syarat pengelolaan yang berlaku. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyamidjaja, 2000). Pucuk yang dipetik mengakibatkan tanaman kehilangan salah satu alat fotosintesis untuk pembuatan zat pati yang sangat penting bagi kehidupan atau pertumbuhan tanaman. Kehilangan zat pati akibat pemetikan pucuk sekitar 7.5%, semakin kasar pucuk yang dipetik, maka semakin tinggi kehilangan zat patinya (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Pemetikan pucuk p+2, p+3 akan lebih kecil kehilangan zat patinya dari pada pucuk p+4 atau lebih. Kehilangan zat pati akibat dipetik tidak akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, asalkan daun-daun yang tertinggal pada perdu (lapisan daun pemeliharaan) cukup memadai untuk melakukan asimilasi (fotosintesis). Ketebalan daun pemeliharaan yang efektif melakukan fotosintesis 4 - 5 lapis dengan ketebalan 15 - 20 cm. Lebih tebal atau lebih tipis dari angka tersebut hasil fotosintesis tidak optimal, akibatnya pertumbuhan pucuk terhambat dan produksi menurun. Apabila terlalu tipis maka pemetikan harus dinaikkan satu daun atau meninggalkan satu daun di atas kepel (k+1). Kalau terlalu tebal pemetikan harus menurunkan daun di atas kepel (k+0) secara terus-menerus dan dilakukan selama
5 enam bulan atau lebih sampai daun pemeliharaan menjadi ideal (15 – 20 cm), sebab daun teh akan gugur setelah daun berumur enam bulan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Daun pemeliharaan yang terlalu tebal lebih dari lima lapis daun (>20 cm) maka lapisan daun yang keenam dan seterusnya akan menjadi beban, karena daun-daun ini tidak lagi dapat melakukan fotosintesis bahkan hanya dapat menggunakan hasil fotosintesisnya untuk respirasi. Akibatnya hasil untuk fotosintat untuk pertumbuhan pucuk atau tunas berkurang berarti produksi juga akan berkurang. Sebaliknya apabila daun pemeliharaan terlalu tipis kurang dari empat lapis daun, maka proses fotosintesis akan berkurang dan pertumbuhan pucuk atau tunas juga berkurang, yang berarti produksi pucuk juga berkurang (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Pemetikan harus memperhatikan gilir petik dan hanca petik karena akan menentukan produksi dan mutu teh. Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama, yang dinyatakan dalam hari. Panjang pendeknya gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu umur pangkas, iklim, ketinggian tempat dan keadaan tanam (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Hanca petik adalah luas areal yang pemetikannya harus diselesaikan dalam satu hari oleh pemetik. Pengaturan hanca dan gilir petik harus memperhatikan keseragaman pucuk karena akan berpengaruh pada mutu pucuk yang dipanen. Hanca petik diatur berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, luas areal blok kebun dan daur petik. Semakin pendek gilir petik maka semakin luas hanca petiknya (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Analisis Hasil Petikan Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik. Kualitas teh jadi sangat ditentukan oleh kualitas pucuk hasil olahan. Pucuk teh tersebut harus diperiksa dan dianalisis sebelum teh diolah yang akan menentukan
6 kualitas dan mutu teh. Pemeriksaan pucuk tersebut sering disebut dengan analisis hasil petikan. Analisis hasil petikan terdiri atas dua macam yaitu (1) analisis petik, dan (2) analisis pucuk (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Analisis petik. Analisis petik adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan dilaksanakannya analisis petik adalah untuk melihat kondisi kesehatan tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan, menilai sistem pemetikan yang dilakukan, siklus petik dan keterampilan pemetik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Analisis pucuk. Analisis pucuk adalah kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian tua dan muda yang dinyatakan dalam persen. Selain itu, pemisahan pucuk juga didasarkan pada kerusakan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan dilaksanakanya analisis pucuk yaitu dapat menilai pucuk yang akan diolah, dapat digunakan untuk menentukan harga pucuk (khususnya bagi teh rakyat) dan dapat memperkirakan persentase mutu teh produk yang akan dihasilkan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Kualitas pucuk segar sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, iklim, tinggi tempat, dan cara bercocok tanam. Kualitas produk teh yang baik akan diperoleh dari daun muda/ pucuk yang mengandung senyawa polifenol, cafein dan aktivitas enzim yang tinggi (Suryatmo, 1984). Zat kimia terutama berperan dalam kualitas teh adalah senyawa polifenol golongan catechin. Zat ini terdapat dalam jumlah besar pada bagian pucuk yang muda, dan semakin kecil jumlahnya dengan makin tuanya daun. Kualitas teh ditentukan dari pucuk hingga daun ketiga saja, semakin ke atas maka hasil olahan teh akan semakin baik. Pucuk teh tersebut dapat menghasilkan teh dengan kualitas nomor satu dan memiliki nilai jual yang tinggi (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Sasaran angka analisis pucuk adalah 70% atau lebih merupakan bagian yang muda dengan kerusakan pucuk kurang dari 10%, sehingga diharapkan dapat dihasilkan teh dengan produk yang bermutu tinggi (Setyamidjaja, 2000).
7
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 1 Maret hingga 3 Juli 2010.
Metode Pelaksanaan Penulis bekerja secara langsung di lapangan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping pembimbing (pemetikan dan pemeliharaan) selama satu bulan, pendamping kepala blok selama dua minggu dan pendamping asisten kepala bagian kebun selama dua minggu. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi KHL meliputi kegiatan pemetikan, pembentukan bidang petik, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, gosok lumut, porokan, pengendalian hama dan
penyakit serta
pemeliharaan saluran air dan pembuatan lubang tadah. Pekerjaan yang dilakukan penulis pada saat berstatus sebagai pendamping pembimbing adalah melaksanakan aspek manajerial meliputi: pengawasan KHL, menghitung prestasi kerja KHL dan membantu mengerjakan laporan kerja harian. Kegiatan sebagai pendamping kepala blok dan asisten kepala bagian kebun yaitu membantu mengawasi dan mengontrol pembimbing pemetikan dan pemeliharaan serta karyawan, membantu membuat laporan bulanan, mempelajari pembuatan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), membantu pembuatan rencana anggaran bulanan (RAB) serta mempelajari manajerial tingkat kebun dan membuat jurnal harian. Keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan penulis dapat dilihat di jurnal harian pada Lampiran 1 – 4.
8 Pengumpulan dan Pengamatan Data Pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang ini dengan menggunakan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung diperoleh dengan cara mengumpulkan data primer, sedangkan metode tidak langsung dengan mengumpulkan data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diterima langsung melalui pengamatan, wawancara dan diskusi dengan staf dan karyawan perkebunan. Aspek khusus yang diamati selama kegiatan magang adalah analisis hasil petikan tanaman teh. Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan cara mengamati aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas pucuk setelah pemetikan. Variabel-variabel yang diamati selama kegiatan magang meliputi: 1. Analisis petik Mengambil contoh pucuk kurang lebih satu genggam (± 5 g) dari semua waring pemetik dan dicampur secara merata, kemudian diambil sebanyak 1 kg. Dari contoh pucuk tersebut diambil lagi sebanyak 200 g, kemudian dipisah-pisahkan berdasarkan rangkaian pucuk /rumus petik yang diperoleh (petikan halus: p+1, dan p+2m; petikan medium: p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m; petikan kasar: p+4 atau lebih dan b+(1-4)t, kemudian masing-masing kelompok pucuk ditimbang dan dihitung persentasenya terhadap berat total kelompok pucuk tersebut. Pengamatan analisis petik dilakukan di semua blok. 2. Analisis pucuk: Analisis pucuk dihitung dengan menimbang pucuk yang memenuhi syarat (MS) dan pucuk yang tidak memenuhi syarat (TMS). Adapun caranya adalah dengan mengambil contoh pada 10 tempat secara acak dengan cara tangan dimasukkan ke dalam hamparan pucuk (Withering Through), kemudian pucuk diangkat dari bawah ke atas. Pucuk yang diangkat tadi kemudian dicampur secara merata di tampan, kemudian diambil sebanyak 200 g pucuk untuk di analisis. Sampel yang telah diambil kemudian dipisah-pisahkan berdasarkan pucuk yang Memenuhi Syarat/MS (p+1,
9 p+2m, p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m) dan pucuk yang Tidak Memenuhi Syarat/TMS (p+4, b+1t, b+2t, b+3t, lembaran dan tangkai). Setelah itu ditimbang berdasarkan bagian pucuk MS dan TMS, dan dihitung dalam persen. Jumlah sampel dihitung dengan kelipatan 500 kg pucuk (setiap 500 kg pucuk, I sampel = 200 g). Pengamatan analisis pucuk dilakukan di Blok Bismo, Argopuro dan Mandala. 3. Gilir petik dan hanca petik Gilir petik adalah selang waktu pemetikan pertama dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama, dihitung dalam hari. Gilir petik yang diamati adalah gilir petik panjang atau pendek yang diaplikasikan di unit Perkebunan Bedakah, dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pembimbing pemetikan. Hanca petik adalah luas areal yang dipetik oleh pemetik dalam satu hari. 4. Kebutuhan tenaga pemetik Jumlah tenaga petik (TP) yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus: TP (orang) =
produksi pucuk/ha/tahun x (100 + A) % kapasitas petik/HK/hari x HK satu tahun
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan jumlah pemetik riil yang ada di kebun. 5. Sarana panen dan transportasi Mengamati proses penanganan pucuk teh secara langsung dari awal penimbangan setelah pemetikan dan pengangkutan hasil petikan sampai ke pabrik. 6. Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas Merupakan data sekunder dengan melihat produktivitas kelompok tanaman berdasarkan umur pangkasnya yaitu 1 - 4 tahun setelah pangkas. Data sekunder diperoleh dari arsip kebun yang meliputi data kondisi kebun meliputi luas areal manajemen, jenis tanah, topografi lahan, kondisi populasi tanaman, produksi dan produktivitas 10 tahun terakhir, data curah hujan 10 tahun terakhir, standar dan target kebun serta organisasi dan manajemen.
10 Analisis Data dan Informasi Data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis, baik secara analisis diskriptif kualitatif maupun analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data dari kantor, kebun, pabrik serta pengamatan tanaman di lapang, kemudian dibandingkan dengan norma baku yang berlaku di perkebunan. Analisis deskriptif kuantitatif diamati menggunakan rataan, persentase, dan uji t - student dengan taraf nyata 5 % yang dilakukan pada variabel cara pemetikan. Adapun rumus t – student yang digunakan yaitu :
t-student =
(x̅₁-x̅₂)
1 1 Sp² n₁ + n 2
dengan
(n1 -1) S21 + (n2 - 1) S22 Sp= n1 + n2 - 2
Keterangan : x̄₁ , x̄₂
= rata-rata pengamatan 1 & 2
S₁² , S₂²
= ragam contoh 1 & 2
n₁ , n₂
= ragam pengamatan 1 & 2
Sp
= simpangan baku gabungan
t
Nilai berbeda nyata apabila t
;t
bebas (n₁ + n₂ - 2).
>t
dan tidak berbeda nyata apabila
diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5 % dan derajat
11
KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 1865 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij (UP Tanjungsari) dan Tuan W .D .Jong (UP Tambi dan Bedakah), kemudian dibeli oleh Tuan Mr. M. P Van Den Berg, A.W. Holle dan Ed Yacobson yang kemudian mendirikan Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Tahun 1942 Jepang masuk ke Indonesia dan perusahaan dikuasai oleh Jepang. Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan diambil alih oleh Pemerintahan Republik. Tahun 1950, perusahaan diserahkan kembali oleh pemerintahan Indonesia kepada pemilik semula yaitu Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Kemudian para eks Pegawai PPN membentuk kantor bersama yang diberi nama Perkebunan Gunung pada tanggal 21 Mei 1952, berdasarkan keputusan Gubernur No. AGR 36/1951/16/11/24 dan tanggal 28 Agustus 1952 Residen Kedu No. 10/AGS/6/1026 yang kemudian pada tanggal 29 April 1954 di Jakarta dilakukan penyerahan. Tahun 1957 diadakan pertemuan antara Eks PPN Sindoro Sumbing dengan pemerintahan Daerah Wonosobo, yang akhirnya diperoleh kesepakatan untuk mengelola perusahaan dengan membentuk perusahaan baru. Perusahaan baru ini modalnya 50 % dari pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo dan 50 % dari PT NV Eks Sindoro Sumbing. Perusahaan baru ini kemudian diberi nama NV Tambi dengan akta notaris Raden Sujadi di Magelang pada tanggal 13 Agustus 1957 dan mendapat pengesahan menteri kehakiman tanggal 10 April 1958 No. JA 5/3/30/25. Selanjutnya sampai sekarang (Tahun 2010) PT NV Ex PPN Sindoro Sumbing dengan pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo sebagai pemegang saham dari PT Tambi. PT NV Tambi memiliki 3 Unit Perkebunan dan 1 Unit kantor direksi dengan lokasi dan kondisi yang berbeda. Unit Perkebunan tersebut adalah Unit Perkebunan Tambi, Bedakah dan Tanjungsari.
12 Letak Wilayah Administratif PT Tambi khususnya Unit Perkebunan Bedakah berlokasi di lereng gunung Sindoro, yaitu 42 km sebelah selatan dataran tinggi Dieng, tepatnya di Desa Tlogomulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo. Perkebunan ini terletak pada ketinggian 1 250 – 1 900 meter dpl dengan topografi berbukit-bukit. Peta Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 5. Daerah administratif Unit Perkebunan Bedakah baik kebun, kantor induk maupun pabrik pengolahan terletak di 4 desa yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Wilayah Administrasi Unit Perkebunan Bedakah Kelurahan Tlogomulyo Candiasan Damar Kasihan Sojopuro
Unit Kerja Blok Bismo, Pabrik Pengolahan Teh Hitam, Kantor Induk Blok Rinjani Blok Argopuro, Blok Mandala dan Blok Muria Blok Kembang
Sumber: Kantor Induk Unit Perkebunan Bedakah ( 2010)
Kondisi Tanah, Topografi dan Iklim Jenis tanah di Unit Perkebunan Bedakah pada umumnya adalah andosol dan regosol. Tanah andosol berwarna kekuning-kuningan dengan tekstur geluh dan berstruktur lemah, lunak atau sangat halus sehingga mempunyai daya mengikat air yang tinggi, tanah gembur dan ketahanan struktur tinggi, mudah diolah, permeabilitas (peresapan) tinggi dengan pH 4.5 – 6.5 (Vademicum). Curah hujan tahunan di Unit Perkebuan Bedakah selama lima tahun terakhir (2005-2009) berkisar 2 372 mm – 4 971 mm dengan rata-rata per tahun 3 378 mm dan hari hujan berkisar 110 hari – 182 hari dengan rata-rata 139 hari hujan per tahun. Rata-rata bulan kering 2.7 bulan dan rata-rata bulan basah 8.5 bulan, sedangkan tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidt-Ferguson adalah B. Suhu di Unit Perkebunan Bedakah adalah 18 ºC - 20 ºC dengan kelembaban udara berkisar 87-93 %. Data curah hujan dari tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada Lampiran 6.
13 Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas areal Unit Perkebunan Bedakah secara keseluruhan berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun 2010 adalah 355.27 ha dengan luas tanaman menghasilkan 304.12 ha dan luas tanaman belum menghasilkan 19.30 ha serta replanting seluas 8.44 ha. Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Bedakah tahun 2010 disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Uraian Tanaman Menghasilkan Tanaman Belum Menghasilkan Replanting Kebun Perbanyakan Pembibitan Lapangan Tanaman Acasia Jalan Pabrik dan Gudang Kantor Emplasemen Curah atau Alur Total luas lahan
Luas Areal (ha) 304.12 19.30 8.44 0.64 0.47 2.84 0.50 8.47 0.72 0.03 6.97 2.77 355.27
Sumber: Diolah dari RKAP Unit Perkebunan Bedakah ( 2010)
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman teh di Unit Perkebunan Bedakah merupakan tanaman yang berasal dari klonal dan seedling. Bahan tanam tersebut antara lain: klon TRI 2024, TRI 2025, Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Kiara, Cin 143, MPS, PS dan seedling. Klon Gambung merupakan klon yang paling banyak ditanam di Unit Perkebunan Bedakah. Tahun tanam di Unit
Perkebunan Bedakah bervariasi dari tahun
1925 - 2010. Jarak tanam yang digunakan adalah 120 cm x 75 cm. Unit Perkebunan Bedakah termasuk kebun dataran tinggi (high land tea plantation),
14 populasi untuk setiap klon rata-rata 10 000 pohon/ha, sedangkan populasi untuk seedling rata-rata 7 000 – 8 000 pohon/ha. Produksi pucuk basah Unit Perkebunan Bedakah rata-rata selama kurun waktu sepuluh tahun (2000 - 2009) mencapai 3 048 260 kg dengan produksi teh kering 616 670 kg dan produktivitasnya 2 272 kg teh kering/ha/tahun. Produksi teh yang dihasilkan sekitar 70 % - 80 % dipasarkan ke beberapa negara diantaranya adalah India, Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Srilanka dan negara-negara Timur Tengah. Produksi dan produktivitas tanaman teh yang dapat dicapai dari tahun 2000 - 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Teh Basah - Kering Tahun
Luas TM (ha)
Produksi Basah (kg)
Produksi kering (kg)
Produktivitas (kg/ha/th)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
272.84 277.19 266.49 288.62 294.83 289.07 295.01 303.99 308.23 303.05
2 608 356 2 738 394 2 906 362 3 065 151 2 963 078 3 155 144 2 874 009 3 383 313 3 578 799 3 210 000
557 667 592 315 633 296 663 605 636 469 685 611 631 312 731 933 774 606 702 430
2 021 2 137 2 367 2 300 2 159 2 372 2 140 2 395 2 513 2 319
Sumber: Kantor Bagian Tanaman Unit Perkebunan Bedakah (2010)
Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Tugas Struktur organisasi merupakan kerangka hubungan kerja yang mengatur wewenang dan kegiatan pengaturan kerja supaya segala sesuatu yang menjadi tujuan dari perusahaan dapat dicapai. Unit Perkebunan Bedakah dipimpin oleh seorang pemimpin unit perkebunan yang diangkat oleh Direksi PT Tambi. Pemimpin Unit Perkebunan Bedakah dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dibantu oleh Asisten Kepala Bagian Kebun, Asisten Kepala Bagian Kantor, dan Kepala Bagian Pabrik. Struktur organisasi PT Tambi Unit Perkebunan Bedakah
15 ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi dengan penetapan sistem organisasi yang disesuaikan dengan perkembangan perusahaan. Struktur organisasi Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 7. Tugas seorang pimpinan unit perkebunan adalah memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas sebagai pimpinan umum perkebunan serta dalam pengelolaan kebun, operasi pabrik, kantor dan kegiatan perkebunan lainnya dan bertanggung jawab langsung terhadap Direktur. Pimpinan Unit Perkebunan membawahi secara langsung kepala bagian kebun, kepala bagian kantor dan kepala bagian pabrik. Tugas dari asisten kepala bagian kebun adalah memimpin, merencanakan, mengatur dan mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan bagian kebun termasuk dalam pengelolaan kebun, lahan dan aministrasi sesuai dengan kebijakan direksi sehingga kualitas dan kuantitas dapat tercapai. . Asisten Kepala bagian kantor bertugas dan bertanggung jawab
kepada
pemimpin Unit Perkebunan Bedakah dalam memimpin, merencanakan, mengatur, dan mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian kantor termasuk dalam pengelolaan keuangan, laporan bulanan dan tahunan, pembukuan, pengarsipan, sumberdaya manusia serta pengelolaan kebun dan hasil perkebunan. Tugas kepala bagian pabrik adalah memimpin, merencanakan, mengatur dan mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian pabrik termasuk kegiatan pengelolaan hasil kebun, pengolahan dan produksi, pemeliharaan infrastruktur pabrik dan kegiatan pabrik lainnya.
Ketenagakerjaan Tenaga kerja di Unit Perkebunan Bedakah terdiri atas karyawan I, karyawan II (A,B,C,D) dan karyawan tetap/lepas. Karyawan I terdiri atas pemimpin unit perkebunan, bagian kantor, bagian kebun, bagian pabrik dan sebagian kepala blok. Karyawan II terdiri atas karyawan pelaksana, karyawan tetap dan karyawan lepas/borongan. Karyawan tetap adalah karyawan yang diangkat oleh pemimpin unit perkebunan yang disetujui oleh direksi. Karyawan lepas adalah karyawan
16 yang tidak terkait dengan perusahaan, pekerjaannya adalah sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kondisi tenaga kerja di Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tenaga Kerja Unit Perkebunan Bedakah No
Uraian
Tenaga Kerja L
P 1
1
Karyawan I
10
2
Karyawan II D
19
3
Karyawan II C
4
Tingkat Pendidikan
∑
S2 S1 D3 Jamsostek
SMA
SMP
SD
TTSD
∑
11
1
3
0
7
0
0
0
11
1
20
0
0
0
4
6
10
0
20
9
0
9
0
0
0
7
1
1
0
9
Karyawan II B
17
3
20
0
0
0
3
6
11
0
20
5
Karyawan II A
31
7
38
0
0
0
4
6
22
6
38
6
Petik
0
194
194
0
0
0
0
0
173
21
194
7
Pemeliharaan
34
2
36
0
0
0
5
4
25
2
36
8
Kantor/Pabrik
20
2
22
0
0
0
5
2
15
0
22
Jumlah
140
210
350 1 3 0 Non Jamsostek
35
25
257
29
350
9
Petik
4
0
4
0
0
0
0
0
2
2
4
10
Pemeliharaan
0
2
2
0
0
0
0
0
0
2
2
11
Kantor/Pabrik
2
2
4
0
0
0
3
1
0
0
4
Jumlah
6
4
10
0
0
0
3
1
2
4
10
Total 146 214 360 1 3 0 38 26 Sumber: Kantor Induk Unit Perkebunan Bedakah (Bulan Maret, 2010)
259
33
360
Sistem pengupahan untuk karyawan I dan karyawan II di Unit Perkebunan Bedakah ditetapkan oleh direksi. Besarnya upah disesuaikan dengan jabatan masing-masing dan disesuaikan dengan besarnya upah minimum regional (UMR) yang berlaku. Karyawan harian lepas besarnya upah berdasarkan prestasi kerja yang diperoleh. Pembagian upah untuk karyawan I dilakukan setiap satu bulan sekali pada tanggal 1, karyawan II dilakukan setiap satu bulan sekali pada tanggal 3, sedangkan untuk karyawan harian lepas dilakukan tiga kali dalam sebulan yaitu pada tanggal 3, 13 dan 23. Unit Perkebunan Bedakah menyediakan banyak fasilitas-fasilitas untuk karyawan. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain: perumahan, tempat ibadah,
17 pelayanan kesehatan, koperasi karyawan, tempat bermain musik, tempat olah raga, jamsostek, pakaian kerja, bonus, tunjangan cuti, tunjangan hari raya (THR), listrik, kendaraan bermotor, gratifikasi dan rekreasi. Pada pelayanan kesehatan, perusahaan menyediakan fasilitas Balai Pengobatan yang dilayani oleh dokter perusahaan setiap dua kali seminggu pada hari Senin dan Kamis. Karyawan yang memperoleh fasilitas kesehatan adalah karyawan I, II beserta keluarganya maksimum tiga anak dan untuk karyawan lepas borong dan pensiunan hanya bagi yang bersangkutan. Perusahaan juga memberikan cuti terhadap karyawan, yaitu cuti sebanyak 14 hari kerja setiap tahun. Setiap satu tahun sekali, perusahaan memberikan satu stel pakaian kerja. Kegiatan rekreasi dilakukan satu tahun sekali untuk semua karyawan harian tetap. Khusus untuk anak sekolah, perusahaan menyediakan sarana transportasi antar jemput dengan menggunakan truk dan biaya sekolah sampai dengan perguruan tinggi.
18
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan sangat penting bagi budidaya tanaman, sebab pembibitan merupakan tahap awal dari budidaya. Pengadaan bahan tanam untuk pembibitan teh dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Unit Perkebunan Bedakah memiliki suatu lokasi pembibitan yang terletak di Blok Bismo dengan luasan 0.47 ha. Bahan stek yang digunakaan adalah stek satu buku atau single node cutting dapat dilihat pada Gambar 1, yang diambil dari klon Gambung 3, 4 dan 7 serta telah memenuhi syarat sebagai tanaman induk yaitu kurang lebih berumur 6 - 10 tahun. Pemilihan stek diambil dari tanaman induk yang telah cukup umur, yakni kurang lebih 4 - 5 bulan setelah pangkas. Bangunan pembibitan terbuat dari anyaman bambu (keteb dan rigen) dengan tinggi 2 m dan jarak antar tiangnya 3 m x 3.5 m, dengan arah gawangan menghadap timur – barat dapat dilihat pada Gambar 1. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 16 m – 20 m dan lebar 1 m. Antar bedengan satu dengan bedengan yang lain dibuat jalan dengan lebar 0.8 m. Bedengan ditutup dengan menggunakan sungkup plastik transparan dengan tinggi 60 cm, dan panjang plastik sungkup disesuaikan dengan panjang bedengan. Intensitas cahaya yang masuk dalam rumah pembibitan sekitar 25 %, dan kelembaban ± 80 %.
(a)
Gambar 1. Bangunan pembibitan (a) dan Single Node Cutting (b)
(b)
19 Media yang digunakan untuk pengisian polibag yakni menggunakan tanah. Tanah untuk polibag merupakan campuran dari tanah lapisan atas (top soil) dan tanah lapisan bawah (sub soil). Bahan yang digunkan untuk campuran top soil adalah setiap 1m³ tanah dicampur dengan 1 000 g tawas, 1 250 g SP-36, 250 g Kiserit, 500 g KCl, 300 g Dithane-45 dan 200 g Basamid, setelah itu ditimbun selama 20 hari baru dimasukkan ke dalam polibag. Bahan yang digunakan untuk campuran sub soil yaitu 300 g Dithane-45, 1 000 g tawas dan 200 g basamid. Media yang telah siap kemudian di masukkan ke polibag. Polibag yang sudah siap kemudian ditata di bedengan yang sebelumnya dilapisi dengan rerumputan, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah dan agar subur. Sebelum sungkup ditutup, terlebih dahulu polibag disiram dengan air bersih serta disemprot menggunakan Dithane-45 dengan konsentrasi 0.1%, baru sungkup ditutup selama 10 - 15 hari. Stek yang akan ditanam dipotong-potong sehingga hanya memiliki 1 daun dengan panjang ruas dibawah daun kurang lebih 2.5 cm dengan kemiringan 45º, serta daun dipotong kurang lebih 1/3 bagian. Hasil potongan stek kemudian dimasukkan ke dalam larutan Dithane 45 dengan konsentrasi 2 g/liter air kurang lebih 5 menit, dan daun condong ke atas tidak saling menutupi satu sama lainnya. Bahan stek ditanam di polibag dengan posisi bakal tunas menghadap pada satu arah, sehingga bakal tunas tidak saling menutupi serta mengarah pada cahaya matahari. Setelah penanaman stek selesai, kemudian polibag disiram air bersih dengan tujuan untuk membersihkan tanah yang melekat di daun dan juga untuk menambah kelembaban tanah, setelah itu disemprot dengan Lanate 2 g/l air yang berfungsi untuk memberantas hama ulat dan kutu, kemudian sungkup ditutup dengan plastik baru selama 3.5 – 4 bulan. Pembukaan sungkup dilakukan setelah stek berumur 4 bulan. Sungkup tidak langsung dibuka semua melainkan harus secara bertahap. Tahap pertama dibuka ¼ bagian dari pukul 07.00 – 09.00 selama 20 hari. Tahap selanjutnya sungkup dibuka ½ bagian dari pukul 07.00 – 10.00 selama 20 hari, serta dibuka semua dari pukul 07.00 – 11.00 selama 20 hari.
20 Pengamatan terhadap pertumbuhan stek dilakukan setiap hari. Atap naungan pembibitan dibuka saat bibit mencapai umur 6 – 7 bulan. Seleksi bibit pertama dilakukan pada umur 7 bulan berdasarkan tinggi tanaman, kesehatan tanaman dan jumlah daun. Seleksi bibit terdiri dari tiga kelas yaitu masuk kelas A apabila tingginya mencapai lebih dari 20 cm dengan jumlah daun 4 – 6 lembar, kelas B apabila tingginya 15 cm – 20 cm dengan jumlah daun 4 lembar, dan kelas C apabila tingginya 10 cm – 15 cm dengan jumlah daun 2 – 3 lembar. Seleksi bibit tahap kedua dilakukan pada umur 9 bulan dengan cara mengumpulkan bibit berdasarkan kriteria pada seleksi tahap pertama. Bibit yang telah siap untuk disalurkan atau ditanam yaitu bibit yang telah berumur 12 bulan dan telah mencapai tinggi kurang lebih 25 cm. Penulis pada kegiatan ini melakukan pengisian bekong/polibag dan penanaman stek. Prestasi kerja yang didapat penulis utuk pengisian bekong selama 5 jam kerja adalah penanaman stek berturut-turut adalah 400 tanaman, dan 500 tanaman. Standarnya 750 tanaman dan 1 800 tanaman. Prestasi pekerja adalah 700 tanaman dan 1 500 tanaman.
Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman dilakukan
dengan tujuan untuk menjaga agar
tanaman dapat tumbuh optimal dan dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Pemeliharaan ini terdiri dari pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) serta pemeliharaan pada tanaman menghasilkan (TM). antara lain pengendalian gulma, pembentukan bidang petik, pemupukan, pemangkasan, gosok lumut, penggemburan tanah, pembuatan lubang tadah dan saluran air serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pengendalian gulma. Pengendalian gulma dilakukan dengan tujuan untuk mengendalikan populasi gulma sedemikian rupa agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau ditekan serendah mungkin. Gulma yang dominan di Unit Perkebunan Bedakah adalah Ageratum conizoides (wedusan), Borreria alata (gletak), Melastoma malabathricum
21 (senggan), Impatiens plathypetala (pacar air), Commelina nudiflora (goloran/tali said), Setaria plicata (jambe-jambean), dan Eleusine indica (lulangan). Pengendalian gulma yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual (manual weeding) dan kimia
(chemical
weeding). Pengendalian gulma dalam periode satu tahun, dijadwalkan dengan 2 3 kali aplikasi manual dan aplikasi kimia yang dalam pelaksanaanya sangat ditentukan oleh kondisi di lapangan. Pengendalian gulma secara manual dan secara kimia dapat dilihat pada Gambar 2.
(a)
(b)
Gambar 2. Pengendalian Gulma Manual (a) dan Pengendalian Gulma Kimia (b) Pengendalian gulma pada TBM dan TM dilakukan dengan cara membersihkan gulma yang berada di barisan tanaman serta pada pinggiran tanaman, kemudian gulma diletakkan di tengah-tengah barisan tanaman dan dibiarkan hingga kering. Alat yang digunakan adalah parang dan kored yang dimiliki oleh masing-masing pekerja. Teknis pelaksanaannya dilakukan menurut baris tanaman dan dimulai dari topografi tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Standar prestasi kerja pengendalian gulma secara manual pada TBM dan TM adalah 0.04 ha/HK, prestasi pekerja dan penulis masing-masing adalah 0.02 ha/HK dan 0.02 ha/HK. Pengendalian gulma secara kimia (chemical weeding) yakni dengan menggunakan herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak dan sistemik. Herbisida kontak berbahan aktif paraquat diklorida (Noxone) yang dapat digunakan untuk memberantas berbagai jenis gulma, baik gulma berdaun lebar
22 maupun gulma berdaun sempit. Herbisida sistemik berbahan aktif glifosat (Rambo) merupakan herbisida tidak selektif yang digunakan untuk memberantas gulma-gulma daun lebar dan sempit. Herbisida kontak diaplikasikan untuk tanaman menghasilkan (TM) pada tahun pangkas II, III dan IV dengan dosis 1.5 l/ha dan konsentrasi 0.4 %. Herbisida sistemik diaplikasikan pada tanaman teh tahun pangkas I dan TBM, dengan dosis 3 l/ha dan konsentrasi 0.8 %, sedangkan untuk tahun pangkas II, III dan IV dengan dosis 2 l/ha dan konsentrasinya 0.53 %. Aplikasi pengendalian gulma secara kimia untuk TM sebanyak 2 kali dalam satu tahun, sedangkan untuk TBM tiga kali dalam satu tahun. Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah dengan hand sprayer/ knapsack dengan kapasitas 15 l. Volume yang digunakan untuk 1 ha adalah 375 l air. Standar kerja yang berlaku 0.32 ha/HK, prestasi kerja 0.32ha/HK, dan prestasi kerja penulis 0.2 ha/HK. Pembentukan bidang petik (Centering). Pembentukan bidang petik dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan centering. Centering merupakan salah satu cara untuk membentuk bidang petik pada tanaman teh yang pada umumnya dilakukan pada TBM umur tiga sampai empat bulan setelah tanam. Tujuan dilakukannya pembentukan bidang petik ini adalah untuk membentuk perdu dengan percabangan yang ideal dan bidang petik yang luas agar dapat menghasilkan pucuk yang banyak dalam waktu yang relatif singkat. Kegiatan centering di Unit Perkebunan Bedakah terdiri dari tiga tahap, yaitu centering I, centering II (decentering) dan cut across. Centering I dilakukan pada saat tanaman sudah berumur enam bulan setelah tanam. Caranya dengan memotong batang utama/primer yang telah memiliki diameter sebesar pensil dengan ketinggian 15 – 20 cm dari permukaan tanah dengan meninggalkan kurang lebih tiga cabang. Centering II dilakukan enam bulan setelah centering I. Caranya dengan memotong cabang sekunder dan cabang orthotrof (cabang yang tumbuh ke atas) dengan ketinggian 25 – 30 cm. Tujuannya untuk memacu agar pertumbuhan cabang ke samping semakin banyak atau agar dapat melebar. Jika percabangan telah tumbuh mencapai ketinggian 60 – 70 cm, maka akan dilakukan
23 pemangkasan selektif (selective cut-cross) dengan ketinggian 45 – 50 cm dari permukaan tanah. Caranya dengan menghilangkan cabang–cabang yang di tengah. Tujuan dari selective cut-cross adalah untuk memperbanyak cabang yang tumbuh ke samping (plagiothrof). Tunas-tunas yang tumbuh setelah selective cut-cross dibiarkan tumbuh selama 3 - 6 bulan, kemudian dilakukan pemetikan jendangan (tipping). Penulis melakukan kegiatan centering di Blok Rinjani, dengan prestasi kerja 0.1 ha/HK. Standar dan prestasi kerja karyawan berturut – turut adalah 0.12 ha/HK dan 0.12 ha/HK. Pemupukan. Pemupukan merupakan upaya untuk memberikan unsur hara dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman teh. Kegiatan pemupukan harus dilakukan dengan tepat, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu. Pemupukan di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan melalui dua cara, yakni pemupukan lewat tanah dan pemupukan lewat daun. Pemupukan lewat tanah dalam satu tahunnya dilaksanakan 2 kali aplikasi untuk tanaman menghasilkan atau TM dan 4 kali aplikasi untuk tanaman belum menghasilkan atau TBM. Pemupukan pada TM dan TBM dapat dilihat pada Gambar 3.
(a)
Gambar 3. Pemupukan TM (a) dan Pemupukan TBM (b)
(b)
24 Pemupukan lewat tanah untuk tanaman menghasilkan (TM) dilaksanakan pada semester I bulan Maret – April dan semester II bulan Oktober – November. Adapun caranya yaitu dilakukan pada barisan tanaman, sehingga pemupuk harus masuk ke dalam barisan tanaman teh. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea (46 % N), Rock Phospat (30 % P2O5), KCl (60 % K2O), Kieserit (27 % MgO). Waktu pemupukan yang optimal yaitu pada awal dan akhir musim hujan dengan curah hujan per minggu sekitar 60 – 200 mm. Kondisi lahan yang akan dipupuk harus bersih dari gulma. Dosis pupuk untuk areal tanaman menghasilkan (TM) berbeda-beda, antara lain: berdasarkan target produksi pucuk basah dalam satu tahun, jenis tanaman (seedling atau klonal) serta produktivitas pada masing-masing blok. Pemupukan lewat tanah untuk areal tanaman menghasilkan (TM) adalah dengan cara memberikan pupuk di antara dua baris tanaman yang sebelumnya telah dibuat lubang pupuk (koakan) setelah itu lubang ditutup dengan tanah. Rekomendasi dosis pupuk dari direksi PT Tambi ditetapkan dengan perbandingan N : P : K : Mg = 5 : 1 : 2 : 0.5 dengan kadar N % = 11 %. Dosis pupuk dan kebutuhan pupuk per tanaman untuk TM per apikasi per ha untuk setiap blok di UP Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 8. Pemupukan lewat tanah pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dilakukan dengan cara pupuk dibenamkan disekitar tanaman pokok dengan melakukan penugalan terlebih dahulu. Jarak antara tanah yang ditugal dengan tanaman pokok berkisar 10 – 15 cm, tujuannya adalah agar akar tanaman dapat menjangkau hara yang diberikan. Kedalaman tanah yang ditugal 5 – 7 cm. Dosis yang digunakan per umur tanaman belum menghasilkan (TBM) berbeda-beda sesuai dengan kondisi tanaman tiap blok serta umur tanamannya. Berikut adalah dosis pupuk dan kebutuhan pupuk per tanaman untuk TBM per apikasi per ha di UP Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 9. Teknis pemupukan dilaksanakan dari tempat dengan topografi tinggi ke tempat yang lebih rendah. Penulis melaksanakan kegiatan pemupukan di Blok Bismo, Rinjani, dan Kembang. Prestasi kerja karyawan 0.2 ha/HK dengan standar kerja 0.2 ha/HK sedangkan prestasi kerja penulis 0.01 ha/HK.
25 Pemupukan lewat daun menggunakan ZnSO4 (Zinc sulpathe). Pemberian pupuk daun dilakukan 2 - 3 hari setelah dilakukan pemetikan dengan dosis 1 kg/ha. Tujuan pemberian pupuk daun adalah untuk menambah zat hijau daun pada tanaman teh. Pemupukan lewat daun biasanya dilakukan seiringan dengan pengendalian penyakit. Alat yang digunakan untuk pupuk daun pada tahun pangkas I menggunakan hand sprayer berkapasitas 15 l air, sedangkan untuk tahun pangkas II, III dan IV menggunakan mist blower dengan kapasitas 10 l air. Pemangkasan. Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan untuk membuat tanaman teh menjadi perdu. Tujuannya untuk memperbarui dan memperbaiki bidang petik tanaman, mempertahankan agar tanaman selalu berada pada fase vegetatif, mengusahakan agar perdu/bidang petik agar tetap rendah sehingga dapat mempermudah dalam pelaksanaan pemetikan, membentuk bidang petik (frame) seluas mungkin, membuang cabang yang tidak produktif yang dapat menghambat pertumbuhan tunas baru serta dapat merangsang pertumbuhan tunas baru (Setyamidjaja, 2000). Pemangkasan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah pemangkasan produksi dengan tipe pangkasan bersih, yaitu pangkasan dengan membuang semua ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm beserta semua daun-daunnya, sehingga yang tertinggal hanya cabang dan ranting-ranting utamanya saja dengan maksud untuk memperbaiki percabangan. Kegiatan pemangkasan dan tipe pangkasan bersih dapat dilihat pada Gambar 4.
(a)
Gambar 4. Kegiatan Pemangkasan (a) dan Pangkasan Bersih (b)
(b)
26 Tinggi pangkasan bersih yang digunakan di Unit Perkebunan Bedakah berkisar 50 – 65 cm dari permukaan tanah. Standar tinggi pangkasan menggunakan sistem pangkasan selalu naik 5 cm lebih tinggi dari pangkasan sebelumnya dan diturunkan kembali setelah dipangkas 65 cm. Luka pangkas tidak boleh pecah serta luka karena dapat menghambat pertumbuhan tunas baru. Bentuk potongan (luka pangkas) membentuk sudut 45 º menghadap ke dalam perdu, bidang pangkas sejajar dengan permukaan tanah atau sesuai dengan kontur tanah. Alat yang digunakan untuk pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah dengan menggunakan gaet/sabit pangkas, tongkat ukuran dan batu asah. Waktu
pelaksanaan
pemangkasan
di
Unit
Perkebunan
Bedakah,
dilaksanakan selama dua semester. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan produksi pucuk harian agar tidak terjadi fluktuasi produksi yang terlalu besar antara saat flush dan saat minus (kemarau). Dalam satu tahun areal yang dipangkas sebesar 25 % dari total areal kebun. Unit Perkebunan Bedakah untuk semua bloknya menggunakan perbandingan 70 % : 30 % untuk kegiatan pemangkasannya. Gilir pangkas yang dilakukan di UP Bedakah dilakukan 4 – 5 tahun sekali disesuaikan dengan kondisi tanaman seperti ketinggian tempat, musim, dan ketinggian tanaman serta produktivitasnya. Penulis melakukan kegiatan pemangkasan di blok Argopuro dan Mandala. Standar kerja 0.04 ha/Hk, prestasi kerja tenaga kerja adalah 0.04 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 0.009 ha/HK. Gosok lumut. Unit Perkebunan Bedakah termasuk daerah perkebunan teh dataran tinggi, sehingga memiliki curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Kondisi semacam ini memungkinkan untuk pertumbuhan lumut yang banyak, baik pada batang, ranting, maupun cabang tanaman teh. Keberadaan lumut dan paku-pakuan sangat merugikan bagi tanaman, sebab dapat memacu perkembangbiakan cacar daun teh (blister blight) dan pertumbuhan gulma di sekitar tanaman menjadi banyak. Tunas yang baru tumbuh bisa langsung terserang cacar daun. Lumut banyak tumbuh subur pada tanaman tua, terutama pada jenis tanaman seedling. Pembersihan lumut dilakukan satu minggu setelah dilaksanakan pemangkasan dengan menggunakan ranting tanaman teh yang
27 dirangkai menyerupai sapu lidi. Pembersihan lumut ini diharapkan tidak melebihi satu minggu setelah pangkas, agar mata tunas mendapat kesempatan tumbuh lebih baik, lingkungan perdu menjadi bersih serta pertumbuhan gulma menjadi terhambat. Selain lumut, perdu teh harus bersih dari paku-pakuan pacar air dan pakis. Penulis melakukan gosok lumut di Blok Mandala. Blok Rinjani, dan Blok Argopuro. Prestasi kerja yang diperoleh 0.01 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.02 ha/HK dan standar kerja 0.02 ha/HK. Penggemburan tanah (Morok). Penggemburan tanah atau morok, dilakukan setelah pemangkasan kurang lebih 10 - 20 hari. Tujuan dari penggemburan tanah ini adalah agar terjadi sirkulasi udara dalam tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan tanah dapat menyerap air dengan baik. Alat yang digunakan adalah porok/garpu besar. Teknis pelaksanaanya yaitu ujung porok ditancapkan di tanah dengan posisi agak miring, kemudian ditekan dengan kaki hingga kedalaman 20 - 30 cm, setelah itu garpu diangkat dengan posisi miring sehingga tanah jadi terangkat. Penulis melakukan kegiatan penggemburan tanah di Blok Bismo dan Blok Argopuro. Prestasi kerja penulis 0.03 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.04 ha/HK dan standar kerja 0.04 ha/HK. Pembuatan lubang tadah dan saluran air. Lubang tadah atau rorak adalah suatu tempat yang dibuat untuk menampung air pada saat musim hujan dan tempat peresapan air sehingga tanah tidak tercuci atau tidak menyebabkan erosi. Tampungan air yang diserap oleh rorak selanjutnya dapat digunakan pada musim kemarau. Fungsi lain dari rorak adalah sebagai tempat penampungan bahan organik dari guguran daun teh serta dapat memperbaiki aerasi tanah. Jenis rorak yang diterapkan di Unit Perkebunan Bedakah adalah rorak sesuai kontur dengan tipe rorak rantai. Rorak dibuat dari ujung pertanaman teh, setiap 2 3 baris tanaman sesuai dengan kemiringan lahan dengan ukuran panjang 100 - 200 cm, lebar 30 - 40 cm serta kedalamannya 30 cm. Pemeliharaan dilakukan dengan mengeluarkan tanah sedalam 30 cm dan tanah diletakkan di atas rorak secara merata. Rorak dipertahankan selama masa TBM. Pemeliharan rorak dilakukan dua
28 kali dalam satu tahun untuk TBM, sedangkan untuk TM dilakukan setelah pemangkasan. Saluran air dibuat agar air dapat dialirkan ke dalam lubang tadah. Saluran air ini biasanya dibuat di pinggiran batas antar nomor kebun, serta melihat aliran air tersebut paling deras mengalir dari mana sehingga bisa dialirkan ke dalam lubang tadah. Alat yang digunakan untuk membuat saluran air dan lubang tadah adalah cangkul, sabit dan lempag. Penulis melakukan pembuatan lubang tadah di Blok Argopuro dengan prestasi kerja penulis 0.005 ha/HK, sementara standar kerja 0.04 ha/HK dan prestasi kerja karyawan 0.04 ha/HK. Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit diupayakan secara terpadu dengan memprioritaskan secara alami atau kultur teknis sehingga dampak penggunaan bahan kimia dapat diminimalkan. Hama penting yang menjadi masalah di Unit Perkebunan Bedakah antara lain Hellopeltis antonii, ulat penggulung pucuk (Cydia leucostome), ulat penggulung daun (Homona coffearia), ulat jengkal (Hyposidra talaca), ulat api (Setora nitens) dan tungau jingga (Brevipalpus phoenicis). Hama di Unit Perkebunan Bedakah tidak begitu dikendalikan dengan intensif, sebab secara ekonomi belum menurunkan produksi pucuk. Pengendalian hama di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan dengan cara kultur teknis yaitu memetik daun atau pucuk yang terserang hama. Penyakit yang banyak menyerang di Unit Perkebunan Bedakah adalah penyakit cacar daun teh (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Serangan cacar terhadap kebun teh tidak berlangsung terus menerus sepanjang tahun tapi pada umumnya terjadi saat musim hujan. Meskipun demikian bila penyakit ini tidak dilakukan pengendalian maka akan menimbulkan kerugian. Gejala serangan dimulai dengan adanya bintik-bintik kecil tembus cahaya berdiameter 0.25 mm. Bercak dengan pusat tidak berwarna dibatasi oleh cincin yang berwarna hijau berdiameter 2 – 6 mm menonjol ke bawah. Bercak kemudian semakin membesar mencapai diameter 1 cm, yang pada permukaannya terbentuk
29 spora seperti tepung berwarna putih. Tahap akhir, pusat bercak menjadi cokelat dan akhirnya mati. Spora dari penyakit cacar daun teh cepat berkembang biak apabila kelembaban udara tinggi, angin, ketinggian tempat, dan kurangnya sinar matahari (Wahid, 2005). Hama ulat api dan penyakit cacar daun teh dapat dilihat pada Gambar 5.
(a)
(b)
Gambar 5. Hama Ulat Api (a) dan Penyakit Cacar Daun Teh (b) Upaya pengendalian hama dan penyakit di Unit Perkebunan Bedakah, dilakukan dengan melalui dua cara yaitu: (1) secara kultur teknis dengan mengurangi ranting pohon pelindung agar lebih banyak sinar matahari yang masuk sehingga kelembaban berkurang, sanitasi dan kebersihan kebun, pengaturan pemangkasan, pengaturan gilir petik dan cara pemetikan serta penanaman klon yang tahan terhadap penyakit cacar daun; (2) secara kimia dengan menggunakan fungisida seperti Kocide 77 WP dengan dosis 200 g/ha. Penyemprotan dilaksanakan 2 - 3 hari setelah dilakukannya pemetikan. Alat yang digunakan untuk pengendalian penyakit adalah mist blower, sedangkan untuk tanaman tahun pangkas pertama menggunakan hand sprayer dengan tujuan efisiensi penggunaan fungisida. Penulis melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit serta pupuk daun di Blok Bismo. Prestasi kerja dan prestasi kerja karyawan masing-masing 0.3 ha/HK dan 1 ha/HK.
30 Pemetikan Pemetikan adalah kegiatan pemungutan hasil pucuk teh yang masih muda untuk kemudian diolah menjadi produk kering, serta harus memenuhi syaratsyarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Kecepatan pertumbuhan tunas akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu jenis pemetikan, jenis petikan, gilir petik, pengaturan areal petik, tenaga pemetik serta pelaksanaan pemetikan. Jenis pemetikan. Jenis pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah terdiri atas pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan/rampasan. a). Pemetikan Jendangan Pemetikan jendangan (tipping) adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah perdu dipangkas. Pemetikan ini dilakukan dengan tujuan membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Pemetikan jendangan di Unit Perkebunan Bedakah dilaksanakan 2 - 3 bulan setelah pemangkasan dan apabila 60 % areal sudah siap untuk dijendang. Pertumbuhan tunasnya telah mencapai ketinggian kurang lebih 10 – 25 cm tergantung pada ketinggian pangkasan dengan 4 - 6 kali petikan serta 10 – 12 gilir petik . Pemetikan jendangan dilakukan dengan memetik tunas-tunas secara merata dan hanya ditujukan untuk tunas yang tumbuh ke atas sementara tunas yang tumbuh ke samping dibiarkan agar bidang petik menjadi lebar dan sejajar dengan permukaan tanah. b). Pemetikan produksi Pemetikan
produksi
adalah pemetikan yang dilaksanakan setelah
pemetikan jendangan selesai dilakukan sampai menjelang tanaman dipangkas sesuai dengan gilir petik yang ditentukan serta jenis petikannya. Pemetikan produksi yang dilaksanakan di UP Bedakah yakni dengan memetik pucuk yang sudah masak petik, yakni pucuk yang telah memenuhi syarat pengolahan yang
31 telah ditentukan. Kegiatan pemetikan produksi dan pemetikan jendangan dapat dilihat pada Gambar 6.
(b)
(a) Gambar 6. Pemetikan Produksi (a) dan Pemetikan Jendangan (b) c). Pemetikan rampasan (gendesan) Pemetikan
rampasan (gendesan)
adalah pemetikan yang dilakukan
menjelang dilakukannya kegiatan pemangkasan, yaitu dengan cara memetik semua pucuk yang memenuhi syarat pengolahan tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan. Tujuan dilaksanakanya pemetikan rampasan adalah untuk memanfaatkan tunas-tunas dan daun muda yang ada pada perdu, apabila
tidak
dipetik
akan
terbuang
dengan
yang
dilaksanakannya
kegiatan
pemangkasan Jenis petikan. Jenis petikan adalah macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Jenis petikan berdasarkan rumus petiknya dibedakan menjadi 3 kategori (Tobroni dan Suwardi, 1983), yaitu: a. Petikan halus, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun muda (p+1) serta pucuk burung (b) dengan satu daun muda (b+1m). b. Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri atas pucuk peko dengan dua, tiga daun serta pucuk burung dengan satu, dua, tiga daun muda (p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m).
32 c. Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih (p+4 atau lebih) dan pucuk burung dengan satu sampai empat daun tua (b+(1-4)t). Bagian pucuk yang ditinggalkan pada perdu sangat berpengaruh terhadap kondisi/kesehatan tanaman. Semakin banyak bagian pucuk yang ditinggalkan pada tanaman, semakin ringan akibat pemetikan terhadap kondisi/kesehatan tanaman. Tobroni dan Suwardi (1983) menyatakan bahwa berdasarkan daun pokok yang ditinggalkan, petikan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: a. Petikan ringan, yaitu apabila meninggalkan satu atau dua daun diatas kepel (k+1, k+2). b. Petikan sedang, yaitu pemetikan yang tidak menyisakan daun di atas kepel pada bagian tengah perdu (k+0), tetapi pada bagian pinggir ditinggalkan satu daun di atas kepel (k+1). c.
Petikan kasar, yaitu apabila sama sekali tidak meninggalkan daun di atas kepel (k+0). Gilir petik dan hanca petik. Gilir petik adalah selang waktu antara satu
pemetikan dengan pemetikan selanjutnya yang dinyatakan dalam hari pada areal yang sama. Panjang pendekya gilir petik tergantung pada kecepatan pertumbuhan pucuk. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah umur pangkas, topografi,
kesehatan
tanaman,
ketinggian
tempat
(elevasi),
dan
iklim
(Setyamidjaja, 2000). Pada musim kemarau gilir petik akan lebih panjang dari pada musim penghujan. Standar gilir petik yang diterapkan di Unit Perkebunan Bedakah yakni berkisar 10 – 12 hari. Hal ini disebabkan Unit Perkebunan Bedakah adalah termasuk dalam perkebunan dataran tinggi. Hanca petik adalah luas areal yang harus dipetik oleh pemetik dalam waktu satu hari. Hanca petik diatur berdasarkan blok kebun, kapasitas rata-rata pemetik serta gilir petik. Semakin pendek gilir petik maka hanca petik semakin luas begitu juga sebaliknya. Pengaturan hanca petik harus mempertimbangkan keseragaman tumbuh pucuk yang dihasilkan setiap hari dengan komposisi pucuk dari umur pangkas yang seimbang. Hanca petik dan gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah
33 diatur oleh mandor petik dan disetujui oleh kepala blok. Luas areal petik, jumlah pemetik serta rasio pemetik dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hubungan Antara Luas Areal Petik, Jumlah Pemetik dan Hanca Petik Setiap Blok Blok Rinjani Bismo Argopuro Kembang Mandala Muria Total
Luas Areal Petik (ha) 39.87 60.91 53.95 40.98 55.16 53.25 304.12
Jumlah Pemetik (orang) 33 55 44 31 35 37 235
Hanca Petik (patok/HK) 2.51 2.30 2.55 2.75 3.28 2.99 2.69
Sumber: Kantor Bagian Tanaman Unit Perkebunan Bedakah ( 2010)
Jika dihitung berdasarkan rumus maka luas areal yang dapat dipetik per hari di Unit Perkebunan Bedakah adalah: Luas areal petik/hari =
luas areal yang dipetik 304.12 ha .= = 25.34 ha/hari 12 hari gilir petik
Dari hasil perhitungan luas areal yang dapat dipetik per hari, maka hanca petik per orang di UP Bedakah dihasilkan sebagai berikut: Hanca seorang pemetik =
.=
luas areal petik/hari x jumlah patok/ha jumlah pemetik 25.34 x 25 patok/ha 235
. = 2.69 patok/hari
Tenaga pemetik. Tenaga pemetik memegang peranan penting dalam mencapai hasil petikan secara optimal. Perhitungan kebutuhan tenaga pemetik harus diketahui rata-rata kapasitas petik/HK dalam satu tahun, jumlah hari (HK) dalam satu tahun, persentase absensi pemetik dalam satu tahun, rata-rata produksi pucuk/ha/tahun. Pengaturan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Bedakah, bukan hanya didasarkan pada jumlahnya semata, melainkan keterampilan pemetik dan
34 umur pangkas. Pemetik yang memiliki keterampilan tinggi, biasanya akan ditempatkan di kebun jendangan dan umur pangkasnya 1 – 2 tahun. Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah sistem berjajar, dimana dua baris tanaman dipetik oleh seorang pemetik. Keuntungan dari sistem berjajar adalah untuk mempermudah dalam hal pengawasan oleh pembimbing pemetikan, selain itu dengan sistem berjajar akan terlihat lebih teratur sehingga kerataan bidang petik menjadi lebih rata. Pemetik berjajar dari tempat yang jauh menuju tempat yang dekat dengan tempat penimbangan. Tujuannya adalah untuk mempermudah pada saat penimbangan hasil serta pengangkutan hasil pucuk teh. Pemetikan secara berjajar dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Sistem Pemetikan Berjajar Sistem pengupahan. Pengupahan pemetik di Unit Perkebunan Bedakah berdasarkan hasil pucuk basah yang didapat oleh pemetik dalam satu hari dan dipengaruhi analisis pucuk. Harga per kilogram pucuk basah di Blok Bismo dan Rinjani Rp 210,- . Blok Kembang dan Argopuro Rp 220,- , sedangakan Blok Mandala dan Muria Rp 230,- . Pemetik akan mendapatkan premi/bonus dengan penambahan Rp 30,- jika pucuk basah yang dipetik masuk standar analisis pucuk 55 %. Perlengkapan pemetikan. Tenaga petik di Unit Perkebunan Bedakah masing-masing dilengkapi dengan sramben (celemek plastik), waring (fishing net)
35 dengan ukuran 2 x 2 m2, gunting petik, sepatu boot dan keranjang petik yang berukuran 40 cm x 40 cm x 60 cm. Pucuk teh yang telah dipetik ditempatkan di keranjang petik dengan kapasitas kurang lebih 5 - 6 kg, setelah penuh baru ditempatkan dalam waring yang berbetuk seperti jala dengan kapasitas 25 – 30 kg. Pelaksanaan pemetikan Pelaksanaan pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah dimulai sekitar pukul 06.00 – 14.00 WIB. Lama kerja pemetikan bisa berubah-ubah sesuai kondisi pucuk di lapangan. Apabila kondisi pucuk di lapang sudah banyak yang manjing (sudah saatnya dipetik), maka pelaksanaan pemetikan akan lebih lama dan apabila pucuk sedikit maka pemetikan dapat selesai lebih awal. Pucuk yang terlambat dipetik maka akan kaboler (lewat petik), sehingga pucuk akan menjadi tua. Selama pemetikan berlangsung pucuk hasil petikan dimasukkan ke dalam keranjang petik yang digendong oleh pemetik. Keranjang petik tidak boleh di letakkan di atas bidang petik, sebab akan merusak pucukpucuk yang akan tumbuh. Pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah menggunakan dua cara, yakni menggunakan gunting petik dan manual dengan tangan. Tenaga kerja pemetik sebelum melaksanakan pemetikan menggunakan gunting petik telah diberi pengarahan supaya tidak terjadi kesalahan pemetikan. Pucuk teh yang memenuhi syarat dan semua pucuk burung yang berada di atas bidang petik harus dipetik semua, agar pertumbuhan pucuk peko selanjutnya menjadi lebih cepat. Pemetikan dengan cara dirampas dengan menggunakan lima jari tangan tidak diperkenankan, karena dapat menyebabkan kerusakan pada bidang petik. Kapasitas pemetik Kapasitas pemetik adalah kemampuan seorang pemetik untuk memetik pucuk teh dalam waktu satu hari kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas pemetik antara lain: kondisi iklim, keadaan pucuk di lapang, populasi tanaman, keterampilan pemetik (jenis kelamin, umur, pendidikan, tingkat keterampilan dan pengalaman kerja), serta topografi lahan. Standar kapasitas pemetik (basic yield) yang ditetapkan di Unit Perkebunan Bedakah berbeda- beda sesuai caranya, secara manual 45 - 50 kg sedangkan dengan menggunakan gunting 75 - 100 kg. Kapasitas pemetik untuk masing – masing blok dapat dilihat pada Tabel 6.
36 Tabel 6. Kapasitas Pemetik Rata-rata di UP Bedakah Bulan Januari – Mei. Kapasitas Pemetik/HK (kg)
Bulan Januari Februari Maret April Mei Rataan
Bismo Rinjani Mandala Argopuro Kembang
Muria
Rataan
82.62 31.22 75.68 29.42 50.64 53.91
89.48 99.21 92.96 69.76 69.50 84.18
82.53 55.07 87.88 45.40 61.55 68.80
58.23 50.78 50.46 59.11 50.68 53.85
79.94 57.35 102.77 41.54 70.00 70.32
92.68 50.78 125.07 29.73 81.32 75.91
100.14 55.60 94.15 54.14 50.09 70.82
Sumber: Data Produksi Unit Perkebunan Bedakah (2010)
Penimbangan dan pengangkutan pucuk. Penimbangan pucuk di Unit perkebunan Bedakah dilakukan dua kali, yakni pada saat di kebun dan di pabrik, guna mengetahui selisih perbedaan hasil pucuk teh yang diperoleh. Penimbangan di kebun dilakukan satu sampai dua kali tergantung kondisi pucuk di lapang. Penimbangan dilakukan oleh pembimbing petik beserta dengan supir pengangkut pucuk yang disaksikan oleh pemetik. Setelah pucuk selesai ditimbang dikebun, pucuk siap diangkut ke pabrik. Pelaksanaan penimbangan dan pengangkutan pucuk dapat dilihat pada Gambar 8.
(a)
(b)
Gambar 8. Pelaksanaan Penimbangan (a) dan Pengangkutan Pucuk Teh (b) Pucuk yang baik dan dalam keadaan mulus adalah pucuk yang diharapkan saat sampai di pabrik, agar dihasilkan mutu teh yang baik. Penanganan pucuk teh yang baik selama pengangkutan teh dari kebun ke pabrik antara lain: a) truk
37 pengangkut pucuk sebaiknya dilengkapi dengan tutup, agar pucuk terhindar dari sinar matahari langsung serta truk dalam keadan bersih; b) selama pengangkutan pucuk, diharapkan di atas truk hanya mengangkut pucuk teh dan petugas yang bersangkutan; c) pucuk harus diangkut dengan waring relatif harus sama (maksimal 35 kg); d) waring pucuk diusahakan tidak ditumpuk terlalu tinggi agar pucuk tidak rusak dan disusun dengan rapi; e) kapasitas truk ukuran standar maksimal 2 500 kg atau disesuaikan dengan jenis dan kapasitas truk.
Pengolahan Pucuk Teh Pengolahan teh adalah suatu proses pengubahan pucuk teh segar menjadi pucuk teh kering dengan karakter mutu khas yang disukai konsumen. Pengolahan teh hitam yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah sistem orthodox rotorvane. Tahapan pengolahan teh hitam dimulai dari penerimaan pucuk segar dari kebun yang ditimbang terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi dan pengepakan Penerimaan pucuk segar. Pucuk teh merupakan bahan baku dalam pengolahan teh. Mutu teh yang berkualitas dihasilkan melalui koordinasi, komunikasi dan kerjasama yang baik antara bagian kebun maupun pabrik. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas pucuk antara lain penanganan mulai dari pemetikan, penampungan serta pengangkutan sampai ke pabrik. Bahan baku pucuk teh yang berasal dari kebun diturunkan dari truk, kemudian dilakukan penimbangan di pabrik sebelum pucuk teh segar dihamparkan di Withering Through, hal ini bertujuan untuk mengetahui selisih penimbangan di kebun dan di pabrik. Setelah proses penimbangan, kemudian pucuk teh segar diangkut ke ruang pelayuan. Analisis pucuk. Analisis pucuk adalah pemisahan pucuk berdasarkan daun muda yang memenuhi syarat olah (MS) dan daun tua yang tidak memenuhi syarat olah (TMS) yang dinyatakan dalam persen. Analisis pucuk dalam pengolahan teh hitam yang baik adalah > 60 % (MS > 60 %), namun Unit Perkebunan Bedakah
38 menerapkan standar MS 55 %. Alat yang digunakan dalam analisis pucuk adalah: timbangan digital, tampah dan kotak analisis pucuk. Pengambilan sampel pucuk yang akan dinalisis dilakukan segera setelah pucuk dari tiap blok kebun disebar di kotak pelayuan (Withering Through). Sampel diambil di 10 tempat secara acak dengan cara tangan dimasukkan ke dalam hamparan pucuk, kemudian pucuk diangkat dari bawah ke atas. Pucuk yang diangkat tadi kemudian dicampur secara merata di tampah, kemudian diambil sebanyak 200 g pucuk untuk di analisis. Jumlah sampel dihitung dengan kelipatan 500 kg pucuk (setiap 500 kg pucuk, I sampel = 200 g). Pucuk yang telah ditimbang, kemudian dipisah-pisahkan antara yang memenuhi syarat olah dengan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah berdasarkan rumus petik medium tanpa melihat kerusakan pucuk. Pucuk yang memenuhi syarat olah dan yang tidak memenuhi syarat olah ditimbang masingmasing dan dinyatakan dalam persen (%). Pucuk yang terserang ulat penggulung pucuk tidak disertakan dalam analisis, justru menjadi pengurang pembaginya. Hasil analisis pucuk pada bulan Maret – Mei 2010 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Analisis Pucuk Rata – Rata Bulan Maret – Mei 2010 Blok
Maret
April
Mei
MS TMS MS TMS MS TMS ......................................................(%).................................................. Bismo Rinjani Mandala Argopuro Kembang Muria Rataan
50.68 50.46 46.10 46.49 45.83 46.01 47.67
49.32 49.54 53.90 53.51 54.17 53.99 52.33
50.91 50.51 47.53 52.35 45.60 46.37 48.57
49.09 49.49 52.47 47.65 54.40 53.63 51.43
55.87 49.61 47.88 50.06 47.40 45.51 49.79
44.13 50.39 52.12 49.94 52.60 54.49 50.21
Sumber: Buku Analisa Pucuk (Bulan Maret- Mei, 2010)
Pelayuan. Pelayuan merupakan tahap awal dalam penentuan mutu pucuk teh. Tujuan dilakukannya pelayuan adalah untuk menguapkan sebagian air pada pucuk sehingga pucuk menjadi lemas, serta untuk memberi kesempatan terjadinya
39 reaksi biokimia dalam sel daun yang akan mendukung terbentuknya mutu teh yang berkualitas. Proses pelayuan akan menyebabkan terjadinya perubahan baik secara fisik maupun secara kimia. Alat-alat yang digunakan pada proses pelayuan yaitu palung pelayuan (Withering Through), Thermometer Dry Wet, vane (sumber aliran udara), mesin pemanas (Heat Exchanger), Hot Air Dukting (saluran udara panas) serta alat kebersihan. Pucuk segar yang telah ditimbang, kemudian dibeberkan di Withering Through sampai palung penuh dengan ketebalan ± 30 – 35 cm per m2. Pembeberan ini dilakukan untuk memecahkan gumpalan-gumpalan atau tumpukan-tumpukan pucuk secara merata, tujuannya agar sirkulasi udara lancar. Pucuk yang telah merata kemudian segera dialirkan udara segar untuk menghilangkan panas dan air dalam pucuk dengan palung pintu yang terbuka. Kapasitas untuk 1 Withering Through dapat menampung pucuk sekitar 1 200 –
1 400 kg. Banyaknya Withering Through di Unit Perkebunan Bedakah
sejumlah 13 buah dengan ukuran panjang 24 m, lebar 1.8 m dan tinggi 1 m. Satu jam setelah pemberian udara segar, pucuk diberikan udara panas, guna meghilangkan bau-bau asing dan menghilangkan embun pada pucuk. Lamanya pemanasan tergantung cuaca dan kondisi pucuk. Suhu yang dianjurkan yaitu 26.7ºC dan tidak boleh melebihi 28ºC, sebab suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan aktivitas enzim di dalam pucuk lama kelamaan terhambat sehingga akan mengganggu proses oksidasi enzimatis pada saat mulai dilakukan proses penggilingan. Kelembaban yang dibutuhkan yakni 65 – 75% dengan volume udara yang dibutuhkan 20 000 – 25 000 cubic feet per minute. Pembalikan pucuk dilakukan 6 jam setelah pembeberan, dilakukan sebanyak 2 kali dan setiap jam nya diamati suhu dan kelembabannya. Urutan pembalikan di Withering Through berdasarkan tingkat layu pucuk, pembalikan ini bertujuan untuk mendapatkan persentase layu yang rata. Lamanya pelayuan berkisar 12 – 18 jam. Kegiatan pelayuan selanjutnya adalah turun layu. Kriteria pucuk yang siap untuk turun layu adalah pucuk teh telah berwarna hijau kekuning-kuningan, tidak
40 mengering, tangkai pucuk jika dilenturkan tidak patah, jika digenggam terasa lembut dan jika dikepal tidak cepat merekah serta memberi aroma yang khas. Pucuk yang telah siap turun layu, kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui persentase pucuk layu dan kapasitas yang dibutuhkan untuk Open Top Roller (OTR). Penggulungan. Penggulungan akan mengakibatkan daun memar dan dinding sel rusak, sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata dan pada saat itu sudah terjadi oksidasi enzimatis. Penggulungan dilakukan menggunakan alat penggulung yang disebut Open Top Roller (OTR) 47 Inch. Kapasitas mesin OTR ini sebanyak 350 kg. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali menggulung pucuk selama 45 menit. Unit Perkebunan Bedakah memiliki 4 mesin OTR. Perputaran mesin OTR searah dengan jarum jam. Proses penggulungan ini bertujuan untuk memperoleh bubuk sebanyak – banyaknya serta memecah sel daun sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata melapisi pucuk. Suhu ruangan pada proses ini antara 22 - 23ºC dengan kelembaban 90 - 95 %. Penggilingan. Penggilingan dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil ukuran pucuk sehingga sesuai dengan ukuran grade (mutu) yang dikehendaki. Kegiatan penggilingan merupakan dasar dari proses fermentasi. Alat yang digunakan dalam proses penggilingan adalah Rotor Vane (RV) 15 Inch. Kapasitas mesin RV adalah 1 100 – 1 250 kg/jam. Proses penggilingan akan terjadi reaksi kimia yaitu terjadinya reaksi oksidasi terhadap katekin. Lama penggilingan tergantung pada suhu dan kelembaban. Suhu ruangan pada proses ini berkisar antara 22 - 23ºC dengan kelembaban 90 - 95 %. Hasil dari penggilingan adalah bubuk basah yang kemudian dipisah-pisahkan menjadi beberapa jenis bubuk basah pada sortasi bubuk basah. Sortasi basah. Alat yang digunakan untuk melakukan proses sortasi bubuk basah adalah Rotary Roll Breaker (RRB) mesin ayakan berputar dengan mesh (jumlah lubang per inchi persegi pada ayakan) yang berbeda dengan grade (jenis bubuk) yang diinginkan, Ghogi (silinder), Conveyor dan Slove Moving. Tujuan dari sortasi basah adalah untuk memperoleh bubuk yang seragam, memecahkan
41 gumpalan bubuk, mendinginkan bubuk, meratakan proses oksidasi, memudahkan dalam pengaturan pengeringan serta sortasi kering. Hasil dari sortasi basah yaitu bubuk dan badag. Persentase hasil bubuk berkisar 80 % dan badag 20 %. Setiap jenis bubuk diberi nomor sesuai dengan nomor urut gilingan bubuk tersebut. Bubuk yang dihasilkan yaitu antara lain bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4 dan badag. Oksidasi enzimatis. Fermentasi atau oksidasi enzimatis merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oxidase. Tujuan dari proses fermentasi adalah untuk menghasilkan perubahan warna, rasa, dan aroma. Tahapannya adalah dengan cara membiarkan bubuk dan badag yang telah diletakkan dibaki alumunium dengan ketebalan antara 7 - 10 cm selama kurang lebih 1 jam di ruang fermentasi. Oksidasi enzimatis ini selalu dilakukan pada kondisi udara yang lembab. Suhu dan kelembaban ruang fermentasi harus diatur agar proses fermentasi berjalan dengan baik. Suhu ruangan tidak boleh lebih dari 25 ºC (Dry 23 ºC dan Wet 22 ºC) dengan kelembaban lebih dari 90 %. Pengeringan. Tujuan utama pengeringan adalah menghentikan proses fermentasi senyawa polifenol dalam bubuk teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal. Pengeringan juga akan membuat teh menjadi berkadar air rendah sehingga daya simpannya akan lama. Peralatan yang digunakan adalah mesin EPC (Endless Chain Pressure) dryer, burner, main fan, tray dan spreader. Proses pengeringan dilaksanakan dalam mesin pengering, dimulai dengan menyalakan burner untuk memanaskan heater selama 30 - 60 menit. Teh hasil fermentasi ditampung dalam tray (baki) alumunium, kemudian dimasukkan ke mesin pengering. Suhu dalam mesin pengering harus diatur, sebab suhu pengeringan berkaitan erat dengan lama pengeringan teh. Suhu masuk (inlet) 97 ºC – 98 ºC dan suhu keluar (outlet) 45 Cº - 50 ºC. Unit Perkebunan Bedakah memiliki 2 mesin pengering yang memiliki fungsi berbeda. Mesin I untuk mengeringkan bubuk I dan Bubuk II dengan kapasitas mesin 170 - 180 kg teh kering/jam. Mesin II untuk mengeringkan bubuk III, IV, serta Badag dengan kapasitas mesin 270 - 280 kg teh kering/jam. Waktu
42 yang dibutuhkan dari bubuk masuk kemudian keluar mesin pengering sekitar 20 - 30 menit dan kadar air yang keluar dari mesin pengering adalah 3 - 4 %. Sortasi kering. Sortasi merupakan kegiatan memilah-milah teh bubuk kering (teh hitam) menjadi jenis-jenis mutu tertentu dengan bentuk ukuran yang dikehendaki. Tujuan dari sortasi kering adalah untuk memisahkan teh sesuai dengan jenisnya masing-masing, memurnikan teh sesuai dengan ukuran partikelnya, dan membersihkan dari benda asing. Alat yang digunakan antara lain: buble tray, vibrex, chota, winower, chrusher serta cutter. Proses sortasi di Unit Perkebunan Bedakah membedakan teh hitam menjadi BOP (Broken Orange Pekoe), BOPF (Broken Open Pekoe Fanning), PF (Pekoe Fanning), DUST, BP (Broken Pekoe), BT (Broken Tea), BM (Broken Mixed), Unsorted, PF II, DUST II, BP II, BT II, Bohea, DUST III serta DUST IV. Langkah sortasi kering pada bubuk I, II dan III adalah senagai berikut: Bubble tray > Vibrex > Chota > Winower, sedangkan untuk bubuk IV dan badag sebagai berikut: Chruser > Bubble Tray > Vibrex > Chota > Winower. Isi papaersack/polybag maspolybaging mutu teh yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 8
Tabel 8. Isi Polibag Masing-masing Mutu Teh UP Bedakah Jenis Mutu I
II
III
Grade BOP BOPF PF DUST BT BM PF II DUST II BP II BT II DUST III BM III DUST IV BOHEA
Sumber: Bagian Pabrik Unit Perkebunan Bedakah (2010)
Standar Isi 50 51 55 60 45 60 55 60 50 50 60 50 60 35
43 Pengepakan dan penggudangan. Pengemasan atau pengepakan adalah suatu upaya memberikan wadah bagi produk teh hitam agar memudahkan dalam pengiriman pucuk kepada konsumen. Tujuan dari adanya pengepakan antara lain: untuk melindungi produk teh hitam dari kerusakan, memudahkan transportasi serta efisiensi dalam penyimpanan di gudang. Penyimpanan produk teh hitam dalam gudang sangat penting dilakukan, sebab teh merupakan bahan higroskopis (mudah menyerap air dan mudah menyerap bau-bauan) dari benda disekitarnya. Unit perkebunan Bedakah menyiasati hal ini dengan teh dikemas dalam polybag (karung plastik) dengan ukuran 20 x 75 x 110 cm. Tinggi tumpukan sebaiknya tidak lebih dari 10 polybag, dengan kapasittas 10 x 8 polybag, jarak tembok dengan polybag sekitar 50 - 60 cm supaya sirkulasi udara lancar udara tidak lembab, bagian samping tidak menempel pada dinding, kebersihan harus senantiasa dijaga.
Aspek Manajerial Asisten Kepala Bagian Kebun Asisten kepala bagian kebun (Askabag) kebun merupakan bawahan dari pemimpin unit perkebunan serta bertanggung jawab langsung kepada pemimpin unit perkebunan. Tugas seorang asisten kabag antara lain membantu pemimpin dalam mengelola perkebunan serta berupaya untuk dapat meningkatkan produksi. Asisten kabag juga harus mempunyai perencanaan untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan di kebun. Perencanaan yang harus disusun adalah pembuatan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), yang dibuat setiap tanggal 2 pada setiap bulannya untuk diajukan kepada pimpinan unit perkebunan. Jumlah asisten yang ada di Unit Perkebunan Bedakah ada 2 orang, yaitu satu membawahi blok Bismo, Kembang, serta Mandala dan satu lagi blok Rinjani, Argopuro, dan Muria. Penulis membantu mengawasi kinerja setiap kepala blok pada saat penulis menyandang status sebagai pendamping asisten kepala bagian kebun.
44 Kepala Blok Unit Perkebunan Bedakah di setiap blok dipimpin oleh seorang kepala blok, yang bertanggung jawab pada asisten kepala bagian kebun. Tugas seorang kepala blok antara lain menjalankan program kerja yag telah dibuat oleh seorang asisten kabag kebun terutama pada kegiatan yang dilakukan di kebun. Kepala blok juga harus bisa berkoordinasi dengan pembimbing–pembimbing supaya semua pekerjaan di lapang bisa terkoordinasi dengan baik. Jumlah kepala blok di Unit Perkebunan Bedakah ada 6 orang. Kepala blok juga mengawasi tugas dari pembimbing dengan mengontrol cara kerja juga mengecek laporan kegiatan. Kepala blok juga bertugas utuk menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) yang kemudian diserahkan kepada asisten kabag. Pada saat bekerja sebagai pendamping kepala blok, penulis mengawasi kinerja dari pembimbing dan membantu membuat laporan bulanan.
Pembimbing Pemeliharaan Pembimbing pemeliharaan merupakan karyawan tetap yang setiap harinya mengawasi kegiatan pemeliharaan tanaman teh dan langsung berhubungan dengan tenaga kerja serta bertanggung jawab kepada kepala blok. Tugas pembimbing pemeliharaan antara lain: mengabsensi pekerja, menentukan areal yang akan dilaksanakan pemeliharaan, memberi contoh dan mengarahkan pekerja, mengawasi pelaksaan kegiatan, menyerahkan bon ke asisten kepala bagian kebun (pupuk dan herbisida) kepada kepala gudang, membuat buku laporan pekerjaan harian (klat pemeliharaan), merekap gaji pekerja setiap 10 hari dan nenyerahkan ke bagian administrasi kantor. Dalam satu blok terdapat 1 - 2 orang pembimbing pemeliharaan. Penulis menjadi pendamping pemeliharaan di blok Bismo, Argopuro, Mandala dan Kembang. Kegiatan yang dilakukan antara lain mengawasi pelaksanaan kegiatan, membantu mengabsen pekerja, memberi contoh dalam
45 melaksanakan pekerjaan, mengontrol setiap pekerjaan dan membantu membuat laporan pekerjaan harian (klat pemeliharaan blok).
Pembimbing Pemetikan Pembimbing pemetikan mengawasi kegiatan pemetikan dan langsung berhubungan dengan tenaga pemetik serta bertanggung jawab kepada kepala blok. Tugas pembimbing pemetikan antara lain: mengatur, mengawasi pelaksanaan pemetikan, mengabsensi pekerja, memberi instruksi bila pemetik melakukan kesalahan, memberi motivasi bagi pekerja, menimbang hasil pucuk, berkoordinasi dengan supir pengambil pucuk mengenai jam penimbangan dan tempat penimbangan, mengisi klat pengantar daun, serta membuat buku laporan pekerjaan harian dalam buku klat pemetikan. Pembimbing pemetikan harus mampu menguasai teknis pemetikan, mampu menetukan lokasi mana yang akan dipetik, jumlah tenaga kerja sehingga dapat menentukan hanca petik, mampu mengatur siklus petik agar daun tidak terlalu tua untuk dipetik serta mampu menetukan target produksi yang harus dicapai tiap harinya agar mampu menutup target bulanan serta tahunan. Jumlah total pembimbing pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah sebanyak 14 orang. Dalam satu blok terdapat dua orang pembimbing pemetikan yang membawahi kurang lebih 25 - 55 tenaga kerja. Mahasiswa menjadi pembimbing petik di blok Rinjani, Bismo, Argopuro, Mandala, Kembang dan Muria. Penulis bekerja sebagai pendamping pembimbing pemetikan pada blok Bismo, Argopuro, Mandala dan Muria. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengarahkan pekerja, membantu mengabsen pekerja, mengawasi pelaksanaan pemetikan, memotivasi pekerja, menimbang hasil pucuk, mengisi laporan kerja harian dan buku pengantar daun.
46
PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu dilakukan suatu pemeriksaan pucuk. Kegiatan analisis hasil petikan ini merupakan kegiatan awal dalam pengujian mutu tanaman teh. Kondisi pucuk mulai dari dipetik sampai ke pabrik harus dalam keadaan utuh, agar potensi produksi tetap tinggi. Kualitas teh selain dipengaruhi oleh cara pengolahan dan alat-alat yang dipergunakan, juga dipengaruhi oleh keadaan bahan dasar pengolahan yaitu pucuk hasil pemetikan. Pabrik pengolahan tidak dapat meningkatkan mutu teh apabila bahan dasar pembentuk teh dalam keadaan kasar dan rusak akibat pemetikan yang tidak tepat. Sistem petikan mempengaruhi jumlah daun muda dan daun tua serta ranting pucuk yang didapat (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1996). Tujuan dari proses analisis hasil petikan adalah mengetahui kesehatan tanaman di kebun, jenis petikan yang dilakukan serta untuk mengetahui pucuk yang akan diolah sudah memenuhi syarat atau belum sehingga dapat diperkirakan hasil dari olahan pucuk teh tersebut. Analisis hasil petikan terdiri atas analisis petik dan analisis pucuk.
Analisis Petik Analisis petik merupakan suatu kegiatan pemisahan pucuk hasil pemetikan yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik dan dinyatakan dalam persen. Tujuannya adalah menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan baik sistem pemetikan yang dilakukan, siklus petiknya, keterampilan pemetik serta untuk menilai kondisi kesehatan tanaman. Pelaksanaan analisis petik dilakukan di kebun, dengan tujuan untuk mengetahui apakah siklus petik, kesehatan tanaman dan standar pemetikan telah
47 sesuai dengan yang telah ditetapkan. Analisis petik di Unit Perkebunan Bedakah tidak ada standarnya, namun selalu diharapkan hasil analisis petik dapat mencapai lebih dari 50 %. Analisis petik di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan hanya sesekali saja, guna mengontrol kondisi kesehatan tanaman. Penulis melakukan pengamatan analisis petik disemua blok dari bulan April hingga Mei. Hasil komposisi pucuk dari analisis petik dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik di UP Bedakah Blok Rinjani Bismo Argopuro Kembang Mandala Muria Rata-rata
Pucuk Halus 3.53 4.04 4.04 4.56 4.56 4.06 4.13
Komposisi Pucuk (%) Pucuk Medium Pucuk Kasar 56.06 30.80 55.55 30.80 51.01 35.35 48.73 36.04 47.71 37.05 46.70 39.08 50.96 34.85
Pucuk Rusak 6.06 7.07 5.55 6.59 7.61 7.10 6.66
Sumber: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan April – Mei, 2010
Komposisi pucuk berdasarkan Tabel 9 di atas diambil dari klon Gambung pada ketinggian tempat yang berbeda. Dari data analisis petik di atas untuk persentase pucuk halus rata-rata sebanyak 4.13 % sedangkan toleransi pucuk halus sebesar 5 %, sehingga petikan yang dilakukan masih tergolong benar. Persentase pucuk halus apabila lebih dari 5 % maka pemetikan yang dilakukan oleh pemetik tergolong salah, sebab pucuk teh yang seharusnya belum saatnya untuk dipetik justru ikut terpetik. Rata-rata persentase pucuk medium masih lebih tinggi dari pada rata-rata persentase pucuk kasarnya, sehingga masih lebih banyak pucuk pekonya dari pada pucuk burungnya. Kondisi kesehatan tanaman di masing-masing blok tergolong sehat, sebab persentase pucuk mediumnya masih lebih tinggi dari pada pucuk kasarnya serta persentase terserang penyakit cacar daun teh masih rendah, yakni tidak melebihi 10 %. Data komposisi pucuk hasil analisis petik dapat dilihat pada Lampiran 10.
48 Faktor-faktor yang mempengaruhi analisis petik antara lain gilir petik, cara pemetikan serta tahun pangkas. Gilir petik. Analisis petik juga dipengaruhi oleh gilir petik. Gilir petik yang semakin pendek akan menghasilkan pucuk yang semakin halus. Berikut adalah analisis petik berdasarkan gilir petik untuk masing – masing blok sesuai dengan ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis Petik Berdasarkan Gilir Petik Ketinggian Tempat (m dpl)
Blok Rinjani Bismo Argopuro Kembang Mandala Muria
1227 – 1300 1325 – 1353 1306 – 1420 1353 – 1472 1445 – 1743 1743 – 1950
Gilir Petik (hari) Rencana Realisasi 10 12 10 12 12 14 12 16 12 16 12 17
Analisis Petik (%) 56.81 54.54 50.25 47.71 47.20 46.95
Sumber: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan April – Mei, 2010
Pada Tabel. 10 terlihat bahwa realisasi gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah sangat bervariasi, yakni berkisar 12 – 17 hari. Semakin tinggi lokasi kebun dari permukaan laut, maka intensitas cahaya matahari semakin berkurang serta suhu akan cenderung rendah, sehingga akan berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk ini dipengaruhi oleh pucukpucuk yang tertinggal pada pemetikan sebelumnya. Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa dengan gilir petik yang pendek, maka akan dihasilkan pucuk yang semakin halus. Blok Rinjani dengan gilir petik ratarata 12 hari menghasilkan analisis yang cukup tinggi, yakni 56.81%, sedangkan blok Muria dengan gilir petik rata-rata 17 hari menghasilkan analisis petik sebesar 46.95 %. Data yang diambil pada Tabel 10 berdasarkan blok yang memiliki klon yang sama yaitu klon Gambung serta pemetikan secara manual. Hal ini dilakukan, agar lebih memperlihatkan hubungan gilir petik dengan analisis petik tanpa pengaruh faktor lainnya. Data analisis petik berdasarkan gilir petik dapat dilihat pada Lampiran 11.
49 Cara pemetikan. Mutu pucuk yang baik dapat dihasilkan bila pemetikan dilakukan secara benar. Walaupun menggunakan alat bantu untuk meningkatkan kapasitas pemetik, tetapi standar mutu pucuk harus tetap dipertahankan, sehingga mutu pucuk yang dihasilkan akan tetap baik (Dalimoenthe dan Johan, 1999). Pengamatan analisis petik berdasarkan cara pemetikan dilakukan di blok Bismo pada bulan Maret – Mei 2010. Analisis petik berdasarkan cara pemetikan secara mekanis dan secara manual dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Analisis Petik berdasarkan Cara Pemetikan Cara Pemetikan Manual Gunting Sumber Keterangan
Bobot sampel (g) 200 200
(n) 3 3
Pucuk Halus 2.55 tn 1.87 tn
Analisis Petik (%) Pucuk Pucuk Medium Kasar tn 56.79 24.19 tn 49.05 tn 27.94 tn
Pucuk Rusak 16.49 * 20.94 *
: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan Maret - Mei, 2010 : tn pengaruh cara pemetikan tidak berbeda nyata terhadap analisis petik pada uji t dengan taraf 5 %, n jumlah contoh
Pada Tabel 11 terlihat bahwa pemetikan dengan menggunakan gunting petik tidak menyebabkan perbedaan hasil analisis petik untuk pucuk halus, pucuk medium dan pucuk kasar. Pemetikan dengan menggunakan gunting memberikan pengaruh yaitu persentase kerusakan pada pucuk teh lebih tinggi dari pada pemetikan secara manual. Data analisis petik berdasarkan cara pemetikan pada Bulan Maret – Mei dapat dilihat pada Lampiran 12. Tobroni dan Suwardi (1983) menyatakan bahwa pelaksanaan pemetikan yang dilakukan secara manual (menggunakan tangan) sangat dipengaruhi oleh keterampilan pemetik dan kondisi kebun yang dipetik. Mutu pucuk hasil petikan secara mekanis (menggunakan gunting) akan lebih besar persentase kerusakan pucuknya dari pada pucuk hasil petikan tangan. Pelaksananan pemetikan secara mekanis apabila dilakukan secara benar sehingga tidak terambil bagian ranting dan bagian tidak layak olah, tidak akan menyebabkan terjadinya penurunan kesehatan perdu tanaman. Dalimoenthe dan Johan (1999) memaparkan bahwa bila pemetikan secara mekanis (gunting) ingin dipertahankan maka pelaksanaan pemetikan harus dilatih sehingga benar-benar
50 terampil agar dapat menghasilkan pucuk yang tidak berbeda mutunya dengan pemetikan manual. Unit Perkebunan Bedakah menerapkan rotasi untuk cara pemetikan, yakni dalam pelaksanaan pemetikan dilakukan menggunakan gunting petik kemudian manual atau sebaliknya setiap satu sampai dua kali gilir petik. Hal ini dilakukan guna menjaga kesehatan perdu tanaman serta menjaga agar produksi pucuk tetap stabil. Tahun pangkas. Pelaksanaan pemangkasan pada tanaman teh merupakan tindakan yang rutin pada pengelolaan kebun teh. Kecepatan tumbuh, jumlah maupun bobot pucuk pada setiap stadia umur pangkasan tidaklah sama (Tobroni dan Suwardi 1983). Pengamatan analisis petik berdasarkan tahun pangkas dilakukan ditiga blok yaitu, blok Bismo, Mandala dan Argopuro (Tabel 12). Berdasarkan data Tabel 12 dapat dilihat bahwa analisis petik untuk pucuk medium blok Bismo merupakan yang tertinggi diantara blok Argopuro dan blok Mandala, yakni 68.52 % untuk tahun pangkas pertama, 51.26 % untuk tahun pangkas kedua dan 50.76 % untuk tahun pangkas ketiga serta 47.71 % untuk tahun pangkas keempat. Tabel 12. Analisis Petik Berdasarkan Tahun Pangkas Tahun Pangkas
Bismo Halus
Medium
Mandala Kasar
Halus
Medium
Argopuro Kasar
Halus
Medium
Kasar
.....................................................................................(%)................................................................... I
0.00
68.52
31.47
0.00
54.82
38.57
0.00
60.91
38.07
II
5.07
51.26
28.42
1.52
50.25
38.57
2.53
53.29
29.44
III
1.01
50.76
37.07
3.04
46.19
34.51
3.04
45.17
25.38
IV
2.53
47.71
41.62
0.00
42.63
39.59
5.07
42.13
28.42
Sumber: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan Maret – Mei, 2010
Hasil dari analisis untuk tahun pangkas pertama dan kedua untuk setiap bloknya masih tergolong tinggi, sebab pertumbuhan pucuk peko masih tergolong cepat dan banyak. Berbeda dengan pertumbuhan pucuk peko untuk tahun pangkas ketiga dan keempat yang cenderung lebih lama, sebab kondisi tanaman sudah menurun produksi pucuk pekonya. Pertumbuhan pucuk burungnya banyak pada
51 tahun pangkas keempat, sebab terjadi persaingan nutrisi dalam satu tanaman akibat semakin banyaknya percabanangan yang tumbuh. Setyamidjaja (2000) menyatakan bahwa, semakin lama umur pangkas maka semakin sedikit pertumbuhan pucuk pekonya, namun akan semakin banyak pertumbuhan pucuk burungnya. Data analisis petik berdasarkan tahun pangkas dapat dilihat pada Lampiran 13.
Analisis Pucuk Mutu teh jadi sangat dipengaruhi oleh potensi mutu pucuknya sendiri, serta teknik dan teknologi pengolahannya. Tobroni dan Suwardi (1983) memaparkan bahwa, potensi mutu pucuk dipengaruhi oleh: jenis klon, ketinggian tempat, teknis pengelolaan kebun, umur tanaman setelah pangkas, pengelolaan pemetikan serta perawatan pucuk. Dalimoenthe dan Johan (1999) menambahkan, mutu pucuk itu sendiri ditentukan oleh: kualitas daun, ukuran, jenis petikan serta gilir petik. Analisis yang digunakan di Unit Perkebunan Bedakah adalah analisis pucuk yang dilaksanakan di pabrik. Pelaksanaan analisis pucuk bermanfaat yaitu dapat menilai pucuk yang akan diolah, dapat digunakan untuk menentukan harga pucuk bagi pemetik, serta untuk mengetahui kisaran sebaran mutu teh jadi hasil dari pengolahan. Analisis pucuk di UP Bedakah dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Analisis Pucuk di Unit Perkebunan Bedakah Maret April Mei Standar Blok MS TMS MS TMS MS TMS pucuk MS ...................................................................(%)....................................................... Bismo 49.23 50.76 53.33 46.67 62.90 37.10 55 Mandala 47.22 52.77 52.43 47.57 51.30 48.70 55 Argopuro 46.96 53.03 50.81 49.19 61.00 38.00 55 Sumber: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan Maret – Mei, 2010
Standar analisis pucuk di Unit Perkebunan Bedakah 55 %. Kualitas teh yang baik didapat dari hasil analisis pucuk MS yang tinggi. Tabel 13 menunjukkan bahwa hasil analisis pucuk untuk tiga blok masih bervariasi setiap bulannya.
52 Analisis pucuk tertinggi dicapai pada bulan Mei, untuk blok Bismo 62.90 %, blok Mandala 51.30 % dan blok Argopuro sebesar 61.00 %. Dari analisis pucuk dari ketiga blok terlihat bahwa hanya blok Bismo dan Argopuro pada bulan Mei saja yang memenuhi syarat pengolahan untuk teh hitam yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan masih sering terjadi kesalahan dalam pemetikan yang dilakukan, sehingga mempengaruhi kondisi pucuk. Data analisis pucuk dapat dilihat pada Lampiran 14.
Hanca Petik Pembagian hanca petik yang tepat akan menjamin kelancaran pengelolaan pemetikan. Pada Tabel 5 di depan dapat dilihat bahwa hanca petik untuk setiap bloknya berbeda-beda. Hal ini tergantung pada luas areal serta tenaga pemetik yang tersedia untuk setiap bloknya. Hanca petik akan semakin sedikit, apabila semakin besar luas areal dan semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tersedia. Luas areal petik di Unit Perkebunan Bedakah adalah 25.34 ha/hari, sehingga hanca petiknya secara umum adalah 2.69 patok/orang/hari. Artinya setiap harinya pemetik harus menyelesailkan 2.69 patok, tujuannya adalah agar gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah dapat stabil yakni 12 hari.
Kebutuhan Tenaga Pemetik Tenaga pemetik di suatu perkebunan sangat dibutuhkan dalam usaha mengumpulkan hasil petikan secara maksimal. Unit Perkebunan bedakah memiliki 14 pembimbing petik, umumnya terdiri dari 30 – 55 orang tenaga pemetik. Perhitungan terhadap kebutuhan jumah tenaga pemetik dapat dihitung dengan rumus berikut: Tenaga Pemetik (TP)=
Keterangan:
Produksi pucuk basah/ha/tahun x (100+A)% Kapasitas pemetik /HKxHKE/tahun
Luas TM
= 304.12 ha
Produksi pucuk basah/ha/tahun
= 3 386 000 kg : 304.12 = 11133.76 kg/ha/th
53 Kapasitas petik/HK
= 45 kg
HKE/tahun
= 293 hari
Absensi Pemetik (A)
= 10 %
(TP)=
11173.76/ha/tahun x (100+10)% = 0.93 HK/ha 45 kg /HK x 293 hari/tahun
Kebutuhan tenaga pemetik untuk areal tanaman menghasilkan seluas 304.12 ha TP
= 0.93 HK/ha x 304.12 ha = 282 orang Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diketahui kebutuhan tenaga
pemetik di Unit Perkebunan Bedakah tahun 2010 adalah 0.93 HK/ha, sehingga kebutuhan tenaga pemetik yang dibutuhkan Unit Perkebunan Bedakah dengan luasan 304.12 ha adalah sebanyak 282 orang. Kebutuhan tenaga pemetik untuk setiap blok dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kebutuhan Tenaga Pemetik Setiap Blok di UP Bedakah Blok
Luas TM
Rinjani Bismo Argopuro Kembang Mandala Muria Total
39.87 60.91 53.95 40.98 55.16 53.25 304.12
Produksi Pucuk Basah (kg) 457 000 745 000 563 000 426 000 580 000 615 000 3 386 000
TP Standar
TP Riil
38 62 47 36 48 51 282
33 55 44 31 35 37 235
Sumber: Kantor Bagian Kebun Unit Perkebunan Bedakah (2010)
Kebutuhan tenaga pemetik berdasarkan tabel 14 untuk setiap blok masih belum memenuhi standar, rata-rata masih berada dibawah standar. Tenaga pemetik standar yang dibutuhkan oleh Unit Perkebunan Bedakah seharusnya 282 orang, namun kenyataanya di lapang hanya 235 orang. Keadaan seperti ini menyebabkan hanca petik yang seharusnya diselesaikan dalam sehari mampu diselesaikan oleh pemetik namun tidak mampu terselesaikan, sehingga
54 menyebabkan siklus petik menjadi tidak stabil dan kondisi kebun menjadi kaboler dan kapasitas pemetik bisa lebih tinggi daripada basic yield yang telah ditetapkan.
Sarana Panen dan Transportasi Bahan dasar yang digunakan dalam pengolahan teh hitam adalah pucuk daun teh. Bahan dasar ini mempunyai peranan yang penting karena mutu teh hitam sangat dipengaruhi oleh kondisi pucuk daun teh, oleh karena itu pucuk harus diusahakan dan dipertahankan dengan sebaik – baiknya, sejak dari pemetikan, penyimpanan, maupun pengangkutan sampai ke pabrik. Pucuk teh yang telah dipetik sementara dimasukkan ke dalam keranjang petik dengan kapasitas rata-rata 5 - 6 kg, kemudian setelah penuh dipindahkan ke waring persegi dengan kapasitas ± 25 kg. Pada saat penimbangan pucuk di pindahkan dari waring persegi ke waring kantong. Kapasitas waring kantong adalah ± 30 kg, disini juga masih banyak dijumpai pemetik masih menjejal pucuk hingga banyak yang mengalami kerusakan. Unit Perkebunan Bedakah menyediakan tiga truk untuk sarana transportasi pucuk. Setiap satu truk untuk mengangkut dua blok yang berdekatan. Waring yang telah selesai ditimbang akan disusun di truk kurang lebih tiga sampai lima tumpukan waring. Tumpukan yang terlalu banyak akan menyebabkan terjadinya kerusakan pucuk, sehingga diharapkan tidak melakukan penumpukan waring yang terlalu banyak. Pucuk yang rusak, terlipat atau sobek akan mempengaruhi hasil analisisi petik dan analisis pucuknya, sebab apabila peko dari pucuknya hilang ataupun rusak maka pucuk tersebut akan termasuk sebagai pucuk rusak, sehingga akan mengurangi hasil perhitungan analisis petik maupun analisis pucuknya. Ghani (2002) menyatakan, penyusunan di bak truk harus longgar agar aerasi udara terjaga. Pucuk merupakan benda hidup yang melakukan aktivitas transpirasi, apabila terlalu padat penyusunannya dapat menyebabkan terjadinya panas, yang mengakibatkan pucuk longsong (pucuk yang berwarna coklat kemerahan). Pemadatan juga dapat merusak fisik daun yang mengakibatkan terjadinya fermentasi sehingga mutu teh turun.
55 Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas Produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kesehatan tanaman. Kondisi pucuk di lapangan dapat digambarkan dari produktivitasnya, kondisi tanaman teh yang sehat ehat akan dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Spillane (1992) mengemukanan bahwa, faktor-faktor faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman teh antara lain: ketinggian tempat, bahan tanam, populasi tanaman, curah hujan, umur pangkas, serta kondisi tanaman. tanaman. Produktivitas pucuk suatu hamparan ditentukan oleh jumlah pucuk dan berat pucuk serta perdu per luas lahan. Bidang petik yang luas diperoleh dari tunas atau pucuk yang tumbuh ke samping dibiarkan untuk tidak dipetik (Dalimoenthe dan Johan, 1999). P Produktivitas berdasarkan umur pangkas pada tanaman seedling dan klonal di Un Unit Perkebunan
Produktivitas (kg/ha/tahun)
Bedakah tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 9.
3500 3000
2414
2500 2000 1500
3034
2899 2050 1312
1773
2054
1389
1000 500 0 I
II
III
IV
Umur Setelah Pangkas (Tahun) Produktivitas kg/ha/tahun Seedling
Produktivitas kg/ha/tahun Klonal
Gambar 9.. Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas Pada Gambar 9 ditunukkan bahwa produktivitas di Unit Perkebunan Bedakah dari umur pangkas 1 - 4 semakin meningkat. Produktivitas optimal seharusnya dicapai pada umur pangkas ketiga, namun pada Gambar 9 justru
56 produktivitas optimal dicapai pada umur pangkas ke-4 baik untuk jenis tanaman asal biji maupun dari klonal. Data produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas dapat dilihat pada Lampiran 15. Setyamidjaja (2000) mengemukakan bahwa produksi pucuk peko pada umur pangkas kedua dan ketiga adalah yang terbanyak, pada umur pangkas keempat justru produksi pucuk burungnya yang banyak, sebab terjadi persaingan hasil fotosintat dari akar yang menyebabkan tumbuh banyak percabangan dan daun. Unit Perkebunan Bedakah termasuk perkebunan daerah dataran tinggi (> 1 200 m dpl), pertumbuhan pucuk lambat karena intensitas cahaya matahari yang sedikit, serta perdu tanaman teh juga tidak terlalu tinggi, sehingga menyebabkan pada umur pangkas ke-4 produktivitasnya masih tinggi. Faktor lain adalah untuk umur pangkas ke-4 jenis tanaman asal stek yang digunakan adalah klon gambung, sehingga potensi produksi dan produktivitasnya tergolong tinggi dibandingkan jenis tanaman asal stek yang lainnya.
57
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kegiatan magang yang dilakukan penulis di Unit Perkebunan Bedakah selama empat bulan telah memberikan pengalaman dalam meningkatkan pengetahuan pengelolaan tanamaan teh serta keterampilan mengenai teknis lapang dan manajerial pada berbagai tingkat kerja. Melalui kegiatan magang ini penulis dapat membandingkan ilmu yang didapat dengan kenyataan di lapangan, terutama yang berhubungan dengan budidaya tanaman teh dan analisis hasil petikan. Kondisi di lapangan tidak selalu sejalan dengan teori, sehingga penerapan teori tidak selalu diaplikasikan di lapangan. Analisis hasil petikan terdiri atas analisis petik dan analisis pucuk. Faktorfaktor yang mempengaruhi analisis hasil petikan adalah gilir petik, cara pemetikan, tahun pangkas, hanca petik dan penanganan pucuk setelah pemetikan serta pengangkutan pucuk ke pabrik. Analisis hasil petikan di Unit Perkebunan Bedakah sudah cukup baik, kondisi tanaman baik terlihat dari hasil analisis petik untuk pucuk medium yaitu rata-rata sebesar 50.69 %. Hasil analisis petik secara manual dan gunting petik tidak berbeda secara nyata untuk pucuk halus, medium dan kasar, namun persentase kerusakan pucuk menggunakan gunting petik lebih besar dari pada pemetikan secara manual. Penggunaan gunting petik tidak menyebabkan terjadinya perbedaan mutu teh dan penurunan kondisi kesehatan tanaman apabila pemetikan dilakukan secara benar. Analisis pucuk MS hanya beberapa blok saja yang sudah sesuai dengan standar pengolahan teh hitam (55 %) yang talah ditetapkan. Produktivitas tertinggi di Unit Perkebunan Bedakah dicapai pada umur setelah pangkas keempat baik tanaman asal biji maupun tanaman asal stek.
58 Saran Unit Perkebunan Bedakah perlu meningkatkan pengelolaan tenaga kerja dan kebun yang lebih baik agar perkebunan dapat terorganisasi dengan baik. Pengawasan oleh pembimbing pemetikan perlu ditingkatkan untuk menjaga kerataan bidang petik, cara pemetikan serta areal tanaman teh yang tidak dipetik. Perlu pelatihan lagi kepada pemetik apabila pemetikan dengan gunting petik tetap dipertahankan supaya tidak menyebabkan kondisi perdu tanaman menjadi menurun sehingga mutu teh tidak turun. Penanganan pucuk setelah pemetikan sampai dengan di pabrik harus lebih diperhatikan untuk mengurangi kerusakan pucuk serta tidak menyebabkan hasil analisis petik dan analisis pucuk rendah. Perlu adanya optimalisasi peran serta dari asisten kepala bagian kebun dan kepala blok masing–masing kebun, agar tercapai produksi yang telah ditargetkan.
59
DAFTAR PUSTAKA Asosiasi Teh Indonesia. 2010. Produk Teh Indonesia Siap Hadapi CAFTA. http://www.antaranews.com. [ 15 Juli 2010 ]. Dalimoenthe dan M. E. Johan. 1999. Pemangkasan Pada Tanaman Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung.15 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia : Teh (Camellia sinensis) 2008 – 2010. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. 32 hal. Ghani, M. A. 2002. Dasar - Dasar Budidaya Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 134 hal.
Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Gambung. 191 hal. Setiawati, I dan Nasikun. 1991. Kajian Sosial Ekonomi Teh. Aditya Media. Yogyakarta. 209 . hal. Setyamidjaja, D. 2000. Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Teh. Kanisius. Yogyakarta. 154 hal. Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh Kopi Cokelat Internasional. PT Gramedia. Jakarta. 125 hal. Spillane, J.J. 1992. Komoditi Teh: Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. Cetakan Pertama. Kanisius. Yogyakarta. 274 hal. Sukasman. 1985. Hubungan Antara Kehalusan Petik dengan Hasil dan Mutu Pucuk. BPTK Gambung. 15 hal. Sumantri, S. 1990. Pengaruh daur petik terhadap mutu pucuk dan persentase grade teh hijau di pasir sarongge. Bul. Penelitian Teh dan Kina 4 (2): 69-74. Suryatmo, F. A. 1984. Kadar Tanin, Kadar Kafeindan Kemampuan Enzim sebagai Indikator Protein Kualitas Beberapa Klon Teh. Menara Perk. 52 (6a): 242-245. Tobroni, M. dan Suwardi. 1983. Pemetikan Pada Tanaman Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 48 hal. Wahid, A. 2005. Pengendalian Hama dan Penyakit,Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo. Dalam Kursus Penyegaran Bidang Kebun, Pabrik dan Kantor. PT Tambi. Wonosobo Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hal.
60
LAMPIRAN
61 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Prestasi Kerja Tanggal
Uraian Kegiatan
Penulis
Karyawan
Standar
Lokasi
1Mar 2010
Kunjungan ke kantor
-
(Satuan/HK) -
-
Kantor induk
2 Mar 2010
Kunjungan ke kantor
-
-
-
Kantor kebun
3 Mar 2010
Orientasi kebun
-
-
-
Blok Bismo
4 Mar 2010
Orientasi kebun
-
-
-
Blok Muria
5 Mar 2010
Senam dan diskusi
-
-
-
Lapangan + kantor
6 Mar 2010
Pemetikan produksi
28 kg
84 kg
45 kg
7 Mar 2010 8 Mar 2010
Libur Pemangkasan
0.015 ha
0.04 ha
0.04 ha
Bismo no 10 Argopuro no 5
9 Ma 2010
Pemetikan rampasan
42 kg
168 kg
50 kg
Bismo no 13
10 Ma 2010
Chemical weeding
0.2 ha
0.32ha
0.32 ha
Bismo no 7
11 Mar 2010
Pemupukan TM
0.1ha
0.12 ha
0.12 ha
Bismo no 14
12 Mar 2010
Senam dan diskusi
-
-
-
13 Mar 2010
Pengisian polibag
14 Mar 2010
Libur
400 polibag -
700 polibag -
750 polibag -
-
15 Mar 2010
Babat bokor
0.02 ha
0.04 ha
0.04 ha
Muria no 8
16 Mar 2010
Libur
-
-
-
17 Mar 2010
Pemetikan produksi
42 kg
168 kg
50 kg
Muria no 3
18 Mar 2010
Pemetikan produksi
42 kg
168 kg
50 kg
Mandala no 1
19 Mar 2010
Senam dan diskusi
-
-
-
20 Mar 2010
Pemangkasan
0.009 ha
0.04 ha
0.04 ha
21 Mar 2010
Libur
-
-
-
28 kg
48 kg
50 kg
Muria no 11
1500 tanaman 0.2 ha
1800 tanaman 0.2 ha
Pembibitan
Lapangan + kantor Pembibitan
-
Lapangan + kantor Mandala no 4 -
22 Mar 2010
Pemetikan jendangan
23 Mar 2010
Penanaman stek
24 Mar 2010
Pemupukan TM
500 tanaman 0.01 ha
25 Mar 2010
Pemupukan TM
0.01 ha
0.2 ha
0.2 ha
26 Mar 2010
Senam dan diskusi
-
-
-
27 Mar 2010
Streep weeding
0.02 ha
0.04 ha
0.04 ha
28 Mar 2010
Libur
-
-
-
29 Mar 2010
Pupuk daun dan PHP
0.3ha
2 ha
2 ha
30 Mar 2010
Chemical weeding
0.2 ha
0.32 ha
0.32 ha
Muria no 3
31 Mar 2010
Pemupukan TM
0.1 ha
0.12 ha
0.12 ha
Bismo no 6
Rinjani no 13 Rinjani no 14 Lapangan + kantor Bismo no 1 Bismo no 11
62 Lampiran 1 (Lanjutan) Prestasi Kerja Tanggal
Uraian Kegiatan
Penulis
Karyawan
Standar
0.009 ha
(Satuan/HK) 0.04 ha
0.04 ha
Lokasi
1 Apr 2010
Pemangkasan
2 Apr 2010
Libur
3 Apr 2010
Porokan
4 Apr 2010
Libur
5 Apr 2010
Lubang tadah
0.005 ha
0.04 ha
0.04 ha
Argopuro no 3
6 Apr 2010
Pemupukan TM
0.1 ha
0.12 ha
0.12 ha
Kembang no 1
7 Apr 2010
pemupukan TM
0.1 ha
0.12 ha
0.12 ha
Kembang no 5
8 Apr 2010
Lumutan
0.01 ha
0.02 ha
0.02 ha
Mandala no 4
9 Apr 2010
-
-
-
28 kg
42 kg
45 kg
11 Apr 2010
Senam dan diskusi Pemetikan jendangan Libur
-
-
-
12 Apr 2010
Pemangkasan
0.009 ha
0.04 ha
0.04 ha
Mandala no 4
13 Apr 2010
Babat bokor
0.01 ha
0.04 ha
0.04 ha
Argopuro no 2
14 Apr 2010
48 kg
168 kg
50 kg
Argopuro no 6
15 Apr 2010
Pemetikan produksi Pemupukan TM
0.1 ha
0.12 ha
0.12 ha
Mandala no13
16 Apr 2010
Senam + Diskusi
-
-
-
17 Apr 2010
Porokan
0.03 ha
0.04 ha
0.04 ha
18 Apr 2010
Libur
-
-
-
19 Apr 2010
48 kg
168 kg
50 kg
Muria no 8
20 Apr 2010
Pemetikan produksi Centering
0.1 ha
0.12 ha
0.12 ha
Rinjani no 3
21 Apr 2010
Lumutan
0.01 ha
0.02 ha
0.02 ha
Rinjani no 9
22 Apr 2010
Pemetikan jendangan Senam + Diskusi
28 kg
42 kg
45 kg
Bismo no 6
-
-
-
Pemetikan produksi Libur
28 kg
42 kg
45 kg
-
-
-
Pemetikan jendangan Penyulaman
28 kg
42 kg
45 kg
20 tanaman
40 tanaman
28 kg
84 kg
40 tanaman 45 kg
48 kg
168 kg
50 kg
-
-
-
10 Apr 2010
23 Apr 2010 24 Apr 2010 25 Apr 2010 26 Apr 2010 27 Apr 2010 28 Apr 2010 29 Apr 2010 30 Apr 2010
Pemetikan produksi Pemetikan produksi Senam + Diskusi
-
-
-
0.02 ha
0.04 ha
0.04 ha
-
-
-
Mandala no 12 Argopuro no 16 -
Lapangan+kantor Bismo no 6 -
Lapangan+kantor Bismo no 13 -
Lapangan+kantor Argopuro no 6 Mandala no 4 Bismo no1 Bismo no 4 Mandala no 6 Lapangan+kantor
63 Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Pembimbing di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, JawaTengah Prestasi Kerja Tanggal 01 Mei 2010
Kegiatan
Jumlah KHL
Luas areal yg diamati
Lama Kegiatan
Lokasi
5
100 pohon
5
Argopuro 9
4
2.00 ha
3
Bismo 14
02 Mei 2010
Pembuatan Lubang Tanam pada TBM Pupuk daun dan PHP
03 Mei 2010
Libur
04 Mei 2010
Pemetikan Produksi
14
3.00 ha
4
Bismo 6
05 Mei 2010
-
-
-
-
06 Mei 2010
Kunjungan ke Tanjungsari Pupuk daun dan PHP
4
2.00 ha
3
Mandala 6
07 Mei 2010
Senam dan Diskusi
-
-
-
08 Me i2010
Penyulaman
6
1.00 ha
5
Lapangan dan kantor Argopuro 3
09 Mei 2010
Libur
-
-
-
-
10 Mei 2010
Pemetikan Produksi
23
2.00 ha
5
Muria 3
11 Mei 2010
Babat Bokor
8
0.32 ha
5
Mandala 15
12 Mei 2010
Pemetikan Produksi
22
2.00ha
6
Mandala 2
13 Mei 2010
Libur
-
-
-
-
14 Mei 2010
Senam dan Diskusi
-
-
-
15 Mei 2010
Pemetikan Produksi
36
2.00 ha
5
Lapangan dan kantor Argopuro 6
16 Mei 2010
Pupuk daun dan PHP
4
2.00 ha
3
Mandala 3
17 Mei 2010
Libur
-
-
-
-
18 Mei 2010
Pemupukan TBM
5
2.74 ha
6
Argopuro 3
19 Mei 2010
Pemetikan Produksi
22
2.00 ha
6
Muria 2
20 Mei 2010
Pemetikan Produksi
30
3.00 ha
6
Kembang 7
21 Mei 2010
Senam dan Diskusi
-
-
-
22 Mei 2010
Libur
-
-
-
Lapangan dan kantor -
23 Mei 2010
Libur
-
-
-
-
24 Mei 2010
Pemetikan Produksi
33
2.00 ha
6
Rinjani 5
25 Mei 2010
Gosok Lumut
11
2.00 ha
5
26 Mei 2010
10
-
-
27 Mei 2010
Pelayuan dan Analisis Pucuk Penggilingan
Kembang 10 Pabrik
9
-
-
Pabrik
28 Mei 2010
Pengeringan
4
-
-
Pabrik
29 Mei 2010
Sortasi Kering dan Pengepakan Libur
9
-
-
Pabrik
-
-
-
-
30 Mei 2010
64 Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Kepala Blok di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Tanggal
31 Mei 2010 01 Juni 2010 02 Juni 2010 03 Juni 2010 04 Juni 2010 05 Juni 2010 06 Juni 2010 07 Juni 2010 08 Juni 2010 09 Juni 2010 10 Juni 2010 11 Juni 2010 12 Juni 2010
Uraian Kegiatan
Pemetikan produksi Pemetikan produksi Streep weeding Pupuk daun dan PHP Senam dan Diskusi Pupuk daun dan PHP Libur Pemetikan produksi Pupuk daun dan PHP Pemetikan jendangan Pemangkasan Senam dan Diskusi Pemeliharaan tanaman pelindung sementara ( rempelan)
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Pembimbing yangDiawasi (orang)
Lokasi
Lama Kegiatan (jam)
2
Luas Areal yang Diawasi (ha) 2 ha
7
Mandala no 12
2
9.15 ha
7
Bismo no 5,6
1
0.08 ha
5
Mandala no 11
1
2.00 ha
1.5
Argopuro no 7
-
-
-
1
2.00 ha
1.5
-
-
-
-
2
3.00 ha
7
Kembang no 8
1
1.00 ha
1.5
1
-
-
Argopuro no 3
1
0.04 ha
6
Bismo no 15
-
-
-
1
2.00 ha
5
Lapangan+kantor Argopuro no 12
Bismo no 02
Rinjani no 03
65 Lampiran 4. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Kepala Bagian Kebun di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Tanggal
13 Juni 2010 14 Juni 2010
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Lokasi Lama Luas Jumlah Areal yg Kegiatan Pembimbing (jam) diawasi yang diawasi (ha) (orang) Kantor
29 Juni 2010
Libur Konsultasi dan diskusi Konsultasi dan diskusi Konsultasi dan diskusi Konsultasi dan diskusi Senam dan Diskusi Konsultasi dan diskusi Libur konsultasi dan diskusi Konsultasi dan diskusi Konsultasi dan diskusi Konsultasi dan diskusi Senam dan Diskusi Konsultasi dan diskusi Libur Konsultasi dan diskusi Pamitan
30 Juni 2010
Pamitan
-
-
-
Konsultasi Konsultasi
-
-
-
Bismo, Mandala, Muria Argopuro dan Kembang Kantor Kantor
Presentasi
-
-
-
Kantor
15 Juni 2010 16 Juni 2010 17 Juni 2010 18 Juni 2010 19 Juni 2010 20 Juni 2010 21 Juni 2010 22 Juni 2010 23 Juni 2010 24 Juni 2010 25 Juni 2010 26 Juni 2010 27 Juni 2010 28 Juni 2010
1 Juli 2010 2 Juli 2010 3 Juli 2010
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
-
-
-
-
66
66
Lampiran 5. Peta Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010
67 Lampiran 6. Data Curah Hujan dan Hari Hujan Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2000 – 2009 2000
Bulan CH Januari
518
2001 HH 17
CH 277
2002 H H 10
CH 623
2003 HH 22
CH 286
2004 HH 20
CH 613
2005 HH 20
CH 581
2006 HH 19
CH 546
2007 HH 17
CH
2008 HH
159
CH
7
365
2009 HH 13
CH 497
Rata-Rata HH 20
CH
HH
446.50
16.50
Februari
280
14
345
12
1024
17
261
14
565
19
518
16
432
17
409
13
171
7
552
21
455.70
15.00
Maret
503
17
413
14
570
17
314
13
377
16
439
16
306
12
478
19
560
18
484
14
444.40
15.60
April
83
7
483
14
402
17
484
17
220
11
388
17
508
20
462
22
418
18
452
21
390.00
16.40
Mei
457
15
322
11
207
10
95
4
78
4
83
5
198
7
176
10
209
10
325
19
215.00
9.50
Juni
13
3
101
6
107
11
75
3
11
2
327
13
37
3
123
7
30
2
114
8
93.80
5.80
Juli
110
7
44
5
269
12
40
3
0
0
49
8
4
1
34
3
14
2
33
4
59.70
4.50
9
2
101
4
11
3
4
1
107
4
131
6
2
1
23
3
95
5
1
1
48.40
3.00
Agustus September
85
7
53
7
161
8
18
6
119
8
148
7
7
2
23
2
19
3
28
12
66.10
6.20
Oktober
20
3
510
19
662
24
12
3
331
15
102
6
42
5
79
5
209
14
121
15
208.80
10.90
November
420
16
476
25
585
26
185
9
586
8
394
13
162
15
395
16
564
19
420
18
418.70
16.50
Desember
794
25
645
10
350
15
598
17
436
20
797
23
380
22
587
16
445
14
271
13
530.30
17.50
3292
133
3770
4971
182
2372
110
3443
127
3957
149
2624
122
2948
123
3099
125
3298
166
3377.40
137.40
Total BK
3
13 7 2
BB
7
10
1
4
2
1
5
3
3
3
2.70
11
6
9
10
7
8
8
9
8.50
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah (2000-2009) Keterangan CH
:
= Curah hujan (mm)
2.7 8.5
x 100 %=31.76 %
Tipe iklim B menurut Schmidt – Ferguson
67
HH = Hari Hujan (mm) BK = Bulan Kering (CH < 60 mm) BB = Bulan Basah (CH > 100 mm) Rata-rata BK = 2.7 Rata-rata BB = 8.5
Rata-rata Bulan Kering
Q= Rata-rata Bulan Basah x 100 %=
68 PIMPINAN UNIT PERKEBUNAN
KABAG KEBUN
KAUR PENGOLAHAN
ASISTEN KEBUN
KEPALA TEKNIS
KEPALA BLOK
PEMBIMBING PEMBIBITAN
PEMBIMBING PEMETIKAN
PEKERJA
KABAG KANTOR
KABAG PABRIK
PEMBIMBING PEMELIHARAAN
MANDOR PELAYUAN
MANDOR GILING
BENDAHARA
MANDOR PENGERINGAN
MANDOR SORTASI
PEMBUKUAN
MANDOR GUDANG
PEKERJA
EKSPEDISI
SATPAM
KEPALA GUDANG
PENGEMUDI
68
Lampiran 7. Gambar Struktur Organisasi Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010
JURU TULIS
KEAMANAN
69 Lampiran 8. Dosis Pupuk pada TM per Aplikasi
Blok
Target Produksi
Bismo Rinjani Mandala Argopuro Kembang Muria
745 000 475 000 580 000 563 000 426 000 615 000
Jenis Pupuk Kebutuhan per Rock Urea KCl Kieserit tanaman Phospat ................................(kg/ha)........................ 314.43 90.42 96.42 53.56 56.07 294.64 90.36 90.36 50.20 52.55 270.29 82.89 82.89 46.00 48.20 268.26 82.26 82.26 45.69 47.84 267.22 81.95 81.95 45.52 47.66 297.00 91.04 91.04 50.58 52.96
Sumber: Kantor Bagian Tanaman Unit Perkebunan Bedakah Tahun ( 2010)
Lampiran 9. Dosis Pupuk pada TBM per Aplikasi
Jenis Pupuk Urea Rock Phospat KCl
TBM I II III .................................(kg/ha)........................................... 114.06 130.43 146.73 35.00 40.00 45.00 35.00 40.00 45.00
Sumber: Kantor Bagian Tanaman Unit Perkebunan Bedakah (2010)
70 Lampiran 10. Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik Blok Jenis Petikan
Bismo
Mandala
Argopuro
Rinjani
Kembang
Muria
....................................................................(g)......................................................... p+1 8 9 8 7 9 8 p+2m 0 0 0 0 0 0 pucuk halus 8 9 8 7 9 8 b+1m 0 2 1 0 0 0 p+2 23 26 10 25 17 15 p+3m 10 16 10 21 10 9 p+3 31 13 34 33 25 21 b+2m 24 13 21 14 26 20 b+3m 22 24 25 18 20 25 110 94 101 111 96 90 pucuk medium p+4 11 11 10 15 21 13 b+4m 22 15 16 14 13 21 b+1t 3 12 4 3 2 7 b+2t 6 20 20 14 14 11 b+3t 9 15 10 10 15 13 b+4t 10 0 10 5 6 14 pucuk kasar 61 73 70 61 71 79 pucuk rusak 14 15 11 12 13 14 HPT 5 6 8 7 8 6 Penguapan 2 3 2 2 3 3 Total 200 200 200 200 200 200 Sumber: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan April – Mei, 2010
Lampiran 11. Analisis Petik Berdasarkan Gilir Petik Blok
Gilir Petik (hari) April Mei Rata -rata
Analisis Petik (%) Medium Medium Rata –rata
klon
No kebun
Rinjani
Gambung
14
12
12
12
57.57
56.06
56.81
Bismo
Gambung
4
13
11
12
53.53
55.55
54.54
Argopuro
Gambung
6
14
14
14
49.49
51.01
50.25
Kembang
Gambung
7
16
16
16
46.70
48.73
47.71
Mandala
Gambung
6
17
15
16
46.70
47.71
47.20
8 17 17 17 46.70 Muria Gambung Sumber: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan April - Mei, 2010
47.20
46.95
71 Lampiran 12. Analisis Petik berdasarkan Cara Pemetikan
Bulan
Alat
Maret Manual Gunting April Manual Gunting Mei Manual Gunting
Bobot Analisis Petik (g) Hama Sampel dan Penguapan (g) Halus Medium Kasar Rusak Penyakit 200 200 200 200 200 200
4 2 5 4 6 5
115 98 116 96 103 94
45 53 46 57 51 54
33 44 29 37 35 42
0 0 0 0 0 0
3 3 4 5 5 5
Sumber: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan Maret – Mei, 2010
Lampiran 13. Analisis Petik berdasarkan Tahun Pangkas Bismo Tahun Pangkas
Nomor Kebun
Klon
I
13
Gambung
200
II
5
Seedling
III
14
IV
4
Bobot Sampel (g)
Analisis Petk (g) Halus
HPT
Medium
Kasar
Rusak
0
135
62
0
0
200
10
101
56
20
10
Gambung
200
2
100
75
12
8
Gambung
200
5
94
82
13
3
Mandala Tahun Pangkas
Analisis Petk (g)
Nomor Kebun
Klon
Bobot Sampel (g)
Halus
Medium
Kasar
Rusak
I
2
Gambung
200
0
108
76
0
13
II
3
Seedling
200
3
99
76
16
3
III
6
Gambung
200
6
91
68
17
15
IV
5
Gambung
200
0
84
78
25
10
HPT
Argopuro Tahun Pangkas
Analisis Petk (g)
Nomor Kebun
Klon
Bobot Sampel (g)
Halus
Medium
Kasar
Rusak
I
16+5
Gb+Seed
200
0
120
75
0
2
II
11
Gambung
200
5
105
58
25
4
III
12
Seedling
200
6
89
50
38
14
IV
10
Seedling
200
10
83
56
29
19
Sumber: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan Maret – Mei, 2010
HPT
72 Lampiran 14. Komposisi Analisis Pucuk Maret April Mei MS TMS HPT MS TMS HPT MS TMS HPT ...........................................................(g)................................................. Bismo 200 97 100 3 96 84 20 117 69 14 96 3 Mandala 200 85 95 20 97 82 15 101 76 5 Argopuro 200 85 96 19 94 91 15 119 Blok
Sumber
Bobot
* 55 55 55
: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan Maret – Mei, 2010
Keterangan : MS = Memenuhi syarat, TMS = Tidak memenuhi syarat, * Standar pucuk Memenuhi Syarat
Lampiran 15. Produktivitas Berdasarkan Umur Pangkas pada Tanaman Seedling dan Klonal
Tahun Pangkas keI II III IV
Produktivitas kg/ha/tahun Seedling Klonal 1 312 2 050 1 389 2 414 1 773 2 899 2 054 3 034
Sumber: Data Luas Klon Unit Perkebunan Bedakah (2010)
73