Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Environmental Health Risk Assessment Studyatau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat Kota sampai ke kelurahan. Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena:
1.
Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat
2.
Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat Kelurahan dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda
3.
EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat Kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat Kelurahan
4.
EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektorsektor pemerintahan secara eksklusif
5.
EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat Kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders Kelurahan.
1
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Visi kota Jambi ialah “Terwujudnya Kota Jambi sebagai simpul pelayanan regional terutama dalam agribisnis dan sebagai wilayah komplemen utama terhadap pusat pertumbuhan Regional Sumatera di tahun 2015”
Sedangkan misi kota Jambi dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mewujudkan sumber dayamanusia yang memiliki integritas moral, kemampuan intelektual, dan keterampilan profesional. 2. Mengembangkan kawasan perdagangan, jasa dan industri yang mampu menciptakan keterkaitan erat dengan wilayah melalui kerjasama baik regional maupun global yang saling menguntungkan yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. 3. Menciptakan sistem jaringan transportasi dan komunikasi yang efektif, efisien dan dinamis serta terpadu dengan mengembangkan simpul – simpul jasa sarana dan prasarana yang terinterkoneksi dan saling mendukung, serasi untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal kota 4. Menciptakan Kota Jambi menjadi kota yang bersih, aman dan tertib serta estetik melalui pendekatan kota hutan tropis yang ramah lingkungan dan mendukung bagi berkembangnya sosial budaya dan ekonomi masyarakat
Kota
Jambi
secara
administrasi
memiliki
8
Kecamatan
dan
62
Kelurahan.Namun dalam pelaksanaan Kegiatan Studi EHRA masih menggunakan Jumlah Kelurahan sebanyak 11 Kelurahan. Jumlah penduduk sebanyak 540.258 jiwa (2012) terdistribusi secara tidak merata di seluruh kota yang mempunyai luasan total 20.538 ha.
1.2.
Tujuan dan Manfaat 2
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
a. Tujuan Studi EHRA bertujuan untuk mengumpulkan data primer, untuk mengetahui : Gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan; Informasi
dasar
yang
valid
dalam
penilaian
Risiko
Kesehatan
Lingkungan; Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi; b. Manfaat Hasil survey akan digunakan sebagai salah satu bahan Penyusunan BPS (Buku Putih Sanitasi) dan SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten) Kota Jambi.
1.3.
Waktu Pelaksanaan Studi EHRA Waktu
Pelaksanaan
Studi
EHRA
Kegiatan
PPSP
(Percepatan
Pembangunan Sanitasi Pemukiman) Kota Jambi antara lain : a. Survey oleh Emunerator b. Entri Data
: 1 Juli s/d 29 Agustus 2013
: 23 September s/d 1 Oktober 2013
3
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA
EHRA merupakan studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Dinas Kesehatan Kota Jambi melalui kader-kader Sanitarian Puskesmas dalam Kota Jambi sedangkan Sanitarian bertugas sebagai Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen.
Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga).Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey.Jumlah sampel RT per Kelurahanminimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden.Dengan demikian jumlah sampel per Kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau Anak Perempuan yang sudah menikah atau Perempuan berumur antara 18 s/d 60 tahun.
Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar.
4
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kota Jambi. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitatoryang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.
Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja PPSP. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.
Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka telah dibentuk Tim Studi EHRA sesuai Pemerintah Kota Jambi dalam rangka melaksanakan program tersebut telah membentuk Kelompok Kerja Sanitasi ISSDP dengan Surat Keputusan Walikota Jambi Nomor: 15 Tanggal 24 Februari Tahun 2006 dan diperbarui dengan SK Walikota Jambi No. 71 tanggal 29 Maret 2007 tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Teknis pada kegiatan Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun anggaran 2007.
5
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Tim Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kota Jambi. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut: 1. Penanggung jawab
: Ketua tim Pokjasan
2. Koordinator Survey
: Dinas Kesehatan Kota Jambi
3. Koordinator wilayah/kecamatan
: Bid.Penyehatan Lingkungan
4. Supervisor
: Sanitarian Puskesmas
5. Tim Entry data
: Tim Konsultan
6. Tim Analisis data
: Pokja Sanitasi Kota Jambi
7. Enumerator
: Sanitarian Puskesmas
1.1.
Penentuan Target Area Survey (Klastering Kecamatan dan Kelurahan)
Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kota Jambi mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.
Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut:
1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa.
6
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: (∑ Pra-KS + ∑ KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% ∑ KK
3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.
Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kota Jambimenghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada tabel 2.1.1. Wilayah (kecamatan atau Kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/Kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/Kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kota Jambi.
7
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Tabel 2.1.1. Kategori Klaster Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko
Kategori
Kriteria
Klaster Klaster 0
Klaster 1
Klaster 2
Klaster 3
Klaster 4
Wilayah Kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah Kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah Kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah Kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah Kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Sesuai Rapat Tim Pokja tanggal 20 Juli 2013 telah disepakati bahwa sampel Kelurahan yang akan dilakukan survey Studi EHRA sebanyak 11 Kelurahan dan 440 responden. Hal ini dengan pertimbangan antaralain : Dana yang tersedia Luasnya wilayah Kota Jambi Adanya daerah sulit
Klastering
wilayah
di
Kota
Jambi
menghasilkan
katagori
klaster
sebagaimana diperlihatkan pada tabel 2.1.2. Wilayah (kecamatan atau Kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/Kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/Kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama.
8
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Tabel 2.1.2. Hasil klastering Kelurahan Kota Jambi
Klaster
Jumlah Kelurahan
Kecamatan
Kelurahan
0 Kelurahan 0
( 0 Kecamatan)
-
-
1 Kelurahan
1. Jambi selatan
1. Eka Jaya
2 Kelurahan
1. Kota Baru
1. Rawasari
(2 Kecamatan)
2. Pelayangan
1. Jelmu
5 Kelurahan
1. Danau Teluk
1. Olak Kemang
(4 Kecamatan)
2. Jambi Timur
1. Budiman
3. Jelutung
1. Talang Jauh
4. Telanaipura
1. Murni
1 (1 Kecamatan)
2
3 2. Legok
3 Kelurahan
1. Jambi Timur
1. Sulanjana
(3 Kecamatan)
2. Jelutung
1. Cempaka Putih
3. Pasar Jambi
1. Sungai Asam
4
9
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Hasil klastering wilayah Kelurahan di Kota Jambi yang terdiri atas 11 Kelurahan dengan menghasilkan distribusi sebagai berikut : 1. Klaster 0 sebanyak 0 % 2. Klaster 1 sebanyak 6,45 %, 3. Klaster 2 sebanyak 19,39 %, 4. Klaster 3 sebanyak 48,39 %, dan 5. Klaster 4 sebanyak 25,81 %,
Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada grafik 2.1.1 di bawah ini:
Grafik 2.1.1. Persentase Klaster Untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA
10
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
1.2.
Penentuan Jumlah/Besar Responden
Jumlah sampel untuk tiap Kelurahan diambil sebesar 40 responden dengan jumlah sampel RT per Kelurahanminimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan tersebut. Jumlah responden per Kelurahan minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT. Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala Kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:
Dimana: n adalah jumlah sampel N adalah jumlah populasi d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05) Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.
Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 71.607 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 398 KK. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kota Jambi menetapkan jumlah Kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak 30 ( tiga puluh) desa / kelurahan sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 30 ds X 40 resp. = 1.200 responden.
11
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
1.3.
Penentuan Kecamatan dan Kelurahan Survei
Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 11 Kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke- 11 Kelurahan disajikan dalam tabel 2.3.1 dan grafik 2.3.1sebagai berikut :
Tabel 2.3.1. Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2013 Kota Jambi
KLASTER No. KECAMATAN
KELURAHAN
KEC. JAMBI 1
1
SELATAN
Eka Jaya
2
2
KEC. KOTA BARU
Rawasari
3
KEC. PELAYANGAN
Jelmu
4
KEC. DANAU TELUK
Olak Kemang
5
KEC. JAMBI TIMUR
Budiman
6
KEC. JELUTUNG
Talang Jauh
7
KEC. TELANAIPURA
Murni
8
KEC. TELANAIPURA
Legok
9
KEC. JAMBI TIMUR
Sulanjana
10
KEC. JELUTUNG
Cempaka Putih
11
KEC. PASAR JAMBI
Sungai Asam
3
4
12
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Grafik 2.3.1. Distribusi Desa Terpilih Perklaster Lokasi Study EHRA Kota Jambi
2.4. Penentuan RT/RW Dan Responden Di Lokasi Survei
Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu data RT per Kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Pemilihan
RT per kelurahan sebanyak 8 (delapan) RTper
Kelurahan. Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling).Hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Sampel responden sebanyak 40 KK.
13
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
2.5. Karakteristik Emunerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya Pemilihan Supervisor dan Emunerator untuk pelaksanaan Studi EHRA sepenuhnya merupakan kewenangan Tim Studi EHRA.Supervisor merupakan Sanitarian Puskesmas dan Emunerator adalah Sanitarian Puskesmas atau Petugas Kesehatan Lainnya atau Kader. Berikut ini Supervisor dan Emunerator dalam Tim Studi EHRA Kota Jambi Tahun 2013 sebagaimana pada table 2.5.1 dibawah ini :
Tabel 2.5.1. Supervisor dan Emunerator dan Wilayah Tugasnya dalam Survei EHRA Kota Jambi Tahun 2013 No.
1
Kecamatan KEC. JAMBI SELATAN
Kelurahan
Supervisor
Enumerator Nuraiani
Eka Jaya
Setiani
Gustianingsih Yusra Desita
2
KEC. KOTA BARU
Rawasari
Etti Herieli
Sumarni Endang.s Mahligai
3
KEC. PELAYANGAN
Jelmu
Syafrizal
4
KEC. DANAU TELUK
Olak Kemang
Syafrizal
5
KEC. JAMBI TIMUR
Budiman
Nurjanah
Friska
6
KEC. JELUTUNG
Talang Jauh
Zuleha
Muryati
7
KEC. TELANAIPURA
Murni
Zulkartoni
Maria Ulfa
8
KEC. TELANAIPURA
Legok
Zulkartoni
Herlinawati
9
KEC. JAMBI TIMUR
Sulanjana
Nurjanah
Erviana
10
KEC. JELUTUNG
Dahlia
Rifa Amelia
11
KEC. PASAR JAMBI
Cempaka Putih Sungai Asam
Laila Hayati
Ginting Masturah Sri Desmawati
Dame Novalia Sunarni
14
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
BAB III HASIL STUDI EHRA 2013 KOTA JAMBI 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Grafik 3.1.1 Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Tangga
Dari grafik di atas terlihat bahwa kondisi sampah di lingkungan rumah tangga adalah banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkunganyaitu sehingga menimbulkan banyak nyamuk, banyak lalat dan menimbulkan bau busuk. Persentase Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah tangga terbesar yaitu lainya yaitu sebesar 52,5 %, diikuti banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkungan yaitu sebesar 33,3%, kemudian banyak nyamuk sebesar 27 %, selanjutnya banyak tikus berkeliaran sebesar 18,5 %, ada banyak lalat di sekitar tumpukan sampah17,5 %, ada anak-anak yang bermain di sekitarnya10 %, bau busuk yang mengganggu 8,5 % dan menyumbat di saluran drainase 4,2 %. Persentase kondisi sampah menimbulkan banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkungan terbanyak di klaster 4 dengan persentase 33,3 % dan klaster 3 persentase 27,5 % ,diikuti klaster 2 persentase 25 %,dan klaster 1 sebanyak 15 %. Tabel. 3.1.1 Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Tangga 15
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
n 34
% 85,0
Kluster Desa/Kelurahan 2 3 n % n % 60 75,0 145 72,5
6
15,0
20
25,0
55
27,5
40
33,3
121
27,5
Tid ak Ya
33
82,5
75
93,8
172
86,0
111
92,5
391
88,9
7
17,5
5
6,3
28
14,0
9
7,5
49
11,1
Tid ak Ya Tid ak Ya Tid ak Ya
40
100,0
80
100,0
163
81,5
100
83,3
383
87,0
0 36
0,0 90,0
0 69
0,0 86,3
37 146
18,5 73,0
20 104
16,7 86,7
57 355
13,0 80,7
4 40
10,0 100,0
11 80
13,8 100,0
54 191
27,0 95,5
16 118
13,3 98,3
85 429
19,3 97,5
0
0,0
0
0,0
9
4,5
2
1,7
11
2,5
Tid ak Ya Tid ak Ya
40
100,0
79
98,8
183
91,5
115
95,8
417
94,8
0 40
0,0 100,0
1 79
1,3 98,8
17 192
8,5 96,0
5 115
4,2 95,8
23 426
5,2 96,8
0
0,0
1
1,3
8
4,0
5
4,2
14
3,2
Tid ak Ya
40
100,0
72
90,0
186
93,0
116
96,7
414
94,1
0
0,0
8
10,0
14
7,0
4
3,3
26
5,9
Tid ak Ya
19
47,5
54
67,5
120
60,0
110
91,7
303
68,9
21
52,5
26
32,5
80
40,0
10
8,3
137
31,1
1 A. Banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkungan B. Banyak lalat di sekitar tumpukan sampah C. Banyak tikus berkeliaran D. Banyak nyamuk E. Banyak kucing dan anjingmend atangi tumpukan sampah F. Bau busuk yang menggangu G. Menyumbat saluran drainase H. Ada anakanak yang bermain di sekitarnya I. Lainnya
Tid ak Ya
Total 4 n 80
n
%
% 66,7
319
72,5
Grafik 3,1,2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
16
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Terlihat pada grafik di atas untuk pengelolaan sampah rumah tangga yang terbanyak yaitu dengan dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 83,3 %, kemudian diikuti dengan dibakar sebesar 77,5, dibuang ke lahan kosong/ kebun/ hutan dan dibiarkan membusuk 12 %. Di kumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 6,7% dan Dibuang ke sungai 6,5 %.
17
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI Tabel 3,1,2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Kluster Desa/Kelurahan 1 n C2. Bagaimana sampah rumah tangga dikelola?
2
Total
3
4
% 0,0
n
3
% 1,5
n
1
% 1,3
n
0
8
% 6,7
n 12
% 2,7
2
5,0
54
67,5
145
72,5
100
83,3
301
68,4
31
77,5
20
25,0
34
17,0
8
6,7
93
21,1
Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke sungai/kali/laut/dan au
0
0,0
0
0,0
0
0,0
1
,8
1
,2
1
2,5
0
0,0
0
0,0
0
0,0
1
,2
1
2,5
1
1,3
13
6,5
2
1,7
17
3,9
Dibiarkan saja sampai membusuk Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk
0
0,0
2
2,5
0
0,0
0
0,0
2
,5
5
12,5
2
2,5
5
2,5
1
,8
13
3,0
Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dibakar
1
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Grafik 3.1.3 Sampah Rumah Tangga Yang Dipilah
Dari grafik di atas terlihat bahwa persentase terbanyak sampah yang tidak dikelola adalah sampah Basah, Plastik, Gelas/Kaca. Kertas dan Besi/Logam yaitu sebesar 100 % yaitu pada klaster 2 dan 3 kemudian pada klaster 4sebesar 75 %. persentase tertinggi yaitu adalah sampah kertas dan besi/ logam yaitu sebesar 100% di klaster 2, 3, dan 4.
Tabel 3.1.3 Sampah Rumah Tangga Yang Dipilah
Kluster Desa/Kelurahan 2 n
3
Total 4
Tidak
1
% 100,0
n 3
% 100,0
n 6
% 75,0
n 10
% 83,3
Ya
0
0,0
0
0,0
2
25,0
2
16,7
Tidak
0
0,0
3
100,0
6
75,0
9
75,0
Ya
1
100,0
0
0,0
2
25,0
3
25,0
Tidak
0
0,0
3
100,0
7
87,5
10
83,3
Ya
1
100,0
0
0,0
1
12,5
2
16,7
D. Kertas
Tidak
1
100,0
3
100,0
8
100,0
12
100,0
E. Besi/logam
Tidak
1
100,0
3
100,0
8
100,0
12
100,0
F. Lainnya,
Tidak
1
100,0
3
100,0
8
100,0
12
100,0
G. Tidak tahu
Tidak
1
100,0
3
100,0
8
100,0
12
100,0
A. Sampah organik/sampah basah
B. Plastik C. Gelas/kaca
1
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Grafik 3.1.4 Pengangkutan Sampah
Dari grafik di atas terlihat bahwa pengangkutan sampah terbanyak adalah Tiap Hari pada Klaster 4 sebesar 100 % dan klaster 3 sebesar 33,3 %, kemudian diikuti tidak pernahdi klaster 2 sebesar 100 % dan klaster 3 yaitu sebesar 66, 67 %. Tabel 3.1.4 Pengangkutan Sampah
Kluster Desa/Kelurahan 2
C5. Seberapa sering petugas mengangkut sampah dari rumah?
Tiap hari Tidak pernah
3
Total 4
% 0,0
% 33,3
% 100,0
100,0
66,7
0,0
n 9
% 75,0
3
25,0
20
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Grafik 3.1.5Pengelolaan Sampah
Tabel 3.1.5Pengelolaan Sampah Kluster Desa/Kelurahan 2 n
3
C6. Dari pengalaman, dalam sebulan terakhir ini, apakah sampah selalu diangkut tepat waktu?
Tepat waktu
0
% 0,0
Sering terlambat Tidak tahu
0
C7. Apakah layanan pengangkutan sampah oleh petugas sampah dibayar? C8. Kepada siapa ibu membayarnya ?
C9. Berapa biaya yang dikeluarkan dalam sebulan untuk membayar layanan sampah?
Total
n
4
0
% 0,0
0,0
1
1
100,0
Ya
0
Tidak
n 8
% 100,0
33,3
0
2
66,7
0,0
1
1
100,0
Pemungut uang sampah dari Kelurahan Pemungut uang samapah dari Perusahaan 0
0
n 8
% 66,7
0,0
1
8,3
0
0,0
3
25,0
33,3
8
100,0
9
75,0
2
66,7
0
0,0
3
25,0
0,0
0
0,0
1
12,5
1
11,1
0
0,0
1
100,0
7
87,5
8
88,9
1
7,7
2
14,3
0
0,0
3
8,1
1
0
0,0
11
78,6
9
90,0
20
54,1
2
12
92,3
1
7,1
1
10,0
14
37,8
21
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
1.2. Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja Grafik 3.2.1 anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar
22
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Tabel 3.2.1 anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar Kluster Desa/Kelurahan 1 n A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum
2
Total
3
4
% 7,5
n
3
2
% 2,5
n 31
% 15,5
n 15
% 12,5
n 51
% 11,6
Ya
37
92,5
78
97,5
169
84,5
105
87,5
389
88,4
Tidak
40
100,0
80
100,0
185
92,5
106
88,3
411
93,4
0
0,0
0
0,0
15
7,5
14
11,7
29
6,6
100, 0 99,2
440
100,0
434
98,6
Tidak
Ya C. Ke WC helikopter D. Ke sungai/pantai/laut
Tidak
40
100,0
80
100,0
200
100,0
120
Tidak
40
100,0
80
100,0
195
97,5
119
0
0,0
0
0,0
5
2,5
1
,8
6
1,4
E. Ke kebun/pekarangan F. Ke selokan/parit/got G. Ke lubang galian
Tidak
40
100,0
80
100,0
200
100,0
120
440
100,0
Tidak
40
100,0
80
100,0
200
100,0
120
440
100,0
Tidak
40
100,0
79
98,8
200
100,0
120
439
99,8
0
0,0
1
1,3
0
0,0
0
100, 0 100, 0 100, 0 0,0
1
,2
40
100,0
79
98,8
198
99,0
120
437
99,3
0
0,0
1
1,3
2
1,0
0
100, 0 0,0
3
,7
40
100,0
80
100,0
190
95,0
120
430
97,7
0
0,0
0
0,0
10
5,0
0
100, 0 0,0
10
2,3
Ya
Ya H. Lainnya,
Tidak Ya
I. Tidak tahu
Tidak Ya
Grafik 3.2.2 kepemilikan Jamban Pribadi
23
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa yang terbesar jumlah keluarga yang memiliki kloset jongkok leher angsa persentasenya adalah 100 % pada klaster 1,klaster 2 sebesar 97,5 %, klaster 3 sebesar 90% dan paling rendah di klaster 4 yaitu 89,2%, sedangkan kloset duduk siram leher angsa pada klaster 4 sebesar 10,8 %, Klaster 3 sebesar 10 % dan klaster 2 sebesar 2,5 %
Grafik 3.2.2 Saluran Akhir Pembuangan Isi Tinja
24
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Dari grafik di atas telah terlihat bahwa persentase terbesar saluran akhir pembuangan isi tinja adalah ke tangki septik dengan persentase 92,5 % pada klaster 1 dan terendah pada klaster 4 sebesar 74,2 %, kemudian yang memilih tidak tahu sebesar 17,5 % pada klaster 4, kemudian diikuti dengan membuang ke cubluk/lobang tanah sebesar 3,8 % pada klaster 2, , diikuti sungai / danau / pantai yaitu sebesar 4 % , kemudian, pipa sewer sebesar 5 %, langsung ke drainase sebesar 3,3 %,
Grafik 3.2.3 lama tangki septik ini dibuat/dibangun
25
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa untuk lama tangki septik dibuat/dibangun persentase terbesar lebih dari 10 tahun yang lalu pada klaser 2 yaitu sebesar 58,7 %, klaster 3 sebesar 51,3%, klaster 1 sebesar 48,6% dan klaster 4 sbesar 47,2 %. Kemudian lebih dari 5-10 tahun yang lalu pada klaster 1 sebesar 27%, tidak tahu pada klaster 2 sebesar 20%, dibangun 1-5 tahun yang lalu pada klaster 1 sebesar 13,5% dan yang dibangun 0-12 bulan yang lalu pada klaster 2 sebesar 4%.
3.3. Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir
26
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Grafik 3.3.1 Frekuensi Banjir
Dari grafik di atas terlihat bahwa persentase terbanyak adalah tidak pernah banjir yaitu sebesar 100 % pada klaster 1, beberapa kali dalam sebulan sebesar 31 % pada klaster 2, kemudian diikuti oleh frekuensi banjir sekali dalam setahun yaitu sebesar 20 % pada klaster 2, sekali atau beberapa dalam sebulan sebesar 4,2 % pada klaster 4 dan yang perasentase terkecil memilih tidak tahu 4,5 % pada klaster 3. Frekuensi terbesar adalah tidak pernah banjir adalah klaster 1 sebesar 100 % diikuti oleh klaster 3 yaitu sebesar 70 % , klaster 4 yaitu sebesar 63,3 % dan persentase terkecil tidak pernah banjir adalah klaster 2 yaitu sebesar 48,8 %.
Grafik 3.3.2 Banjir Hingga Ke Rumah Responden
27
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa banjir hingga ke rumah responden terbanyak adalah setumit orang dewasa persentasenya sebesar 61,5 %, hingga lutut orang dewasa persentasenya sebesar 58,3 %, kemudian diikuti setengah selutut orang dewasa sebesar 37 %, dan terkecil lebih tinggi dari orang dewasa sebesar 4,2 %. Dari semua klaster yang terbesar persentase banjir hingga ke rumah responden hingga setumit orang dewasa adalah klaster 3 yaitu sebesar 61,35 % kemudian diikuti klaster 4 sebesar 25,9 %, klaster 2 sebesar 4,2 % dan persentase terkecil banjir hingga ke rumah responden hingga setumit orang dewasa adalah klaster 1 yaitu sebesar 0 %.
3.4. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga Grafik 3.4.1 Sumber Air Minum 28
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa sumber air minum yang banyak digunakan adalah berasal dari air sumu rgali terlindungi sebesar 65,00 %, air ledeng dari PDAM sebesar 60,8 %, diikuti Air isi ulang yaitu 45,50 %, kemudian diikuti oleh Air Sumur tidak terlindungi yaitu 25 % , air botol dalam kemasan sebesar 23,5%, Air Kran Umum yaitu 5,5% , dan terkecil Air hujan sebesar 0 %. Persentase dari semua klaster sumber air minum yang banyak digunakan adalah berasal dari Air sumur gali terlindungi terbanyak pada klaster 1 yaitu 65 % diikuti klaster 2 yaitu 32,5 % , klaster 3 sebesar 17,5 % dan klaster 4 yaitu sebesar 14,2 %.
Grafik 3.4.2 Sumber Air Untuk Memasak
29
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa sumber air untuk memasak banyak menggunakanair ledeng PDAM sebesar 77,5% dan air sumur gali terlindungi, yaitu sebesar 70 % kemudian diikuti Air Sumur gali tidak terlidungi sebesar 25 %, menggunakan Air Isi Ulang 12,5 %, kemudian Air Botol Kemasan sebesar 8 %, diikuti air kran umum sebesar 3,5 %, Air hidran umum sebesar2,5 %.dan terakhir air hujan sebesar 1% Dari semua klaster yang menggunakan sumber air untuk memasak banyak menggunakan air sumur terlindungi terbanyak adalah klaster 1 yaitu 70 % dan diikuti klaster 2 yaitu 40 % , klaster 3 yaitu 21,5 % dan klaster 4 yaitu 15 %. Grafik 3.4.3 Pengelolaan Air Untuk Diminum 30
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Dari grafik di atas pengelolaan air untuk minum persentase terbanyak adalah dengan cara direbus yaitu sebesar 97,4 % , kemudian diikuti dengan cara lainnya memilih tidak tahu yaitu sebesar 1,4 %, ditambahkan kaporit sebesar 2,7 %, memilih lainnya sebesar 2,6 % persentase terkecil adalah menggunakan filter keramik yaitu sebesar 1,4 %. Dari semua klaster persentase terbesar pengelolaan air minum dengan cara direbus adalah klaster 4 yaitu sebesar 98,1 %, klaster 1 sebesar 97,4 %, kemudian klaster 3 sebesar 95,4 % dan persentase terkecil pengelolaan air untuk minum dengan cara direbus adalah klaster 2 sebesar 94,5 %.
Grafik 3.4.4 Media Penyimpanan Air Yang Sudah Diolah
31
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa persentase terbesar untuk media penyimpanan air yang sudah diolah dan disimpan dalam teko, ketel / ceret yaitu sebesar 73,7 %, kemudian diikuti disimpan dalam panci dengan tutup persentasenya sebesar 56,6 % , dalam botol/ termos sebesar 11 %, dalam panci terbuka sebesar 2,3 %,dalam galon isi ulang sebesar 8,2 %,tidak disimpan sebesar 6,9 %, lainnya sebesar 4,1 %. Dari semua klaster terlihat bahwa persentase terbesar media penyimpanan air yang sudah diolah dan disimpan dalam teko ketel/ceret adalah klaster 1 yaitu sebesar 73,7 % , kemudian klaster 2 sebesar 38,4 %, klaster 4 sebesar 34,3 % dan persentase terkecil untuk media penyimpanan air yang sudah diolah dan disimpan dalam teko, ketel /ceret klaster 3 sebesar 17,3 %.
32
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
3.5. Perilaku Higiene Grafik 3.5.1 biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun
Dari grafik di atas terlihat bahwa biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun terbanyak persentasenya adalahsebelum makan sebesar 96,3%, kemudian setelah buabg air besar adalah 92,5 %, sebelum sholat yaitu sebesar 29,5 %, setelah menceboki bayi yaitu 36,3 %, setelah memegang hewan yaitu sebesar 13,5 %, setelah menyuapi anak sebesar 22,5 %, sebelum ke toilet sebesar 15,50 %. Untuk semua klaster yang melakukan Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah buang air besar adalah klaster 1 yaitu 92,5 % kemudian diikuti klaster 2 yaitu 73,8 %, klaster 4 yaitu sebesar 70.,8 % dan yang terkecil adalah klaster 3 yaitu sebesar 69,5 %.
33
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Grafik 3.5.2 Pola Pemanfaatan Sabun Dalam Kehidupan Sehari-hari
Dari grafik di atas terlihat bahwa pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk mandi yaitu sebesar 100 %, kemudian mencuci peralatan sebesar 92,5 %, mencuci pakaian yaitu sebesar 90,8 %, mencuci tangan sendiri yaitu sebesar 76,90 %, memandikan anak yaitu sebesar 56,4 %, menceboki pantat anak yaitu sebesar 48,7 % , mencuci tangan anak yaitu sebesar 44,1 % , lainnya adalah 2,5 % dan persentase terkecil adalah tidak tahu yaitu sebesar 2,5 %. Dari semua klaster pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari untuk mandi persentase terbesar adalah klaster 2 persentase 100 %, kemudian diikuti klaster 3 yaitu sebesar 97,4%, diikuti klaster 4 sebesar 96,7 % dan persentase terkecil yaitu 92,5 % di klaster 1.
34
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
3.6. Kejadian Penyakit Diare Grafik 3.6.1 Kejadian Penyakit Diare
Dari grafik di atas terlihat bahwa kejadian penyakit diare adalah tidak pernah yaitu sebesar 90 % dan diikuti 6 bulan terakhir yaitu sebesar 12,5 % , 1 bulan terakhir yaitu 7,5 % , lebih dari 3bulan yang lalu yaitu 3,8 % , 1 minggu terakhir yaitu 5 % , kemudian pilihan kemarin sebesar 1,3 % . Dari semua klaster di atas yang tidak pernah terjadi penyakit diare persentase terbesar adalah klaster 1 yaitu sebesar 90 % dan diikuti oleh klaster4 yaitu sebesar 88,3 %, klaster 3 yaitu sebesar 82 % dan persentase terkecil yaitu klaster 2 sebesar 71,3 %.
35
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Grafik 3.6.2 Anggota Keluarga Terakhir Yang Terkena Diare
Dari grafik di atas terlihat bahwa anggota keluarga yang terakhir menderita diare persentase terbesar adalah Orang Dewasa Perempuan sebesar 47,8 %, kemudian anak-anak balita yaitu sebesar 36,1 %, orang dewasa laki-laki yaitu sebesar 28,6 % , Anak-anak Non Balita sebesar 25 %, anak remaja perempuan yaitu sebesar 14,3 %, anak remaja laki-laki sebesar 16,7 %. Dari semua klaster yang anggota keluarga yang terakhir menderita diare orang dewasa perempuan adalah klaster 2 yaitu sebesar 47,8 % , diikuti klaster 4 sebesar 35,7 %, klaster 1 sebesar 25 % dan persentase terkecil adalah klaster 3 sebesar 22,2 %.
36
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
3.7
Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Grafik 3.7.1 Indeks Resiko Sanitasi Kota Jambi
Dari grafik di atas bahwa Indeks Resiko Sanitasi Kota Jambi persentase tertinggi adalah klaster 2 sebesar 265, kemudian diikuti klaster 3 sebesar 251 , klaster 4 sebesar 198 dan klaster 1 sebesar 162. Dari semua klaster indeks resiko sanitasi yang dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, kemudian persampahan, kemudian diikuti Genangan Air dan yang terkecil adalah Air Limbah Domestik seperti tabel di bawah ini :
37
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Tabel 5. Komulatif Indeks Risiko Sanitasi Variabel
CLUSTER 1
1. SUMBER AIR 2. AIR LIMBAH DOMESTIK. 3. PERSAMPAHAN. 4. GENANGAN AIR. 5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT.
CLUSTER 2
CLUSTER 3
CLUSTER 4
32
40
42
32
50
52
61
55
48
75
69
27
-
59
36
42
32
40
43
43
162
265
251
198
Tabel 6. Katagori Daerah Berisiko Sanitasi Batas Nilai Risiko
Keterangan
Batas Bawah
Batas Atas
Total Indeks Risiko Max
265
Total Indeks Risiko Min
162
Interval Katagori Area Berisiko
26
Kurang Berisiko
162
188
Berisiko Sedang
189
214
Risiko Tinggi
215
241
Risiko Sangat Tinggi
242
268
38
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
Tabel 7.Nilai Indeks Resiko Sanitasi Kota Jambi KLUSTER 1 1 1 1
KECAMATAN KEC. JAMBI SELATAN KEC. KOTA BARU KEC. PASAR JAMBI KEC. TELANAIPURA
KELURAHAN Eka Jaya Kenali Asam Atas Pasar Jambi Telanaipura
NILAI IRS 162 162 162 162
KEC. DANAU TELUK KEC. DANAU TELUK KEC. KOTA BARU KEC. KOTA BARU KEC. KOTA BARU KEC. PASAR JAMBI KEC. PELAYANGAN KEC. PELAYANGAN KEC. TELANAIPURA KEC. TELANAIPURA KEC. TELANAIPURA KEC. TELANAIPURA
Tanjung Pasir Ulu Gedong Rawasari Paal Lima Mayang Mangurai Orang Kayo Hitam Tengah Jelmu Selamat Sungai Putri Buluran Kenali Pematang Sulur
265 265 265 265 265 265 265 265 265 265 265 265
3
KEC. DANAU TELUK KEC. DANAU TELUK KEC. DANAU TELUK KEC. JAMBI SELATAN KEC. JAMBI SELATAN KEC. JAMBI SELATAN KEC. JAMBI SELATAN KEC. JAMBI SELATAN KEC. JAMBI SELATAN KEC. JAMBI TIMUR KEC. JAMBI TIMUR KEC. JAMBI TIMUR KEC. JAMBI TIMUR KEC. JELUTUNG KEC. JELUTUNG KEC. JELUTUNG KEC. KOTA BARU KEC. KOTA BARU KEC. KOTA BARU KEC. KOTA BARU
Olak Kemang Pasir Panjang Tanjung Raden Paal Merah Pakuan Baru Pasir Putih Talang Bakung Tambak Sari Thehok Budiman Rajawali Sijenjang Tanjung Sari Handil Jaya Talang Jauh Kebun Handil Kenali Besar Sukakarya Kenali Asam Bawah Bagan Pete
3
KEC. KOTA BARU
Beliung
251 251 251 251 251 251 251 251 251 251 251 251 251 251 251 251 251 251 251 251 251
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
39
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
251 251 251 251
3
KEC. PELAYANGAN
Mudung Laut
3
KEC. PELAYANGAN
Tahtul Yaman
3
KEC. PELAYANGAN
Tanjung Johor
3
KEC. TELANAIPURA
Penyengat Rendah
3
KEC. TELANAIPURA
Simpang IV Sipin
3
KEC. TELANAIPURA
Solok Sipin
3
KEC. TELANAIPURA
Murni
3
KEC. TELANAIPURA
Legok
3
KEC. TELANAIPURA
Teluk Kenali
251 251 251 251 251
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
KEC. JAMBI SELATAN KEC. JAMBI SELATAN KEC. JAMBI TIMUR KEC. JAMBI TIMUR KEC. JAMBI TIMUR KEC. JAMBI TIMUR KEC. JAMBI TIMUR KEC. JAMBI TIMUR KEC. JELUTUNG KEC. JELUTUNG KEC. JELUTUNG KEC. JELUTUNG KEC. KOTA BARU KEC. PASAR JAMBI KEC. PASAR JAMBI KEC. PELAYANGAN
Lingkar Selatan Wijaya Pura Kasang Jaya Kasang Payo Selincah Sulanjana Talang banjar Tanjung Pinang Cempaka Putih Jelutung Lebak Bandung Payo Lebar Simpang Tiga Sipin Beringin Sungai Asam Arab Melayu
198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198
40
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya telah diuraikan hal-hal sebagai berikut : 1. Manfaat Studi EHRA dari aspek promosi dengan keterlibatan kader/ petugas kesehatan adalah sebagai pembelajaran bagaimana mengumpulan data dari rumah ke rumah serta mengetahui bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga , jamban keluarga. 2. Rencana pemanfaatan hasil Studi EHRA sebagai bahan advokasi pembangunan sanitasi di Kota jambi Manfaat Studi EHRA adalah untuk memahami kondisi sanitasi dan hyginitas serta perilakuperilaku masyarakat pada skala rumah tangga serta pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kota sampai dengan tingkat kelurahan.Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kota sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih Sanitasi, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kota ( SSK ) 3. Studi EHRA ideal dilaksanakan secara berkala dan studi pertama merupakan pengalaman atau pembelajaran bagi hasil studi EHRA selanjutnya diharapkan untuk lebih valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan dan memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi.
41
Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI
B. Rekomendasi Agar pelaksanaan studi EHRA lebih optimal, maka disarankan untuk melakukan beberapa hal, antara lain : 1. Pemilihan supervisor dan enemurator untuk melaksanakan Studi EHRA haruslah tepat. 2. Supervisor serta Enumerator harus memahami tata cara pelaksanaan survey, pemahaman kuesioner ,teknik wawancara dan pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar, agar pengisian tidak terdapat kesalahan. 3. Menganggarkan kegiatan studi Ehra untuk pelaksanaan Ehra yang akan datang. 4. Supervisor menjamin proses pelaksanaan survey sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan Studi EHRA yang telah ditentukan serta berkoordinasi dengan Enemurator.
42