DESKIPSI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MTS NEGERI GORONTALO
Irma Amir, Maryam Rahim, Meiske Puluhulawa
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di MTs Negeri Gorontalo. Permasalahan yang dikaji adalah: Bagaimana pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di MTs Negeri Gorontalo. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui pelaksanaan layanan Bimbingan dan konseling di MTs Negeri Goorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan guru Bimbingan dan Konseling. Observasi dan dokumentasi sebagai pendukung untuk melengkapi data yang ada dilapangan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di MTs belum optimal karena kurangnya guru Bimbingan dan Konseling, kurangnya fasilitas pelaksanaan layann, kurangnya kerjasama dengan pihak sekolah, program Bimbingan dan Konseling belum terlaksana dengan baik.
Kata kunci: Pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Irma Amir, sebagai peneliti pada Sekolah MTs Negeri Gorontalo. 1Dra. Hj. Maryam Rahim, M.Pd, 2Meiske Puluhulawa, S.Pd, M.Pd. selaku dosen tetap pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo
1
Sistem pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang utamanya secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling) Yusuf (2009:4). Menurut Yusuf (2009:38), “Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan konselor kepada individu (konseli) secara berkesinambungan agar mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, menerima diri, dan mengembangkan dirinya secara optimal, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan sehingga mencapai kehidupan yang bermakna baik secara personal maupun sosial.” Bimbingan dan konseling memang merupakan faktor penting dalam pendidikan, tetapi masih ada beberapa hal yang membuat pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ini tidak dapat terlaksana dengan baik sebagaiman fakta yang penulis temui pada saat observasi awal di MTs Negeri Gorontalo bahwa bimbingan dan konseling tidak dapat diterapkan fungsinya secara total dan kurang dimanfaatkan oleh siswa, hal ini karena belum adanya dukungan penuh dari pimpinan, belum adanya kerjasama yang baik sesama guru, belum adanya anggaran dan lokasi waktu khusus untuk penyelenggaraan layanan, tidak tersedianya fasilitas yang memadai serta belum adanya sistem manajemen yang baik untuk pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Dengan membandingkan konsep pendidikan yang bermutu dan tujuan bimbingan dan konseling, dengan fakta yang penulis temui dilapangan yakni bimbingan dan konseling belum bisa dimanfaatkan dengan baik oleh siswa, maka akan terlihat perbedaan antara kondisi yang diharapkan dengan kenyataan yang ditemui, hal inilah yang menimbulkan ketertarikan bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di MTS Negeri Gorontalo.” Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di MTs Negeri Gorontalo?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di MTs Negeri Gorontalo. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat secara teoritis yakni: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi para pembaca 2
dan khususnya bagi peneliti sendiri dalam upaya menambah pengetahuan khususnya dalam melihat bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Sedangkan manfaat praktis yakni: (a) Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan pedoman pelaksanaan. (b)Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kerjasama setiap personil sekolah demi keberhasilan peserta didik. (c) Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pelayanan bimbingan dan konseling secara maksimal. KAJIAN TEORETIS Pengertian Bimbingan dan Konseling Menurut Natawidjaja (dalam Winkel dan Sri Hastuti 2007:29) mengartikan bahwa “Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti”. Menurut Kartadinata (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010:6) mengartikan bimbingan adalah “proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal”. Menurut Surya, dkk. (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010:7) mengartikan konseling adalah semua bentuk hubungan dua orang, dimana seseorang yaitu konseli dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Sedangkan menurut Hikmawati, (2011:2) bahwa konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu orang lain agar mampu tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Menurut Kartadinata (2011:25) bimbingan dan konseling adalah upaya normatif yang bersandar dan terarah kepada pengembangan manusia sesuai dengan hakikat eksistensinya.
3
Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada pihak yang membutuhkan (konseli) baik perorangan (individu) maupun perkelompok agar mampu memahami diri sendiri dan mengaktualisasikan kemampuan yang dimiliki akan terarah, serta bertanggung jawab sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang ada disekitar konseli agar konseli dapat menentukan masa depannya. Dan proses bantuan tersebut dilaksanakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling. Fungsi, Prinsip dan Tujuan Bimbingan dan Konseling Menurut Hikmawati, (2011:16-17) bahwa fungsi dari bimbingan dan konseling yaitu; (a) pemahaman, (b) preventif, (c) pengembangan, (d) perbaikan (penyembuhan), (e) penyaluran, (f) adaptasi, (g) penyesuaian. Menurut Yusuf dan Nurihsan, (2012:17-18) prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut: (1) bimbingan dan konseling diperuntukkan kepada semua individu (guidance is for all aindividuall), (2) bimbingan dan konseling bersifat individualisasi, (3) bimbingan dan konseling menekankan hal yang positif, (4) bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama, (5) pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling, (6) bimbingan dan konseling berlangsung pada berbagai seting (adegan) kehidupan. Menurut Hikmawati, (2011:18) bahwa tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling agar individu dapat: (a) merencanakan kegiatan kehidupannya dimasa akan datang, (b) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, (c) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya, (d) mengatasi masalah hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Menurut Nurihsan, (2005:39) aspek-aspek manajemen atau pengelolaan layanan bimbingan dan konseling yakni: (1)perencanaan program dan pengaturan
4
waktu pelaksanaan bimbingan dan konseling yang meliputi: analisis kebutuhan dan permasalahan siswa, penentuan tujuan program layanan bimbingan dan konseling yang hendak dicapai, analisis situasi dan kondisi di sekolah, penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan, penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan, penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan, persiapan fasilitas, biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan, perkiraan hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan. (2) implementasi Tugas Guru Pembimbing (Konselor),dalam SK Menpan No 84/1993 ditegaskan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan program bimbingan dan menindaklanjuti program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya. (3) pengorganisasian Bimbingan dan Konseling, yakni mencakup berbagai hal yang terkait dengan tugas personil sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling. (4) pemanfaatan fasilitas pendukung kegiatan Bimbingan dan Konseling (5), penyelenggaraan layanan Bimbingan dan konseling (6) pengarahan, supervisi, dan penialaian kegiatan bimbingan dan konseling. Metode Penelitian Pelelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Kehadiran peneliti dalam lokasi penelitian sebagai instrumen kunci, dimana seorang peneliti berperan dalam pengumpulan data, sehingganya, secara langsung peneliti di tuntut untuk harus berada dilokasi.Pelelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2014 sampai bulan April 2014. Tempat penelitian
yakni di MTs Negeri
Gorontalo yang terletak di jalan Poigar, Kota Gorontalo. Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi seluruh karakter yang berkaitan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di MTs Negeri Gorontalo, yang menyangkut: (a)
ketersediaan
guru
pembimbing,
(b)
ketersediaan
fasilitas,
(c)
kerjasama/dukungan dari personil sekolah lainnya, (d) ketersediaan program, (e) penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling, (f) pelaksanaan evaluasi.
5
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru bimbingan konseling sebagai sumber utama. Teknik-teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yang diperlukan adalah: (a) observasi, (b) studi dokumen, (c) wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mashury, (2009:21)yakni: (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi, yang terdiri dari: a) triangulasi sumber data, dan b) triangulasi metode. Hal ini sesuai dengan pendapat Mashury (2009:21). Adapun tahap-tahap yang dilakukan pada saat melakukan penelitian yakni: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pengolahan data, (4) tahap penyusunan laporan hasil penelitian. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Ketersediaan Guru Pembimbing Berdasarkan hasil wawancara tentang indikator ketersediaan guru bimbingan dan konseling dapat disimpulkan bahwa di MTs Negeri Gorontalo terdapat dua orang guru bimbingan dan konseling yang terdiri dari seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan seorang tenaga honorer. Kedua guru bimbingan dan konseling tersebut benar-benar memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan BK atau sarjana BK di Universitas Negeri Gorontalo. Guru bimbingan dan konseling yang telah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki tanggung jawab menangani siswa sebanyak 552 orang, sedangkan guru bimbingan dan konseling yang masih merupakan tenaga honorer bertanggung jawab terhadap 321 orang siswa. Ketersediaan Fasilitas Berdasarkan hasil wawancara tentang indikator ketersediaan fasilitas dapat disimpulkan bahwa di MTs Negeri Gorontalo bimbingan dan konseling memiliki ruangan tersendiri, tetapi ruangan tersebut hanya tempat duduk khusus untuk guru bimbingan dan konseling dan ruangan untuk konseling individual, sehingga kegiatan konseling individual bisa dilaksanakan di dalam ruangan bimbingan dan konseling, tetapi untuk pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling lainnya seperti layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok atau 6
layanan bimbingan dan konseling lainnya masih menggunakan tempat lain misalnya ruang kelas ataupun aula terbuka. Di dalam ruangan bimbingan dan konseling juga tersedia lemari yang digunakan untuk menyimpan data siswa yang membutuhkan bantuan bimbingan dan konseling. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa ruangan bimbingan dan konseling yang ada di MTs Negeri Gorontalo tersebut memang belum memadai, misalnya meja dan kursi hanya terdiri dari buah sehingga jika ada tamu yang mengunjungi ruangan bimbingan dan konseling, maka guru bimbingan dan konseling harus berdiri, begitupun dengan ruangan konseling individual terlalu kecil. Kerjasama/dukungan dari Personil Sekolah Secara keseluruhan dari indikator kerjasama/dukungan dari personil sekolah dapat disimpulkan bahwa di MTs Negeri Gorontalo pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling mendapatkan dukungan dari personil sekolah, tapi dukungan tersebutbelum maksimal. Hal ini juga sesuai dengan hasil observasi yang peneliti lakukan, dimana peneliti melihat terdapat kelas yang siswanya tidak belajar dan akan diisi oleh guru bimbingan dan konseling, tiba-tiba guru mata pelajaran yang lain masuk dan memberikan pelajaran meskipun waktu tersebut bukan jam mata pelajaran guru yang bersangkutan, sehingga pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilanjutkan.Adapun bentuk dukungan dari kepala sekolah yakni berupa penyediaan sarana dan prasarana.Dukungan dari wali kelas diantaranya membantu guru pembimbing melihat siswa yang membutuhkan bantuan dari guru pembimbing. Dukungan dari guru bidang studi diantaranya menyuruh siswa untuk mengikuti layanan bimbingan dan konseling jika dibutuhkan. Namun sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa dukungan itu masih belum maksimal, selama siswa dan guru tidak memiliki kesibukan dalam hal proses belajar mengajar. Adapun penyebab personil sekolah tidak mendukung pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah personil sekolah lebih mengutamakan
pembelajaran
dibandingkan
dengan
pelaksanaan
layanan
bimbingan dan konseling, hal ini terlihat dari adanya guru mata pelajaran pada
7
jam berikutnya mengisi jam kosong atau menggantikan guru mata pelajaran yang saat itu tidak hadir ataupun tidak masuk kedalam kelas. Ketersediaan Program Berdasarkan hasil wawancara tentang indikator ketersediaan program dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan dan konseling yang ada di MTs Negeri Gorontalo memiliki program tahunan, program semesteran, dan program mingguan. Program itu dibuat berdasarkan need assessment (identifikasi kebutuhan). Penyelenggaraan Layanan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan hasil wawancara tentang indikator penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling dapat disimpulkan bahwa program yang telah direncanakan kadang-kadang dapat terlaksana. Program yang sering terlaksana hanyalah konseling individual, adapun bimbingan kelompok, konseling kelompok ataupun layanan bimbingan dan konseling lainnya jarang terlaksana. Untuk melaksanakan program yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan jarang terjadi, karena biasanya pelaksanaan program layanan sering di sesuaikan dengan kebutuhan siswa saat itu juga. Hambatan yang sering ditemui guru bimbingan dan konseling didalam menjalankan program adalah program harus disesuaikan dengan waktu siswa, karena bimbingan dan konseling tidak memiliki jadwal khusus. Pelaksanaan Evaluasi Berdasarkan hasil wawancara tentang indikator pelaksanaan evaluasi dapat disimpulkan bahwasaat melaksanakan program guru pembimbing melaksanaknan evaluasi. Hal-hal yang dievaluasi yakni keterlaksanaan program, hambatanhambatan yang dijumpai, dukungan dari kepala sekolah, wali kelas dan guru bidang studi. Guru bimbingan dan konseling mengevaluasi program yang telah direncanakan dengan cara menyusun instrument pengumpul data yang diperlukan misalnya dengan menggunakan angket, yang di sebarkan kepada siswa dan guru, ataupun pedoman wawancara serta dokumentasi. Instrumen ini di gunakan sebagai alat untuk melihat tingkat keberhasilan suatu program. Data yang
8
diperoleh kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui program apa yang belum terlaksana atau tujuan yang belum tercapai. Hasil evaluasi yang menunjukkan tingkat keberhasilan yang rendah akan di
perbaiki, misalnya dengan
mengembangkan program atau merubah program. Pembahasan Layanan Bimbingan dan Konseling akan mencapai hasil yang optimal jika dikelola dengan baik. Hal tersebut menunjukkan perlu adanya kegiatan pengelolaan Bimbingan dan Konseling sehingga memberi sumbangan bagi pelaksanaan kegiatan bimbingan yang ideal. Dalam SK Menpan No 84/1993 ditegaskan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan program bimbingan dan menindaklanjuti program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya. Perencanaan bimbingan dan konseling sangat penting untuk dilakukan agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan optimal. Dalam hubungan dengan perencanaan bimbingan dan konseling di sekolah terdapat beberapa aspek yang penting untuk dilakukan sebagai berikut: a) analisis kebutuhan dan permasalahan siswa, b) penentuan tujuan program layanan bimbingan dan konseling yang hendak dicapai, c) analisis situasi dan kondisi di sekolah, d) penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan, e) penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan, f) penetapan personelpersonel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan, g) persiapan fasilitas, biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan, h) perkiraan hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usahausaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang tidak memperhatikan dan menerapkan aspek-aspek tersebut menjadikan layanan bimbingan dan konseling yang tidak terlaksana dengan optimal, demikian pula sebaliknyajika aspek-aspek dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ini diterapkan maka layanan bimbingan dan konseling dapat terlaksana dengan maksimal.
9
Simpulan Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling belum maksimal yang ditandai dengan: (a) ratio guru bimbingan dan konseling dengan siswa adalah 1:552 dan 1:321. (b) fasilitas yang digunakan belum cukup memadai terutama ruangan untuk pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, misalnya ruangan untuk pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, konseling kelompok. Sehingga pelaksanaan layanan tersebut masih menggunakan ruang kelas. (c) dukungan dari personil sekolah pun masih bersifat kadang-kadang atau jarang terjadi karena pihak sekolah lebih mementingkan pelaksanaan belajar mengajar. Misalnya para guru mata pelajaran pada jam berikut akan mengisi kelas yang gurunya tidak hadir saat itu.(d) program bimbingan dan konseling dibuat berdasarkan need assessment akan tetapi program yang sering terlaksana hanyalah konseling individual, hal ini dikarenakan tidak adanya waktu khusus untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling. (e) program yang telah direncanakan kadang-kadang dapat terlaksana. Program yang sering terlaksana hanyalah konseling individual, adapun bimbingan kelompok, konseling kelompok ataupun layanan bimbingan dan konseling lainnya jarang terlaksana. (f) evaluasi sering dilaksanakan untuk melihat tingkat keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang dievaluasi yakni keterlaksanaan program, hambatan-hambatan yang dijumpai, dukungan dari kepala sekolah, wali kelas dan guru bidang studi. Saran Berdasarkan simpulan tersebut maka sebagai saran yaitu: (a) guru bimbingan dan konseling perlu mengupayakan agar pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat berjalan sesuai dengan aturan bimbingan dan konseling. (b) pihak-pihak yang terkait pun disarankan agar bisa bekerja sama dengan guru bimbingan dan konseling. DAFTAR PUSTAKA Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan Konseling Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
10
Kadir, Nikma. 2011. Persepsi Siswa terhadap Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMPN 1 Kec.Anggrek Kab.Gorontalo Utara:Gorontalo:S-1 BK. Kartadinata, Sunaryo. 2011, Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pedagogis.Bandung : Upi Press. Maleong, J Lexy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : P.T Remaja Rosdakarya. Mashury. 2009. Metodologi Penelitian. Bandung : P.T Rafika Aditama Nurihsan Juntika Ahmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.Rafika Aditama. Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis. Jakarta: Gramedia. Prayitno. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Depdiknas. Sukardi, Ketut dan Nila Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Winkel W.S dan Sri Hastuti. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Jogjakarta: Media Abadi Yusuf, Gunawan. 2001. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Prenhallindo. Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2010. Landasan Bimbingan dan Konselin.Bandung: PT. Remaja Posdakarya. Yusuf, Syamsu. 2009. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Press.
11