DITERBITKAN OLEH : DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DITJEN KPI / LB / 95 / X / 2012
DAFTAR ISI DAFTAR ISI....………………………………………...………………………………………............................. KATA PENGANTAR.......................................................................................................... RINGKASAN EKSEKUTIF...……………………….......…………………………………….......................... DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................
1 3 5 9
BAB I
KINERJA…………....……...................................................................................... A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral............................ 1. World Trade Organization Public Forum 2012..................................... 2. Pertemuan Retreat dengan Perutusan Tetap Republik Indonesia Jenewa................................................................................................
11 11 11
B.
12
Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN ….………………….………….. 1. Pertemuan 2nd ASEAN-China Free Trade Agreement Joint Committee (2nd ACFTA-JC) and Related Meetings.............................. 2. Pertemuan ke-8 ASEAN - JapanComprehensive Economic Partnership Joint Committee.............................................................. 3. Special Meeting of the RCEP Senior Economic Officials...................... 4. Pertemuan Working Group on Trade Investment (WGTI) Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) dan Indian Business Forum (IORBF)...........................................................
C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya.................................................................................... 1. The 3rd D8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security.…....... 2. Sidang International Tripartite Rubber Council (ITRC) ke-20............. 3. Pertemuan 28th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation............................................................ 4. Sidang Association of Natural Rubber Producing Countries.............. D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral.................................... 1. Pertemuan Trade Ministers' Meeting Indonesia -Australia ke-10...... 2. Kunjungan Kerja ke Selandia Baru...................................................... 3. Public Hearing Country Practice Review (CPR) on Intellectual Property Right (IPR)........................................................................................... 4. Scoping Exercise Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement...................................................................... 5. Joint Trade Committee ke-2 Indonesia-Afrika Selatan...................... 6. Pertemuan Indonesia-Australia Business Partnership Group ke-3..... 7. Pertemuan Bilateral Pembahasan Transposisi Tariff Commitments Dalam Kerangka Indonesia Japan Economic Partnership Agreement
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
1
11
12 19 26
29
32 32 35 38 47 49 49 51 52 55 56 58 61
E.
F.
Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa.................................................. 1. The First Meeting of the RCEP Working Group on Trade in Services..... 2. Sidang Working Party on General Agreement on Trade in Services Rules (WPGR) – WTO............................................................................. 3. Sidang Committe on Trade in Financial Services (CTFS) – WTO.......... 4. Sidang Committe on Specific Commitments (CSC) – WTO.................. 5. Sidang Working Party on Domestic Regulations (WPDR) – WTO......... 6. Sidang Council for Trade in Services (CTS) – WTO..............................
62 62 63 66 69 71 74
Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional............................................................................................ 77 Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Provinsi Sumatera Selatan.................................................. 77
BAB II
PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT......……………....................................... 79 A. Kendala dan Permasalahan….……………………………………………....................... 79 B. Tindak Lanjut Penyelesaian…..……………………………………………………………….. 80
BAB III
PENUTUP…..………………………………………………………………………………………………. 81
2
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
KATA PENGANTAR Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional merupakan uraian pelaksanaan kegiatan dari tugas dan fungsi Direktorat-direktorat dan Sekretariat di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, yang terdiri dari rangkuman pertemuan, sidang dan kerja sama di fora Multilateral, ASEAN, APEC dan Organisasi Internasional Lainnya, Bilateral, serta Perundingan Perdagangan Jasa setiap bulan baik di dalam maupun di luar negeri. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan bulanan ini adalah untuk memberikan masukan dan informasi kepada unit-unit terkait Kementerian Perdagangan, dan sebagai wahana koordinasi dalam melaksanakan tugas lebih lanjut. Selain itu, kami harapkan Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ini, dapat memberikan gambaran yang jelas dan lebih rinci mengenai kinerja operasional Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sejak penyusunan hingga penerbitan laporan bulanan ini. Terima kasih.
Jakarta,
Oktober 2012
DIREKTORAT JENDERAL KPI
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
3
4
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF
Beberapa kegiatan penting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional pada bulan Oktober 2012, antara lain: World Trade Organization Public Forum 2012 Forum kali ini membahas tentang kondisi sistem perdagangan multilateral yang sedang krisis dengan mempertimbangkan kebuntuan proses perundingan Doha Development Agenda (DDA) dan elemen program kerja World Trade Organization (WTO) yang terus bekerja dengan baik. Pertemuan Retreat dengan Perutusan Tetap Republik Indonesia Jenewa Pertemuan bertujuan untuk menjelaskan dan mengharmonisasikan maksud dan tujuan dikeluarkannya kebijakan importasi produk pertanian Indonesia, khusus untuk produk hortikultura. Pertemuan 2nd ASEAN-China Free Trade Agreement Joint Committee (2nd ACFTA-JC) and Related Meetings Pertemuan diselenggarakan back-to-back dengan: Pertemuan ke-28 Working Group on Rules of Origin (28th WGROO), Pertemuan ad-hoc Expert Group on ACFTA Custom Procedures and Trade Facilitation (Ad-hoc CPTF), dan Pertemuan ke-11 Working Group on Economic Cooperation (11th WGEC). Pertemuan ke-8 ASEAN – Japan Comprehensive Economic Partnership Joint Committee Rangkaian Pertemuan ke-8 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) didahului dengan Pertemuan ASEAN Caucus untuk Joint Committee (JC), SubCommittee on Rules of Origin (SC-ROO), Sub-Committee on Services (SC-S), SubCommittee on Investment (SC-I), dan Sub-Committee on Economic Cooperation (SC-EC). Special Meeting of the RCEP Senior Economic Officials Pertemuan membahas beberapa hal antara lain: (i) Highlights of the First AEM Plus ASEAN FTA Partners Consultations; (ii) Highlights of the RCEP Working Groups on Trade in Services and Investment; (iii) Preparations for the Launch of the RCEP Negotiations; (iv) Guiding Approaches for the Organization of RCEP Negotiations; dan (v) Roadmap to the RCEP Negotiations. Pertemuan Working Group on Trade Investment (WGTI) Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) dan Indian Business Forum (IORBF) Pertemuan ke-12 Working Group on Trade Investment (WGTI) Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) membahas perkembangan dan Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
5
mengkaji ulang proyek-proyek di bawah Working Group Trade and Investment IORRAC. Sedangkan pertemuan Indian Ocean Rim Business Forum ke-18 membahas program dan proyek yang sedang dan telah berjalan antara lain di bidang pariwisata, promosi dan fasilitasi perdagangan, dan kerja sama kebudayaan, serta Usaha Kecil Menengah dan Business Travel Card. The 3rd D8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security Pertemuan diawali dengan pembahasan oleh 5 (lima) working group (WG) yang dilaksanakan secara paralel pada tanggal 3 Oktober 2012, dilanjutkan Senior Official Meeting pada tanggal 4 Oktober 2012, dan diakhiri dengan Pertemuan Tingkat Menteri pada tanggal 5 Oktober 2012. Sidang International Tripartite Rubber Council (ITRC) ke-20 Formula permanen untuk menghitung alokasi pengurangan volume ekspor bagi masing-masing negara melalui implementasi AETS belum disepakati karena masingmasing Negara memiliki usulan formula penghitungan yang berbeda. Berkenaan dengan hal tersebut, formula penghitungan AETS akan dibahas lebih lanjut pada pertemuan tingkat Menteri ITRC mendatang. Pertemuan 28th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation Pertemuan diawali dengan Senior Official Meeting (SOM) dan dilanjutkan dengan Committee for Economic and Commercial Cooperation (COMCEC) Ministerial Meeting yang dipimpin oleh Turki selaku ketua COMCEC. Sidang Association of Natural Rubber Producing Countries Rangkaian Sidang ANRPC yaitu Sidang Information and Statistics Committee ke-6, Industry Matters Committee ke-6, Executive Committee ke-41 dan Assembly ke-35 dihadiri oleh 8 negara anggota ANRPC yaitu: Kamboja, China, India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Pertemuan Trade Ministers' Meeting Indonesia -Australia ke-10 Trade Ministers' Meeting (TMM) Indonesia-Australia merupakan forum pertemuan bilateral tahunan yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan kedua Negara untuk saling membahas isu-isu perdagangan dan investasi guna meningkatan hubungan perdagangan kedua Negara, termasuk membahas upaya-upaya kedua Negara dalam rangka mengatasi hambatan perdagangan yang diindikasikan dapat menurunkan performa perdagangan bilateral Indonesia-Australia. Kunjungan Kerja ke Selandia Baru Delri menyampaikan keberatan atas rencana Pemerintah Selandia Baru untuk menerapkan kebijakan Plain Packaging for Tobacco Products serta kebijakan label Environmental Choice New Zealand yang masing-masing berpotensi merugikan ekspor 6
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
produk tembakau serta produk hasil kayu Indonesia. Selain itu, disampaikan juga keinginan Indonesia untuk dapat memasarkan produk buah-buahan tropis di Selandia Baru Public Hearing Country Practice Review (CPR) on Intellectual Property Right (IPR) Tujuan diikutinya public hearing oleh Pemerintah R.I. adalah menyampaikan komitmen Indonesia terhadap peningkatan perlindungan, penegakan dan penghormatan HKI di Indonesia kepada Pemerintah AS bahwa upaya-upaya yang dilakukan adalah penting bagi pembangunan ekonomi Rl. Scoping Exercise Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement Pembahasan kali ini sifatnya pre negotiation dan pada prinsipnya, pembahasan tidak berharap dapat dilakukan suatu keputusan atau persetujuan, tetapi memberikan klarifikasi scoping paper yang telah diusulkan pihak Indonesia dan membahas usulan counter draft dari EU. Joint Trade Committee ke-2 Indonesia-Afrika Selatan Pada pertemuan Joint Trade Committee, kedua pihak sepakat untuk melakukan studi bersama untuk mengeksplorasi potensi yang ada antara kedua negara. Pertemuan Indonesia-Australia Business Partnership Group ke-3 Tujuan pertemuan ialah untuk memfinalisasi sekaligus mengesahkan "Position Paper on Considerations Towards the IA-CEPA" yang merupakan hasil scoping study yang telah dilakukan oleh para anggota IA-BPG terhadap keberadaan Indonesia -Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) dari perspektif bisnis. Pengesahan dimaksud dianggap sebagai momentum penting dalam menuju perundingan IA-CEPA demi meningkatkan kinerja perdagangan dan investasi antar dua kekuatan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Pertemuan Bilateral Pembahasan Transposisi Tariff Commitments Dalam Kerangka Indonesia Japan Economic Partnership Agreement Pertemuan bilateral ini sangat penting karena hasil kesepakatan transposisi tersebut akan digunakan untuk menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) baru yang berlaku pada tanggal 1 Januari 2013 untuk mengganti PMK lama (No. 95/PMK.011/2008) yang masa berlakunya akan berakhir pada akhir tahun 2012. The First Meeting of the RCEP Working Group on Trade in Services Pertemuan membahas beberapa hal antara lain: (i) Decisions of the First AEM-AFP Consultations; (ii) Terms of Reference (TOR) of RCEP-WGTIS; dan (iii) Guiding Principles and Objectives for Negotiations.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
7
Sidang Working Party on General Agreement on Trade in Services Rules (WPGR) - WTO Agenda utama Sidang adalah membahas isu-isu: Negotiations on Emergency Safeguard Measures (ESM) Under Article X of The GATS, Negotiations on Government Procurement Under Article XIII of The GATS, Negotiations on Subsidies Under Article XV of the GATS, dan Other Businesses, yakni isu penjadwalan ulang pertemuan kluster yang memiliki Agenda kurang padat pada Services Week Desember 2012. Sidang Committe on Trade in Financial Services (CTFS) - WTO Pertemuan membahas beberapa hal antara lain: (i) Acceptance of the Fifth Protocol to the General Agreement on Trade in Services Embodying the Results of the Financial Services Negotiations; (ii) Recent Development in Financial Services Trade; (iii) Technical Issue; (iv) Trade in Financial Services and Development; dan (v) Argentina Measures that discriminate against products and services from certain WTO Members. Sidang Committe on Specific Commitments (CSC) - WTO Pembahasan Sidang meliputi agenda sebagai berikut: (i) Classification Issues; (ii) Postal and courier services: overview of classification issues, informal note by the secretariat (JOB/SERV/110); (iii) Scheduling Issues; dan (iv) Review of procedures under Article XXI. Sidang Working Party on Domestic Regulations (WPDR) - WTO Agenda utama Sidang adalah membahas perkembangan diskusi regulatory disciplines di bawah Artikel Vl:4 GATS yakni: (i) Technical Issues yang diajukan Anggota; (ii) Regulatory Issue berdasar Note by Secretariat (S/WPDR/W/48), dan (iii) Note by Secretariat mengenai Technical Standards di bidang jasa (S/WPDR/W/49). Sidang Council for Trade in Services (CTS) - WTO Agenda Sidang mencakup isu-isu: (i) Notifikasi berdasar Artikel lll:3; lll:5; dan V:7 GATS; (ii) Pembukaan kembali the Fifth Protocol GATS untuk menerima Jamaika; (iii) Diskusi mengenai international mobile roaming; (iv) Diskusi mengenai e-commerce; dan (v) other business. Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Provinsi Sumatera Selatan Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional mengambil empat topik, yaitu: (i) Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Potensi Perdagangan ASEAN dan Peluang Indonesia; (ii) Perkembangan Perundingan Kerja Sama APEC; (iii) Pemanfaatan Peluang Ekspor melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement; dan (iv) Peran Kerja Sama Perdagangan Internasional Terhadap Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan.
8
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6
Opening Ceremony the 3rd D8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security............................................................................................................. COMCEC Ministerial Meeting........................................................................... Kunjungan Kerja Mendag ke Australia............................................................. Pertemuan Bilateral Indonesia-Afrika Selatan................................................. The First Meeting of the RCEP Working Group on Trade in Services............... Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Palembang....................................................................................................
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
9
32 39 49 57 62 78
10
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
BAB I KINERJA A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral 1.
World Trade Organization Public Forum 2012 Forum kali ini membahas tentang kondisi sistem perdagangan multilateral yang sedang krisis dengan mempertimbangkan kebuntuan proses perundingan Doha Development Agenda (DDA) dan elemen program kerja World Trade Organization (WTO) yang terus bekerja dengan baik. Secara khusus pembahasan pada: (i) trade monitoring; (ii) pengelolaan WTO Rules; dan (iii) trade capacity building untuk negara maju. Manfaat WTO Public Forum
Manfaat yang diperoleh dari terselenggaranya Public Forum 2012, adalah: 1) Perumusan/pendekatan baru untuk membuka sistem perdagangan multilateral Dilakukan diskusi aktif untuk isu jasa dan pembahasan isu Fasilitasi Perdagangan (TF) sebagai isu yang dianggap maju dalam proses negosiasi DDA dan bisa difinalisasi. 2) Addressing 21st century issues Membahas peranan WTO rules yang selama ini digunakan ternyata sudah tidak sesuai (update) lagi dengan permasalahan dan tantangan di abad ke 21, diantaranya isu: food security, global supply chains, perdagangan dan lingkungan, dan hubungan trade and Jobs. 3) Peranan aktor non-state dalam penyelesaian sistem perdagangan multilateral Pembahasan fokus pada bagaimana civil society dapat memonitor perkembangan implementasi dari perjanjian dagang yang menjamin akuntabilatas dan transparansi yang sejalan dengan WTO Rules.
2. Pertemuan Retreat dengan Perutusan Tetap Republik Indonesia Jenewa Pertemuan bertujuan untuk menjelaskan dan mengharmonisasikan maksud dan tujuan dikeluarkannya kebijakan importasi produk pertanian Indonesia, khusus untuk produk hortikultura. Hal ini menjadi penting dikarenakan kebijakan tersebut sering menjadi sorotan anggota WTO karena diindikasikan melanggar prinsip-prinsip dalam perjanjian WTO. Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
11
Kesimpulan dan Tindak Lanjut
Kesimpulan retreat yang telah dicapai dan dapat ditindak lanjuti oleh pemerintah pusat, adalah sebagai berikut: 1) Keanggotaan Indonesia dalam WTO dapat dimanfaatkan dengan pembuatan kebijakan yang melindungi petani dari dan meningkatkan akses pasar. Tentunya dengan mengetahui secara benar hak dan kewajiban sebagai anggota yang tertuang dalam WTO agreement. 2) Dalam rangka melindungi petani dan peningkatan akses pasar dalam negeri dapat dimanfaatkan dengan menggunakan: (i) instrumen trade remedies; (ii) semua instrumen trade defence yang sejalan dengan WTO; dan (iii) penggunaan Schedule of commitment-pemanfaataan margin bound tariff. 3) Sebagai langkah offensive dalam rangka peningkatan ekspor pertanian, Indonesia perlu melakukan update permasalahan ekspor yang dihadapi Indonesia di pasar negara tujuan ekspor. 4) Penyiapan argumen dan jawaban yang harmonis atas kebijakan pertanian di setiap komite WTO dan disiplin dalam menyampaikan kewajiban notifikasi kebijakan/peraturan di WTO, serta pemantapan persiapan proses Trade Policy Review Mechanism (TPR) Indonesia pada bulan April 2013. 5) Penguatan kinerja Komite Anti Dumping (KADI) dan Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI).
B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN 1. Pertemuan 2nd ASEAN-China Free Trade Agreement Joint Committee (2nd ACFTA-JC) and Related Meetings Rangkaian Pertemuan 2nd ASEAN-China FTA Joint Committee (2nd ACFTA-JC) diselenggarakan di Singapura, pada tanggal 22-24 Oktober 2012. Highlights From the 10th ASEAN dan China mencatat hasil Pertemuan ke-10 AEMAEM-MOFCOM MOFCOM Consultations yang membahas: (i) peningkatan Consultations kinerja perdagangan antara ASEAN dengan China; (ii) implementasi komitmen penurunan tarif ACFTA per 1 Januari 2012; (iii) penandatanganan Third Protocol to Amend the ASEAN-China Framework Agreement dan Protocol to Incorporate Technical Barrier to Trade and Sanitary and Phytosanitary into the Agreement on Trade in Goods saat Pertemuan ke-15 ASEAN-China Summit; dan (iv) status ratifikasi Protocol to Implement the Second Package of 12
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Specific Commitments under the Agreement on Trade in Services between ASEAN and China. Dalam sambutannya, China menyampaikan 4 (empat) hal yang perlu dibahas pada pertemuan ini yaitu: (i) rencana pembentukan monitoring mechanism terhadap implementasi komitmen ACFTA; (ii) peningkatan manfaat kerja sama ACFTA; (iii) peningkatan kerja sama di berbagai sektor industri; dan (iv) perluasan kerja sama ACFTA (open regionalism). Implementasi ASEAN-China Perdagangan Barang Trade Data for The Review of The Sensitive Track
FTA
–
Persetujuan
Pertemuan mencatat hanya Kamboja, Laos, Myanmar, dan Singapura yang belum menyampaikan data pendukung untuk keperluan review of the sensitive track. Selain itu, pertemuan turut mencatat bahwa Indonesia (Juli 2012) dan Filipina (April 2012) telah menerbitkan legal enactment (LE) untuk penurunan tarif atas produk sensitive track. Sehubungan dengan penerbitan LE kedua negara tersebut tidak sesuai komitmen per 1 Januari 2012, China mengusulkan pembentukan monitoring mechanism untuk mengawasi implementasi komitmen ACFTA. Adapun prosedur monitoring mechanism yang disepakati pada pertemuan ini adalah sebagai berikut: (i) Sekretariat ASEAN akan mengumpulkan informasi mengenai seluruh komitmen yang telah disepakati pada ACFTA dan mengumpulkan aturan-aturan domestic procedures masingmasing Negara untuk dapat mengimplementasikan komitmen dimaksud; (ii) Sekretariat ASEAN sesuai kapasitasnya akan mengingatkan seluruh pihak terkait agar dapat menjalankan komitmen sesuai dengan domestic procedures yang berlaku di masing-masing Negara; (iii) Pihak terkait tersebut diharapkan dapat menginformasikan kesiapannya paling lambat 2 (dua) bulan sebelum komitmen tersebut diimplementasikan. Apabila pihak tersebut tidak dapat menjalankan komitmennya sesuai kesepakatan, maka harus memberikan pernyataan resmi secara tertulis dengan menjelaskan alasan keterlambatan proses penerbitan peraturan domestik dimaksud dan apabila alasan tersebut tidak dapat diterima maka remedial actions dapat dilakukan oleh pihak lain sesuai ketentuan yang diatur pada perjanjian ACFTA.
General Exception (GE) Lists
Pertemuan mencatat penyampaian justifikasi GE List oleh Myanmar yang melengkapi seluruh justifikasi yang disampaikan ASEAN kepada China sebagai langkah untuk
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
13
mempertahankan komitmen tarif pada produk yang terdapat di GE List ACFTA. Pertemuan sepakat seluruh tarif yang tercantum pada GE List harus dapat dijustifikasi dan review atas GE List tersebut akan dilakukan setiap tahun. Protocol to Implement Second Package AC-TIS
Pertemuan mencatat bahwa ratifikasi Protocol to Implement Second Package AC-TIS untuk Indonesia masih dalam proses dan ditargetkan selesai pada bulan Desember 2012. Pertemuan sepakat bahwa sesuai dengan Article 27 Persetujuan TIS, masing-masing pihak dapat melakukan konsultasi domestik terkait kemungkinan pembahasan third package of specific commitments pada pertemuan selanjutnya.
Non-tariff barriers
Pertemuan mencatat permasalahan non-tariff measures yang kerap menghambat laju perdagangan dan investasi. Oleh karena itu, kedua pihak sepakat agar masing-masing negara anggota ASEAN dan China dapat menotifikasikan rencana penerapan kebijakan non-tariff measures sebelum mengimplementasikannya. Pembahasan lebih lanjut terkait non-tariff barriers yang diatur pada ketentuan ACFTA Article 8 (quantitative restrictions and non-tariff barriers) akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Transposisi Penurunan Tarif dari HS 2007 ke HS 2012
Indonesia telah menyelesaikan transposisi penurunan tarif ACFTA dari HS 2007 ke HS 2012 dengan diterbitkannya PMK No. 117/PMK.011/2012.
Rencana penandatanganan Third Protocol to Amend the Framework of ACFTA dan Protocol to Incorporate SPS and TBT into TIG ACFTA
ASEAN dan China sepakat bahwa kedua protokol mengenai: (i) Third Protocol to Amend the Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between ASEAN and China; dan (ii) Protocol to Incorporate TBT and SPS Measures into the Agreement on TIG ACFTA akan ditandatangani oleh Para Menteri di sela-sela pertemuan ke-15 ASEAN-China Summit tanggal 18 November 2012, di Phnomp Penh, Kamboja. Working Group Rules of Origin
Implementasi Transposisi Product Specific Rules (PSR) HS 2007
ASEAN dan China mencatat bahwa Indonesia telah mengimplementasikan PSRs berdasarkan HS 2007 dan hal ini telah dinotifikasikan kepada seluruh Negara Anggota ASEAN dan Sekretariat ASEAN pada tanggal 4 Juli 2012, sehingga seluruh pihak telah dapat memanfaatkan PSRs ACFTA berdasarkan HS 2007 tersebut.
Review of the ACFTA Rules of Origin
Berdasarkan konsultasi domestiknya, China tidak dapat menerima proposal ASEAN untuk merubah Rules of Origin (ROO) ACFTA, dari “RVC 40%” menjadi “RVC 40% or CTH” dan PSR ATIGA sebagai pengganti PSR ACFTA karena general rules
14
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
yang berlaku dirasakan memenuhi kebutuhan implementasi dari kerja sama ACFTA. Menanggapi hal tersebut, ASEAN mengusulkan pembahasan PSRs secara line-by-line atau chapter-by-chapter hal ini sesuai dengan mandat dan keputusan tingkat Menteri pada Pertemuan 11th AEMMOFCOM Consultations di bulan Agustus 2012 yang mengharapkan peningkatan utilisasi ACFTA oleh pelaku usaha dengan memperbaiki ROO. Terkait hal tersebut, China akan melakukan konsultasi internal lebih lanjut dan menyampaikan posisinya atas proposal ASEAN tersebut pada pertemuan ACFTA-JC selanjutnya. Transposition of the Product Specific Rules (PSRs) from HS 2007 to HS 2012
Pertemuan mencatat Indonesia, Brunei, Malaysia, Laos, dan Vietnam telah dapat menyetujui hasil transposisi PSRs ACFTA dari HS 2007 ke HS 2012 dengan beberapa tanggapan yang disampaikan oleh Singapura dan Thailand. Sedangkan Filipina, Kamboja dan Myanmar menyampaikan bahwa pihaknya masih memerlukan waktu untuk konsultasi internal dalam melakukan verifikasi hasil transposisi dan sepakat untuk menyampaikan tanggapannya paling lambat tanggal 21 November 2012 ke Sekretariat ASEAN, untuk kemudian disampaikan ke China pada tanggal 30 November 2012. Pada pertemuan selanjutnya diharapkan hasil transposisi tersebut sudah dapat difinalisasi.
Third Party Invoicing (TPI)
Pertemuan sepakat bahwa ASEAN dan China dapat menerima pencantuman nilai FOB Value dengan menggunakan harga manufaktur ataupun menggunakan harga transaksi terakhir dengan catatan harus memberikan check list pada kolom 13 sebagai indikasi mekanisme TPI, hal ini sejalan dengan rule 23 dari OCP.
Signature and Official Name of Authorized Signatory of the Issuing Authority
ASEAN mengusulkan pembuatan website oleh China yang dapat memberikan informasi atas penerbitan CO Form E sebagai upaya memfasilitasi proses verification check keaslian CO Form E dan turut berfungsi untuk meng-upload specimen signature dan authorized signatory CO Form E oleh seluruh pihak. Terkait hal itu, China menyampaikan concernnya terkait faktor keamanan dari website tersebut namun akan mempelajari proposal ASEAN tersebut lebih lanjut.
Specimen Signatures and Official Seals of the Lao National Chamber of Commerce and Industry (LNCCI)
Laos menyampaikan bahwa CO Form E yang diterbitkan oleh LNCCI sempat ditolak oleh China dan meskipun saat ini telah dapat diterima, Laos mengharapkan kedepannya hal ini tidak terulang kembali karena dapat menghambat arus perdagangan di kawasan. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi seluruh pihak diharapkan dapat menyampaikan dan mensirkulasikan specimen signatures dan
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
15
official seals ACFTA kepada seluruh pihak terkait secara lengkap dan tepat waktu. Other Implementation issues raised by the Parties
China menyampaikan beberapa permasalahan terkait isu implementasi ACFTA khususnya bagi receiving authority Indonesia, antara lain: 1) China meminta agar permintaan retroactive check yang diajukan oleh Indonesia dapat dilakukan oleh national focal points (kantor pusat Ditjen Bea dan Cukai) bukan diajukan oleh masing-masing customs port offices. Karena selama ini China menganggap permintaan retroactive check oleh masing-masing customs port office tersebut menyulitkan pihaknya dalam memastikan permintaan tersebut resmi atau tidak (legitimasi) dan menganggap sebagai permintaan yang bersifat informal. Sementara ini respons Indonesia adalah bahwa aturan tersebut tidak diatur dalam OCP. 2) China juga menyampaikan bahwa masih terdapat pihak customs Indonesia yang menolak CO Form E terbitan China yang tanggalnya berbeda dengan tanggal yang tertera pada Bill of Lading. 3) China menganggap bahwa teatment oleh customs Indonesia yang menolak pemberian preferensi tarif atas retroactive request yang diputuskan pada satu bulan merupakan bentuk pelanggaran atas ketentuan yang diatur di OCP, di mana sesuai ketentuan OCP rule 18 batas akhir atas jawaban retroactive request paling lambat 90 hari. 4) China menyampaikan verification check yang dilakukan customs Indonesia perlu memperhatikan penulisan tujuan port dengan baik mengingat sering terjadi kesalahan penulisan yang umumnya ditujukan ke port “Shaanxi” ditulis ke port “Shanxi”. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan penulisan dalam melakukan verification check perlu dilakukan pengecekan sesuai official signatory dan stamp yang tertera pada CO Form E. Selain itu, China menyampaikan beberapa permasalahan terkait isu implementasi ACFTA khususnya bagi issuing authority Indonesia yaitu:
The wording in the Form E is incorrect or differs from the CO format 16
1) Terdapat kesalahan penulisan kata “Rules” pada box 11 CO Form yang diterbitkan oleh Indonesia yaitu “Rules”. China menyarankan agar kesalahan penulisan pada CO Form E oleh Indonesia tersebut dapat diperbaiki sesuai ketentuan yang disepakati pada OCP. Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
The verification response is not efficient
2) China menyampaikan mekanisme verifikasi yang dilakukan dengan issuing authority Indonesia, seringkali tidak efektif, sebagai contoh tanggapan dilakukan melebihi batas waktu maksimal 6 (enam) bulan, dan seringkali tanggapan disampaikan tidak melalui surat resmi bahkan kerap menggunakan email pribadi. Oleh karena itu, China mengharapkan agar ke depan dapat dilakukan komunikasi sesuai dengan aturan dan dilakukan melalui focal point secara resmi.
The Inconsistency of the 3) China menyampaikan bahwa hasil verifikasi dari Indonesia Verification Result tidak konsisten, sebagai contoh hasil verifikasi Indonesia ke China atas Form E No.001157/MDN/2010, divonis palsu pada bulan September 2011, namun pada bulan Mei 2012 Indonesia mengirimkan surat resmi yang menyatakan bahwa Form E tersebut benar keasliannya. China mengharapkan agar dalam pemberian hasil verifikasi dapat dilakukan secara konsisten. ACFTA Monitoring Sheet
China menyampaikan proposalnya terkait format template Monitoring Sheet ACFTA yang didasarkan pada Top 10 Produk Ekspor dan Impor (HS 6 digit) berdasarkan nilai dan dilengkapi dengan jumlah CO yang diterbitkan baik oleh pihak receiving atau issuing authority. Pertemuan sepakat akan membahas bentuk format yang akan digunakan sebagai cara memonitor utilisasi ACFTA ini lebih lanjut pada pertemuan selanjutnya.
Ad-hoc Custom Procedures dan Trade Facilitation (CPTF)
Pertemuan membahas Draft ACFTA Customs Procedures and Trade Facilitation Chapter proposal yang diajukan oleh China untuk nantinya akan menjadi chapter sebagai bagian dari ASEAN China TIG Agreement. Pertemuan mencatat kemajuan yang cukup baik yaitu dari 19 Articles yang dibahas, 6 provision telah diselesaikan: (i) Article 3. definisi custom administration; (ii) Article 3. definisi custom law; (iii) Article 9. risk management; (iv) Article 10.2.b. advance rulling, (iv) Article 10.5.a. advance rulling; (vi) Article 18. temporary admission. Sedangkan article yang masih perlu dibahas lebih lanjut antara lain: (i) Article 2. scope; (ii) Article 3. means of transport; (iii) Article 4.4. facilitation; (iv) Article 10. advance rulling; (v) Article 11; (vi) Article 12; dan (vii) Article 13. consultations. Pertemuan sepakat perundingan ad-hoc CPTF berikutnya tetap dilanjutkan secara paralel dengan pertemuan AC-JC.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
17
Working Group Economic Cooperation (WGEC) ASEAN Culture and Business Center
Business Portal Operational Center (BPOC) mempresentasikan rencana pembentukan ASEAN Culture and Business Center di Shanghai, China. Proyek ini berupa pembangunan gedung 6 lantai seluas 6.000 sqm, di mana setiap lantai akan diperuntukan bagi seluruh negara anggota ASEAN untuk mempromosikan produk UKM. Terkait hal tersebut, pertemuan mengharapkan pihak BPOC dapat menyediakan brosur berisi informasi yang lebih detail mengenai proyek tersebut untuk dapat disampaikan kepada seluruh pelaku usaha di ASEAN.
Portal Bisnis (PB) ASEAN - China
Telah diselenggarakan pelatihan bagi para BPC (Business Portal Coordinators) setiap AMS untuk dapat mengunggah informasi ke dalam ACFTA Business Portal dan informasi terkait Manual Operational Instruction serta penambahan fitur forum pada website tersebut. Pelatihan dihadiri oleh 4 (empat) negara AMS, yaitu: Indonesia, Vietnam, Malaysia, dan Thailand.
E-trade Readiness Survey
Terkait dengan survei e-trade readiness, pihak China telah menyimpukan bahwa AMS belum siap untuk melakukan etrade. Namun demikian AMS merasa bahwa kesimpulan yang diberikan tersebut tidak merepresentasikan keadaan yang sesungguhnya, mengingat hanya 5 (lima) AMS yang telah mengumpulkan kuesioner. Untuk itu ketua WGEC menginginkan agar BPOC dapat melakukan analisis ulang atas kesimpulan kuesioner tersebut.
Status/Perkembangan Proyek dalam WGEC
Indonesia telah mempresentasikan hasil pelaksanaan proyek Training of Trainers on Clean Technology and Energy Efficiency Practices in ASEAN Manufacturing Industry: Case Study Paper Industry (Indonesia) yang telah dilaksanakan di Bandung pada tanggal 24 - 30 Juni 2012. Adapun proposal proyek Indonesia yang telah disetujui namun masih menunggu persetujuan skema pembiayaan adalah ASEANChina SME Conference 2012 di Jababeka, Bekasi, menurut rencana akan diselenggarakan pada triwulan ke-4 tahun 2013. Proposal baru yang diusulkan pada pertemuan ini antara lain: (i) ASEAN China Capacity Building Workshop on Rules and Regulations under the Trade in Services (Thailand); dan (ii) Best Practice on Good Agriculture Practice (Thailand).
Joint Study on Hong Kong Accession to the ACFTA
Pertemuan membahas proposal China yang mengusulkan joint study on HK accesion to the ACFTA yang melibatkan unsur pemerintah, pengusaha, dan akademisi dari Hong Kong dan ASEAN. ASEAN menanggapi bahwa masih terlalu dini
18
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
untuk melakukan joint study mengingat berdasarkan mandat Para Menteri pada 11th AEM-MOFCOM Consultations perlu dilakukan kajian dan konsultasi domestik oleh masing-masing negara anggota ASEAN. China mengharapkan kejelasan dan kepastian serta batas waktu proses konsultasi domestik yang akan dilakukan ASEAN. Oleh karena itu, ASEAN mengusulkan untuk membawa permasalahan ini ke tingkat SEOM sebelum pertemuan ASEAN-China Summit di bulan November 2012 mendatang untuk kemudian dapat diinformasikan kepada China. China-ASEAN Expo 2012 and Forum on ChinaASEAN FTA
Pertemuan mencatat hasil dari China-ASEAN Expo 2012 dan Forum on China-ASEAN FTA yang telah berlangsung secara baik pada tanggal 21 September 2012 di Nanning, China.
2. Pertemuan ke-8 ASEAN – Japan Comprehensive Economic Partnership Joint Committee Rangkaian Pertemuan ke-8 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) telah dilaksanakan di Tokyo, Jepang tanggal 29-31 Oktober 2012, didahului dengan Pertemuan ASEAN Caucus untuk Joint Committee (JC), SubCommittee on Rules of Origin (SC-ROO), Sub-Committee on Services (SC-S), Sub-Committee on Investment (SC-I),dan SubCommittee on Economic Cooperation (SC-EC). Pertemuan AJCEP-JC dipimpin bersama oleh Assistant Secretary, Department of Trade and Industry, Filipina (ASEAN) dan Deputy Director General, Economic Affairs Bureau, Ministry of Foreign Affairs, Jepang serta dihadiri oleh seluruh Negara Anggota ASEAN, Jepang, dan Sekretariat ASEAN. Joint Committee Status Transposisi Pertemuan mencatat bahwa beberapa negara ASEAN masih Jadwal Penurunan Tarif dalam proses verifikasi teknis transposisi jadwal komitmen dari HS 2002 ke HS 2007 penurunan tarif kecuali untuk Brunei, Singapura, dan Thailand. Untuk menyelesaikan masalah transposisi HS 2002 ke HS 2007, Jepang telah melakukan pertemuan bilateral dengan Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmar dan Indonesia. Posisi Indonesia terkait transposisi tariff reduction schedule dari HS 2002 ke HS 2007 masih terdapat 204 pos tarif yang belum disepakati oleh kedua belah pihak dan memerlukan pembahasan lebih lanjut. Status Transposisi Pertemuan sepakat bahwa pembahasan transposisi tariff Jadwal Penurunan Tarif reduction schedule dari HS 2007 ke HS 2012 baru dapat dari HS 2007 ke HS 2012 dilanjutkan setelah selesai pembahasan transposisi dari 2002 ke HS 2007. Para pihak yang telah menyelesaikan transposisi Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
19
HS 2002 ke HS 2007 dapat segera menyampaikan transposisi jadwal penurunan tarif dari HS 2007 ke HS 2012 kepada Jepang untuk dilakukan verifikasi. Permasalahan Entry Into Force AJCEP bagi Indonesia
Jepang menyampaikan bahwa secara legal Indonesia bukan merupakan bagian/pihak (Party) dari AJCEP karena belum mengimplementasikan komitmen penurunan tarif pada AJCEP. Pertemuan mencatat pernyataan kekecewaan Indonesia atas pernyataan Jepang tersebut dan menyampaikan secara tegas bahwa pihaknya merupakan bagian/pihak resmi dari kerja sama AJCEP sesuai dengan notifikasi yang dilakukan Pemerintah RI kepada sekretariat ASEAN per tanggal 22 Desember 2010 (sesuai prosedur hukum entry into force pasal 79 paragraf 2 perjanjian AJCEP). Walaupun dalam kenyataannya hingga saat ini Indonesia belum dapat mengimplementasikan komitmen penurunan tarif pada perjanjian perdagangan barang AJCEP. Kondisi ini terjadi karena masih terdapat perbedaan pendapat antara Indonesia dan Jepang dalam menentukan tarif dan kategori hasil transposisi terhadap 204 pos tarif HS 2007 sehingga legal enactment yang mengatur komitmen tarif tersebut belum dapat diterbitkan. ASEAN mempertanyakan posisi Jepang atas status Indonesia yang dianggap bukan sebagai bagian/pihak dari AJCEP mengingat Indonesia telah secara resmi menandatangani dan menjalankan aturan sebagai pihak pada persetujuan AJCEP. Malaysia dan Vietnam menyampaikan keluhannya atas posisi Jepang tersebut yang memberi dampak bagi eksportirnya sehingga tidak dapat menikmati preferensi tarif AJCEP apabila menggunakan metode accumulation untuk sebagian produknya yang membutuhkan bahan baku yang berasal dari Indonesia. Jepang kembali menegaskan posisinya atas status Indonesia sehingga accumulation yang berasal dari Indonesia tidak dapat menerima preferensi tarif AJCEP. Selanjutnya, Jepang menyampaikan akan menindaklanjuti dan membahas lebih lanjut permasalahan ini dengan Indonesia. Pertemuan sepakat agar pihak legal expert dari Indonesia dan Jepang dapat segera membahas dan menyelesaikan permasalahan ini untuk kemudian dapat menyampaikan hasilnya ke sekretariat ASEAN.
Pertemuan Bilateral
20
Dalam pertemuan bilateral Indonesia dengan Jepang, Delri menawarkan solusi agar dapat segera mengimplementasikan AJCEP, yaitu dengan mengusulkan penerbitan legal enactment terhadap transposisi yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak sekitar 9500 an pos tarif HS 2012, Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
sedangkan terhadap 204 pos tarif HS 2007 yang belum disepakati, berlaku tarif MFN sampai masalahnya dapat diselesaikan, namun Jepang tidak menyetujuinya. AJCEP JC Work Programme and Deliverables for 2013
Pertemuan membahas program kerja dan deliverables yang telah disusun Sekretariat ASEAN untuk tahun 2013. Jepang mengharapkan agar program kerja disusun secara realistik khususnya terkait target penyelesaiannya. Hal ini dikaitkan dengan beberapa pending matters pada Sub Committee on ROO yaitu transposisi jadwal penurunan tarif dan PSR dari HS 2007 ke HS 2012 membutuhkan waktu yang cukup lama dalam penyelesaiannya.
Hasil Pertemuan ke-1 ASEAN-Japan SubCommittee on STRACAP
Pertemuan mencatat hasil pertemuan ke-1 AJ STRACAP yang telah dilaksanakan pada tanggal 14-16 Maret 2012 di Brunei Darussalam. Sub-Committee on Rules of Origin
Implementasi Transposisi Product Specific Rules (PSR) HS 2002 ke HS 2007
Jepang sepakat atas usulan ASEAN untuk melakukan pertukaran nota diplomatik secara bilateral melalui diplomatic channel dengan 2 (dua) tahapan. Pada tahap pertama, Jepang akan mengirimkan nota diplomatik kepada seluruh negara anggota ASEAN, kemudian masing-masing negara anggota ASEAN akan membalas nota diplomatik tersebut kepada Jepang. Tahap kedua pertukaran nota diplomatik dilakukan antar ASEAN dengan anggota ASEAN lainnya, sehingga total nota diplomatik keseluruhan yang akan diterbitkan oleh seluruh pihak sejumlah 110 nota diplomatik. Terkait finalisasi draft text nota diplomatik masih terdapat perbedaan pendapat pada paragraf 3 yang mengharuskan Indonesia menotifikasikan kembali atas pemberlakuan Persetujuan AJCEP. Jepang menyampaikan pandangannya bahwa paragraf tersebut disusun berdasarkan posisinya yang menganggap Indonesia bukan merupakan pihak pada AJCEP. Indonesia menolak pandangan Jepang tersebut mengingat Indonesia telah secara resmi menotifikasikan entry into force perjanjian AJCEP melalui penyampaian note verbale KBRI di Tokyo kepada Kemenlu Jepang tanggal 18 Januari 2010 dan tidak pernah menarik notifikasi tersebut yang memperkuat posisi Indonesia sebagai bagian dari AJCEP. Mengingat hal tersebut pertemuan mengharapkan agar Indonesia dan Jepang dapat menyelesaikan permasalahan finalisasi draft text nota diplomatik ini secara bilateral.
Transposisi PSR AJCEP Jepang menyepakati usul ASEAN mengubah origin criteria dari HS 2007 ke HS 2012 PSR untuk 7 (tujuh) pos tarif (HS 7102.10, HS 7102.21, HS 7102.29, HS 7102.31, 7102.39 dan HS 7222.20 sesuai origin Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
21
criteria pada kesepakatan awal yaitu menjadi “RVC 40% or CTH”. Pertemuan sepakat agar tambahan tanggapan dari pihak ASEAN dapat disampaikan kepada Jepang sebelum akhir tahun ini. Monitoring Pemanfaatan Certificate of Origin (CO) Form-AJ
Pertemuan membahas format data terkait proses pengumpulan dan pertukaran data perdagangan untuk memonitor utilisasi AJCEP diantaranya menggunakan data total impor dan data import declaration. Pertemuan sepakat membahas HS yang akan digunakan (4 atau 6 digit) dan perlu tidaknya menuliskan deskripsi produk pada pertemuan selanjutnya.
Amendemen Implementing Rules and Regulation (IRR) dan CO Form AJ
Jepang dapat menerima posisi ASEAN untuk tidak menghapus usulan Jepang sebelumnya terkait perubahan text IR, Para 14 (e) mengenai mekanisme writen determination saat menggunakan fasilitas EPA CO reference system. Pengaturan ini perlu tetap tercantum di IR karena bila tidak, maka dapat berdampak pada kesalahan prosedur written determination saat menggunakan EPA CO reference system. Terkait usulan perubahan CO Form AJ, Jepang akan mempertimbangkan usulan ASEAN untuk menghapus FOB Value kecuali untuk RVC pada CO Form AJ.
Permasalahan implementasi AJCEP
Pertemuan membahas permasalahan implementasi pada ROO antara lain mengenai: (i)requirement to fill out the CO Form AJ - ASEAN diharapkan dapat selalu mencantumkan origin criteria yang tepat pada box 8 dengan mengindikasikan penulisan ACU untuk accumulation dan DMI untuk de minimis; (ii) retroactive issuance of CO Form AJ - pertemuan membahas perlunya kesepahaman terkait pengertian 3 (tiga) hari pada rule 7 IR yang mengharuskan CO diterbitkan pada saat pengapalan atau tidak lebih dari 3 hari sejak tanggal pengapalan, apakah menggunakan 3 hari tanggal kalender atau 3 hari kerja, untuk selanjutnya dibahas pada pertemuan selanjutnya; (iii) rule 13 of the IRR procedures to exchange the sample of COO, specimen signatures, and official seal seluruh pihak diingatkan agar dapat memperhatikan pengaturan dalam IRR rule 13 terkait prosedur pertukaran contoh COO, specimen tanda tangan dan official seals; (iv) box on third-country invoicing – seluruh pihak diharapkan dapat selalu menandai box “third country invoicing” saat invoice diterbitkan oleh pihak negara ketiga; (v) amendments of PSRs for chemicals and semi-conductor products – Jepang kembali menyampaikan keinginannya untuk merubah origin criteria PSR khusus produk kimia dan semi konduktor yang sebelumnya telah ditolak oleh ASEAN dan akan membahas
22
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
hal ini lebih lanjut pada pertemuan selanjutnya; (vi) for provisional use of old format for CO Form AJ–Jepang menyampaikan agar seluruh pihak dapat mengindikasikan deskripsi untuk produk yang bersifat spesifik pada box 7 CO Form AJ ketika menggunakan format CO yang lama. Sebagai contoh curry of sub heading of 0910.00 sehingga produk tersebut dapat dikenakan tarif yang sesuai. Perundingan Investasi Approach on Investment Negotiations
Pertemuan Sub-Committee on Investment kali ini membahas isu-isu utama baik yang berkaitan dengan rumusan naskah maupun modalitas negosiasi perjanjian investasi ASEANJapan. Jepang dapat menerima proposal ASEAN terkait penyusunan Work Programme untuk elemen liberalisasi (reservation list). Oleh karena itu, diharapkan perundingan difokuskan pada penyelesaian text investment chapter. Jepang menyampaikan harapannya agar masing-masing Negara Anggota ASEAN dapat memberikan komitmen melebihi elemen-elemen yang telah disepakati dalam perjanjian bilateral masing-masing Negara Anggota ASEAN dengan Jepang. ASEAN menanggapi bahwa pemberian nilai tambah perlu disesuaikan dengan timeline dan ekspektasi atas level ambition pada pembahasan di RCEP, sehingga perlu mempertimbangkan perbedaan perkembangan dan perubahan yang terjadi pada masing-masing pihak sehingga perlu dibedakan dengan treatment yang diberikan pada perundingan bilateral (EPA) dengan Jepang.
Negotiation of ASEANJapan Consolidated Text
Pertemuan melanjutkan pembahasannya terkait ASEANJapan Consolidated Draft Text untuk pasal: Most Favoured Nation, Investor State DSM, dan Umbrella Clause. ASEAN menyampaikan proposal text mengenai “Relation to Other Agreements” yang bertujuan mengatur kemungkinan inkonsistensi persetujuan investasi yang telah ada antar pihak terkait dan kemungkinan multiplicity disputes/claim yang muncul pada Persetujuan ini. ASEAN menjelaskan bahwa article ini tidak bertujuan mengurangi tingkat perlindangan bagi investor hanya untuk mencari keseimbangan antara kepentingan pemerintah dan perlindungan investor.
Sub-Committee on Services
Pertemuan AJCEP-SCS ke 8 berjalan dengan baik dan memperlihatkan kemajuan yang berarti, walaupun masih banyak isu-isu yang belum dapat diperoleh kesepatan, namun kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan pending issues dalam pertemuan mendatang.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
23
Sejalan dengan perubahan posisi Jepang pada negotiation principles and modalities untuk menggunakan pendekatan positive list dengan catatan bahwa perjanjian ini memberikan nilai tambah melebihi komitmen bilateral yang telah ada, maka negosiasi dilanjutkan dengan prioritas pembahasan pada beberapa isu proposal Jepang, yaitu Tranparency list, Standstill (SS) Commitments, non-conditional MFN Treatment, Domestic Regulation, Administrative Guidance, Review, dan Services Commitment. Menanggapi hal tersebut, ASEAN masih belum dapat menerima usulan Jepang dikarenakan perbedaan tingkat development, pengetahuan dan pengalaman pada negara ASEAN untuk melaksanakan usulan Jepang terutama pada penyusunan transparency list dan pencantuman SS Commitments pada SOC. Jepang menyampaikan akan memberikan waktu yang lebih panjang kepada ASEAN untuk menyusun transparency list dan memberikan asistensi kepada ASEAN dalam rangka penyusunan tranparency list, termasuk menyelenggarakan workshop. Jepang menambahkan bahwa keikutsertaan AMS dalam workshop tidak berarti AMS menerima proposal Jepang akan transparency list. Sebagai nilai tambah, ASEAN mengusulkan agar pada Chapter Trade in Services (TIS) dipertimbangkan untuk memiliki Movement of Natural Person (MNP) yang dituangkan dalam Annex atau Chapter terpisah dari TIS. Namun demikian, ASEAN akan membahas dan menyepakati terlebih dahulu secara internal. Mengingat usulan MNP tersebut datang dari Malaysia dan didukung oleh Thailand, maka kedua negara tersebut diminta untuk mempersiapkan draft pertama MNP untuk dibahas bersama oleh AMS lainnya sebelum diusulkan kepada Jepang. Pembahasan consolidated draft teks memperlihatkan kemajuan yang berarti di mana Jepang menyampaikan posisinya untuk menerima cukup banyak usulan ASEAN sebagaimana diperlihatkan pada draft text. Atas fleksibilitas yang telah disampaikan Jepang, diharapkan pada pertemuan berikutnya ASEAN dapat memberikan tanggapan dan memberikan fleksibilitas yang sama sehingga perundingan akan berjalan maksimal. Pembahasan Annex on Financial Services
24
Dalam kesempatan ini pihak Jepang menghadirkan financial expert-nya untuk membahas draft Annex dimaksud, namun hanya Indonesia yang menghadirkan financial expert-nya. Sehubungan dengan hal tersebut, ASEAN mengusulkan agar Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
pembahasan annex sebaiknya dilakukan antara financial expert Jepang dan seluruh financial expert ASEAN. Dalam kaitan tersebut ASEAN Chair menjelaskan bahwa selama ini pembahasan Annex on financial services untuk seluruh perjanjian FTA dengan AFP dibahas oleh WC-FSL karena isu keuangan termasuk isu yang sensitif sehingga harus dibahas oleh para expert dari seluruh AMS dan Jepang. Hal ini juga dilakukan pada saat pembahasan annex on financial services pada AANZFTA dan ASEAN-Korea. ASEAN chair juga menyampaikan rencana untuk menulis surat kepada Chair WCFSL untuk meminta advise dan tanggapannya. Terdapat 2 alternatif yang ditawarkan, yaitu WC-FSL mengundang Jepang dalamm pertemuan WC-FSL mendatang (Februari 2013) atau financial expert seluruh ASEAN diundang dalam pertemuan AJCEP berikutnya (Maret 2013). Terhadap hal ini Jepang bersikap fleksibel, namun Jepang mengusulkan sebaiknya ASEAN menyiapkan common position sebelum pertemuan selanjutnya sehingga pada pertemuan mendatang (WCFSL atau AJECP) dapatdilakukan diskusi atas annex proposal Jepang dimaksud.Dalam kesempatan ini financial expert dari Indonesia (BI dan Bapepam LK) menegaskan kembali keberatannya atas proposal Jepang, khususnya terkait dengan penggunaan kalimat “understanding on commitment of financial services” WTO dalam proposalnya. Pertimbangannya, antara lain, tidak semua AMS tunduk dan terikat pada “understanding” tersebut, termasuk Indonesia, sehingga harus dibahas bersama dengan ASEAN untuk mencapai common position. Salah satu penggunaan bahasa understanding adalah artikel ‘new financial services’. Indonesia meminta klarifikasi kepada Jepang terkait contoh konkret new financial services tersebut namun Jepang tidak dapat menjelaskannya. Karena bagi Jepang yang paling penting dalam artikel ini adalah kesediaan ASEAN untuk membuka akses pasar terhadap produk keuangan baru yang belum dikenalnya meskipun di negara AJCEP lainnya sudah dikenal. Pembahasan Annex on Telecommunication Services
Indonesia menyampaikan bahwa pada pertemuan AJCEP-SCS yang lalu telah dibahas beberapa pertanyaan yang diajukan oleh negara anggota ASEAN terkait dengan article – article yang diajukan pada annex on telecommunication services oleh Jepang terutama article – article baru yang sebelumnya tidak terdapat pada dokumen GATS atau perjanjian ASEAN FTA lainnya. Lebih lanjut, Indonesia menyampaikan kepada Jepang bahwa pembahasan lebih rinci terhadap articleannex on telecommunication services tersebut belum dilakukan
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
25
dikarenakan belum disepakatinya modalitas yang akan digunakan pada negosiasi AJCEP-SCS. Sebagai tanggapan awal terhadap annex on telecommunication services usulan Jepang, Indonesia telah menyampaikan keberatan terhadap article portability number dan telah mempresentasikan alasannya hal tersebut sulit dilaksanakan bagi Indonesia, namun jepang masih belum dapat menerima alasan Indonesia tersebut. Kerja Sama Ekonomi
Pertemuan mencatat beberapa isu penting guna memperkuat hubungan kerja sama ekonomi di bawah AJCEP, diantaranya: (i) Technical Support Format oleh JAPAN-ASEAN Integration Fund Management Team (JMT); (ii) Status implementasi approved AJCEP-SCEC Project Proposals; (iii) Status revised project proposals yang telah diusulkan pada pertemuan sebelumnya, mengingat expiry deadline terhadap fund yang diberikan oleh Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF) hanya diperpanjang sampai Maret 2013. Terkait dengan Technical Support Format, JMT selaku tim yang memonitor proses implementasi approved project proposal dalam SCEC, akan membuat format yang diharapkan dapat menghasilkan keseragaman teknik dalam mempersiapkan usulan project proposal yang sesuai dan tepat dengan latar belakang dan tujuan SCEC. Tercatat sejumlah 10 Project Proposals yang diusulkan pada pertemuan ke-3 telah direvisi dan disetujui JAIF, diharapkan dapat segera diimplementasikan sebelum Maret 2013.Selain itu, pertemuan juga membahas 3 (tiga) revised project proposal susulan Myanmar pada saat pertemuan ke-4. New project proposals yang diusulkan pada pertemuan ke-5 ini tercatat sejumlah 19 new project proposals, diantaranya adalah Kamboja mengusulkan 10 project proposals, Malaysia 1 project proposal, Filipina 2 project proposals, Laos 2 project proposals, Thailand 1 project proposal, dan Jepang 3 project proposals. Usulan new project proposals ini selanjutnya akan segera di-rating oleh pihak Jepang selaku counter part guna memutuskan usulan new project proposals yang akan disetujui.
3. Special Meeting of the RCEP Senior Economic Officials Pertemuan Special Meeting of the RCEP Senior Economic Officials berlangsung pada tanggal 26-27 Oktober 2012 di Jakarta dan diawali dengan pertemuan kaukus Negara anggota ASEAN dan Negara mitra dialog. 26
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Highlights of the First AEM Plus ASEAN FTA Partners Consultations
Pertemuan mencatat hasil pertemuan pertama AEM Plus FTA Partners Consultations pada bulan Agustus 2012 dan sepakat untuk membahas tindak lanjut hasil pertemuan dimaksud guna mempersiapkan peluncuran RCEP Negotiations pada KTT EAS ke-7 pada bulan November 2012.
Highlights of the RCEP Working Groups on Trade in Services (RWGTIS) and Investment (RWGI)
Malaysia dan Vietnam selaku Chair untuk RWGTIS dan RWGI menyampaikan hasil kedua pertemuan dimaksud yang telah dilaksanakan secara paralel pada tanggal 9-12 Oktober 2012 di Bandung, Indonesia. Kedua WGs tersebut masing-masing telah menghasilkan draft awal Guiding Principles dan sepakat untuk menyampaikannya kepada SEOM guna mendapatkan arahan lebih lanjut. Dalam merespons hal tersebut, pertemuan sepakat bahwa outcome documents dari RCEP WGs (TIG,TIS,Investment) merupakan work-in-progress dan masih terus berkembang dari waktu ke waktu serta perlu penyempurnaan lebih lanjut bahkan setelah peluncuran RCEP Negotiations dan/atau pada saat negosiasi berlangsung. Indonesia selaku country coordinator RCEP menyampaikan akan perlunya untuk memberikan arahan yang jelas kepada RCEP WGs guna memastikan bahwa outcome documents yang dihasilkan oleh RCEP WGs sejalan dengan diskusi yang selama ini telah dilakukan oleh SEOM dan konsisten dengan the over-arching guiding principles yang telah diadopsi oleh Menteri. Untuk meminimalisir ambiguitas, pertemuan sepakat bahwa outcome documents dari RCEP WGs dapat disebut sebagai template, scoping paper, atau specific guiding elements for the negotiations (proposal NZ). Pertemuan juga menyepakati bahwa outcome documents RCEP WGs sifatnya adalah non-binding dan should not preempt the negotiations. Pertemuan mencatat New Zealand paper/proposal dalam memberikan arahan kepada RCEP WGs yang di mana outcome documents of the RCEP WGs harus: (i) mampu mengidentifikasi dan mencakup detail sebagaimana yang terelaborasi pada general guiding principle; (ii) areas of convergent di antara Negara peserta guna memfasilitasi progres awal negosiasi; dan (iii) mengidentifikasi dan melihat isu-isu lainnya yang masih divergent khususnya threshold issues yang merupakan fokus awal proses negosiasi. Lebih lanjut, pertemuan sepakat bahwa pertemuan RWGTIS dan RWGI selanjutnya akan diselenggarakan secara back-to-back dengan Special Meeting RCEP Senior Economic Officials di bulan Prebruari 2012 guna memfasilitasi finalisasi outcome documents kedua WGs tersebut.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
27
Preparations for the Launch of the RCEP Negotiations
Kamboja selaku host country KTT ASEAN ke-21 dan KTT terkait lainnya menyampaikan susunan acara peluncurun RCEP Negotiations yang akan dilakukan oleh 16 (enam belas) Kepala Negara/Pemerintahan yang juga disaksikan oleh Sekjen dan DSG ASEAN dan masing-masing Menteri dan SEOM setiap Negara yang direncanakan pada KTT EAS ke-7 tanggal 20 November 2012. Pada sesi kaukus ASEAN, pertemuan saling bertukar pandangan dalam merevisi draft Joint Declaration peluncuran RCEP Negotiations dan sepakat agar draft dimaksud dibuat cukup sederhana dan dengan mempertimbangkan beberapa masukan dan tanggapan Negara mitra dialog. Indonesia selaku Country Coordinator RCEP menyampaikan hasil kesepakatan AMS tersebut kepada Negara mitra dialog dan pertemuan sepakat untuk mengadopsi the draft revised Join Declaration dan menyampaikannya kepada Menteri terkait secara intersession untuk mendapatkan persetujuan dan kemudian untuk disampaikan kepada Leaders untuk diadopsi. Pertemuan sepakat agar treatment dokumen dimaksud “for official use only” dan meng-embargo penggunaanya sebelum menjadi dokumen publik pada saat peluncuran. Pertemuan mencatat bahwa seluruh AMS kecuali Myanmar dan Vietnam telah memfinalisasi prosedur domestik terkait dengan peluncuran RCEP Negotiations. Pertemuan juga mencatat bahwa saat ini Negara mitra dialog berada di tahap prosedur domestik yang berbeda-beda. Dengan demikian, pertemuan sepakat agar masing-masing Negara dapat menyampaikan konfirmasi keikutsertaanya pada peluncuran RCEP Negotiations paling lambat tanggal 13 November 2012.
Guiding Approaches for the Organization of RCEP Negotiations
28
Terkait dengan pendekatan dan struktur negosiasi RCEP, pertemuan telah mempertimbangkan beberapa dokumen antara lain: (i) NZ/AUS Paper: Guiding Approaches for the Organization of RCEP Negotiations; (ii) proposed structure for the RCEP Negotiations; dan (iii) draft Terms of Reference (TOR) for the RCEP Trade Negotiating Committee (TNC). Pertemuan mencermati bahwa sebagian besar elemen pada NZ/AUS paper telah terefleksikan pada draft TOR dan sepakat untuk membahas dan memberikan tanggapan lebih lanjut pada TOR dimaksud secara intersession dan memfinalisasinya pada pertemuan Special SEOM RCEP berikutnya di bulan Februari 2012. Setelah TOR difinalisasi pertemuan sepakat agar AEM Chair dapat menyurati RCEP Participating Countries guna menetapkan secara formal pendirian RCEP-TNC. Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Khusus mengenai elemen Chairmanship/Co-Chairmanship pada draft TOR, Indonesia menekankan kembali akan pentingnya sistem Co-Chairmanship pada RCEP-TNC. Hal ini juga merujuk pada pasal 42 ASEAN Charter dimana co-chair pada relevant meeting diterapkan guna memperkaya kerja sama berdasarkan prinisip mutual respect dan kesetaraan. Indonesia juga menyampaikan bahwa dengan adanya sistem dimaksud dapat memfasilitasi pembagian tanggung jawab atau facillitative of burden sharing. Mengingat sebagian besar pekerjaan SEOM+AFPs Consultations berikutnya akan dilakukan oleh RCEP-TNC, pertemuan sepakat agar pertemuan SEOM+AFPs Consultations hanya dilakukan sekali dalam setahun khususnya dalam mempersiapkan pertemuan tingkat Menteri (AEM-AFPs Consultations). Roadmap to the RCEP Negotiations
Pertemuan melanjutkan pembahasan roadmap RCEP Negotiations dan mempertimbangkan the proposed work program on the RCEP di tahun 2013. Pertemuan juga mencatat minat Australia, Brunei, China dalam menyelenggarakan RCEP-TNC di tahun 2012. Khusus untuk Brunei selaku Chair ASEAN di tahun 2013, Brunei menyampaikan minatnya untuk menyelenggarakan first round negosiasi RCEP.
4. Pertemuan Working Group on Trade Investment (WGTI) Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) dan Indian Business Forum (IORBF) Pertemuan Working Group on Trade Investment (WGTI) Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IORARC) dan India Business Forum (IORBF) dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober – 1 Nopember 2012 di Gurogon City, Haryana, India. Working Group Trade and Investment IORRAC
Pertemuan ke-12 Working Group on Trade Investment (WGTI) Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) membahas perkembangan dan mengkaji ulang proyek-proyek di bawah Working Group Trade and Investment IOR-RAC yang meliputi: (i) Maritim Safety and Security; (ii) Fisheries Management; (iii) Trade and Investment Facilitation; (iv) Preferential Trade Agreement (PTA); (v) Trainning Course for Accreditation Bodies; (vi) Expert on Health Issue; (vii) Climate Change and Food Security; (vii) Project with no Progress; (viii) New Project Proposal; dan (ix) Project for Financing from IOR-ARC Special Fund.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
29
Dalam bidang Maritim Safety and Security, Australia melaporkan pelaksanaan The International Conference on Indian Ocean Piracy yang telah dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di Perth-Australian yang dihadiri 59 negara dengan jumlah peserta 108 orang. Konferensi difokuskan pada berbagi informasi, pertukaran pandangan dan pentingnya membangun kerangka kerja multilateral yang kuat dan kemitraan untuk menghasilkan solusi yang efektif terhadap pembajakan. Sementara India menyampaikan rencana pelaksanaan Maritime Annual Conference yang akan dilaksanakan pada bulan Januari 2013. Terkait dengan Fisheries Management, beberapa negara menyampaikan perkembangan program WGTI tahun 2012 dan Bi-Annual CSO, yang dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Pertemuan mendukung proposal yang disampaikan oleh Mozambique mengenai aquaculture dan pengolahan hasil perikanan, dan diharapkan akan menjadi pilot project dengan melibatkan Tanzania, Mozambique, Madagaskar, Oman, Yaman, dan Indonesia. Study on “Trade and Investment Prospects of the IOR-ARC in the New Millennium, telah dilaksanakan sebanyak 2(dua) kali, atas usulan beberapa negara anggota studi ini akan diteruskan oleh WGTI, paper terkait dengan study tersebut belum disampaikan kepada Negara anggota, namun pertemuan sepakat negara anggota diminta untuk memberikan masukan dan mengevaluasi hasil studi dimaksud. Mauritius telah menyampaikan paper mengenai Preferential Trade Agreement (PTA), dan meminta agar negara anggota dapat menyampaikan masukannya. Mauritius dan Bangladesh sepakat akan bekerja sama untuk melakukan studi kelayakan atas manfaat PTA bagi negara anggota IORRAC. Pertemuan juga sepakat Mauritius yang akan menjadi lead coordinator PTA. Pada pertemuan ini terdapat inisiatif baru di bidang kerja sama yaitu: (i) Traditional Knowlege yang diusulkan oleh Australia; (ii) bidang kesehatan yang diusulkan India, di mana India bersedia untuk menjadi focal point; dan (iii) Food security dan Climate Change dengan fokus pada dampak iklim terhadap pertanian dan agrobisnis, yang diprakarsai oleh Australia, India, dan Sri Lanka. Menindaklanjuti pertemuan COM tahun 2009 di Sana’a bahwa program yang tidak mengalami perkembangan dalam 30
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
2 (dua) tahun terakhir akan dipertimbangkan untuk dihapus dari agenda pertemuan. Pertemuan sepakat program yang akan dihapuskan adalah: (i) Impediments to trade and promotion of tade within the region, dan (ii) Implementation of aid for trade. Pertemuan Indian Ocean Rim Business Forum ke-18
Pertemuan dipimpin oleh Ambika Sharma, Fedration of Indian Chamber of Commerce and Industry (FCCI) dan dihadiri oleh Australia, Bangladesh, Indonesia, India, Malaysia, Kenya, Iran, Mauritius, Mozambique, Madagaskar, Afrika, Oman, Seycheless, Sri Lanka, Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, Yaman, dan Perancis sebagai mitra dialog dan Indian Ocean Tourism Organization (IOTO) sebagai observer. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Kementerian Luar Negeri dengan anggota dari Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perhubungan. Pertemuan membahas program dan proyek yang sedang dan telah berjalan antara lain di bidang pariwisata, promosi dan fasilitasi perdagangan, dan kerja sama kebudayaan, serta Usaha Kecil Menengah dan Business Travel Card. Terkait dengan proyek IORBF Feasibility Study on Tourism, Oman sebagai penggagas proyek menyampaikan bahwa fase pertama studi ini telah di up-load melalui website IOR-RAC, dan terbuka bagi negara anggota maupun mitra dialog untuk memberikan masukannya. Oman juga mengusulkan untuk membentuk Tourism Resource Centre yang merupakan pusat informasi dan data mengenai pariwisata di kawasan Lautan Hindia. Atas usulan dimaksud Oman telah menyampaikan konsep paper dan meminta masukan, masukan dapat diterima paling lambat Mei 2013. Di bidang Promosi dan Fasilitasi Perdagangan beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: (i) Indian International Trade Fair (IITF); (ii) Annapoorna World of Food; (iii) International Exhibition of Building Industry. Pertemuan juga mencatat usulan Iran untuk memasukan nama-nama perusahaan besar dari Negara anggota IOR-RAC pada website IORAC, atas usulan tersebut beberapa Negara anggota meminta agar perusahaan yang dimasukan adalah sesuai kategori bidang usaha masing-masing. Pada pertemuan kali ini Indonesia telah menyampaikan kepada Sekretariat IORRAC 100 nama perusahaan sesuai dengan bidang usaha masing-masing untuk dapat di up-load pada website IORRAC. Di bidang Kebudayaan, India sedang mempersiapkan rencana kerja untuk mempromosikan kerja sama kebudayaan antar
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
31
Negara anggota, paper dimaksud akan disampaikan kepada Negara anggota untuk diminta masukannya. Sri Lanka juga menyampaikan akan melaksanakan workshop on Heritage Management pada tahun 2013. Australia menyampaikan concept paper mengenai IOR-RAC Business Travel Card, pada dasarnya konsep ini mengacu pada APEC Business Travel Card yang telah terlebih dahulu diterapkan di kawasan Asia Pasifik. Tujuan dari Business Travel Card adalah untuk memberikan kemudahan bagi pelaku bisnis dalam melakukan perjalanan ke berbagai kawasan di Negara anggota IOR-RAC. Beberapa Negara anggota berpendapat sebaiknya usulan tersebut dilakukan studi terlebih dahulu dan meminta agar usulan ini dapat diangkat pada level CSO untuk mendapat tanggapan. C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya 1. The 3rd D8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security Pertemuan The 3rd D8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security berlangsung pada tanggal 3-5 Oktober 2012 di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Pertemuan diawali dengan pembahasan oleh 5 (lima) working group (WG) yang dilaksanakan secara paralel pada tanggal 3 Oktober 2012, dilanjutkan Senior Official Meeting pada tanggal 4 Oktober 2012 ,dan diakhiri dengan Pertemuan Tingkat Menteri pada tanggal 5 Oktober 2012.
rd
Gambar 1. Opening Ceremony the 3 D8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security
32
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Working Group Meeting on Standard and Trade Issues (WGST)
Pertemuan Working group on standard and trade issues merupakan pertemuan kedua yang dihadiri oleh Indonesia, Iran, Nigeria, dan Malaysia. Pertemuan pertama dilaksanakan di Iran pada tanggal 16 Mei 2011. Agenda item 3: Review of the Work Programme and Progress Report based on the 1st Meeting of the Working Groups on Standard and Trade Issues membahas highlights pertemuan WGST pertama di mana disepakati pembahasan Halal Food akan dibahas pada forum Organisasi Konferensi Islam (OKI). Agenda Item 4: Consideration and Adoption of Draft Term of Reference (ToR) of the WG on Standards and Trade Issues, dilakukan pembahasan: 1) Indonesia menyampaikan agar pertemuan memfokuskan pembahasan mengenai standard on trade mengingat isu perdagangan telah dibahas dalam Supervisory Committe D-8. 2) Mengingat hal tersebut, Pertemuan menyetujui untuk merubah nama working group di mana sebelumnya "Working Group on Standard and Trade Issues" menjadi "Working Group on Standard on Trade" dengan tujuan untuk meningkatkan fasilitasi perdagangan pangan antar negara D-8. Pertemuan menyepakati Draf kedua dari ToR. 3) Dalam 2nd draft ToR dilakukan penyesuaian di mana draft ToR lebih difokuskan pada persoalan standardisasi. Selain itu juga disepakati agar Chairman dari working group akan dipilih dan ditetapkan untuk periode tiga tahun dan akan bergilir berdasarkan alphabetical. Agenda Item 5: New Projects & Area of Cooperation, Pertemuan sepakat agar proposal baru dari negara anggota harus disampaikan kepada Sekretariat D-8 minimal 2 bulan sebelum pertemuan untuk mendapat masukan dari negara anggota. Agenda Item 6: Other Matters, Pertemuan sepakat agar terjalin komunikasi yang efektif antar sesama anggota D-8, agar setiap negara anggota menyampaikan national focal point paling lambat tanggal 3 Desember 2012. Agenda Item 7: Date & Venue of the Next Meeting, disepakati akan menunggu konsultasi antara Sekretariat D-8 dengan negara anggota.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
33
Senior Official Meeting (SOM)
Pada Pertemuan Senior Official Meeting, bertindak sebagai chairman dari Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian. Pertemuan dihadiri oleh delegasi dari Indonesia, Bangladesh, Iran, Malaysia, Nigeria, dan Turki. Agenda Item 5. Adoption Report of Working Group, disepakati hal sebagai berikut: 1) Pertemuan sepakat untuk mengadopsi report WG on seed bank; 2) Pertemuan sepakat untuk mengadopsi report WG on animal feed; 3) Pertemuan mempertimbangkan report WG on fertilizer namun disepakati untuk mengadopsi walaupun tanpa kehadiran Mesir sebagai prime mover; 4) WG on Marine and Fishery, Pertemuan sepakat untuk mengadopsi report working group. Indonesia menyampaikan concern terhadap draf ToR yang tidak selesai sejak tahun 2009, sehingga sidang sepakat agar masukan terkait ToR dapat disampaikan paling lambat 31 Oktober 2012 untuk difinalisasi. 5) WG on standards and trade issues, Sidang sepakat untuk mengadopsi hasil pertemuan dan pengubahan nama WG menjadi Working Group for Standards on Trades. Agenda Item 6. Consideration and Adoption of D-8 Programme for Food Security (D-8 PFS), Iran menyampaikan presentasi terkait D-8 PFS yang mengusulkan tiga proyek utama yang merupakan hasil dari peningkatan kapasitas, strategi pengembangan pertanian dan ketahanan pangan dan Program Ketahanan Pangan D-8. Mengingat persoalan ini berkaitan dengan anggaran, negara anggota memerlukan waktu untuk mempelajari proposal tersebut untuk diberikan masukan, termasuk bagaimana pengaturan kegiatan. Pertemuan sepakat untuk meminta Sekretariat D-8 untuk menyiapkan paper terkait pembiayaan. Agenda Item 7. Discussion on D-8 Agricultural Information Knowledge Management Network, Pertemuan memberikan apresiasi kepada Iran terkait pendirian Information Knowledge Management Network. Agenda Item 8. Consideration of the Draft of Joint Statement, Pertemuan membahas draft Mataram Initiatives dan memberikan masukan terkait hal ini dan akan disampaikan pada Ministerial Meeting.
Ministerial Meeting 34
Pertemuan dimulai dengan opening ceremony dan dibuka secara resmi oleh Menteri Pertanian Rl yang ditandai dengan Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
pemukulan gong. Hadir pada pertemuan ini: Menteri dari Iran dan Nigeria, Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, dan Ketua Delegasi dari Turki dan Malaysia. Pada sesi selanjutnya, Indonesia dalam hal ini Menteri Pertanian Rl ditunjuk sebagai Chairman pertemuan. Sebagai rapporter ditunjuk wakil dari Nigeria dan wakil dari Indonesia. Pertemuan Tingkat Menteri ini, sepakat untuk menyetujui hasil Pertemuan Senior Official yang telah diselenggarakan sehari sebelumnya tanggal 4 Oktober 2012. Pertemuan sepakat untuk mengadopsi hasil pertemuan dimaksud. Agenda 4. Introduction of the D-8 Programme for Food Security (D8PFS), Iran menyampaikan concept note terkait program D8PFS. Namun, terkait masalah funding, Pertemuan sepakat untuk mencatat hasil Konferensi Tingkat Tinggi D-8 di Abuja 2011 dan Joint Investment Funding (JIF) untuk membiayai proyek dan program D-8. Pertemuan sepakat agar Sekretariat D-8 segera membahas pendirian JIF dengan negara angota. Terkait Joint Statement, Pertemuan mengadopsi Mataram Initiative.
sepakat
untuk
Nigeria menyampaikan kesediannya untuk menjadi tuan rumah pada the 4th D-8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security tahun 2013. Selain itu Turki juga menyampaikan kesediaanya untuk menjadi tuan rumah pada The 5th D-8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security tahun 2014. Pada Pertemuan Tingkat Menteri ini juga dilaksanakan launching website the Animal Feed Information Centre (AFIC). 2. Sidang International Tripartite Rubber Council (ITRC) ke-20 Sidang International Tripartite Rubber Council (ITRC) ke-20 dilaksanakan pada tanggal 1-5 Oktober 2012 di Chiang Mai, Thailand. Setelah harga karet alam ketiga negara anggota ITRC mengalami tekanan sejak awal tahun 2012 dan mencapai titik terendah di bulan Agustus 2012 di kisaran US$ 250 cents per kg, harga karet alam menunjukkan perkembangan positif dan pada akhir September 2012 berada pada level US 300 cents per kg serta diperkirakan akan berada pada kisaran antar US 350 cents per kg - US 400 cents per kg di akhir tahun 2012. Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
35
Membaiknya sentimen pasar karet alam disebabkan antara lain oleh stimulus keuangan yang dilakukan oleh US Federal Reserve dan optimisme terhadap langkah-langkah European Central Bank dalam mengatasi krisis ekonomi di Eropa serta keputusan ITRC untuk mengurangi supply karet alam melalui skema pengurangan volume ekspor karet alam (Agreed Export Tonnage Scheme/AETS). IRCo selaku Sekretariat ITRC telah melakukan pendekatan dan komunikasi intensif kepada Ministry of Agriculture and Rural Development Vietnam, Ministry of Trade and Industry Vietnam dan Vietnam Rubber Group dengan tujuan untuk menjajaki agar Vietnam dapat masuk menjadi anggota ITRC. Namun, kunjungan kerja yang sedianya dilakukan oleh pejabat senior ITRC pada bulan Mei dan Juni 2012 batal dilaksanakan karena pihak-pihak terkait di Vietnam berhalangan. Untuk itu, IRCo akan tetap melakukan komunikasi dengan pihak Vietnam agar pejabar senior ITRC dapat mengadakan kunjungan kerja ke Vietnam atau pejabat senior Vietnam dapat bertemu dengan pejabat senior ITRC di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) ITRC pada bulan Desember 2012 di Thailand. Formula permanen untuk menghitung alokasi pengurangan volume ekspor bagi masing- masing negara melalui implementasi AETS belum disepakati karena masing-masing Negara memiliki usulan formula penghitungan yang berbeda. Berkenaan dengan hal tersebut, formula penghitungan AETS akan dibahas lebih lanjut pada PTM ITRC mendatang. Agreed Export Tonnage Scheme
Berdasarkan evaluasi implementasi Supply Management Scheme (SMS) selama 5 tahun (2007-2011), produksi Indonesia melampaui alokasi produksi sebesar 82.309 hektar namun untuk new planting area masih memiliki alokasi seluas 130.199 hektar. Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap implementasi secara bersamaan ketiga negara ITRC menunjukkan bahwa secara keseluruhan baik produksi maupun new planting area di ketiga negara tidak melampaui alokasi target yang ditetapkan. ITRC telah sepakat untuk mengimplementasikan AETS dengan mengurangi volume ekspor karet alam sebanyak 300.000 ton selama 6 bulan periode 1 Oktober 2012 - 1 Maret 2013 dengan rincian Thailand sebesar 142.772 ton, Indonesia sebesar 117.306 ton, dan Malaysia sebesar 39.992 ton. Gapkindo sebagai executing agency Indonesia telah menerapkan pengurangan volume ekspor untuk periode Oktober-Desember 2012 sebanyak 60% yaitu 70.384 ton dan
36
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
selebihnya 40% yaitu sebesar 46.992 ton dialokasikan untuk periode Januari-Maret 2013 kepada seluruh produsen/eksportir karet alam Indonesia. Untuk memonitor implementasi AETS, Monitoring and Surveillance Committee (MSC) ITRC diaktifkan kembali dan masing-masing negara diminta untuk menyampaikan 4 wakilnya secara resmi ke Sekretariat ITRC paling lambat 10 Oktober 2012. Sesuai kesepakatan PTM ITRC 2011 di Bali, ITRC merencanakan untuk membentuk pasar karet regional secara bertahap (phased approach). Hal-hal yang menjadi kesepakatan berkaitan dengan pembentukan pasar karet regional sebagai berikut: 1) Dalam rangka persiapan pembentukan pasar karet regional tersebut, Expert Group on Establishment of Regional Rubber Market (EGERRM) ITRC membentuk working group ad hoc yaitu Technical Working Group (TWG) on Establishment of Regional Rubber Market (ERRM). TWG yang melibatkan Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Bursa Malaysia Derivatives (BMDB) dan Rubber Research Institute of Thailand (RRIT) telah mengadakan pertemuan pada tanggal 1 Oktober 2012. 2) Pembentukan pasar karet regional ini akan difokuskan pada pengembangan pasar fisik karet alam. Dasar kontrak karet yang diperdagangkan adalah harga karet alam berbasis FOB dan jenis karet alam yang akan diperdagangkan adalah STR20 dan RSS3 (Thailand), SIR20 (Indonesia), dan SMR20 (Malaysia). 3) IRCo akan menjadi tempat pelaporan untuk pengumpulan dan penyebarluasan harga fisik karet alam dari tiga negara. 4) EGERRM meminta TWG untuk mengkaji harmonisasi peraturan pasar fisik karet dahulu dan kemudian pasar berjangka di masing-masing negara untuk tahapan berikutnya. Selanjutnya, perlu juga adanya upaya untuk mengkonsolidasikan pasar fisik dan pasar berjangka ke dalam pasar fisik karet alam regional sebagai tujuan jangka panjang. 5) ITRC akan mengusulkan proposal untuk menggunakan konsultan dalam mengkaji pendirian pasar karet alam regional di masa yang akan datang pada PTM ITRC 2012. Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
37
6) Berkaitan dengan penambahan modal tambahan IRCo (additional capital call-up), Indonesia menyampaikan bahwa pembayaran tambahan modal untuk IRCo akan dilakukan pada semester kedua tahun 2013. Baik Thailand maupun Malaysia akan membayar pula pada bulan November-Desember 2013. 7) Penentuan tingkat Trigger Price ITRC belum disepakati karena Thailand masih berbeda pendapat dengan Indonesia dan Malaysia. Sedangkan untuk tingkat reference price ITRC yaitu sebesar US 220 cents per kg akan diusulkan kepada para menteri ITRC untuk dipertimbangkan dan disetujui pada PTM mendatang. Tingkat Reference Price adalah sesuatu yang rahasia dan dianjurkan tidak diketahui publik karena merupakan strategi ITRC dalam mempertahankan tingkat harga karet alam. 8) Berkaitan dengan draft paper tentang Future Roles of ITRC/IRCo in the Next 10 Years yang akan dipresentasikan kepada para menteri pada PTM mendatang, Thailand menambahkan usulan mengenai Demand Promotion Scheme dan Tapping Holidays. Masing-masing negara diharapkan dapat menyampaikan tanggapan sebelum PTM dilaksanakan. 9) Sidang ITRC ke-21 akan dilaksanakan di Indonesia dan PTM ITRC akan dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2012 di Thailand. 3.
Pertemuan 28th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation Pertemuan 28th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation (COMCEC) of the Organization of the Islamic Cooperation dilaksanakan di Istanbul, Turki pada tanggal 8-11 Oktober 2012. Pertemuan diawali dengan Senior Official Meeting (SOM) dan dilanjutkan dengan COMCEC Ministerial Meeting yang dipimpin oleh Turki selaku ketua COMCEC. Pertemuan ini dihadiri oleh 48 negara anggota, 5 negara observer, Macedonia sebagai undangan, organ-organ subsider OKI, organ-organ yang berafiliasi dengan OKI, Standing Committee OIC, dan institusi internasional lainnya.
38
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Gambar 2. COMCEC Ministerial Meeting
COMCEC Strategy
Pertemuan ke-28 COMCEC dibuka oleh Perdana Menteri Turki, sebagai alternate Ketua COMCEC-OKI (Presiden Turki yang berhalangan hadir). Dalam kaitan ini, dua proyek diluncurkan yakni COMCEC Strategy dan S&P OIC/COMCEC 50 Index. COMCEC Strategy merupakan strategi komprehensif untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan. Strategi ini menyoroti 6 (enam) bidang kerja sama perdagangan, transportasi, pariwisata, pertanian, pengentasan kemiskinan, dan keuangan. Strategi ini memiliki visi untuk membangun umat Islam yang makmur berdasarkan solidaritas dan saling ketergantungan, mobilitas ditingkatkan dan pemerintahan yang baik. Sedangkan Islamic Index tersebut berperan untuk mengatasi meningkatnya pertumbuhan instrumen keuangan Islam. Perdana Menteri (PM) Turki menyampaikan bahwa masalah pembiayaan proyek-proyek OKI merupakan hal lain yang memerlukan perhatian lebih lanjut secara kolektif dan holistik. Untuk itu, diharapkan kerja sama dalam kerangka COMCEC OKI akan meningkat pada tahun-tahun mendatang. Selain itu, dalam konteks global, dengan adanya krisis di Eropa dan Amerika, PM Turki menekankan bahwa Negaranegara OKI memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi dunia yang sehat dan stabil. PM Turki menekankan bahwa pergerakan bebas harus ditingkatkan, solidaritas di antara negara-negara anggota harus didorong dan manajemennya harus menjadi lebih baik. Sekretaris Jenderal OKI, dan masing-masing vice chairman yang mewakili wilayah Asia (Pakistan), Afrika (Gabon), dan Arab (Kuwait) menyampaikan dukungan dan komitmen terhadap kerja sama COMCEC dan menekankan kebutuhan untuk meningkatkan kerja sama dalam kerangka COMCEC.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
39
Pertemuan ke-28 COMCEC juga mendengarkan laporan dari COMCEC Coordination Office, Statistical, Economic and Social Research and Training Centre for Islamic Countries (SESRIC), Islamic Centre for Development of Trade (ICDT), Islamic University of Technology (IUT), Islamic Development Bank (IDB), Islamic Chamber of Commerce, Industry and Agriculture (ICCIA) dan Standards and Metrology Institute of Islamic Countries (SMIIC). Dalam kesempatan Pertemuan Tingkat Menteri COMCEC-OKI kali ini, Ketua Delegasi Rl menyampaikan statement berisi pemikiran Indonesia tentang perlunya Negara-negara OKI mencoba melihat kemungkinan adanya peluang meningkatkan perdagangan dan investasi dengan memperluas kerja sama OKI dengan kelompok regional yang sangat menonjol yaitu ASEAN dan APEC. Hal tersebut menjadi lebih penting saat ini dengan ketidakpastian ekonomi di Eropa, Amerika Serikat, dan juga cenderung mulai dirasakan di wilayah Asia. Dalam statement-nya, Ketua Delegasi Indonesia mengemukakan bahwa Indonesia yang pernah mengetuai ASEAN pada tahun 2011 dan akan menjadi tuan rumah kegiatan Konferensi APEC pada tahun 2013 dapat bersama dengan Turki selaku Ketua COMCEC-OKI mulai menjajaki kemungkinan kerja sama tersebut. Agenda Pertemuan COMCEC ke-28 memiliki cakupan yang sangat luas seperti: tinjauan atas Program 10 tahun OKI dan Rencana Aksi memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan serta kerja sama perdagangan di antara Negara anggota OKI; Perkembangan perekonomian dunia yang terkait Negara-negara OKI; Perdagangan intra OKI; Sektorsektor Prioritas di antara Negara-negara OKI seperti masalah Ketahanan Pangan, Pariwisata, dan Transportasi; Kerja sama Keuangan; Penghapusan Kemiskinan; Peningkatan Peran Sektor Swasta dalam Kerja sama Ekonomi; serta hal-hal lain yang merupakan inisiatif organ-organ subsider OKI lainnya seperti Islamic Development Bank (IDB), Komisi Statistik OKI, dan sebagainya. Agenda ltem:2
40
Pada agenda Review of the Implementation of the OKI Ten Years Program of Action and the Plan of Action to Strengthen Economic and Commercial Cooperation among the OKI Member States, Sekretariat Jenderal OKI menyampaikan laporan perkembangan Ten Years Program of Action (TYPOA). Pertemuan sepakat agar Sekjen OKI lebih aktif dalam mengomunikasikan tindak lanjut implementasi resolusi dengan Negara-negara OKI serta Negara-negara anggotanya Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
dihimbau untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan, proyek, dan program yang diinisiasi COMCEC. Terkait upaya peningkatan perdagangan intra-OKI, Negara-negara OKI diminta untuk segera menandatangani dan meratifikasi semua agreements kerja sama ekonomi-perdagangan. Pertemuan mencatat rekomendasi pada Workshop "Country Partnership Models with Central Asia", yang diselengggarakan COMCEC Coordination Office, bekerja sama dengan Turkish International Coordination and Cooperation Agency (TIKA), dan meminta Executive Committee of the OIC plan of action for Central Asia untuk mempertimbangkan rekomendasi ini dalam merencanakan kegiatan yang akan datang dan menghimbau pelaksanaan lebih lanjut dari proyek-proyek dalam kerangka Plan tersebut. Pertemuan Sessional Committee yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2012, menyampaikan laporan mengenai tinjauan proyek-proyek kerja sama COMCEC yang diusulkan dan pertimbangan mengenai usulan proyek yang baru, antara lain sebuah usulan proyek baru yakni "OIC Single Window", ICDT telah ditunjuk sebagai koordinator proyek yang diusulkan. Malaysia telah menyampaikan Project Profile Form (PPF) dan Komite meminta institusi OKI yang relevan untuk menyampaikan pendapatnya dalam dua bulan. Terhadap laporan ini, Pertemuan COMCEC meminta agar negara-negara anggota yang berminat agar dapat berpartisipasi aktif dalam mengimplementasikan proyekproyek tersebut. World Economic Developments with Special Reference to the OKI Member Countries (Agenda ltem:3)
Menurut laporan terkini Statistical, Economic and Social Research and Training Centre for Islamic Countries (SESRIC), selama periode 2006-2010, pertumbuhan perdagangan intraOKI menunjukkan kecenderungan meningkat, yakni mencapai 17,6% pada tahun 2010 sebelum menurun sedikit menjadi 17,3% pada tahun 2011. Meskipun nilai ekspor intraOKI mencapai level tertinggi US$ 322 miliar pada tahun 2011, pangsa total ekspor intra-OKI tersebut sedikit menurun menjadi 15,1% dibandingkan tahun 2010 sebesar 15,8%. Dalam periode yang sama, total impor ke sesama anggota OKI meningkat pesat dan mencapai US$ 354 miliar pada tahun 2011, yakni 20% dari total impor OKI. Namun, telah diamati bahwa 78,3% ekspor intra-OKI hanya dilakukan oleh 10 negara OKI. Arus masuk investasi langsung (FDl) ke Negara-negara OKI tidak memberi kontribusi yang siginifikan dalam perekonomian selama periode 2007-2011. Sejalan dengan
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
41
tren global, arus FDl ke Negara-negara OKI turun menjadi US$ 133 miliar pada tahun 2009 dibandingkan dengan tingkat yang relatif tinggi US$ 171.5 miliar pada tahun 2008. Meskipun terjadi sedikit peningkatan pada tahun 2010, arus masuk FDI ke negara-negara OKI mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi US$ 134 miliar yang menyumbang 22,6% dalam figur FDl OKI khususnya ke negara-negara berkembang tetapi hanya bertumbuh 8,8% dari rata-rata FDl global. Secara umum, dalam seluruh analisis laporan, dinyatakan bahwa kinerja keseluruhan dari negara anggota masih sangat dipengaruhi oleh kinerja beberapa negara anggota saja. Sebagai contoh, pada tahun 2011, hanya 10 negara anggota memproduksi atau menghasilkan 73,4% dari output negara OKI keseluruhan (PDB). Hampir 10 negara yang sama menyumbang lebih dari 76% dari total ekspor barang, dan juga hanya 10 negara anggota menyumbang sebesar 70,1% daripada keseluruhan pemasukan FDl semua negara OKI di tahun tersebut. Pertemuan ke-28 COMCEC mencatat rekomendasi SESRIC pada Annual Economic Report 2012 dan meminta SESRIC untuk terus mengkaji perkembangan ekonomi dunia, serta mengusulkan rekomendasi kebijakan-kebijakan. Intra-OIC Trade (Agenda Item: 4)
Upaya memperkuat kerja sama ekonomi di antara negaranegara OKI semakin intensif. Dengan telah disampaikannya daftar konsesi tarif (concession lists) oleh 10 negara anggota (terakhir Yordania) dan dengan telah diselesaikan penandatanganan dan ratifikasi Perjanjian-perjanjian IPS-OKI, maka telah tercapai target jumlah negara untuk operasionalisasi dalam skema TPS-OKI. Secara umum, seluruh negara anggota diharapkan dapat menjadi partisipan dalam TPS-OKI tersebut. Bagi negara anggota yang belum menyelesaikan proses penandatanganan dan ratifikasi TPS-OKI dan daftar produk mereka sesuai dengan ketentuan yang relevan dari resolusi COMCEC, dihimbau untuk menyampaikannya sesegera mungkin. Ini termasuk tahap pengurangan tarif tahunan beserta daftar produk (jadwal konsesi), contoh cetakan Certificate of Origin TPS-OIC dan specimen stempel jabatan pejabat yang berwenang dan untuk menyelesaikan langkah-langkah internal, baik secara hukum dan administrasi. Pertemuan ke-28 COMCEC menghimbau Negara-negara OKI untuk mendorong pemerintah dan sektor swasta untuk berpartisipasi aktif dalam pameran-pameran yang akan datang, sebagai berikut:
42
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
1) 1st OIC Halal food Expo tanggal 10-12 Desember 2012 di Sharjah, Uni Emirat Arab; 2) 1st OIC Trade Handicraft Exhibition, tanggal 11-14 April 2013, di Casablanca, Maroko; 3) 1st Fair on Furniture, Decoration and Household Electrical Appliances, tanggal 12-16 Mei 2013, di Madinah, Saudi Arabia; 4) 6th Exhibition of Agribusiness Industries of OIC Member States, tanggal 13-16 Mei 2013 di Muscat, Oman; dan 5) 14th Islamic Trade Fair, tanggal 28 Oktober-1 November 2013 di Teheran, Iran. Pertemuan juga menyerukan IDB untuk bersinergi dengan ICDT dalam upaya memperkuat kapasitas SDM dan institusi Negara-negara OKI agar dapat berkontribusi dalam negosiasi multilateral dan mengaksesi WTO berbasis adil dan merata, hingga Agustus 2012, dari 57 negara OKI, 40 negara diantaranya adalah anggota WTO, 14 negara yang berposisi sebagai observer WTO, sedangkan 3 negara lainnya yakni Palestina, Sudan, dan Turkmenistan tidak menjadi anggota dan observer bagi WTO. Pertemuan mengapresiasi peran grup IDB dalam upaya meningkatkan dan mempromosikan perdagangan intra-OKI. Pertemuan meminta grup IDB (International Islamic Trade Finance Coorporation/ITFC) untuk terus mengembangkan program pembiayaan perdagangan yang lebih inovatif untuk keuntungan negara-negara anggota, dan (Islamic Corporation for the Insurance of Investments and Export Credit/lClEC) untuk mengembangkan program asuransi investasi negaranegara anggota dan observer untuk meningkatkan pemasukan investasi intra-OKI. Terkait dengan hal tersebut, Iran menawarkan untuk menjadi tuan rumah pada konferensi "Cooperation and Collaboration among Export Credit Agencies of OIC Member States" pada bulan Mei 2013 di Teheran. Pertemuan meminta negara-negara anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan Standards and Metrology Institute for Islamic Countries (SMIIC) sebagai wadah yang membidangi masalah-masalah standar, metrologi, dan akreditasi. Selain itu, pertemuan mencatat finalisasi standar SMIIC dan meminta anggota-anggotanya untuk mengambil langkah yang diperlukan di negaranya masing-masing. Pertemuan juga mengajak kepada Negara-negara OKI yang belum bergabung dengan SMIIC untuk mendapatkan manfaat dari layanan yang disediakan SMIIC. Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
43
Pertemuan mencatat inisiatif pernbentukan Arbitration Mechanism sebagai sebuah forum baru untuk menyelesaikan sengketa dagang dan investasi intra-OKI. Pertemuan meminta negara-negara anggota untuk menyampaikan pandangannya terkait Studi mengenai "Relevance of Establishment of an Arbitration Mechanism" kepada Sekjen OKI pada kesempatan pertama. Priority Sectors (Agenda Sebagai tindak lanjut 6th OIC Ministerial Meeting on Food Item: 5) Security and Agricultural Development khususnya mengenai usulan Kazakhstan untuk mendirikan Kantor Ketahanan Pangan OKI di Kazakhstan, Delegasi Kazakhstan telah mempresentasikan Draft Proposal on Establishment of an OIC Food Security Reserve in Central Asia kepada Delegasi Negara-negara OKI di sela-sela Pertemuan COMCEC ke-28. Sebagian besar peserta pertemuan tersebut menyatakan keberatan apabila institusi yang akan dibentuk tersebut melakukan pembelian cadangan pangan (food reserve) karena akan menimbulkan konsekuensi biaya yang harus ditanggung oleh negara yang menjadi anggota dalam badan tersebut. Atas masukan/tanggapan peserta pertemuan, pihak Kazakhstan merevisi draft proposal dan judulnya berubah menjadi: Establishment of OIC Food Security Offices in Kazakhstan. Institusi tersebut diharapkan akan lebih banyak melakukan pengawasan, analisis, dan rekomendasi terhadap bidang ketahanan pangan. Pertemuan mengharapkan tanggapan/masukan dan dukungan negara-negara anggota paling lambat tanggal 31 Oktober 2012 melalui Sekretariat OKI, Adapun 7th OIC Ministerial Meeting on Food Security and Agricultural Development akan diselenggarakan pada bulan Desember 2012 di Dakar, Senegal. Pertemuan mendukung inisiatif pembentukan OIC/COMCEC Tourism Forum. COMCEC Coordination Office menekankan pentingnya sektor swasta dalam pariwisata. Kementerian Budaya dan Pariwisata Turki bersedia menjadi Sekretariat Forum dimaksud dan menjadi tuan rumah Forum tersebut setiap bulan Desember di Izmir. Pertemuan menyambut positif tawaran Turki untuk menjadi tuan rumah pada 1st Meeting of the OIC/COMCEC Private Sector Tourism Forum pada tanggal 7-8 Desember 2012 di Izmir, Turki, dan menghimbau Negara-negara anggota untuk mendorong wakil-wakil sektor swasta di sektor pariwisata untuk mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam event penting ini. Terkait hal ini, Pertemuan menyambut positif usulan Turki untuk menyelenggarakan program pelatihan 44
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
"Management of Hotels and Travel Agencies" pada bulan April 2013. Selain itu, Pertemuan juga menghimbau agar negara-negara anggota dapat berpartisipasi dalam 2nd Tourism Fair of the OIC Member States pada tanggal 20-23 Desember 2012 di Kairo, Mesir. Pertemuan menghimbau negara-negara anggota dan institusi-institusi OKI untuk memberikan dukungan terhadap implementasi Framework of Cooperation in the Field of Transport among the OIC Member States (Dokumen Izmir) yang mengembangkan proyek-proyek pengembangan kerja sama. Sejalan dengan spirit dokumen dimaksud, pertemuan juga menyambut positif tawaran Turki untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di bidang transportasi darat, penerbangan sipil dan industri pembuatan kapal dengan negara-negara anggota yang berminat. Financial Cooperation (Agenda Item: 6)
Pertemuan menyambut positif peluncuran S&P OIC/COMCEC 50 Shariah Index, dan meminta negara-negara anggota dan IDB untuk mendukung promosi Islamic Index tersebut. Pertemuan juga menerima tawaran Pemerintah Turki untuk menjadi tuan rumah bagi pelaksanaan 7th Meeting of OKI Stock Exchanges Forum pada tahun 2013 di Istanbul, Turki dan menghimbau negara-negara anggota untuk dapat berpartisipasi dalam pertemuan dimaksud. Pertemuan mencatat rekomendasi 1st Meeting of COMCEC Capital Markets Regulators Forum dan menyambut baik pembentukan website Forum tersebut (www.comceccmr.org) oleh Badan Pasar Modal Turki dan menghimbau negara anggota untuk berkontribusi dalam kerja Forum tersebut dan satuan kerjanya. Pertemuan menerima tawaran Capital Markets Board Turki untuk menjadi tuan rumah pada 2nd Meeting of COMCEC Capital Markets' Regulators Forum pada bulan Oktober 2013 di Istanbul dan menghimbau negara-negara anggota untuk dapat berpartisipasi pada pertemuan dimaksud. Pertemuan menyambut baik aktivitas kerja sama dan pertukaran informasi di antara bank-bank sentral dan otoritas keuangan, khususnya dalam bidang: operasi, regulasi dan pengawasan sistem pembayaran. COMCEC Coordination Office mengundang negara-negara anggota untuk dapat berpartisipasi pada pertemuan dimaksud.
Poverty Alleviation (Agenda Item: 7)
Terkait dengan pledge kontribusi yang disampaikan negaranegara anggota kepada ISFD, pertemuan ke-28 COMCEC meminta negara-negara anggota termasuk Indonesia, segera merealisasikannya. Selain itu, pertemuan juga mendorong
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
45
negara anggota lainnya dan juga institusi OKI yang relevan untuk menyediakan bantuan yang dibutuhkan kepada Mali untuk mengatasi krisis pangan. Pertemuan meminta IDB untuk menyelesaikan pertimbangan memberikan dukungan atas proyek-proyek kapas yang telah disampaikan. Pertemuan meminta SESRIC dan IDB untuk melanjutkan pengembangan proyek-proyek baru di bawah sub-program Vocational Education and Training Programme for OIC Member Countries (OIC-VET). Kini OIC-VET Programme telah memiliki 29 National Focal Points (NFPs) yang ditugaskan oleh otoritas nasionai berwenang di antara Negara-negara OKI untuk mengimplementasikan program tersebut secara tepat di tingkat nasional dan mempertahankan komunikasi dengan SESRIC, institusi penyelenggara program. Increasing the Role of Private Sector in Economic Cooperation (Agenda Item: 8)
Pertemuan mencatat penyelenggaraan Program Pelatihan dan Workshop oleh Islamic Chamber of Commerce, Industry, and Agriculture (ICCIA) bagi sektor swasta di bidang penambahan nilai, keuangan mikro, dan pengembangan kewirausahaan dalam UKM. Pertemuan juga menghimbau negara-negara anggota untuk mendorong sektor swasta untuk berpartisipasi aktif dalam 6th Businesswoman Forum pada tanggal 12-14 Desember 2012 di Bahrain, dan 15th Private Sector Meeting yang akan diselengggarakan pada tanggal 28-30 Oktober 2013 di Iran. Pada sesi Exchange of Views: "Enhancing the Competitiveness of Small and Medium Sized Enterprises in the Member States", Pertemuan ke-28 COMCEC menghimbau lembaga pemerintah, kamar dagang, asosiasi bisnis dan universitas untuk meningkatkan dukungan terhadap UKM untuk menjamin kelangsungan dan daya saing. Pertemuan menyepakati sebuah tema sesi Exchange of Views pada Pertemuan tingkat menteri ke-29 COMCEC yang akan datang, yakni "Increasing FDl Flows to QIC Member Countries," dan meminta SESRIC dan Grup IDB, bekerja sama dengan COMCEC Coordination Office dan institusi OKI yang relevan untuk menyelenggarakan sebuah workshop mengenai tema tersebut dan menyampaikan laporannya pada COMCEC tahun 2013.
Date of the 29th Session Pertemuan ke-28 COMCEC menyepakati pertemuan COMCEC of the COMCEC (Agenda berikutnya akan dilaksanakan pada tanggal 18-21 November Item: 9) 2013, dengan didahului 29th Meeting of the Follow-up Committee tanggal 14-15 Mei 2013 di Istanbul, Turki. 46
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Any Other Business (Agenda Item: 10)
Pertemuan ke-28 COMCEC menyambut inisiatif Program Sertifikasi dan Akreditasi untuk Profesi Statistik, yang dikembangkan oleh Komisi Statistik OKI (OIC Statistical Commission/OIC-StatCom), dan meminta IDB dan SESRIC berkontribusi secara teknis dan finansial pada implementasi yang efektif pada program ini agar bermanfaat bagi institusi Statistik nasional negara-negara anggota.
4. Sidang Association of Natural Rubber Producing Countries Rangkaian Sidang ANRPC yaitu Sidang Information and Statistics Committee ke-6, Industry Matters Committee ke-6, Executive Committee ke-41 dan Assembly ke-35 diselenggarakan pada tanggal 15-19 Oktober 2012 di Medan dan dihadiri oleh 8 negara anggota ANRPC yaitu: Kamboja, China, India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Pokok-pokok penting hasil Sidang ANRPC adalah: 1) Hampir semua negara anggota memiliki kekurangan dan belum lengkap dalam penyampaian laporan data statistik karet alam bulanan kepada Sekretariat ANRPC. Tiap negara diminta agar dapat menyampaikan data bulanan dalam format excel dan sedapat mungkin memberikan data sesuai batas waktu dan format yang telah diberikan. 2) Negara anggota diharapkan dapat melakukan survei terhadap petani karet alam. Hasil survei dimaksud diminta dapat dilaporkan kepada Sekretariat ANRPC sesuai panduan yang ada sebelum bulan Juni 2013. 3) Thailand akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan workshop lanjutan untuk menyusun consolidated supplydemand modeling ANRPC pada bulan Juni 2013. Working Group of Experts on Supply-Demand Analysis ditugaskan untuk melaporkan perkembangan penyusunan model dimaksud pada sidang mendatang. 4) Expert Group on Promotion of NR as Environment Friendly Raw Material akan diaktifkan kembali. Negara anggota diminta untuk menyampaikan nominasi anggota Expert Group paling lambat bulan November 2012. Expert Group bertugas untuk menyiapkan laporan mengenai kemungkinan karet alam memenuhi persyaratan untuk carbon trading dalam kerangka Clean Development Mechanism (COM). Laporan tersebut diharapkan dapat diselesaikan pada bulan Maret 2013 untuk selanjutnya Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
47
akan didistribusikan kepada instansi terkait di negara masing-masing. 5) Menindaklanjuti hasil Sidang Executive Committee ke-40 di Bangkok bulan Maret 2012, dengan pertimbangan tidak adanya perubahan struktural pada konstitusi ANRPC, negara anggota menyetujui amandemen terhadap konstitusi ANRPC. Selanjutnya, negara anggota dapat menyampaikan revisi terhadap tata bahasa teks konstitusi ANRPC, Staff Rules and Regulation, Financial Rules sebelum tanggal 19 November 2012. 6) Pembahasan mengenai budget ANRPC tahun 2013 cukup berarti berhubung alokasi kontribusi negara anggota akan naik untuk tahun 2013. Negara anggota tidak menyetujui pembelian mobil baru seharga RM 105.000 dan restrukturisasi website ANRPC sejumlah RM 35.000. Khusus untuk website, disarankan untuk mencari penawaran lain agar restrukturisasi dapat dilaksanakan dengan bujet lebih kecil. 7) Usulan untuk memberikan education grant for professional staffs for unaccompanied/accompanied children ditunda karena belum diperoleh kesepahaman antara negara anggota. Pada tanggal 17 Oktober 2012 dilaksanakan pula ANRPC Annual Rubber Conference dengan tema Towards Sustainable NR Production. Konferensi yang dihadiri oleh 150 peserta dari berbagai negara terbagi dalam 2 sesi. Sesi 1 adalah sesi open forum dengan pembicara yaitu wakil dari 8 negara anggota ANRPC yang mendiskusikan mengenai kebijakan dan strategi produksi tiap-tiap negara. Sesi 2 adalah diskusi panel dengan pembicara yaitu Ketua Gapkindo, Sekjen International Rubber Study Group (IRSG), Sekjen International Rubber Research and Development Board (IRRDB), wakil International Rubber Consortium Limited (IRCo), dan wakil LMC International. Pada Sesi ke-35 Assembly ANRPC tanggal 19 Oktober 2012 dilakukan serah terima chairmanship 2012/2013 dari Prof. Chen Quibo mewakili China kepada Bapak Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional yang diwakili oleh Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan. Pada tanggal 20 Oktober 2012 dilakukan kunjungan lapangan ke PTPN III. Kunjungan dilakukan untuk melihat perkebunan karet dan pabrik crumb rubber, yang merupakan pabrik crumb rubber terbaik di antara pabrik milik pemerintah. 48
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Rangkaian sidang ANRPC tahun depan akan dilaksanakan tentatif pada bulan Oktober 2013 di Sri Lanka. Bapak Dirjen KPI selaku Chairman ANRPC tahun 2012/2013 akan memimpin rangkaian Sidang ANRPC khususnya acara Annual Rubber Conference ke-6 dan Sidang Executive Committee serta Assembly. Pada Sidang Assembly tahun 2013, akan dilaksanakan serah terima chairmanship dari Indonesia kepada Sri Lanka. D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral 1. Pertemuan Trade Ministers' Meeting Indonesia -Australia ke-10 Pertemuan Trade Ministers' Meeting Indonesia -Australia ke10 berlangsung pada tanggal 12 Oktober 2012 di Canberra, Australia. Trade Ministers' Meeting (TMM) IndonesiaAustralia merupakan forum pertemuan bilateral tahunan yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan kedua Negara untuk saling membahas isu-isu perdagangan dan investasi guna meningkatan hubungan perdagangan kedua Negara, termasuk membahas upaya-upaya kedua Negara dalam rangka mengatasi hambatan perdagangan yang diindikasikan dapat menurunkan performa perdagangan bilateral Indonesia-Australia.
Gambar 3. Kunjungan Kerja Mendag ke Australia
Selain isu multilateral seperti APEC dan WTO serta isu regional seperti RCEP, kedua Negara berkesempatan untuk membahas isu-isu bilateral lainnya yakni: tindak lanjut perundingan pertama Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (lA-CEPA); tindak lanjut the second Annual Leaders' Meeting Indonesia-Australia; ketentuan impor Indonesia mengenai produk hortikultura; Illegal Logging Prohibition Bill; Live Cattle; Market /Access for Indonesia's Tropical Fruits; Indonesia's Mining Regulation; Tobacco Plain Packaging Bill; dan Trade and Investment. Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
49
Business Partnership Group
TMM dibuka dengan laporan sementara atas Business Partnership Group (BPG) lA-CEPA yang dilaksanakan oleh perwakilan BPG. BPG dibentuk untuk memberikan masukan terhadap keberadaan lA-CEPA khususnya dalam perspektif bisnis atas hal-hal yang harus menjadi fokus dalam perundingan lA-CEPA. Diharapkan lA-CEPA dapat memfasilifasi dan responsif terhadap hubungan bisnis kedua Negara. Masukan diberikan oleh BPG dalam bentuk rekomendasi melalui suatu scoping study, BPG beranggotakan kalangan bisnis kedua Negara antara lain KADIN, ACCl, AIBC, dan IABC. Pertemuan BPG telah dilakukan 2 (kali) yakni pada tanggal 13 September 2012 di Sydney, 27 September 2012 di Jakarta, dan yang ke 3 (tiga) akan dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2012 di Indonesia. BPG menyatakan dukungan penuh dari kalangan bisnis Indonesia dan Australia atas keberadaan lA-CEPA. lA-CEPA merupakan salah satu bentuk kolaborasi yang penting bagi kedua Negara untuk meningkatkan perdagangan bilateral mengingat potensi yang dimiliki oleh Indonesia dan Australia yang saling komplementer. lA-CEPA diyakini dapat menjadi sarana bagi kedua Negara untuk bekerja sama dalam menembus pasar global. Kedua Menteri Perdagangan menekankan pentingnya untuk menindaklanjuti hasil pertemuan kedua kepala Negara pada saat pertemuan kedua Annual Leaders' Meeting Indonesia Australia yang telah dilaksanakan di Darwin pada tanggal 3 Juli 2012 yakni untuk saling memanfaatkan forum komunikasi yang tersedia terutama untuk saling mengeksplorasi upaya peningkatan hubungan perdagangan kedua negara yang selama ini telah terjalin dengan baik termasuk memecahkan masalah yang dapat timbul sewaktu-waktu. Pemerintah Australia memberikan perhatian khusus terhadap isu Illegal Logging Prohibition Bill dan Tobacco Plain Packaging di mana isu dimaksud merupakan isu yang penting bagi Indonesia. Pemerintah Australia meyakinkan bahwa kedua ketentuan dimaksud tidak dibuat sebagai suatu bentuk trade protectionism dan tidak dimaksudkan sebagai suatu peraturan yang dapat menimbulkan beban tambahan bagi para pelaku usaha. Indonesia menyampaikan apresiasi yang tinggi bagi pemerintah Australia atas dibukanya akses pasar Australia terhadap buah manggis Indonesia. Diharapkan agar Australia dapat membuka akses pasar terhadap buah-buahan tropis Indonesia lainnya, khususnya mangga dan salak.
50
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Sementara itu, Indonesia mencatat concern Australia terhadap pengenaan bea masuk 5 persen atas sapi hidup asal Australia termasuk kasus ditahannya sekitar 10.050 sapi hidup asal Australia. Indonesia mengharapkan agar permasalahan dimaksud dapat diselesaikan dengan win-win solutions. Australia juga berkesempatan untuk menyampaikan permintaan klarifikasi Indonesia atas kewajiban divestasi dalam kegiatan usaha pertambangan, mineral dan batu bara Indonesia yakni sebagaimana termuat dalam PP No. 24/2012 tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara, khususnya terkait divestasi. Terkait dengan peran Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan APEC dan WTO Ministerial Meeting pada tahun 2013, Australia menyampaikan kesediaannya untuk membantu pelaksanaan kedua kegiatan tersebut. Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kemendag, mengemukakan harapannya agar pertemuan Ministers Responsible for Trade (MRT) APEC pada bulan April 2013 di Surabaya dapat dijadikan momentum menuju WTO Ministerial Meeting yang akan dilaksanakan pada bulan Desember 2013. Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan kunjungan kerja, Menteri Perdaganganmemberikan kuliah umum mengenai perkembangan perekonomian Indonesia di Australian National University. Dalam kuliah tersebut Mendag mengajak kalangan akademis, khususnya pelajar Indonesia untuk lebih dalam memperkenalkan potensi Indonesia, baik itu dalam bidang perdagangan, investasi dan daya saing Indonesia lainnya. Menurut Mendag hal ini dapat mensosialisasikan posisi Indonesia yang menjadi key player perekonomian dunia. 2. Kunjungan Kerja ke Selandia Baru Kunjungan kerja ke Auckland, Selandia Baru berlangsung pada tanggal 11 Oktober 2012. Pada kunjungan ke Selandia Baru Delri diterima oleh Menteri Perdagangan Selandia Baru Tim Groser di Auckland untuk mendiskusikan isu perdagangan bilateral. Delri menyampaikan keberatan atas rencana Pemerintah Selandia Baru untuk menerapkan kebijakan Plain Packaging for Tobacco Products serta kebijakan label Environmental Choice New Zealand yang masing-masing berpotensi merugikan ekspor produk Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
51
tembakau serta produk hasil kayu Indonesia. Selain itu, disampaikan juga keinginan Indonesia untuk dapat memasarkan produk buah-buahan tropis di Selandia Baru, seperti manggis, mangga, dan salak. Sebaliknya, Selandia Baru menyampaikan pandangannya mengenai kebijakan impor hortikultura dan kebijakan impor sapi oleh Indonesia dan mengharapkan agar Indonesia dapat membuka pasar lebih luas bagi produk pertanian dan peternakan Selandia Baru. Delri juga bertukar pandangan atas posisi kedua negara di forum multilateral dan regional, yakni terkait Putaran Perundingan Doha di WTO, prakarsa Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang sedang dikembangkan oleh ASEAN bersama mitra Free Trade Agreement dan persiapan keketuaan Indonesia pada APEC 2013 dan WTO Ministerial Meeting. Selandia Baru menyatakan komitmennya untuk mendukung Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan WTO dan APEC. Pada kesempatan working lunch Delri berkesempatan mengundang investor Selandia Baru untuk mendorong investasi di bidang panas bumi, peternakan sapi dan pengolahan susu yang sangat potensial untuk dikembangkan. Dalam bidang pendidikan, kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerja sama, terutama antar universitas kedua negara dan peningkatan jumlah mahasiswa Indonesia di Selandia Baru. Selain itu, PT. Garuda Indonesia telah mendapat lampu hijau dari Auckland Airport Authority untuk membuka penerbangan langsung Indonesia - Selandia Baru pada tahun 2013. 3. Public Hearing Country Practice Review (CPR) on Intellectual Property Right (IPR) Pertemuan public hearing Country Practice Review (CPR) on Intellectual Property Right (IPR) untuk US Generalized System of Preference (GSP) Review of Country Practice berdasarkan Case - Indonesia No. 002-CP-11 IPR dilaksanakan pada tanggal 1-3 Oktober 2012 di US Trade Representative (USTR), Washington D.C. International Intellectual Property Alliance diwakili oleh Mr. Michael Schlesinger yang memulai testimony dengan mengajukan beberapa concern IIPA terhadap implementasi IPR di Indonesia. Pada intinya yang bersangkutan menekankan pada dua hal yaitu perlindungan dan penegakan HKI Rl yang belum efektif dan market akses produk AS ke Rl yang menghadapi masalah. 52
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Beberapa highlights dari testimony tersebut, antara lain: Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
1) IIPA mengakui upaya Pemerintah Rl dalam melakukan perbaikan dalam penegakan dan perlindungan HKI dan beberapa Kementerian teknis dianggap cukup kooperatif dalam bekerja sama untuk isu-isu yang dihadapi oleh anggota IIPA. Namun demikian, Indonesia dianggap belum memiliki perlindungan yang cukup efektif terhadap HKI, terutama pelaksanaan dalam enforcement. Disebutkan beberapa isu yang dihadapi anggota IIPA adalah online piracy, mobile device piracy, software piracy, text books copyright, physical Music, DVD dan CD piracy. Dikatakan bahwa 86% software di Indonesia adalah bajakan, sehingga potensi kerugian yang dialami industri AS sebesar 1,4 miliar USD. Walaupun pemerintah Indonesia sudah semakin gencar melakukan penangkapan namun dianggap belum efektif karena yang ditangkap bukan pemain/aktor utama namun hanya pedagang kecilnya. IIPA juga berharap bahwa investigator HKI dapat diperbanyak karena saat ini hanya berjumlah 14 orang. 2) Untuk hambatan akses pasar IIPA menyebutkan beberapa isu mengenai: (i) Peraturan Menkominfo No. 177/2011 mengenai penutupan ring-back tones yang bermaksud baik namun memiliki efek samping menghilangkan sumber pendapatan bagi industri musik; (ii) Customs valuation method atau bea masuk untuk produk audiovisual yang dianggap memberatkan dan tidak sejalan dengan WTO Customs Valuation Agreement; (iii) Undang-Undang Film tahun 2009 dengan peraturan pelaksanaannya yang dianggap berpotensi membatasi akses bagi film Amerika sehingga mengusulkan agar persyaratan untuk replikasi lokal semua theatrical print dan home video di Indonesia dihapuskan secara permanen; dan (iv) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang menurut IIPA membatasi kebebasan pemindahan data dari satu data center ke center lainnya di luar negeri, apalagi dengan adanya cloud computing ini. Testimony Indonesia disampaikan oleh Duta Besar Rl untuk Amerika Serikat, Dr. Dino Patti Djalal. Dalam intervensinya, Dubes Rl menyampaikan big picture hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat yang semakin dinamis. Ditekankan bahwa Indonesia dan AS telah sepakat dan berkomitmen untuk mengembangkan, memperdalam, dan
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
53
memperluas hubungan ekonomi antara Indonesia dan AS. Ditekankan pula bahwa Rl dan AS adalah mitra sejajar sehingga hubungan ekonomi dan perdagangan yang dijalin harus memberi manfaat bagi kedua pemerintah dan masyarakatnya masing-masing. Beberapa poin yang digarisbawahi Duta Besar Rl adalah: 1) Indonesia sebagai negara terbesar ke-16 dalam ekonomi dunia saat ini diperkirakan tumbuh sekitar 6.5% pada tahun 2012 dan pertumbuhan tersebut diperkirakan naik sampai 6.8% tahun 2013. Hal ini membuktikan tingkat pertumbuhan Indonesia di Asia setelah China. Sementara itu pada saat yang sama, AS merupakan negara terbesar ke-3 dalam Foreign Direct Investment (FDI). GSP AS memainkan peranan yang besar dalam memperkuat ekspor Indonesia ke AS. Hampir 13% dari total ekspor ke pasar AS dalam 7 bulan tahun 2012 memanfaatkan fasilitas GSP (duty free). 2) Indonesia percaya bahwa penerimaan IPR country practice merupakan bagian dari upaya-upaya AS lebih jauh dalam hubungan ekonomi bilateral antara kedua negara dalam memainkan peran yang lebih besar di global value chain. Dalam spirit friendship dan partnership, kedua negara dapat membuat forum dialog yang konstruktif dan efektif. Untuk meningkatkan diskusi dan dialog terkait IPR, telah disepakati untuk menggunakan forum WG on IPR yang disepakati dalam forum TIFA TIC di Bali pada Juli 2012. 3) Banyak hal yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia sebagai komitmen Pemerintah Rl dalam pembenahan dan penegakan IPR di Indonesia seperti illegal camcording, cable piracy, digital piracy, serta sanksi kriminal dalam memberantas pelanggaran patent, trademark, copyright, dan UU Industri Desain. Terakhir ditekankan pula bahwa Pemerintah Indonesia sangat terbuka dan bersedia bekerja sama dengan Pemerintah AS dalam mengembangkan dialog serta meminta bantuan teknis dalam capacity building IPR. Setelah testimony diadakan tanya-jawab dan diskusi. Anggota panel GSP mengajukan beberapa pertanyaan kepada DELRI, antara lain: (i) Bagaimana struktur penegakan hukum bagi aktivitas pelanggaran IPR di Indonesia, baik itu bagi pemilik rental maupun pengguna gedung. Bagaimana pula khususnya penegakan hukum bagi perusahaan yang berskala besar yang melanggar IPR; (ii) Kenapa dalam melakukan penegakan 54
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
hukum IPR di Indonesia perlu dilakukan warning sampai tiga kali terhadap perusahaan-perusahaan yang telah jelas melakukan pelanggaran. Apa alasan diberikan warning dan kenapa bukan ditangkap secara langsung. Mengingat hal ini tidak pernah terjadi di AS; (iii) Apakah ISP provider di Indonesia dapat melakukan pemblokiran terhadap illegal ring back tone; (iv) Dalam rangka penegakan IPR, berapa budget Pemerintah Indonesia untuk pengadaan license software di kantor-kantor pemerintah; (v) Bagaimana keseriusan Pemerintah Indonesia dalam membenahi perundangan dan kebijakan terkait IPR, apakah akan dilakukan amandemen terhadap UU terkait HKI dan sudah sampai di mana; (vi) Dalam rangka penegakan transparansi, Pemerintah Amerika Serikat dan pemangku kepentingan AS berharap dapat memberi masukan terhadap draft amandemen UU terkait HKI (Copyrights, Trademark, Industrial Design Law); (vii) Berapa perusahaan yang telah melakukan pelanggaran penyebaran obat palsu yang sudah ditangkap dan ditangani Pemerintah Indonesia. Secara umum Delri dapat menjawab semua pertanyaan yang disampaikan Panelis AS, namun beberapa kendala yang masih dihadapi adalah ketidakpahaman mengenai substansi IPR dan penguasaan bahasa Inggris dalam melakukan negosiasi. Namun demikian, menurut USTR jawaban Delri cukup memuaskan dan beberapa pertanyaan akan disampaikan dalam submisi post hearing comment pada tanggal 23 Oktober 2012 kepada USTR. 4. Scoping Exercise Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement Perjalanan dinas ke Brussels dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2012 dalam rangka pembahasan scoping exercise. Pembahasan kali ini sifatnya pre negotiation dan pada prinsipnya, pembahasan tidak berharap dapat dilakukan suatu keputusan atau persetujuan, tetapi memberikan klarifikasi scoping paper yang telah diusulkan pihak Indonesia dan membahas usulan counter draft dari EU. Ada beberapa bagian dari scoping paper yang telah disetujui oleh pihak UE walaupun perlu dibahas untuk klarifikasi setiap bagian. Namun ada bagian yang masih terdapat perbedaan pandangan sehingga memerlukan pembahasan yang lebih mendalam. Yang cukup alot dibicarakan adalah disampaikan oleh pihak UE bahwa pihaknya biasanya dalam pembuatan CEPA tidak mengikutsertakan unsur Economic Cooperation, Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
55
padahal justru unsur ini sangat prinsip bagi Indonesia, karena bila tidak mencakup unsur tersebut berarti CEPA tersebut tidak memberikan keuntungan bagi Indonesia. Hal lain ditemui bahwa pihak UE menghendaki agar unsur green growth dicantumkan dalam scoping paper guna mendukung perlindungan terhadap lingkungan. Unsur ini direspons guna menghindari adanya Technical Barrier to Trade (TBT) baru, dan standar yang sulit untuk dipenuhi. Dalam hal liberalisasi perdagangan, pihak UE menghendaki pembebasan tarif minimum 95% yang dinilai terlalu ambisius yang bisa menyulitkan para perunding nantinya. Hasil pembahasan tersebut akan dijadikan counter draft bagi UE sehingga memerlukan persetujuan dari 27 negara, sehingga akan memerlukan waktu sekitar tiga minggu untuk dapat menyampaikan counter draft resmi dari UE. Apabila UE telah menyampaikan counter draft terhadap scoping paper ke pihak Indonesia yang diperkirakan pada minggu ketiga bulan Nopember 2012, maka Dtijen KPI akan segera mengundang rapat para stakeholder yaitu Kementerian dan lembaga terkait dan KADIN serta APPINDO. Dalam rangka momentum kedatangan Presiden Uni Eropa Manuel Barosso di Bali pada bulan November 2012, maka direncanakan akan ditandatangani joint political statement berkaitan dengan perundingan Indonesia-Uni Eropa CEPA. 5. Joint Trade Committee ke-2 Indonesia-Afrika Selatan Indonesia dan Afrika Selatan sepakat untuk mengintensifkan hubungan bilateral untuk peningkatan perdagangan kedua negara melalui pelaksanaan Joint Trade Committee ke-2 yang dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2012 di Jakarta. Peningkatan hubungan perdagangan ini akan membuka peluang akses pasar perdagangan bagi Indonesia yang memberikan manfaat timbal balik bagi kedua negara pada peningkatan ekonomi. Pada pertemuan Joint Trade Committee, kedua pihak sepakat untuk melakukan studi bersama untuk mengeksplorasi potensi yang ada antara kedua negara. Indonesia sangat berharap bahwa pertemuan ini dapat menjadi forum bagi kedua negara untuk memperdalam dan memperluas hubungan ekonomi yang strategis dengan mempertimbangan potensi yang sangat besar dan belum dikembangkan oleh kedua negara.
56
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Isu penting yang didiskusikan antara lain isu akses pasar, yaitu regulasi impor dan struktur tarif Afrika Selatan yang cenderung masih tinggi sehingga menjadi hambatan akses pasar. Pihak Afrika Selatan menyoroti isu pintu masuk untuk impor produk pertanian. Di samping itu, dibahas juga kerja sama sektoral seperti promosi perdagangan dan peningkatan kapasitas bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergerak di bidang desain perhiasan, dan Zona Kawasan Ekonomi. Dalam rangka peningkatan kerja sama di bidang UKM, Indonesia menyampaikan draf Memorandum of Understanding (MoU) kepada Small Enterprise Development Agency (SEDA) Afrika Selatan. Draf ini akan dibahas lebih lanjut antara SEDA dengan Kementerian UKM Indonesia. Indonesia juga mengusulkan suatu kerja sama dalam kerangka New AsiaAfrica Strategic Partnership (NAASP). Dalam kerangka ini, Indonesia menggandeng Afrika Selatan untuk membantu negara ketiga lainnya di wilayah Afrika sebagai bentuk kepedulian dan solidaritas terhadap negara mitra lainnya. Forum reguler Joint Trade Committee ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan sektor-sektor terkait perdagangan di kedua negara. Hal ini penting bagi Indonesia sebagai upaya menjaga dan meningkatkan kinerja perdagangan Indonesia di tengah kelesuan dan kejenuhan pasar-pasar tradisional (Amerika Serikat dan Eropa) yang daya belinya sedang menurun, Indonesia perlu memperluas akses pasar dan memanfaatkan potensi dari mitra-mitra dagang lainnya, khususnya negara-negara emerging market. Afrika Selatan merupakan salah satu pasar non tradisional yang berkembang paling pesat dan memainkan peranan penting dalam perekenomian global saat ini.
Gambar 4. Pertemuan Bilateral Indonesia-Afrika Selatan
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
57
6.
Pertemuan Indonesia-Australia Business Partnership Group ke-3 Pada tanggal 18 Oktober 2012, telah dilaksankan pertemuan Indonesia-Australia Business Partnership Group (IA-BPG) ke-3 di Jakarta. Sebagai pembukaan, pemerintah kedua negara menyampaikan dukungan penuh terhadap proses IA-BPG. Selain itu, pemerintah kedua negara juga menyambut baik hasil rekomendasi IA-BPG mengingat rekomendasi dari IABPG merupakan a bird's-eye view of assessment yang baik dan penting untuk dipertimbangkan dari perspektif bisnis. Secara umum, kalangan bisnis Indonesia dan Australia memiliki pandangan yang sama bahwa IA-CEPA harus lebih advanced dan menguntungkan dari Free Trade Agreement yang konvensional dengan harapan agar IA-CEPA dapat meningkatkan kesejahteraan (living standards) masyarakat kedua negara. Diharapkan bahwa IA-CEPA dapat dimanfaatkan sebagai peluang dan kesempatan bagi kedua negara untuk memulai kemitraan yang komprehensif dan terpadu terhadap seluruh sektor yang menjadi kepentingan kedua negara. IA-CEPA juga diharapkan dapat menjadi forum kerja sama yang efektif antara pemerintah, kalangan bisnis dan institusi terkait lainnya termasuk untuk memfasilitasi adanya peningkatan kapasitas di bidang-bidang yang akan berdampak strategis bagi hubungan bilateral kedua negara. IA-BPG meyakini bahwa pemerintah kedua negara akan mempertimbangkan dengan baik position paper dimaksud demi memajukan negosiasi IA-CEPA. Selain hal tersebut, keberadaan IA-CEPA juga diyakini dapat menyediakan pemahaman lebih baik terhadap kerja sama antara kalangan bisnis kedua negara sebagai upaya peningkatan perekonomian kedua negara. Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, berikut hasil pertemuan IA-BPG yang perlu untuk menjadi perhatian: 1) Position Paper dimaksud telah dibuat berdasarkan masukan dari para pemangku kepentingan, dalam hal ini kalangan bisnis kedua negara. Secara umum, position paper dimaksud berisikan beberapa tantangan utama dalam perdagangan Indonesia dan Australia, serta peluang untuk kalangan bisnis kedua negara guna meningkatkan kemitraan dagang serta kerja sama ekonomi lintas batas. Position Paper tersebut akan disampaikan kepada pemerintah kedua negara untuk dijadikan pertimbangan dalam perundingan IA-CEPA. 58
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
2) Merujuk pada pola komplementer antara konsumsi dan produksi antara Indonesia dan Australia, IA-BPG telah mengidentifikasi peluang kemitraan antara kedua negara yakni: a) Mengembangkan hubungan lintas batas, integrated industries and value chains untuk memenuhi kebutuhan domestik dan negara ketiga. b) Sharing pengetahuan dan teknologi melalui harmonisasi standar dan peraturan, pengakuan kualifikasi, pengakuan atas Hak Kekayaan Intelektual, membentuk mekanisme penyelesaian sengketa; kerja sama di bidang pendidikan, pelatihan dan pengembangan profesional; memfasilitasi joint venture dan izin usaha; dan mendorong pergerakan profesional antara kedua Negara. c) Memfasilitasi kerja sama ekonomi melalui peningkatan program bantuan pengembangan yang fokus pada pembangunan kapasitas ekonomi, pengembangan keahlian, sharing informasi pasar, peluang akses pasar, memfasilitasi pengembangan nilai mata rantai, pembangunan bisnis dalam negeri dan meningkatkan kerja sama antara bantuan pengembangan pemerintah dengan kalangan swasta. 3) IA-BPG juga mengidentifikasi sektor bisnis potensial yang memiliki signifikansi terhadap kerja sama perdagangan lintas batas dan investasi antara Indonesia dan Australia, antara lain: a) Agriculture and Agribusiness. b) Mining and Energy. c) Manufacturing. d) Professional services. e) Education. f) Health Services. g) Green Economy. 4) Adapun langkah-langkah yang diidentifikasikan dapat mengatasi hambatan perdagangan kedua negara secara lintas sektoral (cross cutting theme) antara lain: a) Penurunan seluruh tarif ke 0% untuk seluruh pos tarif sejak entry into force. b) Menghapus seluruh ketentuan kuota produk sejak entry into force.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
59
c) Menghapus seluruh capital thresholds sejak entry into force. d) Menghapus seluruh batasan atas equity holdings di seluruh sektor bisnis oleh BUMN atau perusahaan swasta mitra IA-CEPA dengan syarat bahawa hal ini memenuhi tes kepentingan nasional terkait dengan kriteria-kriteria penanaman modal sebagaimana dimonitor oleh Badan Penanaman Modal Asing atau lembaga yang setara. e) Mengizinkan pergerakan penuh dan bebas bagi Sumber Daya Manusia berketerampilan yang akan melewati perbatasan negara. f) Memberikan pengakuan bersama atas pelatihan dan tingkat keahlian sesuai dengan standar internasional. g) Mendorong pengembangan pemahaman budaya dan bahasa melalui pencantuman mata pelajaran wajib dalam kurikulum sekolah. h) Bantuan pengembangan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mencapai poin-poin tersebut di atas termasuk meningkatkan kapasitas bagi Indonesia untuk dapat menerapkan percepatan pengembangan ekonomi. i) Tindakan yang diambil dalam kegiatan perdagangan internasional (measures) seharusnya ditujukan sebagai kerja sama dan kolaborasi guna mengakses rantai suplai global dan kebutuhan jasa. 5) Sebagai tahap awal, IA-BPG menambahkan usulan yakni adanya dua initial pilot projects untuk membangun momentum penting dalam perjalanan kemitraan ekonomi komprehensif kedua Negara, yakni: (i) "A Healthy Diet", bertujuan untuk mendukung MP3EI dalam meningkatkan konsumsi daging di Indonesia dan konsumsi tropical fruits asal Indonesia di Australia; (ii) "A Skilled Workforce", bertujuan untuk mendukung peningkatan pengembangan keahlian di Indonesia dan Australia melalui fasilitasi kemudahan pergerakan tenaga ahli di antara kedua Negara dan meningkatkan transfer keahlian.
60
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
7. Pertemuan Bilateral Pembahasan Transposisi Tariff Commitments Dalam Kerangka Indonesia Japan Economic Partnership Agreement Sehubungan dengan upaya untuk menyelesaikan transposisi tariff commitments dalam kerangka Indonesia Japan economic Partnership Agreement (IJEPA) telah dilaksanakan pertemuan bilateral dengan Jepang untuk membahas transposisi tariff commitments dari HS 2002 ke HS 2007 dan dari HS 2007 ke HS 2012 pada tanggal 18-19 Oktober 2012 di Jakarta. Pertemuan bilateral ini sangat penting karena hasil kesepakatan transposisi tersebut akan digunakan untuk menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) baru yang berlaku pada tanggal 1 Januari 2013 untuk mengganti PMK lama (No. 95/PMK.011/2008) yang masa berlakunya akan berakhir pada akhir tahun 2012. Dalam pertemuan ini, perwakilan dari Pusat Kebijakan Pendapat Negara, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menyampaikan penjelasan mengenai metode transposisi HS yang digunakan oleh Pemerintah Indonesia sekaligus menyampaikan usulan/tanggapan atas counter draft Jepang yang telah disampaikan pada tanggal 21 September 2012. Menanggapi hal tersebut, Jepang menyampaikan persetujuannya, namun masih memerlukan penjelasan beberapa hal teknis dari BKF. Juga karena mengingat banyaknya tariff lines yang harus diteliti, maka Jepang meminta waktu yang lebih panjang untuk menyelesaikan transposisi usulan dari Indonesia dimaksud. Pada akhir pertemuan, kedua pihak telah menyepakati halhal sebagai berikut: 1) Pihak Jepang akan menyampaikan tanggapan final terhadap seluruh tariff lines dalam transposisi HS 2002 ke HS 2007 dan HS 2007 ke HS 2012 paling lambat tanggal 26 Oktober 2012; 2) Apabila masih terdapat beberapa hal teknis yang perlu diklarifikasi, pihak Jepang mengusulkan agar diadakan pertemuan melalui video conference dengan pihak Indonesia, khususnya dengan sektor utama terkait, yaitu dengan BKF dan Ditjen Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan. 3) Pihak Jepang mengharapkan adanya pejabat Indonesia yang menangani teknis trasposisi HS berkunjung ke Tokyo untuk dapat melakukan pertemuan/konsultasi Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
61
teknis. Bersamaan dengan permintaan Jepang, pada akhir Oktober 2012, beberapa Pejabat teknis dari BKF dan Ditjen. Bea dan Cukai akan menghadiri pertemuan ASEAN Japan Economic Partnership Agreement (AJEPA) yang direncanakan akan dilaksanakan di Tokyo pada akhir Oktober 2012. E. Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa 1. The First Meeting of the RCEP Working Group on Trade in Services The First Meeting of the RCEP Working Group on Trade in Services diselenggarakan pada tanggal 9-10 Oktober 2012 di Bandung.
Gambar 5. The First Meeting of the RCEP Working Group on Trade in Services
Decisions of the First AEM-AFP Consultations
Pertemuan membahas hasil pertemuan AEM-AFP Consultations pada tanggal 30 Agustus 2012 di Kamboja, terutama mengenai perlunya pertemuan RCEP Working Group Services menghasilkan kesepakatan untuk Guiding Principles and Objectives for Negotiating the RCEP sebelum pertemuan ASEAN Summit pada bulan November 2012.
Terms of Reference (TOR) of RCEP-WGTIS
ASEAN telah menyampaikan proposal TOR dimaksud kepada 6 (enam) negara mitra dialog untuk mendapatkan tanggapan/masukan. Hanya Jepang yang memberikan tanggapan/masukan atas TOR dimaksud. Pertemuan sepakat agar ASEAN dan 6 Negara Mitra Dialog untuk menyampaikan posisinya atas TOR dimaksud melalui intersession pada minggu pertama Desember 2012.
62
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Guiding Principles and Objectives for Negotiations
Pertemuan belum berhasil menyepakati Guiding Principles for RCEP Negotiations, terutama dengan adanya masukan dari Australia dan Jepang atas draft Guiding Principles tersebut. Australia mengusulkan additional chapters dan annexes telekomunikasi, financial services, movement on natural persons, dan new services area. Sementara Jepang mengusulkan perlu ditetapkan terlebih dahulu pendekatan perundingan pada tahap awal sehingga akan menentukan arah perundingan. Khusus atas masukan Australia, ASEAN memandang terlalu rinci sehingga diperlukan waktu untuk melakukan konsultasi domestik. Selanjutnya, dalam rangka mendukung rencana diluncurkannya RCEP Negotiations pada bulan November 2012, pertemuan sepakat untuk menyampaikan common draft Guiding Principles yang telah dibahas pada pertemuan ini kepada SEOM sebagai pertimbangan serta untuk mendapatkan arahan lebih lanjut. Pertemuan menyepakati bahwa draft Guiding Principles tersebut adalah a work in progress, dan untuk kepentingan perundingan, RCEP-WGTIS dapat melakukan perubahan atas draft Guiding Principles dimaksud pada pertemuan selanjutnya.
2.
Sidang Working Party on General Agreement on Trade in Services Rules (WPGR) - WTO Sebagai bagian dari rangkaian Sidang Services Week Oktober 2012, pada tanggal 1 Oktober 2012, di WTO Jenewa telah dilangsungkan Sidang Working Party on GATS Rules (WPGR). Agenda utama Sidang adalah membahas isu-isu Negotiations on Emergency Safeguard Measures (ESM) Under Article X of The GATS, Negotiations on Government Procurement Under Article XIII of The GATS, Negotiations on Subsidies Under Article XV of the GATS, dan Other Businesses, yakni isu penjadwalan ulang pertemuan kluster yang memiliki Agenda kurang padat pada Services Week Desember 2012. Negotiations on Emergency Safeguard Measures (ESM) Under Article X of The GATS
Pada pembahasan Agenda ini, Ketua WPGR meminta Anggota untuk memberikan masukan dan komentar atas Documentation Guide (JOB/SERV/106) yang telah disusun Sekretariat dan disirkulasikan beberapa saat sebelum Services Week Juni 2012 lalu. Sebagai informasi, Documentation Guide merupakan suatu matriks yang berisikan 17 core elements pembahasan ESM sejak tahun 1995-Juni 2012. Dokumen tersebut bukan merupakan sumary dari pembahasan, namun lebih merupakan
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
63
inventarisasi dokumen yang pernah ada dalam pembahasan ESM. Friends of ESM (ASEAN minus) sebagai proponen ESM menyampaikan apresiasi kepada Sekretariat yang telah berhasil menyelesaikan tiga dokumen yang dapat digunakan sebagai documentation guide untuk pembahasan isu ESM ke depan yakni: 1) List of Documents Related to the Negotiations under GATS Article X on Emergency Safeguard Measures (JOB/SERV/89); 2) Compilation of Summary Notes Related to the Negotiations under GATS Article X (JOB/SERV/90); dan 3) Core Elements Contained in Documents Related to Emergency Safeguard Measures (JOB/SERV/106). Meskipun untuk saat ini Friends of ESM tidak memaksakan diskusi yang Iebih mendalam atas isu ESM, namun demikian, Friends of ESM menyampaikan Room Document (RD/SERV/79) yang merupakan complementary dari ketiga Documentation Guide dimaksud. Room Document tersebut terdiri atas dua bagian, yakni: 1)
2)
Daftar formal dan informal submissions dari ESM dari tahun 1995, diambil dari JOB/SERV/89. Bagian substansi dari masukan Friends mengenai 17 core elements ESM, di mana lokasi dokumen dapat dicari di dalam JOB/SERV/106.
Friends of dokumen of ESM judul dan dokumen
Uni Eropa dan Jepang menyampaikan ucapan terima kasih atas Room Document yang disusun oleh Friends of ESM. Mengingat baru memperolehnya, masih akan mempelajari dan belum dapat memberikan tanggapan. Negotiations on Government Procurement Under Article XIII of The GATS
64
Dalam menindaklanjuti permintaan Anggota pada pertemuan WPGR lalu, yakni inventarisasi kebijakan government procurement Anggota yang berpotensi menghambat perdagangan dan besaran pasar government procurement di masing-masing Anggota, Ketua WPGR menyampaikan bahwa saat ini Sekretariat sedang mempelajari laporan TPR terbaru dari beberapa Anggota mengenai kebijakan government procurement mereka. Namun demikian, akan sulit mengidentifikasikan kebijakan Anggota yang berpotensi menghambat perdagangan apabila hanya dilihat dari laporan TPR saja. Besarnya pasar Government Procurement juga membuat Sekretariat kesulitan dalam memperoleh data. Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Ketua mendorong Anggota yang memiliki informasi mengenai hal ini untuk dapat berbagi dengan Anggota lainnya. Uri Eropa sebagai proponen inisiatif ini, berterima kasih atas upaya Sekretariat, namun mengemukakan ketidakpuasannya atas hasil yang dicapai. Diharapkan laporan tersebut dapat segera diselesaikan dengan menggunakan berbagai sumber karena hasilnya akan menjadi input dalam menyusun future agenda pembahasan Government Procurement sebagai upaya untuk memajukan isu government procurement dalam perundingan WTO. Negotiations on Subsidies Under Article XV of the GATS
Dalam isu subsidies Ketua WPGR menyampaikan bahwa hingga saat ini Sekretariat belum berhasil menyelesaikan updating dokumen Background Note: "Subsidies for Services Sectors-Information contained in WTO Trade Policy Reviews" (S/WPGR/W/25 add. 5) yang diharapkan dapat diselesaikan pada akhir Oktober 2012. Hal ini mengingat hingga TPRM terakhir, akan terdapat 87 TPR reports yang harus dianalisis sebagai bahan updating. Ditawarkan pula kepada Anggota untuk membuka diskusi mengenai conceptual and technical work on subsidies untuk dapat memajukan pembahasan isu tersebut Menanggapi hal ini, beberapa delegasi seperti Swiss dan Hongkong menyatakan bahwa telah cukup banyak paper maupun non-paper dalam WPGR dan saat ini bukan merupakan saat yang tepat untuk membuka diskusi baru mengenai conceptual and technical work. Anggota juga berharap agar Sekretariat dapat menyelesaikan updating secepatnya sehingga dapat memajukan diskusi isu subsidies.
Other Businesses
Ketua WPGR menyampaikan bahwa sesuai hasil konsultasi informal Council for Trade in Services (CTS) pada tanggal 27 September 2012, Sekretariat WTO mengharapkan CTS dapat melakukan penghematan melalui efisiensi operasi dan kegiatan Council. Salah satu cara yang dikemukakan dalam konsultasi informal tersebut adalah dengan mengurangi frekuensi pertemuan kluster yang tidak memiliki cukup agenda untuk dibahas. Mengingat kurangnya interaksi dan partisipasi Anggota dalam pertemuan WPGR akhir-akhir ini, Ketua WPGR mengajukan usulan konstruktif yang mencoba mengakomodasi tuntutan penghematan dan eksistensi pembahasan isu-isu dalam WPGR. Untuk itu, Ketua mengusulkan untuk melaksanakan open ended informal meeting yang diakhiri dengan formal meeting dalam
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
65
pertemuan Services Week Desember 2012. Hal ini lebih konstruktif dibandingkan masukan beberapa Anggota seperti Kanada, yang mengusulkan untuk menunda pertemuan WPGR mendatang. ASEAN dan beberapa Anggota seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Australia mendukung usulan Ketua tersebut. Sementara Turki pada awalnya menentang dilakukannya down-grading pertemuan WPGR menjadi informal meeting walaupun kemudian meminta waktu untuk mengadakan konsultasi dengan capital mengenai usulan Ketua WPGR tersebut. Sementara Hongkong lebih menekankan pada timing pelaksanaan pertemuan, terkait dengan apakah Sekretariat dapat menyelesaikan dokumen-dokumen yang diminta Anggota baik dalam isu government procurement maupun subsidies. 3. Sidang Committe on Trade in Financial Services (CTFS) - WTO Pada tanggal 1 Oktober 2012 di WTO, Jenewa, telah diadakan Sidang Committee on Trade in Financial Services (CTFS) sebagai bagian dari rangkaian Sidang Jasa yang berlangsung pada tanggal 1-5 Oktober 2012. Pembahasan Sidang meliputi agenda sebagai berikut: Acceptance of the Fifth Protocol to the General Agreement on Trade in Services Embodying the Results of the Financial Services Negotiations
Di bawah agenda Acceptance of the Fifth Protocol to the General Agreement on Trade in Services Embodying the Results of the Financial Services Negotiations Sekretariat menyampaikan bahwa Jamaika telah menyelesaikan proses protokol dimaksud. Keberhasilan Jamaika menyelesaikan proses ratifikasi dianggap sebagai suatu langkah yang penting. Selanjutnya, Sekretariat menghimbau agar Brazil, sebagai negara terakhir yang belum melakukan ratifikasi, untuk segera menyelesaikannya
Recent Development in Financial Services Trade
Sidang membahas hasil konsultasi atas proposal Ekuador tentang kebutuhan policy space dalam peraturan keuangan apabila terjadi krisis keuangan (macro prudential measures). Dari konsultasi tersebut disimpulkan bahwa masih terdapat perbedaan pendapat di antara negara anggota terhadap tiga hal yang dibahas, yaitu: usulan untuk dilakukannya saling tukar pengalaman, penyusunan background note oleh Sekretariat, dan keterlibatan organisasi internasional dalam pembahasan isu tersebut. Pada kesempatan ini Ekuador menyampaikan kembali pentingnya melakukan pembahasan atas isu ini dan bahwa diskusi perlu dilakukan secara member-driven. Pembahasan
66
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
ini dipandang merupakan kebutuhan negara anggota mengingat situasi keuangan dunia saat ini, di mana langkah deregulasi kebijakan keuangan yang diambil banyak negara dinilai dapat menjaga stabilitas sistem keuangan mereka. Ekuador menambahkan bahwa selain saling tukar pengalaman, perlu disusun background note oleh Sekretariat untuk dijadikan dasar bagi diskusi. Mayoritas negara anggota mendukung usulan untuk dilakukannya saling tukar pengalaman tentang penerapan kebijakan macro prudential. Namun demikian, sebagian negara anggota belum dapat menerima usulan perlunya meminta Sekretariat untuk menyusun background note, sebab arah dari diskusi yang akan dilakukan sendiri belum dapat ditentukan, sehingga akan menyulitkan penentuan batasan atau cakupan fokus yang ingin direfleksikan dalam note. Terkait keterlibatan organisasi internasional, seperti IMF, FSB, dan OECD, dalam diskusi, sebagian besar negara anggota juga belum melihat perlunya mengikutsertakan mereka. Negara anggota memandang bahwa diskusi harus dilakukan secara member-driven, sehingga keterlibatan organisasi internasional, yang biasanya mengarah kepada suatu konklusi atau dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan tertentu, saat ini belum diperlukan. Terkait dengan pernyataan Ekuador yang pada akhirnya berniat untuk menarik proposalnya karena tidak cukupnya dukungan dari anggota, Ketua Sidang menyampaikan mengingat usulan Ekuador khususnya mengenai saling tukar pengalaman cukup penting dan didukung mayoritas anggota, Ekuador diminta untuk menyusun dan merinci mengenai usulannya. Technical Issue
Sidang membahas Informal Note by the ChairpersonFinancial Services: Discussion of classification issues (JOB/SERV/109) untuk melihat kembali pertanyaanpertanyaan yang diangkat dalam overview isu klasifikasi, di mana negara anggota diminta untuk memberikan masukan. Di samping itu negara anggota juga diminta untuk memberikan usulan-usulan topik lainnya yang ingin didiskusikan. Terkait itu Norwegia memberikan usulan untuk memperluas cakupan produk dalam amandemen klasifikasi yang meliputi jasa asuransi laut dan energi. Terhadap hal itu Ketua menjelaskan bahwa Norwegia telah meminta Sekretariat untuk menyiapkan background note untuk memfasilitasi
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
67
diskusi. Diskusi dimaksud idealnya meliputi technical exchange dan pertukaran pengalaman/pandangan. Negara anggota dapat menambahkan isu-isu lainnya yang menjadi kepentingannya. Trade in Financial Services and Development
Seluruh negara anggota menginginkan kelanjutan pembahasan tentang keterkaitan perdagangan jasa keuangan dan pembangunan. Setelah diadakannya workshop pada bulan Juni 2012, negara anggota dapat melanjutkan diskusi dengan fokus pada topik-topik terkait yang spesifik. Terkait dengan hal tersebut Sekretariat menyatakan kesediaannya untuk menyiapkan background note jika topik telah ditetapkan. Negara anggota sepakat bahwa pendalaman diskusi tentang isu ini sangat penting, dan sejalan dengan proposal Ekuador tentang macro prudential measures akan memberikan pemahaman lebih tentang pembentukan standar pada sistem keuangan negara berkembang. Dalam hal ini negara anggota diminta untuk memberikan masukan, khususnya LDCs, tentang topik-topik atau area diskusi yang mereka kehendaki.
Argentina Measures that discriminate against products and services from certain WTO Members
Pada awal sidang Argentina meminta agar judul agenda “Argentina Measures that discriminate against products and services from certain WTO Members” diubah menjadi "Argentina-Certain measures that affect trade in services" dan disetujui oleh Panama yang mengajukan agenda ini. Dalam penjelasannya, Panama mengatakan bahwa pihaknya terus mengalami kesulitan dengan kebijakan Argentina yang dianggap menerapkan peraturan jasa yang diskriminatif, khususnya terhadap negara yang memiliki tingkat pajak rendah atau nol. Kebijakan ini meliputi larangan pendirian kantor cabang berdasarkan negara asal atau domisili perusahaan. Hal ini dinilai melanggar prinsip MFN dan Pasal 1.1 GATT. Argentina dalam tanggapannya menyampaikan bahwa informasi yang diberikan oleh Panama kurang akurat. Pihaknya telah mengundang Panama untuk menyelesaikan masalah ini secara bilateral namun belum mendapatkan respons. Argentina menjelaskan bahwa negaranya mengalami banyak masalah penghindaran pajak dan penyalahgunaan peraturan perpajakan oleh perusahaanperusahaan asing. Sebagai negara berkembang, Argentina merasa perlu menerapkan peraturan yang mengharuskan adanya transparansi dalam hal perpajakan, serta mengindari dampak negatif dari penghindaran pajak. Hal ini tambahnya
68
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
perlu dibarengi dengan pertukaran informasi antara Argentina dan entitas yang memiliki tingkat pajak rendah dan nol guna mempertahankan tingkat pajak dasar yang berlaku di Argentina. 4. Sidang Committe on Specific Commitments (CSC) - WTO Pada tanggal 1 Oktober 2012 di WTO, Jenewa, telah diadakan Sidang Committee on Specific Commitments (CSC) sebagai bagian dari rangkaian Sidang Jasa yang berlangsung pada tanggal 1 - 5 Oktober 2012. Changes of services classification in BMP6: Presentation by WTO International Trade Statistics Section
Presentasi menjelaskan tentang perubahan pada klasifikasi kepemilikan yang termasuk klasifikasi ulang terhadap produk barang dan jasa yang meliputi 12 komponen utama, termasuk jasa manufaktur dan maintenance atau perbaikan jasa manufaktur khususnya dalam BMP6 meliputi jasa seperti pemrosesan sumber daya alam, pengepakan, penyusunan label untuk barang elektronik, penyusunan pakaian, dan pemurnian minyak. Tujuan presentasi ini adalah untuk menggambarkan bagaimana biaya jasa manufaktur dihitung. Jika pemilik dapat mengidentifikasi bagaimana produknya diproses, maka nilai sesungguhnya dan nilai tambahan produk tersebut dapat ditentukan. Produksi suatu barang dilakukan melalui berbagai tahap pemrosesan secara terpisah di berbagai negara yang berbeda sebelum menjadi produk final. Biaya pemrosesan ini jumlahnya mencapai 20% dari nilai keseluruhan produk. Maka dari itu pengumpulan data tentang proses manufaktur yang diperoleh dari penyedia jasa sangat penting untuk dapat memperkirakan biaya pemrosesan dan membedakannya dari nilai produk itu sendiri. Begitu juga halnya dengan jasa maintenance dan perbaikan, yang dilakukan di negara lain, biasanya tercatat dalam rekening jasa dan tidak menjadi nilai keseluruhan produk seusai diperbaiki. Jasa semacam ini termasuk untuk alat-alat transportasi, barang-barang mewah seperti jam, dan lain sebagainya. BPM6 meliputi kategori baru yang terdiri dari berbagai jenis kategori baru yang belum memiliki kategori.
Energy Services
Berdasarkan note yang disusun Sekretariat (dokumen JOB/SERV/94) tentang cakupan klasifikasi W120 yang memberikan batasan antara barang dan perdagangan jasa. Sekretariat selanjutnya telah menyampaikan dokumen JOB/SERV/108 untuk dicermati oleh negara anggota. Sidang
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
69
tidak mendapatkan masukan dari negara anggota terhadap agenda ini. Dengan demikian negara anggota dapat mengangkat kembali isu ini pada pertemuan-pertemuan selanjutnya jika dikehendaki. Climate-related Services Ketua menjelaskan bahwa Sekretariat telah menyusun Informal Note (dokumen JOB/SERV/100) berdasarkan permintaan CSC. Note meliputi pembahasan terkait di WTO, OECD, ICTSD, dan WMO, serta mencakup 3 (tiga) hal, yaitu bagaimana mempertimbangkan climate-related service, peletakan klasifikasi, dan bagaimana end use didefinisikan sehubungan dengan komitmen spesifik. Terdapat 3 (tiga) pandangan terhadap pembahasan isu ini di CSC, di mana sebagian negara anggota melihat adanya kepentingan dan perlunya kerja sama, sebagian lagi mengatakan hanya perlu melibatkan negara anggota yang tertarik, dan sisanya menganggap lebih baik dibahas di CTE saja. Distribution services: Overview of classification issues, informal note by the Secretariat (JOB/SERV/111)
Sekretariat menjelaskan bahwa note meliputi overview tentang isu-isu klasifikasi dan disusun berdasarkan pembahasan sektoral terdahulu. Note juga berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait elemen perbedaan antara W120 dan CPC, franchising (bukan jasa namun perjanjian kontrak) serta wholesale dan retail. Franchising secara kualitatif dianggap berbeda dari jasa lainnya. Di W120 tidak ada deskripsi yang jelas tentang franchising. Negara anggota menilai bahwa note bermanfaat dalam memberikan overview tentang jasa distribusi. Berbagai negara melihat bahwa jasa distribusi memiliki keterkaitan yang erat dengan perdagangan barang, sehingga liberalisasi perlu direfleksikan dalam scheduling. Hal ini juga disuarakan oleh negara anggota tersebut melaiui plurilateral request.
Postal and courier services: overview of classification issues, informal note by the secretariat (JOB/SERV/110)
Sekretariat telah menyusun informal note tentang klasifikasi CPC dan W120 yang berlaku saat ini. Sektor ini merupakan satu-satunya sektor yang diklasifikasikan berdasarkan entitas yang penyedia jasa dan bukan berdasarkan jasa itu sendiri. Sebagai contoh, jika penyedia jasa adalah badan administrasi pos nasional maka jasa ini disebut jasa pos, namun jika disediakan oleh swasta maka disebut sebagai jasa kurir.
Scheduling Issues
Terkait isu ini Ketua mengusulkan Sekretariat untuk mengidentifikasi hubungan antara sektor jasa yang akan dibahas dengan GATS dan menyiapkan note, khususnya terkait yurisprudensi WTO. Dokumen ini akan digunakan sebagai referensi yang akan membantu negara anggota memahami hal-hal yang telah diputuskan oleh Panel DSB dan Appellate Body. Hal ini akan dikonsultasikan lebih lanjut
70
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
untuk melihat apakah negara menentukan cakupan dokumen.
anggota
setuju
dan
Sebagian besar negara anggota mendukung usulan ini dan menilai bahwa dokumen akan membantu dalam memahami berbagai kasus yang pernah diajukan. Sebagian juga melihat bahwa dokumen dapat mengelaborasi manfaat klasifikasi ulang dan bagaimana negara anggota dapat menerapkan sistem klasifikasinya sendiri. Dalam hal ini perlu segera ditentukan format, batasan dan rincian dari dokumen dimaksud. Review of procedures under Article XXI
Di bawah agenda ini Australia mengusulkan dilakukannya review terhadap implementasi isu-isu sebagaimana terdapat dalam proposalnya (dokumen S/CSC/W/59). Australia menjelaskan bahwa review terhadap prosedur Artikel XXI merupakan bagian penting dari pembentukan peraturan dalam pembuatan komitmen jasa. Diskusi ini dapat dilengkapi dengan note dari Sekretariat yang disusun berdasarkan hasil reviews terdahulu. Australia menambahkan bahwa negara anggota memiliki hak untuk mengajukan review dan menginginkan hal ini menjadi bagian dari kegiatan rutin CSC, karena dinilai akan memperkuat fungsinya. Dalam note oleh Sekretariat, Australia ingin ada statistik tentang bagaimana prosedur dimaksud diterapkan, dan jika memungkinkan ada ulasan tentang berapa kali prosedur telah digunakan dan bagaimana negara anggota terkena dampak dari penggunaannya.
5. Sidang Working Party on Domestic Regulations (WPDR) - WTO Sebagai bagian dari rangkaian Sidang Services Week Oktober 2012, pada tanggal 4 Oktober 2012, di WTO Jenewa telah dilangsungkan Sidang Working Party on Domestic Regulations (WPGR). Agenda utama Sidang adalah membahas perkembangan diskusi regulatory disciplines di bawah Artikel Vl:4 GATS yakni: (i) Technical Issues yang diajukan Anggota; (ii) Regulatory Issue berdasar Note by Secretariat (S/WPDR/W/48), dan (iii) Note by Secretariat mengenai Technical Standards di bidang jasa (S/WPDR/W/49). Pembahasan agenda tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembentukan necessary disciplines dalam menyusun aturan domestik bidang jasa. Selain itu, sidang juga membahas rencana kerja WPDR ke depan.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
71
Diskusi mengenai Technical Issues
Pada Agenda technical issues, WPDR meneruskan sesi tanggapan Anggota mengenai pertanyaan nomor 35 - 38 yang tercantum dalam "Informal Note by Secretariat: List of Potential Technical Issues Submitted for Discussion" (RD/SERV/68), yakni mengenai time frame for processing of application. Beberapa Anggota membagi informasi mengenai interpretasi dan penerapan normal time frame untuk memproses aplikasi penyedia jasa, serta alasan-alasan yang membuat time frame dianggap reasonable dan tidak mendistorsi pasar. Australia menyatakan bahwa untuk sektor tertentu, seperti offshore mineral exploration, penerapan normal time frame untuk penyedia jasa tidak dapat dilakukan secara mutlak, mengingat perlu adanya pengkajian dan penelaahan lebih lanjut.
Regulatory Issues berdasar Note by Secretariat (S/WPDR/W/48)
Note by Secretariat ini dikeluarkan pada sidang WPDR Juni 2012 lalu, yang merangkum berbagai aturan bidang jasa Anggota WTO di berbagai sektor dan mode of supply. Tanggapan Anggota atas note tersebut sangat beragam. Hongkong menyatakan bahwa note tersebut sangat komprehensif, sehingga perlu waktu untuk mencernanya. Sementara Australia lebih menekankan pada pentingnya berbagi pengalaman antar-Anggota di bidang regulatory issues. China Taipei mengharapkan agar regulatory issues dari beberapa sektor jasa yang dicakup dalam note dapat digabung menjadi satu disiplin yang sama sesuai dengan mandat Artikel VI:4. Sedangkan China menanggapi bahwa dalam cross border transaction di mode 3 dan mode 4, perusahaan China mengalami banyak kesulitan dalam memperoleh work permit bagi expatriate China, adanya kendala bahasa dan masalah aturan perpajakan host country, sehingga dapat menjadi trade barrier tersendiri. Beberapa Anggota lain menyatakan note tersebut sangat berguna untuk diskusi horizontal regulatory issues. Sama seperti initial response India pada bulan Juni 2012 lalu, Afrika Selatan menyatakan bahwa note tersebut tidak lengkap karena tidak memasukkan elemen pembangunan. Sedangkan AS meminta agar note tidak keluar dari isu yang dimandatkan Artikel VI:4 (qualification requirements and procedures, technical standards and licensing requirements). Menanggapi hal ini, Sekretariat WPDR menyatakan bahwa mandat awal pembuatan note adalah hanya membahas regulatory issues yang ada di WPDR, dan tidak ada usulan Anggota untuk memasukkan elemen pembangunan. Namun
72
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Sekretariat siap untuk merubah note apabila Anggota sepakat untuk memasukkan isu dimaksud. Technical Standards di bidang jasa (S/WPDR/W/49)
Dalam agenda mengenai Note by Secretariat - Technical Standard in Services, Sekretariat memaparkan bahwa note yang mereka susun bertujuan untuk melihat penerapan standar teknis di bidang perdagangan jasa yang ada di antara Anggota serta proses dan latar belakang pembuatan standar teknis tersebut. Selama ini WPGR memakai perbedaan definisi standar teknis antara perjanjian TBT dan GATS sebagai titik awal diskusi terminologi standar teknis bidang jasa. Dengan note tersebut, Sekretariat mencoba untuk melihat dari proses bagaimana standar teknis tersebut dibuat. Hal ini untuk mencoba menjawab beberapa kesulitan apabila diskusi dimulai dengan perbedaan GATS and TBT seperti: (i) GATS hanya membahas perilaku pemerintah selaku otoritas yang berwenang membuat kebijakan (yang merupakan "hambatan" utama perdagangan jasa, seperti tarif dalam perdagangan barang), sementara seringkali standar teknis dikeluarkan oleh institusi pemerintah; (ii) standar teknis untuk barang dan jasa seringkali saling terkait (contoh standar teknis penyedia jasa scuba diving dan standar teknis peralatan scuba diving yang dimiliki penyedia, dan sebagainya). Sebagian besar Anggota menginfokan bahwa saat ini capital masing-masing tengah mempelajari note tersebut. Sebagai pre-empted analysis, AS menyatakan bahwa dalam note tersebut banyak contoh yang masih memakai standar teknis barang. Amerika serikat juga melihat note belum memaparkan secara jelas implikasi dari standar teknis bagi perdagangan jasa. Sementara India memuji bahwa note telah berupaya untuk mengulas elemen pembangunan dan capacity-related issues.
Future Work
WPDR memutuskan untuk meneruskan diskusi dua note dari Sekretariat dalam informal consultation sebelum services week Desember 2012. Beberapa Anggota mengekspresikan antusiasmenya mengingat kedua note tersebut mengundang banyak tanggapan dari Anggota. Sementara untuk hasil diskusi technical issues, Anggota melihat belum saatnya untuk dimasukkan ke dalam draft chairman's text untuk domestic regulations, karena masih membutuhkan pembahasan dan pendalaman lebih lanjut.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
73
6. Sidang Council for Trade in Services (CTS) - WTO Sebagai penutup rangkaian Sidang Services Week Oktober 2012, pada tanggal 5 Oktober 2012, di WTO Jenewa telah dilangsungkan Sidang Council for Trade in Services (CTS). Notifikasi berdasar Artikel lll:3; lll:5; dan V:7 GATS
Sidang mencatat notifikasi Hong Kong, China (S/C/N/645), Nepal (S/C/N/647-650), dan Norwegia (S/C/N/651-652), atas reformasi dan perubahan kebijakan perdagangan jasa mereka sesuai Artikel lll:3. Norwegia menambahkan bahwa notifikasi ini merupakan upaya untuk memperkuat fungsi CIS untuk mengembangkan transparansi antar-Anggota seperti yang dimandatkan oleh MC-8. Di bawah Artikel lll:5, Norwegia juga melakukan notifikasi dengan menginformasikan kebijakan sektor telekomunikasi Thailand yang berpotensi untuk mendistorsi pasar. Kebijakan tersebut bernama "Notification of National Broadcasting and Telecommunications Commission Re: Stipulation of Prohibitions on Actions in the Nature of Foreign Dominance" yang diterbitkan dalam Royal Gazette tanggal 23 Juli 2012 dan berlaku keesokan harinya. Norwegia menyatakan bahwa kebijakan tersebut melarang penguasaan saham, hak voting dan kegiatan lain yang memungkinkan orang asing memegang kontrol pada perusahaan penyedia jasa telekomunikasi Thailand. Meskipun Thailand belum meliberalisasikan sektor ini, namun Norwegia meminta Thailand menjelaskan bagaimana kebijakan tersebut sejalan dengan komitmen Thailand di GATS, terutama Schedule of Commitments Thailand terkait akses pasar (Artikel XVI), national treatment (Artikel XVII), dan domestic regulations (Artikel VI). Menanggapi hal ini, Delegasi Thailand menyatakan bahwa jawaban resmi atas pertanyaan Norwegia tengah disusun oleh kementerian terkait di Bangkok. Namun sebagai initial response, Thailand menyatakan bahwa jelas tertulis bahwa kebijakan tersebut tidak boleh melanggar komitmen internasional yang telah dibuat Thailand, sehingga tidak bertentangan dengan GATS. Selain itu, kebijakan tersebut dibuat lebih untuk menghindari dominasi asing dalam pengajuan usulan kebijakan sektor telekomunikasi dan penunjukan/pemberhentian anggota dewan direksi penyedia jasa telekomunikasi. Sedangkan di bawah Artikel V:7 GATS, sidang mencatat notifikasi FTA antara Ukraina, Eslandia, Liechtenstein, Norwegia dan Swiss (S/C/N/644): El Salvador, Guatemala,
74
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Honduras dan Kolombia (S/C/N/646); China dan Hong Kong, China (S/C/N/264/Add.6), serta China and Macao, China (S/C/N/265/Add.6). Selain itu, terdapat komunikasi dari India yang mempertanyakan beberapa konsep definisi dalam RTA Amerika Serikat – Korea Selatan dan RTA Amerika Serikat Kolombia yang berbeda dengan GATS, seperti definisi MFN dan NT yang hanya mencakup services supplier, bukan services dan services supplier seperti dalam GATS. Demikian juga definisi cross border supply dalam RTA berbeda dengan GATS. India juga mempertanyakan tujuan RTA dalam meliberalisasi perdagangan jasa dalam mode 4. Baik Amerika Serikat maupun Korea Selatan meminta waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut secara detail dan tertulis. Namun sebagai initial response, Amerika Serikat menyatakan bahwa menurut hemat mereka services sangat terkait erat dengan services supplier, sehingga definisinya dapat digabung, Sedangkan Korea Selatan menyatakan bahwa sesuai footnote 3 Artikel 3.1 RTA tersebut, arah liberalisasi perdagangan jasa di mode 4 diatur sesuai kesepakatan masing-masing pihak. Pembukaan kembali the Sekretariat menginformasikan bahwa sesuai kesepakatan Fifth Protocol GATS dalam pertemuan CTFS tanggal 1 Oktober 2012, the Fifth untuk aksesi Jamaika Protocol GATS akan dibuka kembali hingga tanggal 4 Desember 2012 untuk menerima aksesi Jamaika. Diinformasikan bahwa pada akhir 1990-an Jamaika gagal merampungkan proses ratifikasi aksesi the Fifth Protocol GATS karena krisis keuangan domestik. Namun saat ini Jamaika siap untuk melakukan proses ratifikasi, setelah melakukan reformasi aturan domestik, terutama di bidang jasa asuransi pensiun dan praktik perbankan. Diskusi mengenai International Mobile Roaming (IMR)
Dalam Agenda International Mobile Roaming (IMR), Sekretariat meminta wakil dari ITU untuk meng-update Anggota mengenai rekomendasi CTS atas transparansi pembebanan biaya IMR pada end user. ITU memaparkan bahwa draf rekomendasi mengenai hal ini telah disepakati Anggota ITU untuk kemudian akan dibawa ke World Conference on International Telecommunication (WCIT 2012) di Dubai, pada bulan Desember 2012. Selandia Baru menginformasikan bahwa Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informatika Selandia Baru dan Department of Broadband, Communication and the Digital Economy (DBCDE) Australia telah mengeluarkan draf laporan investigasi daya saing pasar kedua negara di bidang IMR,
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
75
terutama dalam proyek Trans-Tasman Mobile Roaming. Draf laporan tersebut merekomendasikan penurunan tarif IMR Trans-Tasman kedua negara. Australia mendukung laporan tersebut. Sementara India berharap bahwa bentuk kerja sama apapun dari kedua negara di sektor ini tidak melupakan komitmen MFN keduanya di schedule of commitments masing-masing. Diskusi mengenai ECommerce
Terdapat tiga paper utama mengenai pembahasan ecommerce, yakni sepuluh prinsip trade-related ICT oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa (S/C/W/338); cloud computing oleh AS (S/C/W/339); dan e-commerce dan UKM oleh Swiss (S/C/W/340). Dalam pertemuan CTS kali ini Uni Eropa membagi pengalamannya dalam hal pemberian otoritas dan lisensi untuk penyedia jasa telekomunikasi dan information society services. Dengan dikeluarkannya dua instrumen EU directive baru-baru ini, penyedia jasa hanya perlu melakukan notifikasi kepada otoritas Uni Eropa sebelum melakukan suplai jasa, tanpa perlu menunggu pemberian izin. Uni Eropa tidak menerapkan pembatasan lisensi/otorisasi apapun untuk penyedia mode 3 information society services, asalkan tidak melanggar aturan keamanan dan perlindungan konsumen. Dalam kesempatan ini, Australia juga menyarankan untuk memasukkan tiga prinsip tambahan dalam sepuluh prinsip trade related ICT AS - Uni Eropa, yakni: (i) online consumer protection, (ii) online personal data protection; dan (iii) unsolicited commercial electronic messages (spam) (S/C/W/349). Tanggapan Anggota pada umumnya memuji langkah liberalisasi kebijakan otorisasi dan lisensi Uni Eropa. Namun demikian, sebagian besar Anggota negara berkembang menyatakan bahwa tingkat liberalisasi sejauh itu masih sangat sukar dilakukan di negaranya, mengingat adanya keterbatasan infrastruktur untuk memonitor, melindungi konsumen serta pertimbangan aspek keamanan nasional. Sementara Amerika Serikat mengusulkan untuk diselenggarakan workshop mengenai e-commerce yang didukung oleh banyak Anggota. Indonesia dalam kesempatan tersebut menyatakan bahwa harus ada balance coverage dalam diskusi tentang prinsipprinsip e-commerce dengan mempertimbangkan ketersediaan infrastruktur dan kemampuan pemerintah. Saat ini Indonesia dalam proses mempersiapkan peraturan untuk menjamin keamanan bertransaksi dalam e-commerce.
76
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
Indonesia mendukung usulan diadakannya workshop mengingat Indonesia tengah mengembangkan kebijakan tentang e-commerce. Other Business
Afrika Selatan menyesalkan penjadwalan pertemuan services week kali ini dengan mengosongkan dua hari di tengah pertemuan. Hal ini dinilai sebagai pemborosan bagi delegasi dari capital. Afrika Selatan memahami apabila sebagian Anggota harus melakukan konsultasi informal untuk membahas beberapa inisiatif, namun diharapkan tidak dengan mengorbankan kepentingan Anggota lain. Afrika Selatan mengharapkan agar di masa mendatang penjadwalan dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip inklusivitas. Pada intervensi berjudul Pathway to Trade in Services Reform, Australia memberikan update perkembangan diskusi RGF mengenai plurilateral agreement on services, di mana saat ini mereka tengah mengumpulkan critical mass untuk mencari common platform perjanjian tersebut. Hal ini kemudian memancing tanggapan antusias dari Anggota, terutama dalam hal transparansi dan inklusivitas perjanjian tersebut. Sebagian besar Anggota dari negara berkembang terutama India, China, Brazil, Afrika Selatan, dan Argentina mengecam inisiatif plurilateral agreement on services, karena tidak sesuai dengan mandat MC-8, bahwa different approach harus dilakukan dengan semangat transparansi dan inklusivitas, sesuai dengan prinsip single undertaking dan multilateralisme. Anggota tidak akan menerima predetermined outcome dari proses di luar prinsip-prinsip tersebut untuk dimasukkan ke dalam GATS. Untuk notifikasi certified commitment EC25, Uni Eropa menginfokan bahwa hingga saat ini baru 18 negara Uni Eropa melakukan ratifikasi atas komitmen tersebut.
F. Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Provinsi Sumatera Selatan Kegiatan Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional diselenggarakan oleh Ditjen KPI bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan dan Universitas Sriwijaya pada tanggal 30 Oktober 2012. Acara Sosialisasi tersebut dibuka oleh Direktur Kerja Sama Multilateral selaku Plh. Sekretaris Ditjen KPI dan dihadiri oleh sekitar 130 peserta yang terdiri dari unsur-unsur Pemerintah Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
77
Daerah, pelaku usaha, dan akademisi yang berada di Palembang.
Gambar 5. Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Palembang
Dalam kegiatan sosialisasi tersebut dipaparkan 4 topik, yaitu: (i) Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Potensi Perdagangan ASEAN dan Peluang Indonesia; (ii) Perkembangan Perundingan Kerja Sama APEC; (iii) Pemanfaatan Peluang Ekspor melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement; dan (iv) Peran Kerja Sama Perdagangan Internasional Terhadap Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan.
78
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT A. Kendala dan Permasalahan Pertemuan 2nd ASEANChina FTA Joint Committee
China menyampaikan proposalnya terkait format template Monitoring Sheet ACFTA yang didasarkan pada Top 10 Produk Ekspor dan Impor (HS 6 digit) berdasarkan nilai dan dilengkapi dengan jumlah CO yang diterbitkan baik oleh pihak receiving atau issuing authority.
Pertemuan ke-8 ASEAN - JapanComprehensive Economic Partnership Joint Committee
Jepang menyampaikan bahwa secara legal Indonesia bukan merupakan bagian/pihak (Party) dari AJCEP karena belum mengimplementasikan komitmen penurunan tarif pada AJCEP. Pertemuan mencatat pernyataan kekecewaan Indonesia atas pernyataan Jepang tersebut dan menyampaikan secara tegas bahwa pihaknya merupakan bagian/pihak resmi dari kerja sama AJCEP sesuai dengan notifikasi yang dilakukan Pemerintah RI kepada sekretariat ASEAN per tanggal 22 Desember 2010 (sesuai prosedur hukum entry into force pasal 79 paragraf 2 perjanjian AJCEP). Walaupun dalam kenyataannya hingga saat ini Indonesia belum dapat mengimplementasikan komitmen penurunan tarif pada perjanjian perdagangan barang AJCEP. Kondisi ini terjadi karena masih terdapat perbedaan pendapat antara Indonesia dan Jepang dalam menentukan tarif dan kategori hasil transposisi terhadap 204 pos tarif HS 2007 sehingga legal enactment yang mengatur komitmen tarif tersebut belum dapat diterbitkan.
28th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation
Upaya memperkuat kerja sama ekonomi di antara negaranegara OKI semakin intensif. Dengan telah disampaikannya daftar konsesi tarif (concession lists) oleh 10 negara anggota (terakhir Yordania) dan dengan telah diselesaikan penandatanganan dan ratifikasi Perjanjian-perjanjian TPSOKI, maka telah tercapai target jumlah negara untuk operasionalisasi dalam skema TPS-OKI.
Public Hearing Country Practice Review on Intellectual Property Right
Walaupun pihak AS telah memahami penjelasan Indonesia, namun pihak AS tetap berkesimpulan bahwa Indonesia kurang menerapkan enforcement untuk pelanggaran IPR, dan mengharapkan rencana aksi yang lebih konkret di masa mendatang.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
79
B. Tindak Lanjut Penyelesaian Pertemuan 2nd ASEANChina FTA Joint Committee
Kementerian Perdagangan diharapkan dapat membahas secara inter Kementerian atas: (i) proposal China terkait pembentukan monitoring mechanism untuk mengawasi implementasi kesepakatan ACFTA; dan (ii) pembahasan mekanisme notifikasi aturan non-tariff barriers yang tercantum pada article 8 ACFTA.
Pertemuan ke-8 ASEAN - JapanComprehensive Economic Partnership Joint Committee
Indonesia perlu menyelesaikan masalah hukum terkait entry into force AJCEP mengingat Jepang menganggap Indonesia bukan pihak (Party) dari AJCEP. Oleh sebab itu perlu dibahas secara internal dan bilateral dengan Jepang mengenai status Indonesia, Untuk itu perlu segera dilakukan koordinasi antara Kemendag dan Kemlu Selanjutnya, mengingat masalah utama terkait dengan tidak dianggapnya Indonesia sebagai Pihak dalam perjanjian AJCEP adalah belum dapat diimplementasikannya chapter mengenai Trade in Goods mengingat Indonesia belum menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan untuk melaksanakan penurunan tarif. Untuk itu, perlu koordinasi lebih lanjut antara Kementerian Perdagangan c.q. Ditjen KPI, Kementerian Perindustrian c.q.Ditjen KII,dan Kementerian Keuangan c.q. Ditjen Bea dan Cukai dan Badan Kebijakan Fiskal untuk menyelesaikan transposisi HS Indonesia dari HS 2002 ke HS 2007, dan HS 2007 ke HS 2012.
28th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation
Terkait dengan kegiatan Perdagangan Intra-OKI terutama untuk diberlakukannya Trade Preferential System OIC (TPSOIC), Indonesia seyogyanya dapat segera menyelesaikan proses yang telah menjadi kesepakatan bersama yaitu secara internal menyelesaikan proses ratifikasi dari Framework Agreement/Protocol on Preferential Tariff Scheme (PRETAS) dan Rules of Origin (Ketentuan Asal Barang) yang sudah ditandatangani Indonesia.
Public Hearing Country Practice Review on Intellectual Property Right
Plan of Action IPR (baik yang disusun oleh pihak AS maupun pihak Indonesia) akan dibahas dalam Working Group on IPR di bawah payung TIC/TIFA, untuk kemudian diimplementasikan apabila kedua pihak telah sepakat.
80
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012
BAB III PENUTUP
Kesimpulan umum
Selama bulan Oktober 2012, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional telah berpartisipasi dalam berbagai perundingan baik di forum multilateral, regional, dan bilateral. Dari perundingan tersebut diperoleh beberapa hasil kesepakatan, yaitu: Summary of Decisions dan Summary of Discussions. Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional menyadari adanya kendala-kendala dalam mencapai kesepakatan kerja sama perdagangan internasional dalam berbagai perundingan internasional baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal-hal yang belum optimal dilaksanakan pada bulan ini menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan. Sedangkan hal-hal yang harus ditindaklanjuti menjadi catatan untuk pelaksanaan kinerja pada bulan berikutnya oleh unit terkait.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober2012
81