BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo
Triwulan I 2010
Visi Bank Indonesia : “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
Misi Bank Indonesia : “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan”
Tugas Bank Indonesia : 1. Menentapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada Redaksi : Kelompok Kajian dan Survey Bank Indonesia Gorontalo Jl. D.I. Panjaitan No 35 Gorontalo – 96115 Telp : +62 435 824444 Fax : +62 435 827993 Web : www.bi.go.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Kajian periode triwulan I-2010 ini merupakan pengejawantahan dari peranan KBI Gorontalo sebagai ‘economic intelligent and research unit’ yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan pemangku kepentingan di daerah dan di pusat. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa di usia yang masih sangat muda ini, KBI Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas produk dan peranan kami di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo.
Gorontalo, 30 April 2010 BANK INDONESIA GORONTALO
Dudung C. Setyadi Deputi Pemimpin
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF BAB 1.
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
i
PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL 1.1. Sisi Permintaan 1.1.1. Konsumsi 1.1.2. Investasi 1.1.3. Ekspor-Impor 1.2. Sisi Penawaran 1.2.1. Sektor Pertanian 1.2.2. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.2.4. Sektor Bangunan 1.2.5. Sektor Industri Pengolahan 1.2.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa 1.2.7. Sektor Lainnya 1.3. Box KER I
1 2 4 6 8 8 11 13 15 16 16 17 19
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.1. Inflasi Gorontalo Triwulan III-2009 2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang/Jasa 2.2.1. Inflasi Tahunan (yoy) 2.2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) 2.3. Box KER II
23 25 25 27 29
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Fungsi Intermediasi 3.1.1. Perkembangan Bank 3.1.2. Penyerapan Dana Masyarakat 3.1.3. Penyaluran Kredit 3.2. Stabilitas Sistem Perbankan 3.2.1. Resiko Kredit 3.2.2. Resiko Likuiditas 3.2.3. Resiko Pasar 3.3. Box KER III
33 33 34 34 36 36 37 39 40
KEUANGAN DAERAH 4.1. Pendapatan Daerah 4.2. Belanja Daerah 4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar 4.4 Perkembangan Keuangan Daerah 2010
43 44 45 46
SISTEM PEMBAYARAN 5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 5.1.1 Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) 5.1.2 Penyediaan Uang Kartal Layak Edar 5.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 5.2.1 Kliring Non BI di Gorontalo
47 47 47 48 48
5.2.2 BAB 6
BAB 7
Real Time Gross Settlement (RTGS)
49
KESEJAHTERAAN 6.1. Pengangguran 6.2. Kemiskinan 6.3 Rasio Gini 6.4 IPM
51 52 53 53
OUTLOOK EKONOMI 7.1. Outlook Makro Ekonomi Regional 7.2. Outlook Inflasi 7.3. Outlook Perbankan
55 56 58
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Perkembangan Ekspor Komoditas ke Luar Negeri Perkembangan Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Negara Tujuan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Gorontalo Pertumubuhan Ekonomi Sisi Penawaran Defisit Energi Listrik PLN
1 6 7 7 8 17
Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3
Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (yoy) Inflasi Tahunan Kelompok Makanan (yoy) Kelompok Barang dan Jasa
25 26 27
Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7
Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo dalam (%) Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Stimulus Fiskal APBD terhadap sektor Riil Dampak APBD terhadap Uang Beredar APBD 2009 vs APBD 2010
43 44 44 45 45 46 46
Tabel 5.1 Tabel 5.2
Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo
48 49
Tabel 6.1 Tabel 6.2
51
Tabel 6.3 Tabel 6.4 Tabel 6.5 Tabel 6.6 Tabel 6.7
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Penduduk Usia 15 tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Agustus 2009 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kab/Kota Tahun 2007 Rasio Gini Provinsi Gorontalo Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kab/Kota Tahun 2006-2007
Tabel 7.1 Tabel 7.2
ARAM Pertanian Harga Eceran Tertinggi Pupuk
56 58
52 52 53 54 54 54
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Grafik 1.2 Grafik 1.3 Grafik 1.4 Grafik 1.5 Grafik 1.6 Grafik 1.7 Grafik 1.8 Grafik 1.9 Grafik 1.10 Grafik 1.11 Grafik 1.12 Grafik 1.13 Grafik 1.14 Grafik 1.15 Grafik 1.16 Grafik 1.17 Grafik 1.18 Grafik 1.19 Grafik 1.20 Grafik 1.21 Grafik 1.22 Grafik 1.23 Grafik 1.24 Grafik 1.25 Grafik 1.26 Grafik 1.27 Grafik 1.28 Grafik 1.29 Grafik 1.30 Grafik 1.31 Grafik 1.32 Grafik 1.33 Grafik 1.34 Grafik 1.35
Survei Konsumen NTP Pertanian Perkembangan Kredit Konsumsi Realisasi Belanja Pegawai Realisasi Konsumsi Pemerintah Perkembangan Kredit Investasi Realisasi Belanja Modal Impor Semen Gorontalo Survei Kegiatan Dunia Usaha Realisasi Panen Pertanian Tabama Realisasi Produksi Jagung Perkembangan Luas Panen Jagung Per Kab/Kota Realisasi Produksi Padi Perkembangan Luas Panen Padi Per Kab/Kota Realisasi Kredit Pertanian NPL Kredit Pertanian Perkembangan Angkutan Udara Perkembangan Kargo Udara Perkembangan Pajak Kendaraan Bermotor Realisasi Penjualan BBM Transportasi Perkembangan Angkutan Laut Perkembangan Kargo Laut Volume Bongkar Pelabuhan Laut Volume Bongkar Pelabuhan Udara Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis Tingkat Penghunian Hotel Realisasi Penjualan Semen Gorontalo Perkembangan Kredit Konstruksi Realisasi Belanja Modal APBD Penggunaan BBM Industri Penggunaan Listrik Industri NIM Perbankan Pendapatan/Beban Bunga Penjualan Energi Listrik Realisasi Kredit Jasa-Jasa
2 2 3 3 3 4 4 7 8 8 9 9 10 10 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 14 14 15 16 16 16 16 17 17 17 18
Grafik 2.1 Grafik 2.2 Grafik 2.3 Grafik 2.4 Grafik 2.5 Grafik 2.6 Grafik 2.7
Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo Realisasi Kapasitas Produksi Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok Komoditas 3 Bulan YAD Harga Minyak Dunia HPP Pembelian Beras Perkembangan Harga Cabe
23 24 24 24 25 25 26
Grafik 2.8 Grafik 2.9 Grafik 2.10
Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Daging dan Telur Ayam Perkembangan Harga Gula Pasir
27 28 28
Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Grafik 3.7 Grafik 3.8 Grafik 3.9 Grafik 3.10 Grafik 3.11 Grafik 3.12 Grafik 3.13 Grafik 3.14
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Komposisi Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan Pertumbuhan Kredit Sektoral Komposisi Kredit Sektoral Pertumbuhan Kredit UMKM Komposisi Kredit UMKM Perkembangan NPL NPL per Sektor Konsentrasi Kredit Perkembangan Protofolio DPK Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate
34 34 35 35 35 35 36 36 37 37 37 38 38 39
Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grafik 5.4 Grafik 5.5
Netflow Kas Titipan Gorontalo Perkembangan Netflow Bulanan Perputaran Kliring di Gorontalo Rata-rata Perputaran Kliring Per Hari Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI Gorontalo
47 47 48 48 49
Grafik 7.1 Grafik 7.2 Grafik 7.3 Grafik 7.4
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) Provinsi Gorontalo (%) Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo Realisasi dan Ekspektasi Usaha Sektor Keuangan
55 56 57 58
Halaman ini sengaja dikosongkan ...
RINGKASAN EKSEKUTIF PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2010 melambat 7,43% (y.o.y).
Pada triwulan I-2010, perekonomian Gorontalo diperkirakan tumbuh sebesar 7,43%
(y.o.y), lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan ekonomi triwulan I-2009 sebesar 7,66% (y.o.y). Melambatnya ekonomi Gorontalo didorong oleh melemahnya kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah di sisi permintaan serta kinerja pertanian di sisi penawaran.
Kinerja ekspor dan konsumsi yang melemah mendorong perlambatan
Melemahnya daya beli masyarakat yang tercermin pada menurunnya
Nilai
Tukar
Petani
(NTP)
serta
stagnasi
pertumbuhan belanja pegawai mendorong tingkat konsumsi
pertumbuhan ekonomi sisi permintaan
masyarakat menurun selama triwulan I-2010. Menurunnya NTP diperkirakan
sebagai
dampak
dari
merosotnya
produksi
pertanian di Bulan Januari dan Februari 2010. Tekanan pertumbuhan ekonomi juga dirasakan disisi ekspor, dimana nilai ekspor komoditas jagung selama triwulan I-2010 terkontraksi hingga 77%, dibandingkan nilai ekspor pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Namun perlambatan ekonomi yang terjadi sedikit diredam oleh membaiknya kinerja investasi dan impor. Peningkatan peran serta swasta dalam mendorong kegiatan investasi daerah tumbuh secara signifikan ditengah menurunnya pembiayaan investasi pemerintah daerah. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan kredit investasi perbankan yang mencapai 121,12% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 35,12% (y.o.y). Sementara itu penurunan pembiayaan pemerintah nampak dari nilai realisasi belanja modal yang terkontraksi hingga 79,18% (y.o.y). Peningkatan kegiatan
investasi
di
Gorontalo
selama
triwulan
I-2010
memberikan dorongan yang positif bagi peningkatan kegiatan impor. Realisasi impor semen meningkat tajam hingga 69,50% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi 22,04% (y.o.y)
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
i
Di sisi penawaran,
Disisi penawaran, kinerja pertanian diperkirakan melambat akibat
perlambatan didorong
menurunnya luas tanam lahan pertanian pada bulan September
oleh menurunnya kinerja
– November 2009 yang mempengaruhi produksi Januari –
sektor pertanian
Februari 2010. Penurunan luas tanam pada periode tersebut akibat
pengaruh
musim
kering
yang
terjadi
dibeberapa
kabupaten di Gorontalo. Dalam periode tersebut kandungan air tanah merosot hingga 60% sehingga selama triwulan I-2010 Pemerintah Daerah telah mengupayakan optimalisasi sumur bor untuk
mempertahankan
produksi
pertanian
Gorontalo.
Sementara itu kinerja sektor utama lainnya masih tumbuh dengan baik. Meningkatnya kegiatan investasi dan impor mendorong kinerja sektor bangunan, perdagangan dan angkutan meningkat selama triwulan I-2010.
PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo triwulan
Inflasi tahunan Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y)
I-2010 sebesar 3,59%
lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,54%
(y.o.y) lebih rendah
(y.o.y).
Penurunan tekanan inflasi tersebut tercermin pada
dibandingkan triwulan I2009 sebesar 10,54% (y.o.y)
perbaikan output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi. Perbaikan ekonomi daerah berupa peningkatan produksi pada akhirnya mampu menjaga pasokan kebutuhan barang dan jasa masyarakat dengan baik, sebaliknya permintaan cenderung melemah sehingga menggerakkan output gap ke arah positif. Sementara itu, ekspektasi harga jangka pendek cenderung menurun
seiring
dengan
kondisi
kelancaran
pasokan
barang/jasa. Secara triwulanan, inflasi triwulan I-2010 sebesar 1,59% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (qtq). Kenaikan inflasi secara triwulanan didorong oleh tekanan harga pada sub kelompok bahan makanan dan sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
ii
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga BBM
untuk menjaga kestabilan
memberi pengaruh positif pada perkembangan inflasi Gorontalo.
harga BBM memberi
Kebijakan penurunan harga BBM telah memberikan pengaruh
pengaruh positif pada perkembangan inflasi Gorontalo
yang signifikan terhadap penurunan inflasi 2009. Namun, pada awal tahun 2010 harga minyak internasional menunjukkan tren meningkat. Komitmen pemerintah untuk tetap mempertahankan kestabilan
harga
BBM
domestik
hingga
triwulan
I-2010
memberikan pengaruh positif pada perkembangan harga-harga. Sementara itu, dalam periode yang sama terdapat kebijakan pemerintah yang berpotensi memberikan tekanan inflasi yaitu kebijakan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras oleh Bulog per 1 Januari 2010. Kenaikan HPP beras sebesar 10% dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp4.600/kg pada tahun 2009 menjadi Rp5.060/kg pada tahun 2010.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Penghimpunan dana
Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan I-
pihak ketiga dan
2010 menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan. Dana
penyaluran kredit mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
pihak ketiga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja penghimpunan dana pihak ketiga terutama didorong oleh berkurangnya penempatan dana deposito seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara itu, penyaluran kredit juga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan kredit terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja kredit konsumsi seiring dengan menurunnya keinginan konsumsi masyarakat terkait menurunnya pendapatan akibat keterlambatan musim panen. Sementara itu secara sektoral kredit pertanian mengalami perlambatan yang cukup signifikan sejalan dengan menurunnya kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
iii
Stabilitas sistem
Stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko
perbankan di Gorontalo
kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas
meliputi aspek risiko
perlu mendapat perhatian. Non Performing Loans (NPLs) relatif
kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun
terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu
risiko likuiditas perlu
dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat
mendapat perhatian
perlu menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang ‘tidak wajar’ mencapai lebih dari 145% sehingga
berpotensi
menganggu
ketersediaan
likuiditas
perbankan. Sedangkan volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD
Realisasi belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan
Provinsi Gorontalo
I-2010 mencapai 13,97%, lebih rendah dibandingkan realisasi
triwulanI I-2010
triwulan I-2009 sebesar 19,02%. Pos belanja modal mengalami
meningkat dibandingkan capaian triwulan I-2009
penurunan yang cukup signifikan dari Rp 28,25 Miliar pada triwulan I-2009 menjadi Rp 5,88 Miliar di triwulan I-2010. Belum terlaksananya tender proyek pemerintah 2010 sampai dengan bulan Maret mendorong penyerapan belanja modal terkesan lambat.
Kondisi ini perlu disikapi oleh Pemerintah Daerah
mengingat pembiayaan investasi yang bersumber dari APBD merupakan sumber pembiayaan investasi terbesar kedua setelah dana pinjaman perbankan. Pengaruh realisasi fiskal pemerintah provinsi terhadap uang beredar
Realisasi fiskal Pemerintah Provinsi selama triwulan I-2010 cenderung ekspansif, hal ini tercermin dari nilai realisasi belanja
selama triwulan I-2010
lebih besar daripada nilai realisasi pendapatan daerah. Kebijakan
bersifat ekspansif.
ekspansif dimaksud dinilai tepat ditengah perlambatan ekonomi Gorontalo pada triwulan I-2010 namun akselerasinya terkesan masih lambat dan jauh dibawah nilai realisasi belanja daerah tahun 2009 lalu.
iv
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem
Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada
pembayaran nasional di
triwulan I-2010 diwarnai oleh net inflow dan penurunan uang
Gorontalo pada triwulan
lusuh serta berkembangnya transaksi kliring dan RTGS.
I-2010 diwarnai oleh net inflow dan penurunan
Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I-2010
uang lusuh serta
mencatat net inflow sebesar Rp135,05 miliar. Aliran uang kartal
berkembangnya transaksi
yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih besar
kliring dan RTGS.
dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari Khasanah kas titipan. Sementara itu, pada triwulan laporan tidak terdapat uang lusuh di Kas Titipan Provinsi Gorontalo. Hal ini terjadi karena pada periode laporan dilakukan kegiatan clean money policy oleh Bank Indonesia. Disisi lain, Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp294,61 miliar dengan pertumbuhan sebesar 10,69%
(y.o.y).
Sedangkan
perkembangan
penyelesaian
transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan I-2010 secara nominal sebesar Rp429 miliar atau tumbuh secara tahunan sebesar 4,78% (y.o.y). Transaksi RTGS masih mendominasi dalam sistem pembayaran non tunai di Gorontalo. Hal ini disebabkan karena BI RTGS mempunyai keunggulan mempercepat penyelesaian transaksi (seketika) dan memperkecil risiko penyelesaian transaksi.
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tingkat kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit
sedikit mengalamai
menurun yang ditandai oleh tingkat pengangguran yang
penurunan.
meningkat, indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan yang meningkat. Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo merupakan yang tertinggi di kawasan Sulawesi. Pada Bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai
Jumlah pengangguran di Gorontalo pada Agustus 2009 menurun.
447.313 atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
v
pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus 2009 Persentase penduduk
Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis
miskin di Maret 2009
kemiskinan (data Bulan Maret 2009) di Provinsi Gorontalo
meningkat.
sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Jumlah ini tersebar di wilayah Gorontalo dengan persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturut-turut oleh Kabupaten Gorontalo (32,07%),
Kabupaten
Bone
Bolango
(30,6%),
Kabupaten
Pahuwato (29,74%), Kabupaten Boalemo (29,21%), dan yang terkecil di Kota Gorontalo (8,11%) Pada Tahun 2007 indeks
Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun
gini tercatat 0,39
terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini
mengalami kenaikan
tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini
dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36
Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Hal ini tercermin pula dari persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2007 tercatat 68,98 meningkat dibanding IPM 2006 yang sebesar 68,01.
PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Gorontalo
Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2010 diperkirakan
triwulan I- 2010
tumbuh 7,6 – 8,1% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
diperkirakan tumbuh 7,3-
triwulan II-2009. Mulai membaiknya kondisi pertanian Gorontalo
7,8% (y.o.y) lebih baik dibandingkantriwulan I2009
pada akhir Maret 2010 dengan dukungan cuaca dan musim diperkirakan mampu mendorong peningkatan produksi pertanian hingga akhir semester II-2010. BMKG memperkirakan musim kemarau di kawasan Sulawesi bagian Utara akan terjadi di bulan Juni 2010 sementara curah hujan bulan Maret sampai dengan Mei 2010 diperkirakan cukup. Perkembangan sektor pertanian untuk tumbuh lebih baik pada triwulan II-2010 juga didukung
vi
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
proyeksi Dinas Pertanian Prov. Gorontalo sesuai dengan Angka Ramalan I-2010 bahwa produksi Jagung akan mencapai 665 Ribu
Ton
atau
meningkat
16,87%
dibandingkan
tahun
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 24,48%. Meningkatnya pendapatan masyarakat seiring pertumbuhan produksi sektor pertanian diperkirakan mendorong
Peningkatan produksi pertanian diperkirakan mampu mendorong peningkatan
kinerja
konsumsi
dan
ekspor
luar
negeri.
Meningkatnya pendapatan masyarakat seiring pertumbuhan produksi sektor pertanian diperkirakan mendorong konsumsi
konsumsi swasta
swasta meningkat pada triwulan II-2009. Disisi lain konsumsi
meningkat pada triwulan
pemerintah diperkirakan masih melambat terkait anggaran APBD
II-2009
2010 yang lebih rendah dibandingkan anggaran APBD 2009. Sementara
itu
kinerja
dunia
usaha
secara
keseluruhan
diperkirakan masih tumbuh baik. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Gorontalo triwulan I-2010 mencatat bahwa angka prakiraan kondisi dunia usaha pada triwulan II-2009 berada pada level optimis 16,46. Sektor bangunan
dan
perdagangan
diperkirakan
menjadi
sektor
potensial yang akan memberikan sumbangan bagi pertumbuhan triwulan II-2010. Hal ini sejalan dengan volume impor komoditas semen pada akhir Maret 2010 yang menunjukkan peningkatan secara signifikan 116,62% (y.o.y) dibandingkan kondisi Maret 2009. Optimisme permintaan
Optimisme permintaan masyarakat yang disertai adanya policy
masyarakat yang disertai
shock inflation mendorong inflasi triwulan II-2010 berkisar 3,25 –
adanya policy shock
5,25% (y.o.y). Berbagai kegiatan ekonomi domestik kedepan
inflation mendorong inflasi triwulan II-2010
yang
meliputi
persiapan
pemilihan
bupati
di
Kabupaten
berkisar 3,5 – 5,5%
Pohuwato, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone-Bolango
(y.o.y)
akan menyumbang peningkatan permintaan masyarakat yang dapat mendorong tekanan inflasi. Sementara itu, periode tahun ajaran baru dan liburan sekolah pada triwulan II-2010 juga memicu tingginya permintaan masyarakat. Sedangkan, faktor yang dapat memperlemah tekanan inflasi adalah dimulainya masa panen pada triwulan II-2010 sehingga menambah jumlah pasokan barang terutama pada kelompok bahan makanan. Di sisi lain, faktor eksternal yaitu penguatan nilai tukar rupiah pada
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
vii
triwulan II-2010 diperkirakan tidak akan terlalu mempengaruhi perkembangan inflasi daerah karena pada umumnya pergerakan inflasi daerah disebabkan oleh faktor distribusi. Policy Shock Inflation dapat mendorong tekanan inflasi pada triwulan II-2010
Policy Shock Inflation dapat mendorong tekanan inflasi pada triwulan II-2010. Kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk oleh pemerintah pada 1 April 2010 diperkirakan dapat memberi tekanan pada perkembangan harga-harga komoditas pertanian. Pupuk merupakan salah satu komponen utama dalam kegiatan produksi komoditas pertanian, dengan adanya kenaikan harga pupuk akan berimbas pada kenaikan biaya produksi kemudian dapat menekan harga jual. Sementara itu, isu kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada pertengahan tahun 2010 juga diperkirkan dapat meningkatkan ekspektasi inflasi kedepan.
Kegiatan usaha
Kegiatan usaha perbankan diperkirakan meningkat seiring
perbankan diperkirakan
dengan bergairahnya kegiatan ekonomi pada triwulan II-2010.
meningkat seiring dengan bergairahnya kegiatan ekonomi pada triwulan II2010
Kegiatan pemilihan bupati di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone-Bolango diperkirakan
ikut
meningkatkan
kinerja
ekspansi
kredit
perbankan. Sementara itu, diperkirakan suku bunga perbankan di Gorontalo akan cenderung stabil seiring dengan kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI-rate pada tingkat yang
mendukung
perkembangan
sektor
riil
dengan
mempertimbangkan potensi tekanan inflasi kedepan.
viii
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Pada triwulan I-2010, perekonomian Gorontalo diperkirakan tumbuh melambat 7,43% (y.o.y) dibandingkan triwulan I-2009 (7,66% y.o.y). Melemahnya ekonomi regional diperkirakan sebagai dampak menurunnya kinerja sektor pertanian sebagai sektor dominan di Gorontalo. Akibat kekeringan, luas lahan tanam pada periode September – November 2009 menurun, kondisi ini mengakibatkan produksi pertanian di bulan Januari dan Februari 2010 merosot. Tanda-tanda meningkatnya produksi pertanian diperkirakan mulai terjadi di akhir Maret 2010, namun secara kumulatif jumlah produksi yang dihasilkan selama triwulan laporan masih dibawah produksi pertanian pada triwulan I-2009. Disisi permintaan,melambatnya ekonomi Gorontalo tercermin pada kinerja konsumsi dan ekspor. Melemahnya Nilai Tukar Petani serta menurunnya produksi pertanian di awal triwulan I-2010 memberikan dampak yang signifikan bagi menurunnya kinerja konsumsi masyarakat dan ekspor luar negeri Gorontalo. Namun perlambatan yang terjadi sedikit diredam oleh peningkatan kinerja investasi dan impor yang tercermin dari peningkatan nilai penyaluran kredit investasi dan peningkatan volume impor pelabuhan. Disisi penawaran, perkembangan sektor pertanian masih terkendala namun kinerja sektor utama lainnya tumbuh baik. Meningkatnya kegiatan investasi dan impor mendorong kinerja sektor bangunan, perdagangan dan angkutan meningkat selama triwulan I-2010. 1.1
SISI PERMINTAAN Perekonomian Gorontalo sisi permintaan pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh
sebesar 7,43% y.o.y, melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (7,76%). Perlambatan pertumbuhan ini lebih didorong melemahnya kinerja konsumsi dan ekspor sementara kegiatan investasi dan impor diperkirakan meningkat. Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan KOMPONEN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa Pertumbuhan Ekonomi
I 10,09 25,14 22,73 23,19 48,41 7,11
2008 II III 7,97 9,09 26,00 28,99 15,67 19,55 13,68 (5,90) 16,98 35,27 7,09 9,16
IV 2,93 13,42 25,01 6,05 17,99 7,56
I 11,66 14,48 23,85 (6,18) 23,81 7,66
2009 II III 12,57 11,11 21,69 21,43 27,52 18,88 (2,24) 5,69 42,34 10,13 7,22 6,60
IV 8,17 19,64 13,26 (4,43) 5,15 8,78
2010 I* 9,99 10,09 28,14 (1,74) 25,90 7,43
*) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
1
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
1.1.1 KONSUMSI Pada triwulan I-2010, konsumsi tumbuh 9,99%, melambat dibandingkan dengan triwulan I-2009 (11,66%). Melemahnya kondisi makroekonomi regional yang didorong oleh melambatnya kinerja sektor pertanian diperkirakan berpengaruh cukup signifikan terhadap tingkat pendapatan masyarakat karena 45% angkatan kerja di Gorontalo terserap pada sektor
usaha
pertanian.
Menurunnya
tingkat
pendapatan
masyarakat
mendorong
melemahnya tingkat daya beli masyarakat selama triwulan laporan. Disisi lain kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan turut melambat dibandingkan triwulan I-2009. Kondisi tersebut sebagai dampak menurunnya pagu anggaran APBD 2010 dibandingkan pagu anggaran APBD 2009. Perlambatan pertumbuhan sisi konsumsi dikonfirmasikan oleh hasil survei konsumen Bank Indonesia serta diperkuat oleh data-data prompt indikator konsumsi. Perlambatan konsumsi masyarakat selama triwulan I-2010 tercermin dari menurunnya realisasi kredit konsumsi, penurunan nilai tukar petani, stagnasi realisasi belanja pegawai, serta menurunnya tingkat konsumsi bahan bakar minyak rumah tangga. Sementara itu perlambatan konsumsi pemerintah tercermin dari menurunnya realisasi APBD Non Belanja Modal.
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : BPS Prov. Gorontalo Grafik 1.1 Survei Konsumen
Grafik 1.2 NTP Pertanian
Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Gorontalo mencatat bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I-2010 menurun. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang mencapai level 120,25, lebih rendah dibandingkan IKE triwulan IV-2009 yang mencapai 131,58. IKE merupakan cerminan daya beli konsumen Gorontalo. Penurunan IKE terutama didorong oleh menurunnya faktor ketersediaan lapangan kerja selama triwulan I-2010. Menurunnya lapangan kerja diperkirakan sebagai implikasi melambatnya kinerja sektor pertanian selama bulan Januari dan Februari 2010. Analisis tersebut didukung pula oleh nilai tukar petani selama periode 2
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Januari dan Februari 2010 yang menunjukkan penurunan. Sementara itu pendapatan kelompok non petani selama triwulan I-2010 diperkirakan mengalami stagnasi. Realisasi belanja pegawai tumbuh 16,46% (y.o.y) hampir sama dengan pertumbuhan triwulan I-2009 sebesar 15,01% (y.o.y). Perkembangan searah ditunjukkan pula oleh pembiayaan kredit konsumsi selama triwulan I-2010 yang menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan I-2009. Tingkat outstanding kredit konsumsi tumbuh sebesar 37,64% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 52,00% (y.o.y).
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Badan Keuangan Provinsi
Grafik 1.3 Perkembangan Kredit Konsumsi
Grafik 1.4 Realisasi Belanja Pegawai
Sementara itu menurunnya tingkat konsumsi pemerintah tercermin dari melambatnya nilai realisasi APBD triwulan I-2010. Realisasi konsumsi pemerintah selama triwulan I-2010 hanya tumbuh 0,09% , lebih rendah dibandingkan pertumbuhan konsumsi pemerintah triwulan I-2009 sebesar 19,73%.
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Grafik 1.5 Realisasi Konsumsi Pemerintah
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
3
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
1.1.2 INVESTASI Kinerja investasi di Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 28,14 % (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 23,85 % (y.o.y). Peran serta sektor swasta menunjukkan peningkatan selama selama triwulan I-2010. Kondisi ini tentu saja memberikan harapan yang baik mengingat dalam beberapa triwulan sebelumnya belanja modal pemerintah daerah selalu menjadi prime mover investasi di Gorontalo. Meningkatnya partisipasi swasta dalam kegiatan investasi tercermin dari penyaluran kredit investasi perbankan yang meningkat sementara nilai realisasi belanja modal APBD mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini karena pekerjaan investasi fisik pemerintah masih melanjutkan proyek multiyears yang telah dijalankan sebelumnya sementara tender proyek baru masih belum berjalan.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Investasi
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Grafik 1.7 Realisasi Belanja Modal
Kredit investasi pada triwulan I-2010 tumbuh sebesar 51,68% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 16,51% (y.o.y). Pertumbuhan kredit investasi ini lebih didorong oleh kredit konstruksi yang tumbuh mencapai 121,12% (y.o.y) selama triwulan I-2010. Sementara itu realisasi belanja modal pemerintah daerah terkontraksi sebesar 79,18%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 6,76%. Proyek swasta skala besar yang saat ini masih terus berjalan adalah pembangunan Gorontalo Business Park yang ditargetkan selesai pada tahun 2011.
4
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Proyek Pembangun Infrastruktur (multiyears) di Gorontalo : -
Pembangunan Jalan Akses Agropolitan di lima kabupaten telah mencapai 302,25 km (kondisi akhir 2009)
-
Pembangunam Jalan Gorontalo by Pass dengan total anggaran mencapai Rp 51.423.918.000 (sumber pendanaan APBN dan APBD). Sampai dengan akhir 2009 realisasi pelaksanaan baru sekitar 30% dan masih membutuhkan tambahan dana sebesar US$ 19.690.000,-. Program ini telah dimasukkan dalam Blue Book Bappenas, dimana bantuan Pemerintah Korea akan menjadi satu pilihan untuk penyelesaian jalan tersebut.
-
Pembangunan Bendungan Paguyaman sejak tahun 2005 dengan luas areal irigasi mencapai 6.880 ha. Total anggaran anggaran yang terealisasi hingga tahun 2009 mencapai Rp. 97 Miliar sementara progres fisik pekerjaan bendungan mencapai 96,3%, pekerjaan Jaringan Kiri mencapai 90,5% dan pekerjaan Jaringan Kanan mencapai 49%.
-
Pembangunan Kanal Banjir Tamalate seluas 2.850 m2 dengan total kebutuhan anggaran mencapai Rp. 62.729.340.000,- . Saat ini progres fisik sudah mencapai 70 % dengan alokasi dana yang terealisasi sebesar Rp 29 Miliar. Untuk penyelesaian proyek masih membutuhkan dana sebesar Rp 34 Miliar (Anggaran sudah dimasukkan dalam RPJMN 2010 – 2014).
-
Peningkatan Bandara Djalaluddin Gorontalo menjadi Bandara Embarkasi Haji Penuh tahun 2010 dengan meningkatkan sarana dan prasarana ( runway, apron, turning area, fillet, VIP room, dll). Diharapkan bandara dapat difungsikan untuk didarati pesawat jenis Boeing 737 – 400 dan 737-900 ER. Pemda Provinsi Gorontalo dalam tiga tahun terakhir telah melakukan langkah strategis untuk mewujudkan embarkasih haji berupa perluasan tanah, pembangunan Jalan By Pass menuju bandara dan pembangunan asrama haji dan sebagai penyelenggara EHA 3 kali dengan baik. Saat pembangunan dilaksanakan untuk penambahan lapisan runway, pembuatan apron dan taxiway baru serta peralatan penunjang dengan total anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 150 Miliar.
-
Menjadikan Pelabuhan Anggrek sebagai pelabuhan ekspor/impor dan pusat kargo di kawasan Pantai Utara Sulawesi dengan fasilitas gudang penyimpanan, lapangan penumpukan dan fasilitas penunjang lainnya. Setiap tahunnya terjadi peningkatan kegiatan bongkar muat yang mencapai 162.068 ton/m3 untuk Bongkar dan 134.562 ton/m3 untuk Muat (akhir 2008). Total anggaran pembangunan pelabuhan tiga tahun terakhir mencapai Rp. 27 Miliar dengan pendanaan APBN.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
5
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
-
Pembangunan Dermaga III kota Gorontalo terus di tingkatkan dan diharapkan sebagai pelabuhan pengumpul dan pendistribusian 9 bahan pokok dikawasan teluk Tomini. Dengan jumlah dermaga yang ada saat ini jumlah antrian cukup panjang mencapai 35 kapal/bulan berlabuh dengan jumlah penumpang mencapai sekitar 6.000 orang/tahun.
-
Pembangunan jaringan listrik 150 KV Interkoneksi se-Sulawesi, pembangunan PLTU Anggrek dengan daya 2 x 25 MW, PLTU Molotabu 2x10 MW sedang untuk menjamin ketersediaan listrik dalam jangka panjang sekaligus mendukung kegiatan investasi. Selain itu dilakukan juga pembangunan Gardu Induk (GI) untuk menunjang pembangunan PLTU Anggrek yaitu GI Anggrek 20 MVA, GI Paguat 20 MVA, GI Isimu 30 MVA dan GI Boluontala 30 MVA.
Sumber : BAPPEDA Prov. Gorontalo
1.1.3 EKSPOR – IMPOR Kinerja ekspor selama triwulan I-2010 secara keseluruhan diperkirakan melambat. Ekspor luar negeri selama triwulan I-2009 terkontraksi 46,5% (y.o.y) dibandingkan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 3,5% (y.o.y). Menurunnya kinerja ekspor didorong oleh penurunan produksi pertanian jagung sebagai komoditas utama. Ekspor luar negeri untuk keseluruhan komoditas barang tercatat US$ 2.456.627, lebih rendah dibandingkan capaian ekspor luar negeri triwulan I-2009 sebesar US$ 4.589.484. Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas ke Luar Negeri.
Keterangan Negara Tujuan 1. Jepang 2. China 3. Singapura 4. Hongkong 5. Taiwan 6. Malaysia 7. Philipina 8. India 9. Rep. Korea 10. Vietnam NILAI EKSPOR
6
2009 Q1
Q2
Q3
Q4
2010 Q1
20.808 21.765 4.077.131 445.500 24.280 4.589.484
38.580 81.988 38.250 1.634.000 1.719.300 616.875 9.247 953.134 5.091.374
28.439 47.910 526.400 22.080 42.907 667.736
25.599 420.000 1.923.663 53.254 2.422.516
380.348 194.000 1.022.210 382.500 396.000 81.569 2.456.627
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Negara Tujuan.
2009 Q1
Q2
Q3
Q4
2010 Q1
4.077.131 45.088 21.765 445.500 4.589.484
3.353.300 9.247 321.000 158.818 616.875 632.134 5.091.374
57.353 526.400 69.990 13.993 667.736
65.375 420.000 1.923.663 13.479 2.422.517
778.500 81.569 511.050 63.298 1.022.210 2.456.627
Keterangan Jenis Barang 1. Ikan dan Udang/Kepiting 2. Jagung 3. Kayu, Barang dari Kayu 4. Bungkil Kopra 5. Rotan Poles 6. Lemak&Minyak Hewan/nabati 7. Gula & Kembang Gula 8. Mutiara & batu permata 9. Binatang Hidup 10. Tembakau NILAI EKSPOR
Sementara itu kinerja impor antar pulau menunjukkan peningkatan, impor diperkirakan tumbuh sebesar 25,90% lebih tinggi dibandingkan kinerja impor pada triwulan I-2009 sebesar 23,81%. Peningkatan impor selama triwulan I-2010 diantaranya didorong
kenaikan
impor
barang
modal
terutama
untuk
kepentingan
konstruksi
bangunan.Hal tersebut dikonfirmasikan oleh data pengadaaan semen Gorontalo yang meningkat cukup signifikan pada bulan Februari dan Maret 2010. Tabel 1.4 Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Gorontalo 2008
Pelabuhan
Q1
BONGKAR BARANG Gorontalo Kwandang Anggrek Tilamuta Total gBONGKAR BARANG (yoy)
96.969 23.756 7 120.732 67,50
Q2 103.759 21.642 9 125.410 89,23
2009 Q3 106.342 18.300 12 124.654 20,71
Q4 76.420 25.445 8 128.198 73,95
Q1 96.896 14.179 11 111.086 -7,99
Q2
Q3
Q4
2010 Q1
99.197 32 14.727 905 114.861 -8,41
81.851 26.433 2.700 110.984 -10,97
110.584 22.039 132.623 3,45
106.888 37.203 7.980 152.071 36,89
Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen Grafik 1.8 Impor Semen Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
7
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
1.2
SISI PENAWARAN Disisi sektoral, kinerja pertanian diperkirakan melambat akibat menurunnya luas
tanam lahan pertanian pada bulan September – November 2009 yang mempengaruhi produksi Januari – Februari 2010. Penurunan luas tanam pada periode tersebut akibat pengaruh musim kering yang terjadi dibeberapa kabupaten di Gorontalo, dalam periode tersebut kandungan air tanah merosot hingga 60%. Sementara itu kinerja sektor utama lainnya masih tumbuh baik. Meningkatnya kegiatan investasi dan impor mendorong kinerja sektor bangunan, perdagangan dan angkutan meningkat selama triwulan I-2010. Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran KOMPONEN 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA PERTUMBUHAN EKONOMI
2008 I 7,70 5,04 1,44 (2,66) 6,95 8,08 10,39 6,75 6,86 7,11
II 5,68 9,46 3,86 (2,70) 9,48 6,36 8,46 7,58 9,63 7,09
2009 III 11,17 11,55 7,54 (0,49) 10,83 6,45 5,16 7,48 10,65 9,16
IV 7,23 14,17 8,72 2,72 13,13 6,66 6,69 6,99 6,36 7,56
I 7,74 9,23 6,38 7,51 9,78 7,60 8,56 6,92 7,00 7,66
II 5,42 12,91 2,32 6,53 12,86 8,20 9,82 7,23 7,49 7,22
III (2,89) 20,17 4,76 7,85 18,91 10,35 11,01 10,95 11,82 6,60
IV 5,18 14,82 1,48 4,30 15,87 8,46 7,29 11,00 13,60 8,78
2010 I* 5,06 11,23 7,36 5,85 10,66 7,85 10,10 7,20 8,12 7,43
*) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
1.2.1 SEKTOR PERTANIAN Kinerja sektor pertanian di Gorontalo pada triwulan I-2010 masih menunjukkan penurunan. Sektor Pertanian diperkirakan tumbuh sebesar 5,06%, melambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan I-2009 sebesar 7,74%. Menurunnya kondisi pertanian di Gorontalo selama triwulan I-2010 tercermin dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) dimana Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi sektor pertanian triwulan I2010 terkontraksi hingga mencapai -7,12%.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.9 Survei Kegiatan Dunia Usaha
8
Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo Grafik 1.10 Realisasi Panen Pertanian Tabama
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Produksi pertanian pada triwulan I-2010 diperkirakan masih terpengaruh kondisi pertanaman periode September – November 2009, dimana pada saat itu Gorontalo dilanda musim kering. Pertanian jagung di Gorontalo merupakan pertanian lahan kering dimana kondisi pengairan sangat tergantung dari hujan. Pada akhir Maret 2010, pertanian jagung mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah sebelumnya menurun secara dratis pada triwulan III dan IV-2009. Luas panen jagung pada triwulan I2010 mencapai 37.047 Hektar masih lebih rendah dibandingkan luas panen triwulan I-2009 yang mencapai 45.501 Hektar. Penurunan luas lahan panen jagung terbesar terjadi pada Kab. Pohuwato yang merosot sebesar 47% dibandingkan luas panen pada triwulan I-2009.
Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo Grafik 1.11 Realisasi Produksi Jagung
Grafik 1.12 Perkembangan Luas Panen Jagung Per Kab/Kota
Sementara itu pertanian padi masih menunjukkan produksi yang cukup baik terkait irigasi teknis yang telah dilakukan pada hampir sebagian besar lahan pertanian di Gorontalo. Selama triwulan I-2010 penurunan luas panen padi terbesar terjadi pada kab. Boalemo. Hal ini terjadi karena debit air tanah merosot hingga 60% dari debit air normal. Upaya strategis dilakukan pemerintah daerah melalui perbaikan irigasi teknis dan bantuan cadangan bibit nasional sehingga produksi pertanian di bulan Maret 2010 mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan. Selama triwulan I-2010, beberapa lahan pertanian tabama banyak yang dialihfungsikan oleh petani menjadi lahan pertanian palawija. Hal ini dilakukan untuk mensiasati berkurangnya cadangan air tanah. Pemerintah kabupaten di Gorontalo mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 20 Miliar untuk menanggulangi kebutuhan air tanah selama bulan Januari – Februari 2010 dengan mengoptimalkan penggunaan sumur bor. Sementara itu untuk meningkatkan produksi pertanian padi, jagung dan cabe di Gorontalo, Pemerintah Daerah mengucurkan anggaran bantuan senilai Rp 6,75 Miliar dengan alokasi anggaran (i) pengelolaan tanaman terpadu, (ii) peningkatan frekuensi pertemuan satgas dan kelompok tani, (iii) pemberian insentif bagi satgas dan tim penyuluh pertanian di kab/kota, BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
9
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
(iv) peningkatan pembinaan dan konsultasi pertanian, (v) pengadaan lahan penangkar benih, dan (vi) pencanangan tanaman panen.
Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo Grafik 1.13 Realisasi Produksi Padi
Menurunnya pembiayaan.
Tren
kinerja
Grafik 1.14 Perkembangan Luas Panen Padi Per Kab/Kota
pertanian
pengucuran
di
Gorontalo
pembiayaan
juga
tercermin
perbankan
disektor
dari
sisi
pertanian
menunjukkan penurunan dengan resiko kredit yang meningkat. Outstanding kredit di sektor pertanian pada bulan Maret 2010 mencapai Rp 47,04 Miliar terkontraksi 41,23% dibandingkan triwulan I-2009. Sementara itu tingkat NPL’s mencapai 4,12%, meningkat dibandingkan NPL’s triwulan I-2009 sebesar 3,32%.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.15 Realisasi Kredit Pertanian
10
Grafik 1.16 NPL Kredit Pertanian
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN Pada triwulan I-2010, sektor pengangkutan diperkirakan tumbuh sebesar 10,10%, lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 (8,56%). Peningkatan kinerja di sektor ini terutama disumbang oleh peningkatan kinerja sub sektor angkutan udara dan angkutan darat sementara kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry cenderung melambat. Perbaikan kinerja pada sektor ini semakin ditunjang oleh perbaikan sarana infrastruktur seperti jalan dan bandara yang telah dilakukan pemerintah daerah demi menunjang kemudahan transportasi barang/manusia dari dan menuju Gorontalo. Peningkatan pertumbuhan sub sektor pengangkutan udara tercermin dalam peningkatan jumlah penumpang dan angkutan kargo udara. Jalur transportasi Manado – Gorontalo yang selama ini ditempuh dengan jalur darat telah dilayani jalur penerbangan maskapai nasional yakni WINGS Air dan EXPRESS Air. Tercatat selama triwulan I-2010 jumlah penumpang angkutan udara yang terlayani sebanyak 64.505 orang atau tumbuh sebesar 25,38% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan Triwulan I-2009 (15,19%). Sementara itu disisi kargo udara juga mengalami peningkatan, volume bongkar/muat kargo udara pada triwulan I-2010 mencapai 1.205 ton atau tumbuh sebesar 11,20% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 (0,32%). Semakin strategisnya fungsi transportasi udara bagi masyarakat Gorontalo mendorong Pemerintah Daerah melakukan pembangunan penebalan landasan pacu di Bandara Djalaludin. Diharapkan melalui proyek penebalan landasan pacu tersebut pesawat Boeing 737-900ER dapat dimuati penumpang full capacity pada September 2010 nanti. Sementara itu proyek pembangunan jalan bypass Bandara yang memasuki
tahap
akhir
penyelesaian
diharapkan
turut
memperlancar
arus
penumpang/barang dari dan menuju Bandara Djalaludin di Gorontalo.
Sumber : Bandara Djalaludin Gorontalo Grafik 1.17 Perkembangan Angkutan Udara
Grafik 1.18 Perkembangan Kargo Udara
Kinerja sektor angkutan darat pada triwulan I-2010 diperkirakan mendorong peningkatan kinerja sektor angkutan secara keseluruhan. Beberapa prompt indikator BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
11
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
untuk sub sektor ini menunjukkan pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009. Tingkat konsumsi bahan bakar transportasi darat mencapai 19.007 kiloliter atau meningkat sebesar 17,19%(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,92%. Sementara itu prompt indikator penghimpunan pajak kendaraan bermotor turut mengalami peningkatan. Penghimpunan pajak kendaraan bermotor mencapai Rp 8.563.116.400 tumbuh 32,64% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 19,79%. Meningkatnya kebutuhan angkutan darat direspon pemerintah kota Gorontalo dengan memperbaiki sarana transportasi yang ada. Busway “Hulotalangi” mulai resmi beroperasi melayani transportasi masyarakat diseputar kota Gorontalo pada bulan Maret 2010.
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Grafik 1.19 Perkembangan Pajak Kendaraan Bermotor
Sumber : PERTAMINA Gorontalo Grafik 1.20 Realisasi Penjualan BBM Transportasi
Sementara itu kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan I-2010 menunjukkan sedikit penurunan khususnya dalam hal pengangkutan penumpang namun untuk pengangkutan barang masih menunjukkan peningkatan. Kondisi ini diperkirakan karena masyarakat mulai beralih dari mode transportasi laut menuju moda transportasi udara terkait sarana dan prasarana angkutan udara yang baik dengan tingkat harga yang semakin bersaing. Jumlah penumpang kapal laut tercatat sebesar 2.641 orang dengan laju terkontraksi 15,84% (y.o.y) sementara angkutan ferry selama triwulan I-2010 melayani 17.300 penumpang dengan laju terkontraksi sebesar 10,30% (y.o.y). Namun arus barang melalui laut terus mengalami peningkatan dengan didukung kinerja sub sektor perdagangan yang semakin baik. Jumlah kargo laut mencapai 195.346 ton atau tumbuh sebesar 33,88% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 4,78%. Infrastruktur dermaga III yang saat ini dalam tahap penyelesaian diharapkan mampu mendukung kelancaran bongkar muat barang di pelabuhan Gorontalo. Namun disisi lain, permasalahan lain timbul pada ketersediaan pergudangan. Beberapa pengusaha mengeluhkan tidak seimbangnya jumlah pergudangan
12
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
terhadap volume bongkar/muat barang sehingga beberapa barang mengalami kerusakan karena tidak tertampung gudang penyimpanan.
Sumber : Pelabuhan Se-Gorontalo Grafik 1.21 Perkembangan Angkutan Laut
Grafik 1.22 Perkembangan Kargo Laut
1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN HOTEL DAN RESTORAN Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh sebesar 7,85% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (7,60%).
Peningkatan
pertumbuhan
disektor
ini
diindikasikan
oleh
meningkatnya
pertumbuhan pada beberapa prompt indikator seperti arus bongkar di beberapa pelabuhan di Gorontalo, konsumsi listrik kelompok bisnis, dan tingkat penghunian hotel. Pada sub sektor perdagangan, pertumbuhan tercermin pada peningkatan volume bongkar barang di beberapa pelabuhan Gorontalo. Volume bongkar selama triwulan I-2010 mencapai 152.071 ton atau meningkat sebesar 36,89% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 7,99%. Selama triwulan I-2010 impor barang elektronik yang berasal dari China menunjukkan peningkatan seiring diberlakukannya ACFTA. Namun perdagangan barang elektronika China di Gorontalo sempat terkendala operasi pasar yang dilaksanakan pemerintah daerah bekerjasama dengan kepolisian
pada bulan Januari 2010 terkait kepatuhan produk China terhadap
Standard Nasional Indonesia (SNI). Peningkatan kinerja sub sektor perdagangan diindikasikan pula oleh meningkatnya konsumsi listrik kelompok bisnis turut yang turut meningkat sebesar 17,22% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan peningkatan triwulan I-2009 sebesar 10,61% (y.o.y).
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
13
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Sumber : Pelabuhan se-Gorontalo Grafik 1.23 Volume Bongkar Pelabuhan Laut
Sumber : Bandara Jalaluddin Grafik 1.24 Volume Bongkar Pelabuhan Udara
Pada sub sektor perhotelan, pertumbuhan nampak pada tingkat hunian hotel di Gorontalo. Tingkat penghunian hotel pada triwulan I-2010 sebesar 37,68 meningkat lebih tinggi dibandingkan tingkat penghunian pada triwulan I-2009 sebesar 29,97. Semakin meningkatnya sarana dan prasarana transportasi di Gorontalo diperkirakan turut meningkatkan kegiatan pariwisata di Gorontalo sehingga berdampak pada meningkatnya kinerja sub sektor perhotelan. Hal tersebut dikonfirmasi dengan semakin banyaknya pembangunan rumah penginapan baru dan hotel kelas melati dikawasan kota Gorontalo.
Sumber : PLN Gorontalo Grafik 1.25 Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis
14
Sumber : BPS Gorontalo Grafik 1.26 Tingkat Penghunian Hotel
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
1.2.4 SEKTOR BANGUNAN Sektor bangunan pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh sebesar 10,66% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (9,78%). Perkembangan sektor properti khususnya ruko dan rumah tinggal semakin menunjukkan peningkatan di Gorontalo. Hal tersebut dikonfirmasi oleh pertumbuhan pembiayaan konstruksi dan realisasi penjualan semen di Gorontalo. Realisasi penjualan semen di Gorontalo meningkat sebesar 69,50% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan penjualan semen triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 22,04%. Beberapa proyek infrastruktur saat ini masih dalam proses pengerjaan antara lain : pembangunan PLTU Anggrek, pembangunan embarkasi haji untuk bandara Jalaluddin, pembangunan banjir kanal timur Bone Bolango, pembangunan jalan by pass Bandara – Kantor Gubernur, pembangunan jalan by pass Molu-Molingkapoto.
Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen Grafik 1.27 Realisasi Penjualan Semen Gorontalo
Disisi pembiayaan konstruksi, peran swasta mulai tumbuh selama triwulan I-2010. Hal ini tecermin dari semakin meningkatnya pertumbuhan kredit konstruksi sementara realisasi belanja modal APBD menunjukkan penurunan. HIPMI, Perumnas dan Pemkab. Gorontalo telah menandatangani MoU pembangunan 500 unit rumah baru bagi PNS di Kab. Gorontalo. Kondisi tersebut diharapkan menjadi pemicu pembangunan real estate diluar kawasan kota, sehingga pertumbuhan sektor bangunan kedepan semakin meningkat. Disisi pembiayan kredit konstruksi tumbuh sebesar 121,12% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 35,12% (y.o.y). Sementara itu belanja modal APBD selama triwulan I-2010 terkontraksi 79,18% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan realisasi belanja modal APBD triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 6,76%.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
15
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Konstruksi
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Grafik 1.29 Realisasi Belanja Modal APBD
1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 7,36 % (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,38 % (y.o.y). Meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan seiring dengan meningkatnya perdagangan di Gorontalo.
Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Grafik 1.30 Penggunaan BBM Industri
Sumber : PLN Gorontalo Grafik 1.31 Penggunaan Listrik Industri
Masih optimisnya kondisi sektor industri dikonfirmasi oleh tumbuhnya konsumsi BBM kelompok industri sebesar 22,79% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 14,95% (y.o.y). Sementara itu peningkatan sektor industri juga dikonfirmasi oleh tumbuhnya konsumsi listrik kelompok industri sebesar 1,33% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 19% (y.o.y). 1.2.6 SEKTOR KEUANGAN Kinerja sektor keuangan diperkirakan tumbuh 7,20% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (6,92%). Pertumbuhan sektor keuangan ini terutama didorong pertumbuhan Net Interet Margin (NIM) perbankan yang menunjukkan 16
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
peningkatan. Sampai dengan bulan Maret 2010, NIM perbankan telah mencapai Rp 107 Miliar atau tumbuh 57,55%, lebih tinggi dibandingkan NIM periode Maret 2009 yang tumbuh 28,33%. Peningkatan NIM ini didorong oleh pendapatan bunga perbankan yang tumbuh signifikan selama triwulan I-2010 sementara beban bunga relatif sama dengan periode sebelumnya.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.32 NIM Perbankan
Grafik 1.33 Pendapatan/Beban Bunga
1.2.7 SEKTOR LAINNYA Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 5,85% (y.o.y) melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 (7,51%) khususnya pada sub sektor listrik. Melambatnya sub sektor kelistrikan disebabkan oleh faktor defisit energi listrik yang belum dapat teratasi sampai dengan triwulan laporan. Menurunnya kondisi tersebut dikonfirmasi oleh perkembangan data penjualan energi listrik yang tumbuh melambat. PT. PLN telah melakukan serangkaian upaya untuk meningkatkan kapasitas kelistrikan di Gorontalo melalui program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang (terlampir dalam box KER). Rencana Realisasi (kW) (kW) Jan Siang Malam Feb Siang Malam Mar Siang Malam
Selisih (kW)
Frekuensi (kali)
3.800 6.300
2.100 4.200
1.700 2.100
3 25
3.900 6.400
2.000 3.600
1.900 2.800
8 27
3.800 6.400
2.400 4.600
1.400 1.800
17 31
Sumber : PLN Gorontalo Grafik 1.34 Penjualan Energi Listrik
Tabel 1.6 Defisit Energi Listrik PLN
Sementara itu kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I2010 diperkirakan tumbuh 11,23% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 (9,23% y.o.y). Hal ini seiring dengan perkembangan kinerja sektor bangunan di Gorontalo yang semakin menunjukkan peningkatan. Namun tingginya permintaan akan bahan galian C di Gorontalo mengakibatkan upaya penambangan seringkali menimbulkan kerusakan BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
17
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
lingkungan. Pemerintah Kota Gorontalo dalam bulan Maret 2010 melarang penambangan bahan galian C disekitar kota yang berpotensi merusak lingkungan. Sementara beberapa potensi pertambangan telah ditemukan di wilayah Gorontalo antara lain potensi minyak bumi di Teluk Tomini, potensi pertambangan emas di kab. Bone Bolango, potensi pertambangan timah hitam di Atinggola dan potensi pertambangan tembaga di daerah Tapa. Potensi dimaksud diharapkan dapat dikembangkan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 8,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 (7,00%). Meningkatnya kinerja sektor jasa-jasa dikonfirmasikan oleh peningkatan realisasi kredit jasa-jasa perbankan yang tumbuh 47,45% lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 15,45%
Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.35 Realisasi Kredit Jasa-jasa
18
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BOX 1 : Investasi dan Ketenagalistrikan Investasi di Gorontalo telah menjadi pekerjaan rumah yang belum menujukkan perkembangan yang cukup signifikan. Berbagai pihak berharap melalui investasi multiplier effect pembangunan ekonomi Gorontalo dapat dipacu lebih tinggi, namun permasalahan infrastruktur seringkali menjadi kendala terhambatnya aliran modal masuk ke Gorontalo. Dalam satu focus group discussion antara Bank Indonesia, Badan Investasi Daerah Prov. Gorontalo dan Bappeda Prov. Gorontalo melalui seminar tengah tahun 2009 terungkap lima kendala utama yang menghambat kinerja investasi di Gorontalo yaitu (i) kendala kelistrikan, (ii) ketersediaan air bersih (iii) kepemilikan lahan (iv) kualitas ketenagakerjaan serta (v) arus modal masuk. Dari kelima aspek dimaksud, masalah kelistrikan menjadi kendala mendesak yang perlu dipecahkan bersama, mengingat beberapa calon investor telah membatalkan rencana investasi dikarenakan pasokan listrik yang terbatas.
Sumber : PT. PLN Wilayah Sulutenggo
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Untuk mengetahui keterkaitan antara investasi dan kelistrikan secara empirik digunakan tools uji kausalitas granger1. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan sub sektor kelistrikan secara signifkan mempengaruhi pertumbuhan kinerja investasi namun tidak berlaku sebaliknya, dimana pertumbuhan investasi yang terjadi belum mendorong pertumbuhan sektor kelistrikan secara signifikan. Analisis ini diperkirakan menggambarkan kondisi yang berkembang di Gorontalo bahwa terhambatnya arus investasi salah satunya dikarenakan ketersediaan daya listrik yang belum optimal. Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/28/10 Time: 17:14 Sample: 2000:1 2009:4 Lags: 4 Null Hypothesis:
Obs
INVEST does not Granger Cause LISTRIK 36 LISTRIK does not Granger Cause INVEST Granger Causality Test
F-Statistic
Probability
1.37355 2.96617
0.26931 0.03748
1
Uji kausalitas Granger ini pada intinya untuk mengetahui apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja. Pada uji Granger dilihat pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang, sehingga data yang digunakan adalah data time series. Untuk melakukan uji dimaksud digunakan data pertumbuhan riil sub sektor kelistrikan dan kinerja investasi berdasarkan PDRB Provinsi Gorontalo. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
19
Berdasarkan pemetaan kebutuhan listrik nasional yang telah dilakukan oleh Kementerian EDSM pada tahun 2009, Indonesia mengalami defisit daya listrik sebesar 143.16 MW dimana Gorontalo sendiri merupakan daerah dengan defisit daya listrik yang cukup besar dikawasan Indonesia Timur setelah Provinsi Sulawesi Tengah. Per-September 2009 defisit daya listrik di Gorontalo tercatat sebesar -4.25 MW. Kondisi dimaksud menyebabkan frekuensi pemadaman menjadi alternatif untuk pemenuhan daya yang dibutuhkan oleh masyarakat. Data PT. PLN Wilayah Sulutenggo mencatat bahwa frekuensi pemadaman dari bulan Januari 2010 s/d Maret 2010 mengalami peningkatan terkait defisit daya pembangkit.
Sumber : Kementerian ESDM dalam Sosialisasi Kebijakan Teknis Terkait Penanaman Modal 2009
Selama tahun 2006 – 2010 PT. PLN telah melakukan serangkaian perbaikan jaringan dan penambahan daya listrik untuk memenuhi permintaan kelistrikan di Gorontalo. Pada tahun 2010 produksi energi listrik diproyeksikan mencapai 230.864.489 KWh dengan target penjualan energi sebesar 213.139.708 KWh. Surplus energi listrik tersebut diperkirakan mampu mengurangi frekuensi pemadaman listrik sehingga berdampak pada kinerja perekonomian secara luas. Tabel Frek. Pemadaman Listrik Rencana Realisasi (kW) (kW) Jan Siang Malam Feb Siang Malam Mar Siang Malam
Selisih (kW)
Tabel Proyeksi Produksi Listrik 2010
Frekuensi (kali)
PRODUKSI ENERGI TAHUN
3.800 6.300
2.100 4.200
1.700 2.100
3 25
3.900 6.400
2.000 3.600
1.900 2.800
8 27
3.800 6.400
2.400 4.600
1.400 1.800
17 31
KWH 2006 2007 2008 2009 2010P
142.907.898 162.030.365 181.527.650 207.721.948 230.864.489
% Growth 13,4 12,0 14,4 11,1
PENJUALAN ENERGI KWH
% Growth
128.531.907 146.365.743 166.406.139 190.288.123 213.139.708
13,9 13,7 14,4 12,0
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo
20
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
Menyikapi hal tersebut, PT. PLN Wilayah Sulutenggo tengah menyiapkan langkah-langkah dalam meningkatkan pasokan listrik untuk wilayah Gorontalo melalui program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Diharapkan melalui program pembangunan dan perbaikan jaringan yang ada ketersediaan listrik di Gorontalo dapat segera tercukupi sehingga peluang investasi daerah dapat termanfaatkan dengan baik. USAHA JANGKA PENDEK -
Mengatasi derating daya (penurunan kemampuan daya) mesin PLTD Telaga
-
Penambahan kapasitas pembangkit : o
Sistem Telaga
Sewa mesin MFO berdaya 7 MW dioperasikan bulan September 2010 dengan anggaran Rp7,5 Milyar/bulan
IPP PLTM Taludaa berdaya 1 MW dioperasikan bulan Juni 2010 dengan anggaran Rp708 juta/bulan
o
Perbaikan 1 unit mesin PLTMh Mongango berdaya 600 kW
Sistem Marisa-Tilamuta:
Sewa Mesin HSD oleh PLN berdaya 2 MW dioperasikan bulan September 2010 dengan anggaran Rp 3 Milyar/bulan
Pinjam Pakai Mesin Diesel HSD berdaya 1 MW oleh Pemda Pohuwato dioperasikan bulan September 2010 dgn anggaran Rp 1,5 Milyar/bulan
-
Pengiriman daya 5-10 MW dari PLTU Amurang melalui interkoneksi T/L 150 kV dari Sistem Minahasa ke Sistem, bila Sistem Minahasa tidak mengalami gangguan (Oktober 2010)
-
Menggeser jadwal pemeliharaan rutin mesin P0-P5 dari siang hari ke malam hari sesuai kondisi beban, untuk mencegah tidak terjadi pemadaman pada siang hari.
USAHA JANGKA MENENGAH -
-
Meningkatkan partisipasi swasta (IPP) dalam penyediaan tenaga listrik o
PLTU Tenaga Listrik 2x10 MW
o
PLTU Gorontalo Energi 2x7 MW
Pembangunan PLTU Anggrek 2x25 MW (s/d 29 Maret 2010 : sudah tergali 969 titik untuk persiapan peledakan, menunggu keluarnya izin dari Mabes POLRI)
USAHA JANGKA PANJANG -
Penambahan kapasitas pembangkit melalui proyek 10.000 MW tahap II o
PLTP Kotamobagu 1s/d 4, 4x20 MW
o
PLTP Lahendong 5&6, 2x20 MW
-
Interkoneksi Sistem Gorontalo dengan sistem Palu melalui T/L 150 kV
-
Pembangunan pembangkit dengan energi primer terbarukan o
PLTP Lombongo 9 MW (Status : Survey Site Investigation / SSI)
o
PLTP Pentadio 5 MW (Status : Survey Site Investigation / SSI) Sumber : PT. PLN Wilayah Sulutenggo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
21
Halaman ini sengaja dikosongkan ...
22
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Faktor fundamental membawa penurunan tekanan inflasi tahunan Provinsi Gorontalo triwulan I-2010. Inflasi tahunan Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,54% (y.o.y). Penurunan tekanan inflasi tersebut tercermin pada perbaikan output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi. Perbaikan ekonomi daerah untuk meningkatkan produksi menyebabkan pasokan kebutuhan barang dan jasa masyarakat cenderung tersedia dengan baik, sebaliknya permintaan cenderung melemah sehingga menggerakkan output gap ke arah positif. Sementara itu, ekspektasi harga jangka pendek cenderung menurun yang didukung oleh kelancaran pasokan barang/jasa. Secara triwulanan, inflasi triwulan I-2010 sebesar 1,59% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (qtq). Kenaikan inflasi secara triwulanan didorong oleh tekanan harga pada sub kelompok bahan makanan dan sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. 2.1
INFLASI GORONTALO TRIWULAN I-2010 Inflasi tahunan Provinsi Gorontalo triwulan I-2010 dicerminkan oleh perbaikan
output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi. Pada triwulan I-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 3,59% (y.o.y) mendekati nilai inflasi nasional sebesar 3,43% (y.o.y). Perkembangan tingkat inflasi ini cukup menggembirakan mengingat sepanjang tahun 2009 inflasi Gorontalo selalu jauh berada diatas tingkat inflasi nasional. Faktor fundamental yang menyebabkan melemahnya tekanan inflasi adalah perbaikan output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi.
Sumber : BPS Prov. Gorontalo Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo
Perbaikan output gap sejalan dengan kecenderungan melemahnya demand sementara sisi supply menguat. Perbaikan ekonomi daerah untuk meningkatkan produksi menyebabkan pasokan kebutuhan barang dan jasa masyarakat cenderung BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
23
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
tersedia dengan baik. Hal ini dikonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Gorontalo yang menunjukkan perbaikan kapasitas produksi. Sementara itu, permintaan masyarakat menujukkan tanda-tanda pelemahan meskipun masih dalam tingkat optimisme yang tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
yang menunjukkan kenaikan realisasi kapasitas produksi dan Survei
Konsumen yang menunjukkan penurunan optimisme pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo Grafik 2.2 Realisasi Kapasitas Produksi
Grafik 2.3 Indeks Keyakinan Konsumen
Optimisme ekspektasi harga dalam jangka pendek cenderung menurun yang didukung oleh kelancaran pasokan barang/jasa. Mulainya musim panen pada akhir triwulan I-2010 (Maret) mengakibatkan pasokan barang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kecukupan pasokan ini membawa ekspektasi harga dalam jangka pendek cenderung menurun. Penurunan optimisme ekspektasi harga dapat dikonfirmasi oleh indeks perubahan harga umum 3 bulan yang akan datang sebesar 172,5 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 173,3.
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok Komoditas 3 Bulan YAD
24
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Kebijakan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga BBM
memberi
pengaruh positif pada perkembangan inflasi Gorontalo. Kebijakan penurunan harga BBM telah memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap penurunan inflasi 2009. Namun, pada awal tahun 2010 harga minyak internasional menunjukkan tren peningkatan. Komitmen pemerintah untuk tetap mempertahankan kestabilan tingkat harga BBM domestik hingga triwulan I-2010 memberikan pengaruh positif pada perkembangan harga-harga. Sementara itu, dalam periode yang sama terdapat kebijakan pemerintah yang berpotensi memberikan tekanan inflasi yaitu kebijakan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras oleh Bulog per 1 Januari 2010. Kenaikan HPP beras sebesar 10% dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp4.600/kg pada tahun 2009 menjadi Rp5.060/kg pada tahun 2010.
Sumber : US Energy Information Administration
Sumber : Departemen Pertanian
Grafik 2.5 Harga Minyak Dunia
Grafik 2.6 HPP Pembelian Beras
2.2
INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA
2.2.1
INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y) Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,54% (y.o.y). Tendensi penurunan harga terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok sandang. Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y) Kelompok Umum Bahan makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
2007 Q1
Q2 3.55 5.09 9.10 0.07 2.41 3.34 0.29 0.21
2008
Q3 5.07 10.34 5.69 1.03 2.11 3.80 0.30 0.91
Q4 5.97 10.62 8.41 1.36 2.16 1.90 8.84 0.97
Q1 7.02 13.09 6.41 1.70 4.63 4.65 9.11 0.95
Q2 8.33 13.25 5.47 6.85 6.81 6.35 9.39 1.39
2009
Q3 9.58 18.05 5.79 4.50 4.29 7.10 10.65 3.37
Q4 12.26 21.69 9.36 12.43 3.40 4.66 4.52 6.14
Q1 9.20 8.56 14.51 14.02 2.63 3.95 4.34 3.48
10.54 21.05 21.08 14.74 6.36 3.42 4.27 -0.37
Q2 7.22 14.59 12.39 5.57 2.53 3.41 4.24 -5.15
2010 Q3 3.97 5.50 12.03 3.38 2.80 8.59 0.44 -5.35
Q4 4.35 7.70 7.73 2.84 3.06 8.22 0.57 -2.50
Q1 3.59 5.10 5.93 3.06 -0.18 9.35 0.36 -0.06
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
25
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Penurunan inflasi kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan harga-harga pada sub-kelompok bumbu-bumbuan. Pada triwulan I-2010, inflasi tahunan kelompok bahan makanan sebesar 5,1% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 21,80% (y.o.y). Penyebab utama melemahnya tekanan inflasi pada kelompok ini karena perkembangan harga subsektor bumbu-bumbuan mengalami penurunan. Sub sektor bumbu-bumbuan pada triwulan I-2010 menglami deflasi sebesar -17.84% (y.o.y) jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 18.49% (y.o.y). Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan (y.o.y) 2009
Kelompok / Sub kelompok BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya
MAR
APR
MEI
JUNI
21.80 14.49 14.70 51.62 -9.24 9.14 -17.13 12.90 84.66 18.49 -13.27 1.51
18.27 13.63 6.00 64.53 -7.44 9.64 -26.54 19.27 67.59 -15.19 -10.95 2.87
15.16 11.50 5.37 46.56 -7.55 6.29 -10.63 15.06 66.84 -19.50 -10.49 3.41
14.59 8.67 2.65 49.54 -8.61 1.36 -7.41 10.81 65.24 -16.01 -10.80 3.41
JULI 12.21 9.39 1.57 40.05 -9.98 -0.44 -9.01 8.90 77.21 -18.29 -5.78 3.29
AUG 7.12 10.72 -8.39 37.07 -6.87 1.34 -26.24 7.46 49.91 -31.96 -1.99 3.29
2010
SEPT
OCT
5.50 11.54 -9.12 16.59 -6.49 -4.25 -26.19 10.86 59.45 -11.69 0.95 4.88
6.74 12.43 -6.9 -3.69 -8.21 -6.74 20.22 11.96 56.85 26.77 2.45 5.21
NOV 11.18 11.96 -1.12 3.4 -7.98 -4.98 39.69 9.03 26.09 39.06 3.42 2.52
DEC 7.7 8.86 -3.05 11.08 -7.72 -4.55 -1 10 21.68 14.98 3.99 3.53
JAN 5.26 5.41 -4.86 5.18 0.75 -5.81 -7.25 11.58 29.04 21.23 5.86 2.49
FEB 7.98 9.06 -1.62 5.74 8.67 -2.3 8.55 10.85 40.99 8.32 7.34 5.01
MAR 5.1 7.46 0.31 5.58 10.14 -2.47 25.92 4.09 27.79 -17.84 6.45 2.3
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Hasil konfirmasi Survei Pemantauan Harga (SPH) menunjukkan bahwa harga beberapa komoditas utama sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami penurunan. Harga cabe merah keriting pada triwulan-I 2009 sebesar Rp13.000/kg turun menjadi Rp8.500/kg pada triwulan I-2010, sedangkan Harga cabe merah biasa pada triwulan-I 2009 sebesar Rp16.500/kg turun menjadi Rp10.000/kg pada triwulan I-2010.
Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo Grafik 2.7 Perkembangan Harga Cabe
26
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
2.2.2
INFLASI TRIWULANAN (QTQ) Secara triwulanan, inflasi Gorontalo pada triwulan I-2010 sebesar 1,59% (qtq)
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (qtq). Kenaikan inflasi secara triwulanan didorong oleh tekanan harga pada sub kelompok bahan makanan dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa (qtq) Kelompok Umum Bahan makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
2007 Q1
Q2 -1.24 -4.86 2.86 0.13 0.24 0.12 0.00 0.16
2008
Q3 0.46 0.19 0.24 0.73 0.90 0.90 0.12 0.74
Q4 1.66 2.10 2.77 0.88 0.41 0.26 7.44 0.11
Q1 2.96 10.48 -0.24 -0.07 1.90 1.11 0.05 -0.59
Q2 -0.04 -4.72 1.96 5.20 2.33 1.74 0.26 0.60
2009
Q3 3.83 4.73 4.01 1.36 -0.67 1.34 0.47 8.37
Q4 4.01 7.89 2.32 4.40 -0.04 0.56 3.98 0.13
Q1 0.16 -1.44 4.46 1.34 1.14 0.42 -0.12 -3.09
2.33 6.83 3.15 -0.14 2.52 0.62 0.17 -2.39
Q2 0.59 0.88 1.93 -0.07 -1.08 1.77 0.20 0.14
2010 Q3 0.85 -0.67 2.00 2.23 0.22 5.59 0.19 -0.08
Q4 0.53 0.62 -5.18 -8.16 -1.61 0.08 0.01 -0.17
Q1 1.59 4.25 7.45 9.85 2.34 1.67 -0.05 0.05
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Permasalahan pasokan beras menjadi salah satu penyebab utama peningkatan inflasi triwulanan pada kelompok bahan makanan. Inflasi triwulanan kelompok bahan makanan sebesar 4,25% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,65% (qtq) Terlambatnya musim tanam padi triwulan IV-2009 mengakibatkan panen raya beras diperkirakan bergesar pada akhir triwulan I-2010 (Maret) dan awal triwulan II-2010. Sehingga, pada pertengahan triwulan I-2010 (Februari) pasokan komoditas beras menjadi berkurang dan menekan tingkat harga. Sementara itu, kebijakan pemerintah untuk menaikkan HPP pembelian beras pada Januari 2010 juga turut memberi tekanan harga pada komoditas beras.
Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo Grafik 2.8 Perkembangan Harga Beras
Hasil Survei Pemantauan Harga menunjukkan bahwa harga komoditas beras mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga beras jenis dolog pada triwulan I-2010 mencapai Rp5.300/kg lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp4.000/kg. Sementara itu, tekanan harga juga muncul dari komoditas sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya. Hasil SPH menunjukkan bahwa harga daging BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
27
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
ayam broiler meningkat dari Rp17.000/kg pada triwulan IV-2009 menjadi Rp19.000/kg pada triwulan I-2010, sedangkan harga daging ayam kampung meningkat dari Rp43.000/kg pada triwulan IV-2009 menjadi Rp45.000/kg pada triwulan I-2010. Sementara itu, harga telur ayam ras mengalami peningkatan dari Rp14.000/kg pada triwulan IV-2009 menjadi Rp18.000/kg pada triwulan I-2010.
Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo Grafik 2.9 Perkembangan Harga Daging dan Telur Ayam
Tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau didorong oleh kenaikan harga gula. Kekurangan pasokan gula di Gorontalo diperkirakan akan mewarnai perkembangan harga pada triwulan I dan II 2010. Berdasarkan hasil diskusi rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) diiformasikan bahwa permasalahan stok gula akan mewarnai hingga beberapa bulan kedepan karena Perusahaan Gula Gorontalo akan mengurangi aktivitas produksi sejak Januari hingga Mei 2010. Hal ini disebabkan karena adanya permasalahan bahan baku akibat kadar air yang tinggi pada rendeman tebu. Hasil SPH juga memperkuat indikasi dimaksud yang ditunjukkan dengan kenaikan harga gula pada triwulan I-2010 sebesar Rp11.000/kg menjadi Rp11.500/kg pada triwulan II-2010.
Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo Grafik 2.10 Perkembangan Harga Gula Pasir
28
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BOX 2 : Strategi Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Gorontalo 2010 Dalam rangka memperkuat koordinasi perumusan kebijakan ekonomi daerah, telah dilakukan rapat kerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Gorontalo pada 5 Maret 2010. Rapat dimaksud diikuti oleh anggota tim yang terdiri dari Bank Indonesia, Pemda, BUMN/D, dan stakeholders. Berbagai pokok bahasan yang meliputi potensi penyebab inflasi Provinsi Gorontalo 2010 adalah sebagai berikut: A. Pemetaan Sumber Tekanan Inflasi Gorontalo
Inflasi dalam jangka pendek sejalan dengan geliat perekonomian daerah, namun dalam jangka panjang hal tersebut dapat mengganggu kualitas pertumbuhan dan menurunkan pendapatan riil masyarakat. Tingkat inflasi perlu dipertahankan pada tingkat yang rendah dan stabil agar perekonomian dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta daya beli masyarakat terjaga.
Inflasi di Gorontalo terutama bersumber dari kelompok bahan makanan khususnya beras, ikan cakalang, cabe rawit (rica), bawang, tomat, minyak goreng dan, gula pasir. Kondisi penetapan harga berdasarkan mekanisme pasar menjadi pemicu fluktuasi harga pada komoditas dimaksud. Hal ini tercermin dari tidak stabilnya pergerakan harga komoditi tersebut pada setiap periode.
B. Kondisi Infrastruktur
Akses transportasi terutama darat yang relatif terbatas ke daerah-daerah produksi mengakibatkan distribusi barang/jasa dari/ke sentra produksi kurang lancar atau memiliki biaya tinggi.
Infrastruktur yang telah disediakan oleh pemerintah, belum termanfaatkan secara optimal antara lain Pelabuhan Anggrek.
Infrastruktur lain yang
penting dan masih menjadi kendala adalah masalah kelistrikan yang hingga saat ini masih menjadi keluhan bagi masyarakat dan dunia usaha di Gorontalo. C. Struktur Pasar
Tingginya harga di level konsumen diakibatkan karena pedagang besar memiliki kekuatan untuk menentukan harga jual di pasar, sementara daya
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
29
tawar petani yang relatif rendah mengakibatkan harga kurang dinikmati pada level produsen.
Komoditas pertanian memiliki karakter yang mudah rusak sehingga harus segera dijual. Hal ini memberi dampak pada rendahnya daya tawar petani terhadap pedagang besar.
Beberapa rencana tindak lanjut pengendalian inflasi daerah yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah: A. Penguatan peran pemerintah daerah dalam mengendalikan harga melalui : Penetapan harga dasar komoditi pertanian khususnya yang diproduksi atau dihasilkan di wilayah Gorontalo dan sekitarnya sehingga tidak terjadi fluktuasi harga yang tidak stabil pada setiap periode. Operasi Pasar Terbuka (OPT) oleh BULOG dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya inflasi akibat tingginya permintaan yang diikuti oleh kekurangan pasokan di pasar misalnya terhadap komoditi beras dan gula. Namun demikian terdapat kendala untuk melakukan kegiatan dimaksud karena adanya jalur birokrasi yang cukup panjang yaitu harus melalui persetujuan Kementerian Perdagangan/Industri, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota hingga instansi teknis/pelaksana. Untuk itu diharapkan jalur birokrasi persetujuan Operasi Pasar dapat disederhanakan sehingga langkah-langkah antisipatif pengendalian inflasi dapat segera direalisasikan di lapangan. Koordinasi dan komunikasi lintas sektoral.
Pengendalian inflasi tidak
dapat dilakukan oleh satu instansi saja, namun perlu koordinasi dan komunikasi yang baik antar dinas/instansi termasuk perbankan dan legislatif (DPRD).
DPRD diharapkan dapat mendukung tim dalam kapasitasnya
sebagai mitra dalam memantau rekomendasi dan tindak lanjut hasil yang diperoleh dari TPID dan TPED.
Koordinasi juga dilakukan dalam bentuk
penyampaian informasi oleh seluruh dinas/instansi kepada masyarakat dalam rangka
membentuk
serta
mengarahkan
opini
masyarakat
terhadap
pembentukan harga/inflasi di Gorontalo. Penguatan kelembagaan petani juga sangat penting dalam meningkatkan daya tawar petani terhadap harga komoditi pertanian yang mereka hasilkan. Penguatan dimaksud antara lain melalui pembentukan kelompok tani atau koperasi petani yang menjadi sarana tukar menukar informasi dan kekuatan dalam memasarkan produk pertanian mereka.
30
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
B. Perbaikan infrastruktur khususnya jalan dan pelabuhan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari/ke Gorontalo dengan daerah-daerah sekitarnya termasuk provinsi yang menjadi pasar antar pulau dari komoditi pertanian Gorontalo.
Saat ini beberapa hal yang telah, sedang dan akan dilakukan
pemerintah Gorontalo dalam memberbaiki infrastruktur adalah : Mengalokasikan
anggaran
pembangunan/perbaikan
infrastruktur
yang
meliputi pembangunan/perbaikan jalan, jembatan, dan pelabuhan. Hal tersebut diharapkan dapat direalisasikan seluruhnya pada tahun 2010. Untuk itu, diharapkan adanya dukungan dan koordinasi dari semua pihak, termasuk legislatif (DPRD). Kondisi Jalan Provinsi dan Jalan Negara di Gorontalo terus ditingkatkan. Panjang jalan nasional adalah 616,34 km dimana kondisi mantap sudah mencapai 87,88%, sedangkan Jalan Provinsi kondisi mantap baru mencapai 39,45% dari 408,36 km sehingga masih perlu peningkatan sepanjang 247, 02 km termasuk jalan yang belum terbuka sepanjang 93,75 km (ruas Tapa Atingola, Marisa - Tolinggula dan Aladi Tulabolo). Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur yang telah tersedia diantaranya pelabuhan Anggrek dan Sarana Angkutan Perintis. Penambahan daya listrik sebesar 7 MW yang diharapkan dapat terealisasi pada bulan September 2010, untuk mengatasi defisit daya listrik di Gorontalo sebesar 3 MW.
C. Mendorong peningkatan akses transportasi ke daerah-daerah yang menjadi sentra produksi yang selama ini relatif sulit untuk diakses. Selain kelancaran akses, juga diharapkan adanya kemungkinan untuk pemberian sejenis subsidi sehingga biaya transportasi ke daerah-daerah tersebut relatif lebih murah.
D. Strategi kebijakan pertanian melalui penanaman secara bergilir untuk setiap jenis komoditi sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pasokan bahan makanan di pasar. Terkait dengan hal ini perlu dilakukan komunikasi dengan pemerintah daerah Kabupaten beserta instansi teknis serta masyarakat petani agar terdapat kesatuan pemahaman dan langkah demi keuntungan bersama.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
31
Beberapa rekomendasi yang dapat ditawarkan dari hasil rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah adalah: 1. Percepatan birokrasi/administrasi dalam mekanisme Operasi Pasar Terbuka (OPT) khususnya komoditas beras dan gula. 2. Optimalisasi penggunaan Pelabuhan Anggrek dan Sarana Angkutan Perintis guna memperlancar penyaluran distribusi barang dan jasa. 3. Menghilangkan gangguan aliran distribusi barang dari desa ke kota melalui perbaikan dan pembangunan infrastruktur. 4. Akselerasi dan koordinasi dengan pihak terkait untuk mendukung pembangunan PLTU Anggrek dan penambahan daya sebesar 7 MW di Gorontalo tahun 2010. 5. Goverment Limited Intervention dan penguatan koordinasi antar pihak terkait untuk mencegah lonjakan kenaikan harga gula karena diperkirakan hingga bulan Mei 2010 Perusahaan Gula Gorontalo akan mengurangi kegiatan produksi.
32
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada triwulan I-2010 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan yang relatif terkendali. Intermediasi perbankan ditandai oleh perlambatan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. Sementara itu stabilitas perbankan Gorontalo tetap terjaga, tergambar dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar yang relatif terkendali. Namun, risiko likuiditas perlu diwaspadai karena Loan Deposit Ratio (LDR) sudah mencapai nilai yang tidak wajar mencapai lebih dari 145% sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan. 3.1
FUNGSI INTERMEDIASI Perkembangan
fungsi
intermediasi
perbankan
pada
triwulan
laporan
menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan. Dana pihak ketiga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja penghimpunan dana pihak ketiga terutama didorong oleh berkurangnya penempatan dana deposito seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara itu, penyaluran kredit juga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan kredit terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja kredit konsumsi seiring dengan menurunnya keinginan konsumsi masyarakat terkait menurunnya pendapatan akibat keterlambatan musim panen. Sementara itu secara sektoral kredit pertanian mengalami perlambatan yang cukup signifikan sejalan dengan menurunnya kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan.
3.1.1
PERKEMBANGAN BANK Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum
Konvensional, 2 Bank Umum Syariah, dan 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 13 kantor cabang, 23 kantor cabang pembantu, 10 kantor kas serta 21 kantor unit. Sedangkan, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 2 kantor cabang dan 2 kantor kas. Sementara itu, nilai total asset pada triwulan laporan sebesar Rp3,032 triliun atau tumbuh sebesar 21,18% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 30,11% (y.o.y).
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
33
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.1.2
PENYERAPAN DANA MASYARAKAT Pada posisi akhir triwulan I-2010 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,83
triliun, terkontraksi sebesar -0,80% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20,81% (y.o.y). Perlambatan DPK terutama disebabkan oleh kontraksi pada komponen deposito sebesar -15,93% (y.o.y), lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 47,63% (y.o.y). Melambatnya deposito seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara, tabungan tumbuh sebesar 6,55% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,71% (y.o.y). Berkurangnya pendapatan masyarakat terutama para petani akibat terlambatnya musim panen menyebabkan kemampuan menabung masyarakat cenderung turun. Sebaliknya, giro mengalami pertumbuhan sebesar 8,61% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6.59% (y.o.y).
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
3.1.3
Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga
PENYALURAN KREDIT Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar
Rp2,78 triliun, tumbuh 32,59% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 38,17% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan total kredit terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 37,64% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 52,00% (y.o.y). Perlambatan kredit konsumsi seiring dengan menurunnya keinginan konsumsi masyarakat terkait menurunnya pendapatan akibat keterlambatan musim panen. Sementara itu, kredit modal kerja juga mengalami perlambatan yaitu tumbuh sebesar 21,95% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 31,93% (y.o.y). Sebaliknya, kredit investasi tumbuh sebesar 51,68% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -16,51% (y.o.y). Perkembangan kredit investasi menunjukkan bahwa peran perbankan cukup besar dalam pendanaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang sedang dilakukan oleh 34
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
pemerintah dan swasta pada triwulan laporan. Perkembangan kredit investasi perlu terus ditingkatkan mengingat perannnya hanya sekitar 6% dari total kredit dibandingkan dengan kredit konsumsi yang mencapai 60% dari total kredit.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan
Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan
Perlambatan kredit sektor produktif pada triwulan laporan seiring dengan perlambatan ekonomi daerah. Kredit pertanian mengalami perlambatan yang cukup signifikan yaitu terkontraksi sebesar -41,23% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,20% (y.o.y). Menurunnya kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mempengaruhi perkembangan kredit pertanian. Kontraksi perkembangan kredit juga dialami oleh sektor industri sebesar -40,44% (y.o.y) dan sektor angkutan sebesar -31,15% (y.o.y), keduanya lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja kredit perdagangan masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 16,07% (y.o.y) namun masih lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 27,84% (y.o.y). Sementara itu, kinerja yang menggembirakan terdapat pada kredit sektor konstruksi yang mengalami pertumbuhan sebesar 121,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 35,12% (y.o.y). Peran perbankan dalam dukungan pendanaan proyek-proyek infrastruktur meningkatkan kinerja kredit konstruksi.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral
Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
35
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat tumbuh 46,17% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 24,93% (y.o.y). Kredit yang dikucurkan perbankan Gorontalo kepada usaha skala mikro, kecil dan menengah mencapai Rp1,99 triliun, dimana kredit usaha mikro sebesar Rp254,8 milyar, kredit usaha kecil sebesar Rp721,7miliar, dan kredit usaha menengah Rp1,02 triliun.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM
3.2
Grafik 3.8 Komposisi Kredit UMKM
STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko
pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat perlu menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang ‘tidak wajar’ mencapai lebih dari 145% sehingga berpotensi terhadap ketersediaan likuiditas perbankan. Sedangkan volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
3.2.1
RESIKO KREDIT Dari indikator kredit non-lancar dan konsentrasi kredit diindikasikan bahwa
risiko kredit tetap terkendali pada level yang rendah. Kredit Non-Lancar atau Non Performing Loans (NPLs) untuk kredit secara keseluruhan tetap terjaga pada level 2,38% (bruto). Nilai ini tergolong ‘baik’ karena masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 5% (bruto). Namun, perbankan harus tetap waspada terhadap potensi risiko kredit kedepan mengingat nilai NPL saat ini sudah menunjukkan tren kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,25%. Adapun nilai NPLs tertinggi terdapat pada kredit industri yang mencapai 10,25%, diikuti oleh kredit jasa dunia usaha sebesar 4,41% dan kredit pertanian sebesar 4,15%.
36
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.9 Perkembangan NPL
Grafik 3.10 NPL per Sektor
Konsentrasi kredit di sektor tertentu. Selain NPLs, risiko kredit yang stabil-rendah disebabkan pula oleh komposisi kredit yang disalurkan, dimana kredit konsumsi memiliki pangsa yang dominan sebesar 64%. Selain itu, pangsa terbesar kredit produktif dikucurkan ke sektor PHR sebesar 27%. Sektor-sektor produktif lain yang dianggap lebih tinggi tingkat risikonya memiliki pangsa kucuran kredit yang relatif kecil.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.11 Konsentrasi Kredit
3.2.2
RESIKO LIKUIDITAS Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan
tingkat Loan Deposit Ratio menunjukkan risiko likuiditas pada triwulan laporan patut mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih kecil dari dana jangka pendek. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito hanya mencapai 29.01% dari total dana pihak ketiga. Sementara itu, dana jangka pendek mencapai lebih dari 70% dalam struktur dana pihak ketiga yaitu giro sebesar 18,12% dan tabungan sebesar 52,77%.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
37
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.12 Perkembangan Protofolio DPK
Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 151,19% menunjukkan bahwa likuiditas Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR menunjukkan bahwa jumlah kredit yang disalurkan jauh melebihi jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan. Tentunya hal ini patut mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil dananya dalam jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada kesehatan perbankan. Sementara itu, perbankan Gorontalo harus lebih meningkatkan kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang digelontorkan menuju tingkat LDR yang diniliai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari 100%.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo
38
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.2.3
RESIKO PASAR Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan
volatilitas suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga acuan yang mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan inflasi ke depan diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sementara itu, volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Gorontalo, karena paparan terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
39
BOX 2 : POTENSI KERAJINAN KERAWANG GORONTALO Kerawang adalah sebuah produk kerajinan tradisional yang sejak turun-temurun telah diwariskan menjadi sebuah keahlian kaum perempuan Gorontalo. Kerajinan kerawang mulai dikenal sejak abad ke 17 tepatnya tahun 1713 di wilayah Ayula. Nama sulaman kerawang berasal dari kata “Mokarawo” yang berarti “mengiris atau melubangi”. Penamaan ini sesuai dengan teknik pembuatan sulaman kerawang, dimana serat benang pada kain sebagai media sulaman akan diiris atau dilubangi dengan cara mencabut serat benang pada bidang tertentu di media kain yang akan digunakan. Proses pengirisan dan pencabutan benang tersebut disesuaikan dengan besaran bentuk atau motif yang diinginkan. Setelah proses pencabutan benang pada kain, proses sulaman dilakukan dengan mengikuti motif yang telah ditentukan.
Desain Kerawang Gorontalo
Secara keseluruhan teknik pembuatan sulaman kerawang, mulai dari pembuatan motif, pelubangan sampai penyulaman masih dilakukan secara manual. Pada awalnya hasil sulaman kerawang hanya dalam bentuk kecil dan sederhana dengan corak yang sewarna. Namun seiring dengan perkembangan zaman, mendorong para pengrajin usaha kerawang untuk menghasilkan hasil sulaman kain kerawang sebagai bahan pakaian siap jahit khususnya untuk busana perempuan dengan berbagai variasi bahan tekstil. Berbagai inovasi kreatif juga terus berkembang, dimana hasil sulaman kerawang juga telah ditemui dalam bentuk yang lebih siap pakai seperti kipas, tas tangan, dompet, busana muslim dan muslimah, mukena, kemeja, songkok, sandal, jas, sajadah, sprei, dan sarung bantal bahkan kaos dengan bahan baku yang lebih bervariasi serta motif sulaman yang lebih berwarna. Berbagai kreatifitas dan inovasi baru yang terus tumbuh tersebut, mendorong makin dikenalnya hasil sulaman kerawang sampai ke tingkat nasional serta makin banyaknya permintaan dari berbagai kalangan khususnya para pendatang yang berkunjung ke Gorontalo. Bahan baku sulaman kerawang adalah kain, biasanya jenis oxford (untuk sprei dan taplak), belini (untuk jas dan safari) dan sifon (untuk baju perempuan). Jenis kain lainnya 40
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
yang biasa digunakan adalah santana, katun duyung, friendship, accura, claudy, tetron, dan ero. Saat ini, kain sutra sudah digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan sulaman dengan kualitas yang terbaik. Sebagai bahan pendukung digunakan benang, alas, motif, gabus, dan gagang kipas. Alat yang digunakan oleh pengrajin antara lain; jarum, silet, pamendangan (alat untuk menarik kain yang akan disulam), gunting dan mesin jahit. Kerajinan kerawang, tersebar secara merata di wilayah Provinsi Gorontalo. Berdasarkan data Industri Kecil dan Menengah (IKM) 2009 dari Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Provinsi Gorontalo, diperoleh informasi bahwa para pengrajin sulaman kerawang tersebar di seluruh wilayah (kota/kabupaten) yang ada di Provinsi Gorontalo, dengan jumlah unit usaha sebanyak 645 unit dan tenaga kerja yang terserap sebanyak 3.505 orang Di Kabupaten Gorontalo, industri sulaman kerawang telah cukup berkembang dengan baik, dimana pusat atau sentra industri berada di Kecamatan Telaga Biru, dengan jumlah pengrajin ± 425 orang yang tersebar di 5 desa. Para pengrajin tersebut umumnya menerima dan mengerjakan pesanan dari beberapa pengusaha/pedagang lokal untuk diperdagangkan baik di dalam maupun luar wilayah Gorontalo. Pesanan lainnya datang dari beberapa kantor atau instansi pemerintah maupun swasta untuk dijadikan sebagai seragam kantor. Selain di Kabupaten Gorontalo, banyak pengrajin sulaman kerawang lainnya yang juga tersebar di Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Sementara untuk Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Boalemo memiliki jumlah pengrajin kerawang yang lebih sedikit. Secara
umum,
terdapat
tiga
pola
usaha
yang
dapat
dilakukan
oleh
pengusaha/pengrajin sulaman kerawang, yaitu; (1) pola makloon saja, (2) pola produksi lengkap dan (3) pola kombinasi atau gabungan antara makloon dan produksi lengkap. Pola makloon , seperti halnya industri pakaian jadi lainnya juga diterapkan dalam usaha kerawang dimana pengrajin melakukan usahanya dengan menerima pesanan dari konsumen dan hanya membuat sulaman kerawang sesuai dengan keinginan konsumen. Dalam pola ini, bahan baku kain dan benang berasal dari konsumen, sedangkan bahan pendukung seperti benang, alas, motif, gabus, dan gagang kipas dan alat yang digunakan oleh pengrajin antara lain; jarum, silet, pamendangan (alat untuk menarik kain yang akan disulam), gunting dan mesin jahit disediakan sendiri oleh pengrajin. Model atau rancangan motif sulaman kerawang ditentukan oleh konsumen. Pendapatan pengrajin dengan pola makloon lebih besar berasal dari ongkos menyulam yang dibebankan ke konsumen. Selain pengrajin dengan pola makloon , terdapat pula pengrajin kerawang yang melakukan proses produksi secara lengkap, mulai dari merancang motif atau pola sulaman, menyulamnya sendiri, hingga menjualnya. Pada pola proses produksi lengkap Pengrajin membuat rancangan atau motif sendiri, membeli bahan baku kain, benang dan pamendangan serta menyulam sendiri untuk kemudian ditawarkan kepada konsumen untuk BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
41
dijual. Dengan demikian seluruh bahan (bahan baku maupun bahan pembantu) berasal dari pengrajin. Pendapatan pengrajin berasal dari harga jual yang dibebankan ke konsumen. Pada umumnya pengusaha menerapkan pola (1) dan (3) yaitu pola makloon saja atau pola kombinasi antara makloon
dan produksi. Pengusaha yang menerapkan pola
makloon saja adalah karena kebutuhan modalnya tidak sebesar modal yang dibutuhkan pada pola produksi lengkap (terutama modal yang diperlukan untuk bahan baku kain). Tetapi pola makloon ini tidak terlalu menguntungkan bagi pengusaha, karena pengusaha hanya mendapatkan ongkos kerja menyulam. Oleh karena itu untuk menyiasatinya, pengusaha menerapkan pola kombinasi atau gabungan antara makloon
dan produksi.
Dengan pola kombinasi ini kebutuhan modal tidak terlalu besar, tetapi keuntungan yang didapat lebih besar. Sehelai sulaman kerawang, dapat diselesaikan dalam waktu satu minggu hingga dua bulan, tergantung jenis kain, benang serta tingkat kerumitan motifnya. Semakin baik kualitas kain dan benang yang digunakan, serta semakin rumit motif yang diinginkan, semakin lama pula waktu pengerjaannya, harganya pun semakin mahal tentunya. Harga sulaman kerawang untuk bahan baju perempuan berkisar Rp250.000,- hingga jutaan rupiah, sementara untuk baju laki-laki berkisar Rp95.000,- hingga Rp350.000,-. Untuk jas, tarif yang dikenakan minimal Rp500.000,-. Data Diskoperindag Provinsi Gorontalo tahun 2009 menunjukan total produksi sulaman kerawang sebanyak 493.359 lembar, dengan nilai produksi mencapai Rp 23 miliar. Sulaman kerawang merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan. Berdasarkan penelitian Bank Indonesia mengenai baseline economic survei (BLS) pada tahun 2006, teridentifikasi sulaman kerawang sebagai salah satu komoditas unggulan provinsi Gorontalo. Penelitian lanjutan mengenai Identifikasi Potensi dan Profil Klaster Komoditas Unggulan di Provinsi Gorontalo pada tahun 2009 yang lalu juga menunjukkan bahwa sulaman kerawang sebagai salah satu komoditas yang potensial dikembangkan menjadi sebuah klaster. Sebagai upaya pengembangan komoditas unggulan, khususnya sulaman kerawang, diperlukan keterlibatan dan keberpihakan semua pihak, khususnya pemerintah daerah, perbankan dan pelaku usaha sendiri. Pemerintah daerah berperan dalam penguatan kapasitas usaha dan penguatan kapasitas kelembagaan pelaku usaha. Perbankan tidak semata financial institution namun berperan sebagai agent of change dan agent of development, sudah saatnya terjun ke lapangan untuk melihat potensi unggulan yang ada. Pelaku usaha harus memiliki sense untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam pengembangan usahanya. Sinergitas tiga pihak diatas, hendaknya jangan hanya menjadi slogan semata, melainkan menciptakan langkah nyata dalam upaya pemberdayaan ekonomi daerah khususnya dalam pengembangan sulaman kerawang Gorontalo. 42
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 | BANK INDONESIA
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan I-2010 mencapai 13,97%, lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan I-2009 sebesar 19,02%, sementara itu realisasi pendapatan menurun 10,91%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 28,99%. 4.1 PENDAPATAN DAERAH Realisasi pendapatan Provinsi Gorontalo pada triwulan I-2010 menurun dibandingkan triwulan I-2009. Secara nominal, realisasi triwulan I-2010 sebesar Rp 60,21 Miliar dengan capaian 10,91% dari anggaran APBD 2010, capaian ini menurun secara persentase realisasi dan secara nominal dibandingkan triwulan I-2009 yang sebesar 28,99%. Menurunnya kinerja pendapatan daerah terutama disebabkan menurunnya capaian di sisi realisasi Dana Perimbangan Pusat yang pencapaiannya menurun secara signifikan. Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Air Bawah Tanah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Darurat Dana Penyesuaian Jumlah Pendapatan
APBD 2009 76.980.000.000 72.160.000.000 24.889.144.538 25.000.000 25.661.714.763 15.000.000 21.434.140.699 120.000.000 15.000.000 500.000.000 4.320.000.000 457.524.910.000 17.853.650.000 388.325.260.000 51.346.000.000 534.504.910.000
I - 2009 Nominal Pencapaian (%) 24.145.496.109 31,37 20.350.218.813 28,20 6.455.906.300 25,94 8.434.223.300 32,87 5.432.070.593 25,34 24.885.000 20,74 3.133.620 20,89 3.795.277.296 87,85 130.780.980.405 28,58 1.339.228.405 7,50 129.441.752.000 33,33 154.926.476.514 28,99
APBD 2010 103.283.066.210 93.420.724.011 11.742.615.224 25.000.000 57.322.124.099 15.000.000 24.180.984.688 120.000.000 15.000.000 550.000.000 9.312.342.199 430.749.380.658 19.263.660.658 400.750.820.000 10.734.900.000 534.032.446.868
I-2010 Nominal Pencapaian (%) 26.820.074.585 27,00 25.151.397.285 29,89 8.563.116.400 30,34 11.095.677.000 31,67 5.468.832.830 26,34 17.549.155 17,98 6.221.900 47,09 1.668.677.300 10,98 33.395.902.000 7,38 33.395.902.000 8,60 60.215.976.585 10,91
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Sisi dana perimbangan mengalami penurunan realisasi terhadap target anggaran yang ditetapkan. Posisi dana perimbangan yang terelisasi sampai dengan akhir triwulan I-2010 sebesar Rp 33,39 Miliar dengan realisasi sebesar 7,38% dari anggaran induk, hal tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 130,78 Miliar dengan persentase realisasi 28,58%. Menurunnya realisasi dana perimbangan pada triwulan I-2010 lebih didorong menurunnya realisasi Dana Alokasi Umum yang hanya mencapai 8,60% sementara periode yang sama tahun sebelumnya terealisasi sebesar 33,33%. Sementara itu penghimpunan pajak daerah mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan penghimpunan pajak kendaraan bermotor. Pada triwulan I-2010, Pemerintah Daerah berhasil menghimpun pajak
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
43
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
daerah sebesar Rp 25,15 Miliar dengan pencapaian 29,89% melebihi penghimpunan pajak triwulan I-2009 sebesar Rp 20,35 Miliar dengan pencapaian 28,20%. Upaya
pemerintah
daerah
meningkatkan
self
financing
melalui
peningkatan
penghimpunan pajak daerah telah berjalan cukup baik. Komposisi PAD telah meningkat sebesar 44,54% sementara dana perimbangan mencapai 55,46%. Meningkatnya komposisi PAD terhadap total anggaran lebih didorong oleh menurunnya realisasi Dana Perimbangan pada triwulan laporan. Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Air Bawah Tanah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Darurat Dana Penyesuaian Jumlah Pendapatan
APBD 2009 76.980.000.000 72.160.000.000 24.889.144.538 25.000.000 25.661.714.763 15.000.000 21.434.140.699 120.000.000 15.000.000 500.000.000 4.320.000.000 457.524.910.000 17.853.650.000 388.325.260.000 51.346.000.000 534.504.910.000
I - 2009 Nominal Komposisi (%) 24.145.496.109 15,59 20.350.218.813 13,14 6.455.906.300 4,17 8.434.223.300 5,44 5.432.070.593 3,51 24.885.000 0,02 3.133.620 0,00 3.795.277.296 2,45 130.780.980.405 84,41 1.339.228.405 0,86 129.441.752.000 83,55 154.926.476.514 100,00
APBD 2010 103.283.066.210 93.420.724.011 11.742.615.224 25.000.000 57.322.124.099 15.000.000 24.180.984.688 120.000.000 15.000.000 550.000.000 9.312.342.199 430.749.380.658 19.263.660.658 400.750.820.000 10.734.900.000 534.032.446.868
I-2010 Nominal Komposisi (%) 26.820.074.585 44,54 25.151.397.285 41,77 8.563.116.400 14,22 11.095.677.000 18,43 5.468.832.830 9,08 17.549.155 0,03 6.221.900 0,01 1.668.677.300 2,77 33.395.902.000 55,46 33.395.902.000 55,46 60.215.976.585 100,00
4.2 BELANJA DAERAH Realisasi belanja Provinsi Gorontalo pada
triwulan I-2010 lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2009. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 79,35 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 13,97%, lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 dengan pencapaian realisasi sebesar Rp 101,66 Miliar dengan persentase realisasi mencapai 19,02%. Kondisi ini terutama didorong oleh penurunan pos belanja modal secara signifikan, sementara pos belanja pegawai dan pos belanja barang dan jasa sedikit mengalami kenaikan. Pada APBD 2010, pemerintah meningkatkan pagu anggaran belanja modal dari Rp 99 Miliar menjadi Rp 111 Miliar namun realisasi yang berjalan terkesan lambat. Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Jumlah Belanja
APBD 2009 209.294.011.350 150.952.011.350 2.652.000.000 8.500.000.000 2.700.000.000 35.690.000.000 6.300.000.000 2.500.000.000 325.210.898.650 23.901.166.696 201.759.691.455 99.550.040.499 534.504.910.000
I - 2009 Nominal Pencapaian (%) 48.143.413.600 23,00 32.308.051.879 21,40 660.960.000 24,92 3.017.650.000 35,50 1.383.150.000 51,23 8.156.654.871 22,85 2.616.946.850 41,54 53.514.552.430 16,46 2.709.205.789 11,34 22.556.345.601 11,18 28.249.001.040 28,38 101.657.966.030 19,02
APBD 2010 261.960.951.852 173.594.813.052 5.300.000.000 8.500.000.000 3.000.000.000 38.500.000.000 30.566.138.800 2.500.000.000 306.256.934.706 23.969.649.454 170.441.404.162 111.845.881.090 568.217.886.558
I-2010 Nominal Pencapaian (%) 46.918.341.789 17,91 38.869.163.182 22,39 2.875.900.000 33,83 1.103.375.786 36,78 2.501.093.171 6,50 1.568.809.650 5,13 32.435.808.661 10,59 1.910.415.130 7,97 24.644.216.573 14,46 5.881.176.958 5,26 79.354.150.450 13,97
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
44
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Kualitas APBD Gorontalo triwulan I-2010 lebih diarahkan pada kepentingan konsumsi sementara tujuan investasi relatif menurun. Komposisi pos belanja modal menurun secara signifikan dari 27,79% pada triwulan I-2009 menjadi hanya berkisar 7,41% pada triwulan I-2010. Sementara komposisi pos belanja konsumsi meningkat dari 73,21% pada triwulan I-2009 menjadi 92,59% pada triwulan I-2010. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat kegiatan investasi lebih memberikan multiplier effect bagi pengembangan ekonomi daerah dibandingkan kegiatan konsumsi. Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Jumlah Belanja
APBD 2009 209.294.011.350 150.952.011.350 2.652.000.000 8.500.000.000 2.700.000.000 35.690.000.000 6.300.000.000 2.500.000.000 325.210.898.650 23.901.166.696 201.759.691.455 99.550.040.499 534.504.910.000
I - 2009 Nominal Komposisi (%) 48.143.413.600 47,36 32.308.051.879 31,78 660.960.000 0,65 3.017.650.000 2,97 1.383.150.000 1,36 8.156.654.871 8,02 2.616.946.850 2,57 53.514.552.430 52,64 2.709.205.789 2,67 22.556.345.601 22,19 28.249.001.040 27,79 101.657.966.030 100,00
APBD 2010 261.960.951.852 173.594.813.052 5.300.000.000 8.500.000.000 3.000.000.000 38.500.000.000 30.566.138.800 2.500.000.000 306.256.934.706 23.969.649.454 170.441.404.162 111.845.881.090 568.217.886.558
I-2010 Nominal Komposisi (%) 46.918.341.789 59,13 38.869.163.182 48,98 2.875.900.000 3,62 1.103.375.786 1,39 2.501.093.171 3,15 1.568.809.650 1,98 32.435.808.661 40,87 1.910.415.130 2,41 24.644.216.573 31,06 5.881.176.958 7,41 79.354.150.450 100,00
4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Kinerja fiskal selama tahun 2010 belum menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 3,87%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 0,31%. Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah Konsumsi Pemerintah Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Barang dan Jasa Pembentukan Modal Tetap Bruto Belanja Modal
APBD 2009 434.954.869.501 174.853.178.046 2.652.000.000 8.500.000.000 2.700.000.000 35.690.000.000 6.300.000.000 2.500.000.000 201.759.691.455 99.550.040.499 99.550.040.499
Realisasi Q1-2009 Nominal %PDRB 73.408.964.990 4,44 35.017.257.668 2,12 660.960.000 0,04 3.017.650.000 0,18 1.383.150.000 0,08 8.156.654.871 0,49 2.616.946.850 0,16 22.556.345.601 1,37 28.249.001.040 1,71 28.249.001.040 1,71
APBD 2010 456.372.005.468 197.564.462.506 5.300.000.000 8.500.000.000 3.000.000.000 38.500.000.000 30.566.138.800 2.500.000.000 170.441.404.162 111.845.881.090 111.845.881.090
Realisasi Q1-2010* Nominal %PDRB 73.472.973.492 3,87 40.779.578.312 2,15 2.875.900.000 0,15 1.103.375.786 0,06 2.501.093.171 0,13 1.568.809.650 0,08 24.644.216.573 1,30 5.881.176.958 0,31 5.881.176.958 0,31
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan I-2010 menunjukkan ekspansi. Ekspansi terjadi karena realisasi dari pengeluaran APBD lebih besar dibandingkan realisasi penerimaan APBD. Kebijakan ekspansif yang telah diterapkan pemerintah daerah diperkirakan mampu memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama tahun 2010.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
45
BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar 534.504.910.000,00 76.980.000.000,00 457.524.910.000,00 17.853.650.000,00 388.325.260.000,00 51.346.000.000,00
Realisasi Q1-2009 Nominal %PDRB 154.926.476.513,56 9,38 24.145.496.108,56 1,46 130.780.980.405,00 7,92 1.339.228.405,00 0,08 129.441.752.000,00 7,84 -
534.032.446.868,00 103.283.066.210,00 430.749.380.658,00 19.263.660.658,00 400.750.820.000,00 10.734.900.000,00
534.504.910.000,00 174.853.178.046,00 2.652.000.000,00 8.500.000.000,00 2.700.000.000,00 35.690.000.000,00 6.300.000.000,00 2.500.000.000,00 201.759.691.455,00 99.550.040.499 -
101.657.966.030,00 35.017.257.668,00 660.960.000,00 3.017.650.000,00 1.383.150.000,00 8.156.654.871,00 2.616.946.850,00 22.556.345.601,00 28.249.001.040 53.268.510.484 53.268.510.484
568.217.886.558,00 197.564.462.506,00 5.300.000.000,00 8.500.000.000,00 3.000.000.000,00 38.500.000.000,00 30.566.138.800,00 2.500.000.000,00 170.441.404.162,00 111.845.881.090 (34.185.439.690) (34.185.439.690) -
APBD
APBD 2009
Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Darurat Dana Penyesuaian Belanja Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Surplus/Defisit Pembiayaan Netto DAMPAK RUPIAH
6,16 2,12 0,04 0,18 0,08 0,49 0,16 1,37 1,71 3,23 3,23
APBD 2010
Realisasi Q1-2010* Nominal %PDRB 60.215.976.585,48 3,17 26.820.074.585,48 1,41 33.395.902.000,00 1,76 33.395.902.000,00 1,76 79.354.150.450,00 4,18 40.779.578.312,00 2,15 2.875.900.000,00 0,15 1.103.375.786,00 0,06 2.501.093.171,00 0,13 1.568.809.650,00 0,08 24.644.216.573,00 1,30 5.881.176.958 0,31 (19.138.173.865) (1,01) (19.138.173.865) (1,01)
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
1.650.549,99
*) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
4.4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 2010 Anggaran keuangan daerah tahun 2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan anggaran tahun 2009. Kondisi ini menjadi kendala manakala Provinsi Gorontalo dan kabupaten/kota masih mengandalkan dana pemda dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Adapun perbandingan anggaran tahun 2009 terhadap anggaran tahun 2010 ditampilkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010 Anggaran Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain pendapatan yang sah Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Surplus/defisit Pembiayaan Netto SILPA
Kota Gorontalo 452.000.031.988 62.000.000.000 314.582.072.988 75.417.959.000 427.936.219.836 265.946.341.916 161.989.877.920 24.063.812.152 (39.883.813.272) (15.820.001.120)
Kab. Gorontalo 486.013.404.063 28.366.442.063 416.146.962.000 41.500.000.000 507.884.007.246 323.875.175.905 184.008.831.341 (21.870.603.183) 21.870.603.183 -
Anggaran Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain pendapatan yang sah Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Surplus/defisit Pembiayaan Netto SILPA
Kota Gorontalo 414.317.097.262 69.802.500.000 334.514.597.262 10.000.000.000 422.970.797.262 248.720.831.700 174.249.965.562 (8.653.700.000) 8.653.700.000 -
Kab. Gorontalo 513.311.978.674 24.896.114.714 424.347.597.846 64.068.266.114 518.311.978.674 288.192.022.162 230.119.956.512 (5.000.000.000) 5.000.000.000 -
APBD 2010 Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango 326.719.642.227 345.673.957.183 15.493.387.800 10.702.878.874 270.219.887.500 328.971.078.309 41.006.366.927 6.000.000.000 328.674.640.040 345.673.957.183 163.179.161.560 187.983.889.183 165.495.478.480 157.690.068.000 (1.954.997.813) 1.954.997.813 APBD 2009 Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango 310.218.681.812 311.456.324.899 15.099.275.000 8.202.878.874 268.119.406.812 301.263.446.025 27.000.000.000 1.990.000.000 361.519.134.088 300.271.324.899 157.166.436.441 178.844.907.731 204.352.697.647 121.426.417.168 (51.300.452.276) 11.185.000.000 51.300.452.276 (11.185.000.000) -
Kab. Gorut 283.077.808.153 6.500.000.000 237.369.849.153 39.207.959.000 293.257.836.030 107.111.654.926 186.146.181.104 (10.180.027.877) 10.180.027.877 -
Kab. Pohuwato 363.319.469.617 13.668.934.500 311.632.576.117 38.017.959.000 366.319.469.617 197.212.085.468 169.107.384.149 (3.000.000.000) 3.000.000.000 -
Prov. Gorontalo 534.032.446.868 103.283.066.210 430.749.380.658 534.032.446.868 234.994.813.052 299.037.633.816 -
TOTAL 2.790.836.760.099 240.014.709.447 2.309.671.806.725 241.150.243.927 2.803.778.576.820 1.480.303.122.010 1.323.475.454.810 (12.941.816.721) (2.878.184.399) (15.820.001.120)
Kab. Gorut 287.097.148.000 2.500.000.000 235.152.070.000 49.445.078.000 295.936.856.850 81.207.609.344 214.729.247.506 (8.839.708.850) 8.839.708.850 -
Kab. Pohuwato 347.844.056.500 12.106.162.500 303.911.780.000 31.826.114.000 353.054.863.500 172.564.743.125 180.490.120.375 (5.210.807.000) 5.210.807.000 -
Prov. Gorontalo 534.504.910.000 76.980.000.000 457.524.910.000 534.504.910.000 209.294.011.350 325.210.898.650 -
TOTAL 2.718.750.197.147 209.586.931.088 2.324.833.807.945 184.329.458.114 2.786.569.865.273 1.335.990.561.854 1.450.579.303.420 (67.819.668.126) 67.819.668.126 -
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Secara agregat pendapatan kabupaten/kota/provinsi akan meningkat sebesar 2,65% dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Sementara di peningkatan belanja hanya mencapai 0,62% dari anggaran sebelumnya dengan penurunan terbesar pada belanja langsung 8,76%. Kondisi ini akan berpengaruh langsung pada melambatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah di tahun 2010.
46
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada triwulan I-2010 diwarnai oleh net inflow dan penurunan uang lusuh serta berkembangnya transaksi kliring dan RTGS. 5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I-2010 mencatat net inflow sebesar Rp 135,05 miliar. Aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih besar dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari Khasanah kas titipan.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo
Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan
Kondisi net inflow pada triwulan laporan menunjukkan menurunnya penggunaan uang kartal oleh masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini merupakan efek balik karena pada triwulan sebelumnya penggunaan uang kartal sangat besar oleh masyarakat. Berbagai kegiatan pada triwulan IV-2009 diantaranya Idul Adha, Tahun Baru Islam, Perayaan Natal, dan Tahun Baru Masehi meningkatkan penggunaan uang kartal. Sementara itu, melemahnya daya beli masyarakat pada triwulan I-2010 juga mengurangi penggunaan uang kartal oleh masyarakat. Terlambatnya musim panen mengakibatkan pendapatan masyarakat terutama para petani menjadi menurun. 5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR Pada triwulan I-2010 tidak terdapat uang lusuh di Kas Titipan Provinsi Gorontalo. Hal ini terjadi karena pada periode laporan dilakukan kegiatan clean money policy oleh Bank Indonesia. Total jumlah uang kartal yang terdapat di kas titipan sebesar Rp 115,27 miliar dimana pecahan uang kertas mencapai Rp 115,21 miliar dan uang logam sebesar Rp 60 juta. Sementara itu, pecahan uang kertas Rp2000 emisi tahun 2009 juga
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
47
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
telah tersedia di kas titipan Gorontalo. Pada periode laporan terdapat pecahan uang Rp2000 sejumlah Rp 160 juta di kas titipan Gorontalo. Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo Jenis Pecahan (Rp) Uang Kertas 100000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 Total Uang Logam 500 100 Total TOTAL UANG Sumber : Bank Indonesia
Tw. IV 2009 Layak edar 9,600,000 15,400,000 9,940,000 5,470,000 4,345,000 182,000 44,937,000 100,000 25,000 125,000 45,062,000
Lusuh 5,000,000 5,000,000 360,000 200,000 115,000 701,000 11,376,000
11,376,000
Jumlah 14,600,000 20,400,000 10,300,000 5,670,000 4,460,000 883,000 56,313,000 100,000 25,000 125,000 56,438,000
Tw. I 2010 Layak edar Lusuh 32,500,000 64,200,000 9,440,000 4,470,000 3,935,000 160,000 500,000 115,205,000 50,000 10,000 60,000 115,265,000 -
Jumlah 32,500,000 64,200,000 9,440,000 4,470,000 3,935,000 160,000 500,000 115,205,000 50,000 10,000 60,000 115,265,000
5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp 294,61 miliar dengan pertumbuhan sebesar 10,69% (y.o.y). Adapun jumlah warkat sebanyak 12.151 lembar dengan pertumbuhan sebesar 19,24% (y.o.y). Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan I-2010 sebesar Rp 4,74 miliar atau tumbuh 9,24% (y.o.y). Sedangkan rata-rata harian jumlah warkat sebanyak 196 lembar atau tumbuh sebesar 13,40% (y.o.y).
Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo
48
Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
Rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,30% pada triwulan IV-2009 menjadi 0,12% pada triwulan I-2010. Penurunan rasio penolakan jumlah cek/BG kosong seiring dengan membaiknya kinerja sektor perdagangan.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo
5.2.2
REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo Bulan Januari Februari Maret Rata-rata tw I-09 April Mei Juni Rata-rata tw II-09 Juli Agustus September Rata-rata tw III-09 Oktober November Desember Rata-rata tw IV-09 Januari Februari Maret Rata-rata tw I-10 Pertumbuhan (yoy)
FROM TO FROM + TO Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) 127 291 277 290 404 581 112 260 222 310 334 570 191 335 299 357 490 692 143 295 266 319 409 614 197 401 412 417 609 818 174 407 299 423 473 830 263 533 472 502 735 1035 211 447 394 447 606 894 267 568 316 457 583 1025 243 487 316 422 559 909 204 488 355 509 559 997 238 514 329 463 567 977 161 391 308 434 469 825 197 466 359 524 556 990 368 865 417 859 785 1724 242 574 362 606 603 1180 108 334 367 354 475 688 121 362 287 322 408 684 143 414 260 410 403 824 124 370 305 362 429 732 -13.51% 25.28% 14.63% 13.48% 4.78% 19.15%
Transaksi RTGS masih mendominasi dalam sistem pembayaran non tunai di Gorontalo. Hal ini disebabkan karena BI RTGS mempunyai keunggulan mempercepat penyelesaian transaksi (seketika) dan memperkecil risiko penyelesaian transaksi. Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan I-2010 secara nominal sebesar Rp 429 miliar atau tumbuh secara tahunan sebesar 4,78% (y.o.y). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi RTGS ratarata per bulan selama triwulan I-2010 tercatat sebanyak 732 transaksi atau tumbuh secara tahunan sebesar 19,15% (y.o.y). Perkembangan transaksi RTGS juga menunjukkan bahwa kativitas ekonomi di Provinsi Gorontalo semakin berkembang. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
49
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
Halaman ini sengaja dikosongkan ...
50
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BAB 6 : KESEJAHTERAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit menurun yang ditandai oleh tingkat pengangguran yang meningkat, indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan yang meningkat.Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo merupakan yang tertinggi di kawasan Sulawesi. 6.1. PENGANGGURAN Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat dari tahun ke tahun. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai 447.313 atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus 2009. Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan
Kegiatan Utama Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Angkatan Kerja Bekerja Tidak Bekerja Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka
2008 Februari 677.430 423.376 393.567 29.809 254.054 62,50 7,04
2009 Agustus 688.081 429.384 405.126 24.258 258.697 62,40 5,65
Februari 697.073 462.889 439.460 23.429 234.265 66,40 5,06
Agustus 701.495 447.313 420.962 26.351 254.182 63,77 5,89
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian merupakan lapangan usaha yang paling banyak digeluti penduduk Provinsi Gorontalo yaitu 172.130 orang (Agustus 2009) atau 40,89 % dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut menurun 6,53% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya sektor perdagangan di Provinsi Gorontalo, sehingga semakin banyak jumlah tenaga kerja yang beralih dari sektor pertanian ke sektor tersebut. Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan (17,42%) dan sektor perdagangan sebesar 16,47%. Kedua sektor ini mengalami pertumbuhan jumlah tenaga kerja masing-masing sebesar 13,07% dan 16,28%
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
51
BAB 6 KESEJAHTERAAN
dibandingkan bulan Agustus 2008. Sektor perdagangan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi dalam jumlah tenaga kerja. Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Agustus 2009
2008 Februari Agustus 213.275 184.148 28.340 34.268 45.195 59.610 26.177 32.214 59.540 63.720 21.040 31.166 393.567 405.126
Kegiatan Utama Pertanian Industri Perdagangan Angkutan Jasa Kemasyarakatan Lainnya Total
2009 Februari Agustus 208.636 172.130 32.462 32.431 71.911 69.315 31.227 35.301 72.325 72.051 22.899 39.734 439.460 420.962
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
6.2. KEMISKINAN Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2009 (data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Kemiskinan Gorontalo masih yang tertinggi di Sulawesi serta masih jauh di atas persentase nasional yang berada di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret 2009 sebesar Rp162.189 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp15.035 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2007 yang tercatat sebesar Rp147.154 perkapita per bulan. Tabel 6.3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)
Provinsi Gorontalo
2005
2006
2007
2008
2009
29,05 29,13 27,35 24,88 25,01
Sulawesi Utara
9,34 11,54 11,42
10,1
9,79
Sulawesi Tengah
21,8 23,63 22,42 20,75 18,98
Sulawesi Selatan
14,98 14,57 14,11 13,34 12,31
Sulawesi Tenggara 21,45 23,37 21,33 19,53 18,93 Sulawesi Barat Nasional
20,74 19,03 16,73 15,29 16,69 17,75 16,58 15,42 14,15
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
52
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 6 KESEJAHTERAAN
Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2007, persentase penduduk miskin di provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah Kabupaten. Persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturut-turut Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten Pahuwato (29,74%), dan Kabupaten Boalemo (29,21%). Jumlah penduduk miskin terkecil berada di Kota Gorontalo yaitu sebesar 11.965 orang dengan persentase sebesar 8,11%. Untuk mengatasi
permasalahan
kemiskinan
diperlukan
manajemen
sumber
daya
lokal,
penerimaan fiskal yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan yang proporsional dan berkeadilan. Tabel 6.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
6.3. RASIO GINI Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas. 6.4. IPM (INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA) Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun, kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil dari
Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum
provinsi menjadi salah satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil. Tabel 6.5. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010
53
BAB 6 KESEJAHTERAAN Rasio Gini Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas Tabel 6.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun 2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional, sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24. Tabel 6.7. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota Tahun 2006-2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada pembangunan 15 kecamatan ber-IPM terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-IPM terendah antara lain : Kec. Motilango, Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa, Wonosari, Botumoito, Pohuwato, Patilanggio, Taluditi, Paguat, Tapa, Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang
54
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010| BANK INDONESIA
BAB 7 OUTLOO OK EKONOMI
BAB B 7 : OUTLOO U OK EKO ONOMII Perekonom mian Goronttalo pada triiwulan II-20 010 diperkira akan lebih ttinggi diban ndingkan pertumb buhan triwu ulan II-2009 9. Kondisi in ni diperkira akan didorong oleh pro oyeksi peniingkatan produkssi pertanian n selama triwulan t II-2 2010 yang ditandai meningkatny m ya produks si panen pada akhir Maret 2010.Disisii inflasi diperkirakan te erjadi penin ngkatan pada triwulan n II-2010 ulan I-2010 0, kondisi tersebut t dip perkirakan didorong o oleh menin ngkatnya dibandiingkan triwu perminttaan konsum msi masyarrakat serta tekanan da ari sisi adm ministered in nflation. Sem mentara itu penyyaluran kre edit perbankkan diperkirrakan meniingkat seirin ing dengan cerahnya prospek kegiatan dunia usa aha pada triiwulan II-20 010. 7.1 OU UTLOOK MA AKROEKO ONOMI REG GIONAL Perekonom mian Goron ntalo pada triwulan III-2010 dipe erkirakan tu umbuh 7,6 – 8,1 % (y.o.y) lebih tinggi dibandiingkan perrtumbuhan n triwulan II-2009 (7,,22% y.o.y y). Mulai memba aiknya kond disi pertania an Gorontallo pada akh hir Maret 2010 2 dengan dukungan cuaca dan mu usim diperkkirakan mam mpu mendo orong penin ngkatan pro oduksi pertanian hingg ga akhir semester II-2010. BMKG memperkirakkan musim kemarau di d kawasan n Sulawesi bagian a terjadi di bulan Juni 2010 sementara curah c hujan n bulan Maret sampai dengan Utara akan Mei 201 10 diperkira akan cukup.. Perkemba angan sekto or pertanian untuk tumb buh lebih ba aik pada triwulan n II-2010 ju uga didukun ng proyekssi Dinas Pe ertanian Pro ov. Goronta alo sesuai dengan Angka Ramalan I-2010 bah hwa produksi Jagung g akan me encapai 66 65 Ribu To on atau meningkat 16.87% % dibandingkkan tahun sebelumnya s a yang terko ontraksi seb besar 24.48%.
G Grafik 7.1 Proyyeksi Pertumbuhan Ekonom mi Gorontalo
Peningkata an produks si pertania an diperkira akan mampu mendorong penin ngkatan por luar neg geri. Menin ngkatnya pe endapatan masyarakat seiring kinerja konsumsii dan eksp buhan pro oduksi sekktor pertan nian diperk kirakan me endorong konsumsi swasta pertumb meningkat pada triwulan II--2009. Disiisi lain konsumsi pemerintah d diperkirakan n masih BA ANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL R PR ROV. GORONT TALO TRIWU ULAN I-2010
55
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI E
bat terkait anggaran a A APBD 2010 0 yang lebih h rendah dibandingka d an anggaran n APBD melamb 2009. Sementara S itu disisi ekkspor diperrkirakan me engalami pe eningkatan khususnya a ekspor hasil pe ertanian. Sementara a itu kinerja dunia usaha secara keseluruha an diperkirakan masih tumbuh baik. Ha asil survei kegiatan k du unia usaha Bank Indon nesia Goron ntalo triwula an I-2010 mencatat m bahwa angka prakkiraan kondiisi dunia ussaha pada trriwulan II-20 009 berada a pada levell optimis ngunan dan n perdagang gan diperkiirakan men njadi sektor yang mem mberikan 16,46. Sektor ban sumban ngan bagi pertumbuh han triwulan n II-2010 diluar d sekto or pertania an. Hal ini sejalan dengan n volume im mpor komod ditas semen n pada akhir Maret 20 010 menunjukkan peningkatan secara signifikan 116,62% (y.o.y) diband dingkan kon ndisi Maret 2009. 2 Tabel 7.1 7 ARAM I Pe ertanian Komod ditas Padi Luas Panen (ha) Produktivitass (ku/ha) Produksi (ton n) Jagung Luas Panen (ha) Produktivitass (ku/ha) Produksi (ton n) Kedelai Luas Panen (ha) Produktivitass (ku/ha) Produksi (ton n)
2008 8 (ATAP P)
2009 (ASEM)
2010 (ARAM I)
46.492 2,00 50 0,67 237.873 3,00
48.042,00 53,48 256.933,00
48.516,00 53,59 259.990,00
3,33 5,55 8,01
0,99 0,21 1,19
156.436 6,00 4.817 7,00 753.598 8,00
124.798,00 45,60 569.110,00
143.237,00 46,43 665.113,00
‐20,22 ‐99,05 ‐24,48
14,78 1,82 16,87
1.873 3,00 13 3,42 2.514 4,00
4.727,00 11,69 5.527,00
4.796,00 12,54 6.012,00
152,38 ‐12,89 119,85
GROWTTH GROWTH 2008‐20 009 2009‐2010P
1,46 7,27 8,78
UTLOOK IN NFLASI 7.2 OU Optimisme e permintaan masyarrakat yang disertai ad danya polic cy shock inflation mendo orong infla asi triwulan n II-2010 berkisar 3,25 3 – 5,25 5% (y.o.y). Kondisi tersebut t didoron ng oleh optiimisme perrmintaan ma asyarakat yang y diperkkirakan massih mewarn nai pada triwulan n II-2010 na amun denga an kecenderungan melemah.
Grafik 7.2 Proyeksi Inflasii Tahunan (y.o o.y) Provinsi Gorontalo G (%)
56
KAJIAN EK KONOMI REG GIONAL PROV V. GORONTALO TRIWULA AN I-2010| BAN NK INDONES SIA
BAB 7 OUTLOO OK EKONOMI
Berbagai kegiatan k ekkonomi dom mestik kede epan yang meliputi pe ersiapan pe emilihan ato, Kabupa aten Goronttalo, dan Ka abupaten B Bone-Bolang go akan Bupati di Kabupaten Pohuwa mbuhan kon nsumsi massyarakat. Sementara S itu, periode tahun ajarran baru mendorrong pertum dan libu uran sekola ah pada triw wulan II-2010 juga me emicu tingg ginya permiintaan masyarakat. Hasil survei s kon nsumen me enunjukkan n bahwa ekspektasi e konsumen n kedepan n masih menunjukkan optimisme yan ng tercermin dari nilaii Indeks Ekkspektasi K Konsumen sebesar kan triwulan n sebelumnya yang tercatat 131.581, namun masih lebih rendah dibandingk itu, faktorr yang turu sebesar 151.29. Sementara S ut memperlemah teka anan inflasi adalah pat mengurrangi tekanan harga te erutama dimulainya masa panen pada triwulan II-2010 dap elompok ba ahan makan nan. pada ke
Sumber : Bank B Indonesia a Gorontalo Grafik 7.3 3 Indeks Eksp pektasi Konsum men Provinsi Gorontalo
Policy Sho ock Inflatio on dapat mendorong m g tekanan inflasi pada a triwulan II-2010. Kebijakkan penetap pan Harga Eceran Te ertinggi (HE ET) pupuk oleh o pemerrintah pada a 1 April 2010 diperkirakan d n dapat me emberi teka anan pada perkembangan harga a-harga ko omoditas pertania an. Pupuk merupaka an salah satu s komponen utam ma dalam kegiatan produksi p komoditas pertania an, dengan n adanya ke enaikan harrga pupuk akan a berimb bas pada kenaikan k biaya produksi kem mudian dapat menekan n harga juall. Sementarra itu, isu ke enaikan Tarrif Dasar Listrik (TDL) pada pertengaha an tahun 20 010 juga dip perkirkan da apat mening gkatkan eks spektasi k Di sisi lain, fa aktor eksterrnal yaitu penguatan nilai n tukar ru upiah pada triwulan inflasi kedepan. II-2010 diperkiraka an tidak aka an terlalu mempengar m ruhi perkem mbangan infflasi daerah h karena mumnya pe ergerakan in nflasi daerah disebabka an oleh fakttor distribussi. pada um
1
Indeks = 1 100 menunjukkan n responden men ngekspektasikan harga akan tetap p/stabil, indeks >> 100 menunjukkaan responden mengekspeektasikan harga aakan meningkat, d dan indeks < 100 menunjukkan re esponden mengekkspektasikan hargga menurun
BA ANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL R PR ROV. GORONT TALO TRIWU ULAN I-2010
57
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI E
Tabel 7.2: Ha arga Eceran Te ertinggi Pupukk
J Jenis Pupuk Urea U Sp‐36 ZZA N NPK O Organik
HET Semula ((Rp/kg) 1,200 1,550 1,050 1.586 ‐ 1.8830 500
HETT Baru (Rp/kg) Kenaikan (% %) 1,600 33.3 2,000 29.03 1,400 33.3 2,300 25.68‐45 700 40
Sumber: Kementerian Pertanian
7.3 OU UTLOOK PE ERBANKAN N Kegiatan
usaha
perbankan n
diperkirrakan
me eningkat
seiring
dengan
bergairrahnya keg giatan ekon nomi pada a triwulan II-2010. I Me eningkatnya a aktivitas domestik d diperkirrakan memiicu berbaga ai sektor ussaha untuk meningkatk m kan kinerjan nya sehingg ga dapat mendorrong pening gkatan perm mintaan kred dit. Sementtara itu, sukku bunga pe erbankan gorontalo diperkirrakan stabil seiring den ngan kebija akan Bank Indonesia untuk memp pertahankan n BI-rate pada tin ngkat yang mendukung g perkemba angan sekto or riil denga an memperttimbangkan potensi tekanan n inflasi ke edepan. Hasil H Surve ei Kondisi Dunia Usa aha (SKDU U) mengko onfirmasi perbaikkan prospekk perbankan n kedepan melalui eks spektasi usa aha sektor kkeuangan kedepan k yang mengalami m peningkata an saldo bersih b sebe esar 40 SB, lebih tinggi diban ndingkan realisassi triwulan I--2010 yang memiliki sa aldo bersih -10 SB.
S Sumber: Bank Indonesia Go orontalo Grafik 7.4 Reallisasi dan Ekspektasi Usaha a Sektor Keua angan
58
KAJIAN EK KONOMI REG GIONAL PROV V. GORONTALO TRIWULA AN I-2010| BAN NK INDONES SIA
LAMPIRAN
1. MAKROEKONOMI REGIONAL Tabel 1.A PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam jutaan rupiah)
SEKTOR 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOMPONEN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa
I 199.867,15 6.598,38 49.541,55 3.671,48 51.741,84 89.093,06 66.344,73 56.112,23 124.164,08 647.134,48
II 208.963,63 7.201,25 50.217,76 3.717,00 55.806,71 91.504,41 70.067,35 57.160,68 130.541,17 675.179,94
III 220.032,24 8.075,46 54.645,14 3.956,30 61.951,72 96.618,96 72.850,58 60.347,79 140.416,72 718.894,91
IV 172.006,54 8.100,89 54.674,27 3.975,53 63.211,36 96.677,34 73.236,47 60.994,17 136.651,22 669.527,79
2009 I 468.554 407.314 295.604 (316.662) 100.658 314.934
II 479.928 431.145 309.129 (335.889) 105.039 320.974
III 502.657 459.888 318.403 (346.198) 100.094 323.267
IV 503.256 484.907 354.891 (453.864) 103.622 330.570
2009 800.869,55 29.975,99 209.078,72 15.320,31 232.711,62 373.893,76 282.499,13 234.614,87 531.773,19 2.710.737,13 2009 1.954.395,45 1.783.254,11 1.278.026,70 (1.452.612,35) 409.412,40 1.289.745,11
2010 I* 209.990,08 7.339,63 53.190 3.886 57.255,60 96.089 73.048 60154,8 134.248 695.201,76 2010 I* 515.344 448.393 378.777 (349.705) 98.906 396.513
Sumber : BPS Prov. Gorontalo *) Angka Proyeksi Bank Indonesia Tabel 1.B PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam persen) KOMPONEN
2009 I
1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA PERTUMBUHAN EKONOMI KOMPONEN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa Pertumbuhan Ekonomi
Sumber : BPS Prov. Gorontalo *) Angka Proyeksi Bank Indonesia
II 7,74 9,23 6,38 7,51 9,78 7,60 8,56 6,92 7,00 7,66
III 5,42 12,91 2,32 6,53 12,86 8,20 9,82 7,23 7,49 7,22
(2,89) 20,17 4,76 7,85 18,91 10,35 11,01 10,95 11,82 6,60
IV 5,18 14,82 1,48 4,30 15,87 8,46 7,29 11,00 13,60 8,78
2009 I
II 11,66 14,48 23,85 (6,18) 23,81 7,66
12,57 21,69 27,52 (2,24) 42,34 7,22
III 11,11 21,43 18,88 5,69 10,13 6,60
IV 8,17 19,64 13,26 (4,43) 5,15 8,78
2009 3,49 14,44 3,66 6,51 14,51 8,67 9,16 9,06 10,02 7,54 2009 10,82 19,35 20,31 (2,02) 18,57 7,54
2010 I* 5,06 11,23 7,36 5,85 10,66 7,85 10,10 7,20 8,12 7,43 2010 I* 9,99 10,09 28,14 (1,74) 25,90 7,43
2. INFLASI Tabel 2.A PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI GORONTALO 2009
Kelompok / Sub kelompok (yoy) UMUM BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumahtangga Penyelenggaraan Rumahtangga SANDANG Sandang Laki-laki Sandang Wanita Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain KESEHATAN Jasa Kesehatan Obat-obatan Jasa Perawatan Jasmani Perawatan Jasmani dan Kosmetika PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA Jasa Pendidikan Kursus-kursus/Pelatihan Perlengkapan/Peralatan Pendidikan Rekreasi Olahraga TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Transpor Komunikasi dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
2010
JAN
FEB
MAR
DEC
JAN
FEB
9.24 12.49 10.47 23.52 35.75 13.82 13.84 -10.91 9.15 50.44 -25.65 -11.58 0.86 13.57 2.86 3.41 32.25 11.80 16.95 8.77 2.34 0.75 2.45 0.11 0.91 3.32 9.01 4.43 2.08 3.41 2.69 5.78 4.15 8.23 5.45 1.25 -0.44 0.00 0.52 5.11 -12.80 0.00 2.74
11.01 20.78 16.10 21.37 46.35 -1.37 12.64 -14.75 8.62 83.04 3.86 -11.68 -1.11 13.93 2.72 5.55 32.24 9.51 13.29 8.13 0.57 0.75 4.11 0.11 0.91 3.32 19.03 3.73 0.00 3.55 2.69 5.11 4.35 8.23 5.45 1.25 0.19 0.00 -0.36 3.79 -12.80 0.00 2.74
10.54 21.80 14.49 14.70 51.62 -9.24 9.14 -17.13 12.90 84.66 18.49 -13.27 1.51 14.74 0.92 7.08 35.93 6.36 7.85 7.50 0.93 0.75 3.42 0.11 0.74 3.32 14.49 3.09 0.00 3.21 2.69 4.07 4.27 8.23 5.45 1.25 -0.08 0.00 -0.37 3.77 -12.80 0.00 2.74
4.35 7.7 8.86 -3.05 11.08 -7.72 -4.55 -1 10 21.68 14.98 3.99 3.53 7.73 2.18 14.42 10.49 2.84 3.89 0.05 1.04 4.06 3.06 0.21 0.01 0 17.61 8.22 31.53 8.74 2.69 1.48 0.57 0 42.16 0.78 -0.76 -0.46 -2.5 -3.06 -1.83 0.4 0.34
4.07 5.26 5.41 -4.86 5.18 0.75 -5.81 -7.25 11.58 29.04 21.23 5.86 2.49 8.13 2.13 15.78 10.83 3.57 5.13 0.01 1.13 4.08 2.63 0.23 0.02 0 14.86 7.81 31.53 8.7 0 1.12 0.53 0 42.16 0.93 -0.93 -0.46 -0.97 -0.89 -1.83 0.4 0.34
4.89 3.59 7.98 5.1 9.06 7.46 -1.62 0.31 5.74 5.58 8.67 10.14 -2.3 -2.47 8.55 25.92 10.85 4.09 40.99 27.79 8.32 -17.84 7.34 6.45 5.01 2.3 8.52 5.93 2.13 2.13 17.46 13.53 10.83 6.4 3.17 3.06 4.38 4.23 0.01 0.01 1.5 1.12 4.14 4.35 0.42 -0.18 0.23 0.23 0.02 0.02 0 0 1.87 -1.32 8.1 9.35 31.53 31.53 9.45 15.78 0 0 1.36 1.24 0.28 0.36 0 0 42.16 42.16 0.51 0.51 -1.55 -1.29 -0.46 -0.46 -0.09 -0.06 0.36 0.41 -1.83 -1.83 0.4 0.4 0.34 0.34
MAR
3. PERBANKAN Tabel 3.A PERKEMBANGAN BANK UMUM PROVINSI GORONTALO