3
BAB
Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah & Kebijakan Keuangan Daerah
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Pokok bahasan pada Bab ini adalah kondisi ekonomi Provinsi DKI Jakarta tahun 2016 dan prospek perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2017 dan 2018, yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Perubahan pada laju pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah berimplikasi pada besaran pendapatan daerah, dan selanjutnya akan mempengaruhi besaran belanja daerah serta besaran pembiayaan daerah. Oleh sebab itu, penyusunan rancangan kerangka ekonomi daerah yang cermat dan akurat menjadi syarat bagi perumusan kebijakan keuangan daerah yang tepat.
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Arah kebijakan ekonomi Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 diselaraskan dengan sasaran dan arah yang telah ditetapkan Pemerintah Pusat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018 yang memiliki tema memacu investasi dan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan. Selain itu, kebijakan perekonomian DKI Jakarta juga diarahkan untuk memantapkan pembangunan sumber daya manusia dan infrastruktur kota dalam rangka percepatan pemerataan kesejahteraan rakyat. Kebijakan perekonomian DKI Jakarta bersifat terbuka dan sangat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi nasional dan global. Oleh sebab itu, penyusunan asumsi perekonomian DKI Jakarta tahun 2018 memperhitungkan hasil analisis terhadap kinerja perekonomian global, regional dan nasional tahun sebelumnya.
3.1.1 Perekonomian Global Berdasarkan data World Economic Outlook
IMF pada Januari 2017,
pertumbuhan ekonomi global diestimasi sebesar 3,1 persen pada tahun 2016 dan diproyeksikan sebesar 3,4 persen pada tahun 2017 serta diproyeksikan terus mengalami peningkatan menjadi 3,6 persen pada tahun 2018. Perekonomian global tahun 2018 diperkirakan membaik meski masih lambat. Volume perdagangan global
373
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi global di tahun 2017 dan 2018. Harga komoditas dunia, meski mulai ada tanda-tanda meningkat, diproyeksikan akan cenderung stagnan.
4,5 4
4,2
3,8
3,5 3
2,6
2,5
2,3
2 1,5 1 0,5 0
3,2
3,1
3,4
3,6
2015
2016
2017
2018
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Volume Perdagangan Dunia
Gambar 3.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Volume Perdagangan Dunia Sumber : World Economic Outlook IMF, Januari 2017
Berdasarkan data WEO IMF pada Januari 2017, pertumbuhan ekonomi negara dunia tahun 2017 dan 2018 diperkirakan akan masih lebih baik dari perekonomian pada tahun 2016. Perekonomian dunia diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,4 persen pada tahun 2017 dan sebesar 3,6 persen pada tahun 2018 sebagaimana terlihat pada tabel di atas. Tabel 3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun 2017 dan 2018 Kawasan/ Negara
Estimasi
Proyeksi
2016
2017
2018
Dunia
3,1
3,4
3,6
Negara Maju
1,6
1,9
2,0
Amerika Serikat
1,6
2,3
2,5
Kawasan Eropa
1,7
1,6
1,6
Jepang
0,9
0,8
0,5
United Kingdom
2,0
1,5
1,4
Kanada
1,3
1,9
2,0
4,1
4,5
4,8
6,3
6,4
6,3
Negara Berkembang Negara Berkembang
374
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Kawasan/ Negara
Estimasi
Proyeksi
2016
2017
2018
Tiongkok/China
6,7
6,5
6,0
India
6,6
7,2
7,7
ASEAN-5 4,9 4,8 Sumber: IMF, World Economic Outlook, Januari 2017
5,2
Asia
3.1.2 Perekonomian Nasional Berdasarkan asumsi ekonomi Makro APBN dari Kementerian Keuangan, pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2017 diperkirakan sebesar 5,1 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama akan didukung atas kuatnya permintaan domestik dan investasi ditengah dorongan belanja infrastruktur pemerintah dan dampak tranmisi tax amnesty terhadap perekonomian. Laju inflasi diperkirakan berada pada kisaran 4,0 persen. Nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak pada kisaran Rp.13.300 per dolar AS. Sedangkan untuk tahun 2018 pertumbuhan ekonomi diperkirakan antara 5,4 – 6,0 persen dengan laju inflasi antara 2,5 – 4,5 persen. Nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak pada kisaran Rp. 13.200 – 13.900 per dolar AS. Tabel 3.2. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional INDIKATOR
2017
2018
2019
Pertumbuhan Ekonomi (% , yoy)
5,1
5,4 - 6,0
5,6 - 6,4
Inflasi (% , yoy)
4,0
2,5 – 4,5
2,5 – 4,5
13.300
13.200 – 13.900
13.200 – 13.900
Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan (%)
5,3
4,6 – 5,4
4,6 – 5,4
Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel)
45,0
35 – 50
35 – 50
Lifting Minyak Mentah (ribu barel per hari)
815
630 – 680
540 – 610
Nilai tukar (Rp/US$)
Lifting Gas (ribu barel setara 1.150 1.100 – 1.200 minyak per hari) Sumber : Nota Keuangan dan APBN 2017, Kementerian Keuangan
375
1.100 – 1.200
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1.3 Kondisi Ekonomi Daerah Salah satu indikator utama dalam mengukur perekonomian daerah adalah penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tujuan pembangunan daerah harus mampu memicu peningkatan PDRB dari tahun ke tahun agar bisa membuka lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Analisis ekonomi daerah harus mampu menggambarkan dengan jelas kinerja PDRB tersebut dari berbagai aspek, termasuk perhitungannya ke sektor-sektor usaha. Indikator-indikator lain yang tak kalah penting antara lain inflasi, kemiskinan, investasi, nilai tukar, dan lain-lain. Analisis ekonomi daerah dilakukan untuk mengumpulkan fakta dan permasalahan yang dihadapi daerah saat ini untuk digunakan sebagai data dalam analisis keuangan daerah dan perumusan kerangka ekonomi daerah. Penjabaran lebih lanjut mengenai indikator-indikator ekonomi daerah yaitu sebagai berikut:
3.1.3.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi pada suatu wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu. PDRB dapat dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu dari sisi produksi, pengeluaran dan pendapatan. Nilai PDRB Provinsi DKI Jakarta atas dasar harga berlaku pada tahun 2016 yaitu sebesar Rp.2.177,12 Triliun dengan PDRB perkapita mencapai Rp.207,99 juta. Bila dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi, perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 5,85 persen, sedikit melambat dibanding tahun 2015 yang sebesar 5,89 persen. Sebutan Jakarta sebagai Kota Jasa (Service City) tercermin dari struktur perekonomian Jakarta yang diukur dengan PDRB menurut sektoral (lapangan usaha). Berdasarkan data Badan Pusat Statisitk (BPS) Tahun 2016, struktur perekonomian Jakarta Tahun 2016 didominasi oleh 3 (tiga) lapangan usaha dengan kontribusi utama yaitu perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 16,49 persen, industri pengolahan sebesar 13,55 persen, konstruksi 12,88 persen.
376
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Tabel 3.3 PDRB DKI Jakarta Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku No 1
Lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyedian Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate
2015 (Milyar Rupiah)
2016 (Milyar Rupiah)
Laju Pertumbuhan 2016
Distribusi Persentase
1.867
1.985
0,88
0,09
5.043
5.181
-1,50
0,24
274.523
295.043
3,64
13,55
6.199
6.331
-0,49
0,29
757
798
2,21
0,04
261.158
280.432
1,37
12,88
330.320
358.898
4,66
16,49
66.004
76.403
11,24
3,51
101.818
109.182
5,81
5,01
141.791
157.158
10,82
7,22
205.724
227.483
8,50
10,45
125.053
134.358
4,69
6,17
Jasa Perusahaan 141.773 159.380 Administrasi Pemerintahan, 14 114.110 123.169 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan 109.808 124.726 Jasa Kesehatan dan 16 32.676 36.721 Kegiatan sosial 17 Jasa lainnya 70.705 79.871 Total 1.989.330 2.177.120 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2017
8,41
7,32
3,32
5,66
6,97
5,73
7,81
1,69
8,46 5,85
3,67 100,00
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Bila dilihat dari segi pertumbuhannya, perekonomian DKI Jakarta mengalami pertumbuhan pada hampir seluruh sektor lapangan usaha, kecuali untuk sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pengadaan listrik dan gas. Sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 11,24 persen, diikuti oleh sektor Informasi dan Komunikasi sebesar 10,82 persen dan Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 8,50 persen (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2017). 377
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Selanjutnya, perkembangan nilai PDRB menurut pengeluaran pada tahun 2015 dan 2016 ditunjukkan pada tabel 3.4 dibawah ini. Komponen terbesar yaitu Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dengan nilai PDRB berdasarkan harga berlaku pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp.1.162.058 Milyar sedangkan Tahun 2016 yaitu sebesar Rp.1.277.890 Milyar. Tabel 3.4 PDRB Menurut Pengeluaran Tahun 2015 dan 2016 2015
2016
Laju Pertumbuhan 2016 (%)
Distribusi Persentase 2016 (%)
Berlaku
Konstan*
Berlaku
Konstan*
(Milyar Rp)
(Milyar Rp)
(Milyar Rp)
(Milyar Rp)
1
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
1.162.058
850.790
1.277.890
897.529
5,49
58,70
2
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
35.859
27.041
41.305
30.196
11,67
1,90
3
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
240.120
179.519
256.313
183.888
2,43
11,77
4
Pembentukan Modal Tetap Bruto
812.952
1,57
39,23
5
Perubahan Inventori
17.556
5.602
17.857
9.250
65,11
0,82
6
Ekspor Barang dan Jasa
328.091
227.743
330.150
226.783
-0,42
15,16
7
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
942.661
710.306
924.439
705.092
-0,73
42,46
8
Net Ekspor Antar Daerah
335.355
219.352
323.867
231.965
5,75
14,88
1.989.330
1.454.346
2.177.120
1.539.377
5,85
100,00
No
Komponen
PDRB
654.605
854.178
664.857
Sumber: Badan Pusat Statistika 2016 *Menggunakan Tahun Dasar 2010
3.1.3.2 Inflasi Inflasi
merupakan
salah
satu
indikator
penting
dalam
perencanaan
pembangunan daerah. Fluktuasi inflasi pada suatu daerah dapat mempengaruhi
378
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Inflasi yang tidak stabil dapat menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Inflasi yang tidak stabil juga akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menyebabkan perlambatan ekonomi. Mengingat pentingnya peran inflasi terhadap kondisi sosial-ekonomi daerah, menjadikan indikator ini digunakan sebagai salah satu dasar dalam penyusunan perencanaan keuangan Provinsi DKI Jakarta. Tingkat inflasi diukur dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebagai
indikator. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat
kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa. Pada Bulan Desember 2016, harga-harga di DKI Jakarta mengalami inflasi sebesar 0,27 persen. Sedangkan untuk laju inflasi tahun 2016 mencapai 2,37 persen. Inflasi yang terjadi pada bulan Desember disebabkan naiknya harga-harga pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Empat kelompok pengeluaran mengalami kenaikan indeks/inflasi yaitu kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,99 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 0,54 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 0,18 persen; dan kelompok bahan makanan 0,09 persen. Sedangkan tiga kelompok pengeluaran lainnya mengalami penurunan indeks/deflasi yaitu kelompok sandang 0,90 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,06 persen dan kelompok kesehatan 0,06 persen. Pada Bulan Januari 2017, harga-harga di DKI Jakarta mengalami inflasi sebesar 0,99 persen. Selanjutnya pada bulan Februari 2017 inflasi di DKI Jakarta sebesar 0,33 persen dan di bulan Maret 2017 inflasi DKI Jakarta sebesar 0,05 persen. Tekanan harga di Provinsi DKI Jakarta pada bulan April 2017 kembali turun, bahkan mengalami deflasi. Pada April 2017 Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,02 persen (mtm). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya yang mengalami inflasi (0,01% mtm), dan juga dari inflasi nasional (0,09% mtm). Dengan perkembangan ini, laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 1,35% (ytd) atau 3,70% (yoy). Deflasi yang dalam pada kelompok bahan
379
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
makanan menahan dampak inflasi akibat pencabutan subsidi listrik pelanggan 900VA tahap II pada pelanggan pasca-bayar. Dari sisi disagregasi, turunnya harga sebagian besar kelompok volatile food menjadi faktor pendorong deflasi April 2017. Harga bumbu-bumbuan yang kembali turun menjadi penyebab utama deflasi volatile food. Harga cabai merah, bawang merah dan cabai rawit masing-masing mengalami penurunan sebesar 16,71% (mtm), 9,38% (mtm) dan 23,62% (mtm). Kondisi pasokan yang terus meningkat dan distribusi yang lancar menyebabkan tren penurunan harga berlanjut. Kebijakan Kementerian Perdagangan melalui penerapan harga eceran tertinggi (HET) pada minyak goreng, gula pasir dan daging beku turut berkontribusi terhadap penurunan harga masingmasing komoditas tersebut berturut-turut sebesar 3,67% (mtm), 4,54% (mtm), dan 3,63% (mtm). Selain itu, penurunan harga kembali terjadi pada komoditas beras. Indeks harga beras turun sebesar 0,03% (mtm). Langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menjaga kesinambungan dan manajemen stok beras yang baik, serta ekspektasi masyarakat yang positif bahwa pemerintah mampu menjaga kestabilan harga beras merupakan faktor-faktor pendukung terkendalinya harga beras di pasar. Pada kelompok administered prices, pencabutan subsidi listrik pelanggan 900VA tahap II pada Maret 2017, masih memengaruhi tarif listrik April 2017, terutama untuk pengguna listrik pascabayar. Tarif listrik April 2017 mengalami kenaikan sebesar 1,71% (mtm). Namun, kenaikan tarif listrik tersebut, dibarengi dengan turunnya biaya angkutan udara sebesar 2,97% (mtm), sehingga dapat menahan laju inflasi kelompok administered prices secara keseluruhan. Adapun inflasi inti pada April 2017 bergerak relatif stabil, meski sedikit meningkat dari bulan sebelumnya. Dampak tidak langsung dari kebijakan pencabutan subsidi listrik 900VA tahap II pada komoditas kelompok inflasi inti relatif tidak banyak. Komoditas kelompok inflasi inti yang terdampak dari kebijakan tersebut adalah harga sewa rumah, yang mengalami kenaikan sebesar 0,59% (mtm). Sementara itu, indeks harga emas perhiasan naik sebesar 1,87% (mtm), yang didorong oleh kenaikan harga emas internasional. Hal ini menjadi salah satu pendorong terjadinya inflasi pada kelompok inti. Memerhatikan kebijakan pemerintah terkait harga-harga komoditas energi serta perkembangan harga-harga dan pantauan terhadap beberapa komoditas di pasar-
380
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
pasar di Jakarta, diprakirakan pada bulan Mei 2017 Jakarta mengalami inflasi. Pencabutan subsidi listrik 900VA tahap III yang dilakukan pada awal Mei 2017 menjadi salah satu faktor penyebabnya. Adapun perkembangan harga pangan akan menjadi perhatian, karena terdapat potensi meningkatnya tekanan permintaan, sesuai polanya mendekati bulan Ramadhan dan Lebaran. Untuk menghadapi meningkatnya tekanan permintaan masyarakat terhadap bahan-bahan pangan jelang bulan Ramadhan, berbagai persiapan telah dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jakarta. Langkah awal yang telah dilaksanakan adalah pemetaan kebutuhan bahan pangan masyarakat selama bulan puasa dan masa Lebaran. Hal ini penting untuk dapat mengetahui volume bahan pangan yang perlu tersedia bagi masyarakat. Berdasarkan hasil pemetaan ini telah disusun strategi manajemen stok pangan, pengadaan, serta distribusi pangan yang efektif. Dalam menjalankan strategi tersebut TPID Jakarta melakukan koordinasi yang semakin intens tidak hanya dengan BUMD pangan, tetapi juga dengan Kementerian terkait. Dengan berbagai upaya tersebut Jakarta akan siap melayani kebutuhan pangan pokok masyarakat selama bulan Ramadhan dan Lebaran secara cukup dalam kuantitas, terjaga kualitasnya dan terjangkau harganya. Hal tersebut kemudian akan berdampak positif pada tetap terjaganya inflasi Jakarta secara khusus, dan inflasi nasional secara umum (Bank Indonesia, 2017). Tabel 3.5 Laju Inflasi DKI Jakarta Desember 2016 dan Tahun 2016 menurut Kelompok Pengeluaran Kelompok Pengeluaran
Umum
IHK
IHK
IHK
Laju
Laju
Desember
November
Desember
Inflasi
Inflasi
2015
2016
2016
Desember
Tahun
2016 *)
2016 **)
123.35
125.93
126.27
0.27
2.37
Bahan Makanan
137.79
144.97
145.10
0.09
5.31
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
133.42
138.04
138.78
0.54
4.02
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
121.57
124.29
124.51
0.18
2.42
Sandang
112.97
118.75
117.68
-0.90
4.17
Kesehatan
114.89
119.51
119.44
-0.06
3.96
381
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Kelompok Pengeluaran
IHK
IHK
IHK
Laju
Laju
Desember
November
Desember
Inflasi
Inflasi
2015
2016
2016
Desember
Tahun
2016 *)
2016 **)
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
109.18
110.19
110.12
-0.06
0.86
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
122.13
119.39
120.57
0.99
-1.28
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta, 2017 *) Persentase perubahan IHK Desember 2016 terhadap bulan November 2016 **) Persentase perubahan IHK Desember 2016 terhadap bulan Desember 2015
3.1.3.3 Nilai Tukar Selain pertumbuhan ekonomi dan inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar juga merupakan indikator penting bagi perekonomian DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan DKI Jakarta merupakan bagian dari kota-kota besar dunia yang tidak bisa terlepas dari dinamika perekonomian global. Pada tahun 2016, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika berada pada kisaran Rp.12.926 – Rp.13.946 per Dollar Amerika. Selanjutnya Gambar di bawah menjelaskan tentang fluktuasi nilai tukar tersebut. 14.200 14.000 13.800 13.600 13.400 13.200 13.000 12.800 12.600 4-Jan-16 18-Jan-16 1-Feb-16 16-Feb-16 1-Mar-16 16-Mar-16 31-Mar-16 14-Apr-16 28-Apr-16 16 Mei 2016 30 Mei 2016 13-Jun-16 27-Jun-16 15-Jul-16 29-Jul-16 12 Agust 2016 29 Agust 2016 13-Sep-16 27-Sep-16 11 Okt 2016 25 Okt 2016 8 Nop 2016 22 Nop 2016 6 Des 2016 21 Des 2016
12.400
Gambar 3.2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Sumber : Bank Indonesia
382
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Stabilitas nilai tukar mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil juga diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha. Bersama dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi, nilai tukar digunakan sebagai asumsi dalam penyusunan perencanaan keuangan Provinsi DKI Jakarta. Dalam hal indikator nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengikuti kebijakan ekonomi Pemerintah Pusat. Nilai tukar IDR/USD pada tahun 2017 sebagaimana diproyeksikan dalam Asumsi dasar ekonomi makro APBN Kementerian Keuangan 2017 akan berada pada kisaran Rp.13.300 dan pada tahun 2018 akan berada pada kisaran Rp.13.200 sampai dengan Rp.13.900
3.1.3.4 Investasi Pencapaian Investasi tahun 2016 berdasarkan publikasi BKPM Republik Indonesia, Jumlah proyek (PMDN/PMA) yang berada di DKI Jakarta sebanyak 7.214 dengan rincian 463 proyek PMDN dan 6.751 proyek PMA meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2015 yang sejumlah 4.779 dengan rincian 4.463 proyek PMDN dan 316 proyek PMA. Sementara untuk pencapaian realisasi nilai investasi tahun 2016 yang berasal dari PMA dan PMDN berjumlah Rp.58.092.455.000.000. Secara lebih rinci dapat disampaikan bahwa untuk nilai investasi yang berasal dari PMA berjumlah Rp.45.875.565.000 sementara untuk nilai investasi yang berasal dari PMDN berjumlah Rp.12.216.890.000.000.
pencapaian
nilai
investasi
tersebut
menurun
apabila
dibandingkan dengan tahun 2015 yang secara total berjumlah Rp.60.755.131.250.000.
3.1.3.5 Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2016 yaitu sebesar 385,84 ribu orang (3,75 persen). Bila dibandingkan dengan Maret 2016 (384,30 ribu orang atau 3,75 persen), jumlah penduduk miskin naik sebanyak 1,54 ribu orang. Sedangkan bila dibandingkan dengan September 2015 dengan jumlah penduduk miskin sebesar 368,67 ribu orang (3,61 persen), jumlah penduduk miskin pada September 2016 naik 17,17 ribu orang atau naik 0,14 poin.
383
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Tabel 3.6 Realisasi dan Proyeksi Persentase Penduduk Miskin Provinsi DKI Jakarta INDIKATOR
REALISASI
SATUAN 2014
Persentase Penduduk Miskin
Persen
4,09
2015 3,61
PROYEKSI * 2016 3,75
2017* 3,40 – 3,50
Sumber: Badan Pusat Statistika Provinsi DKI Jakarta 2017 *) Dokumen RPJMD Provinsi DKI Jakarta 2013-2017
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin, dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada periode Maret 2016-September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan, sedangkan
pada
periode
September
2015–September
2016
menunjukkan
peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun sebesar 0,024 poin dari 0,457 pada Maret 2016 menjadi 0,433 pada September 2016, dan naik sebesar 0,159 poin dari 0,274 pada September 2015 menjadi 0,433 pada September 2016. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun 0,008 poin dari 0,083 menjadi 0,075 (Maret 2016September 2016), dan naik sebesar 0,031 poin dari 0,044 menjadi 0,075 (September 2015-September 2016).
3.1.3.6 Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak
digunakan indikator
kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.
384
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi DKI Jakarta mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, nilai IPM pada tahun 2014 yaitu sebesar 78,39 dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 78,99 serta kembali mengalami peningkatan menjadi 79,60 pada tahun 2016. Tabel 3.7 Realisasi dan Proyeksi Indeks Pembangunan Manusia Provinsi DKI Jakarta REALISASI
INDIKATOR Indeks Pembangunan Manusia
PROYEKSI *
2014
2015
2016
2017*
78,39
78,99
79,60
79,60
Sumber: Badan Pusat Statistika Provinsi DKI Jakarta 2016 *) Sumber: Dokumen RPJMD Provinsi DKI Jakarta 2013-2017
3.1.3.7 Ketenagakerjaan Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi DKI Jakarta selama tahun 2014-2016 cenderung mengalami penurunan. TPT tahun 2014 tercatat 9,84 persen, angka tersebut menurun menjadi 8,36 persen pada tahun 2015, kemudian menurun lagi menjadi 5,77 persen pada tahun 2016. Jika dilihat selama tahun 2014-2016, TPT DKI Jakarta mengalami penurunan yang cukup tinggi yaitu sebesar 4,07 poin (Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, BPS, 2016) Menurunnya angka pengangguran di DKI Jakarta diduga penduduk yang tergolong angkatan kerja sebagian besar terserap dalam kesempatan kerja. Penyerapan angkatan kerja dalam kesempatan kerja disebabkan oleh adanya pertumbuhan pada sektor-sektor potensial selama tahun 2014-2016 sehingga menggerakkan aktivitas usaha di DKI Jakarta, baik sektor formal maupun informal. Dengan meningkatnya aktivitas dan produktivitas usaha pada sektor formal dan informal berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja, dan pada akhirnya menurunkan angka pengangguran di DKI Jakarta. Di samping itu juga, kondisi perekonomian yang kondusif dan menguntungkan di DKI Jakarta mendukung kesempatan para pengusaha untuk membuka atau memperluas lapangan usaha baru sehingga supply tenaga kerja sebagian besar dapat terserap.
385
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Dapat dilihat bahwa meskipun proyeksi TPT tahun 2017 berkisar pada pada angka 9,3 persen, namun diharapkan proyeksi pada tahun-tahun tersebut dapat lebih baik dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya. Tabel 3.8 Realisasi dan Proyeksi Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi DKI Jakarta INDIKATOR Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
SATUAN Persen
REALISASI 2014 9,84
2015 8,36
PROYEKSI * 2016 5,77
2017 9,3
Sumber: Badan Pusat Statistika Provinsi DKI Jakarta 2017 *) Dokumen RPJMD Provinsi DKI Jakarta 2013-2017
3.1.3.8 Ekspor dan Impor Nilai ekspor Non Migas Provinsi DKI Jakarta berdasarkan angka free on board (f.o.b) pada tahun 2016 yaitu 12.524.293 ribu USD dengan volume sebesar 13.290.457 ton. Nilai ekspor non migas menurut Negara pembeli terbesar di Provinsi DKI Jakarta yaitu Singapura sebesar 4.855.695 ribu USD, RRC (termasuk Hongkong) sebesar 1.306.283 ribu USD, dan Amerika Serikat sebesar 908.749 ribu USD. Tabel 3.9 Nilai Ekspor Non Migas Menurut Negara Pembeli di Provinsi DKI Jakarta (Ribu USD) Negara Pembeli
2012
2013
2014
2015
2016
308.995
406.624
270.633
245.783
183.501
1.275.995
1.743.676
1.213.886
1.146.663
1.104.058
1.089.374
1.496.652
1.047.519
961.461
908.749
101.300
146.942
89.992
101.032
115.782
3. Kanada
45.673
53.504
38.546
41.889
34.969
4. Lainnya
39.648
46.578
37.830
42.281
44.557
8.178.895
12.693.513
9.131.606
9.168.035
10.180.311
5.144.203
7.669.329
5.789.875
6.187.490
6.812.067
16.590
24.902
14.027
13.732
12.901
b. Malaysia
495.727
839.818
678.476
559.658
633.854
c. Filipina
259.986
390.522
311.156
295.166
415.488
3.488.357
5.348.289
4.117.676
4.541.171
4.855.695
e. Thailand
571.529
617.702
344.038
437.471
484.593
f. Myanmar
29.366
35.820
37.299
33.957
35.367
I. Afrika II. Amerika 1. Amerika Serikat 2. Amerika Latin
III. Asia 1. ASEAN a. Brunei Darusssalam
d. Singapura
386
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Negara Pembeli
2012
2013
2014
2015
2016
275.203
396.561
275.351
297.161
367.487
7.055
14.641
11.560
8.671
5.773
391
1.075
292
503
318
2. India
82.263
132.016
167.304
514.723
266.854
3. Irak
7.701
7.689
18.458
12.640
13.840
4. Jepang
883.603
1.321.052
805.158
628.899
811.087
5. Korea Selatan
161.451
243.048
189.679
150.453
180.352
34.163
53.505
41.198
39.775
56.216
1.211.567
2.290.830
1.353.499
983.637
1.306.283
75.928
104.940
82.688
61.861
66.636
9. Taiwan
102.207
170.236
129.590
114.727
156.235
10. Lainnya
475.809
700.868
554.157
473.831
510.741
1.003.086
528.093
288.703
285.189
393.254
810.997
1.113.048
623.560
609.123
663.170
1. Uni Eropa (UE)
708.951
988.756
563.881
554.281
576.759
a. Belanda
179.449
168.806
93.814
77.389
77.279
b. Belgia
37.556
64.449
41.284
40.555
42.661
c. Spanyol
89.702
124.280
52.547
59.607
48.586
d. Inggris
85.387
153.384
81.653
94.064
141.097
e. Italia
43.587
77.197
55.020
53.557
53.650
107.561
164.787
104.516
111.692
99.645
40.471
48.481
35.494
50.182
27.848
125.237
187.371
99.553
67.235
85.991
2. Rusia
47.504
56.827
21.419
17.167
21.316
3. Lainnya
54.542
67.465
38.261
37.675
65.095
11.577.967
16.484.954
11.528.388
11.454.792
12.524.293
g. Vietnam h. Kamboja i. Laos
6. Pakistan 7. RRC
1)
8. Saudi Arabia
IV. Australia dan Oceania V. Eropa
f.
Jerman
g. Perancis h. UE Lainnya
Jumlah
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Bank Indonesa, 2017
Selanjutnya Nilai impor Non Migas Provinsi DKI Jakarta berdasarkan angka cost, insurance, and freight (c.i.f) pada tahun 2016 yaitu 47.001.594 ribu USD dengan volume sebesar 29.342.251 ton. Nilai impor non migas menurut Negara penjual terbesar di Provinsi DKI Jakarta yaitu Brunei Darussalam sebesar 15.063.777 ribu USD, RRC sebesar 10.624.671 ribu USD, dan Singapura sebesar 9.130.683 ribu USD.
387
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Tabel 3.10 Nilai Impor Non Migas Menurut Negara Penjual di Provinsi DKI Jakarta (Ribu USD) Negara Penjual
2012
2013
2014
2015
2016
169.089
150.211
179.219
149.428
102.112
2.869.471
3.343.492
3.327.174
2.763.737
2.497.120
2.389.048
2.675.815
2.618.521
2.192.107
1.859.939
2. Amerika Latin
275.180
291.458
462.859
309.754
447.832
3. Kanada
146.169
266.300
210.136
234.960
153.458
4. Lainnya
59.074
109.919
35.658
26.917
35.892
53.135.042
48.666.850
44.765.043
37.088.876
37.963.950
21.469.762
19.536.983
17.940.701
15.255.419
15.063.777
44.959
46.237
42.875
16.597
15.934
2.493.827
2.421.697
2.273.309
1.969.283
1.814.241
262.979
291.337
289.995
286.758
214.474
13.454.880
11.615.402
10.308.737
8.817.323
9.130.683
4.397.781
4.439.877
4.223.054
3.405.027
3.160.896
f. Myanmar
28.833
32.596
45.641
40.931
27.277
g. Vietnam
784.309
686.180
752.339
731.952
696.361
2.026
3.609
4.750
3.488
3.772
170
49
0
2.011
140
1.006.376
1.311.865
1.116.216
852.830
966.500
-
49
0
-
-
14.231.151
11.260.824
9.969.470
7.116.989
7.420.872
3.440.350
3.331.854
2.941.482
2.328.211
2.309.667
79.074
35.894
60.179
52.640
37.118
10.834.285
11.239.509
10.844.034
9.962.434
10.624.671
30.273
50.777
52.015
33.825
33.978
9. Taiwan
1.616.735
1.530.874
1.445.156
1.154.964
1.064.561
10. Lainnya
427.035
368.220
395.789
331.564
442.806
IV. Australia dan Oceania
2.075.491
2.312.902
2.487.392
1.802.932
2.044.218
V. Eropa
5.628.130
5.980.152
5.281.549
4.544.719
4.394.193
4.923.706
4.941.163
4.429.912
3.768.856
3.676.482
a. Belanda
444.462
513.805
432.195
318.397
418.550
b. Belgia
180.279
186.324
175.726
178.829
156.161
c. Spanyol
123.307
105.275
136.985
90.757
134.280
I. Afrika II. Amerika 1. Amerika Serikat
III. Asia 1. ASEAN a. Brunei Darusssalam b. Malaysia c. Filipina d. Singapura e. Thailand
h. Kamboja i. Laos 2. India 3. Irak 4. Jepang 5. Korea Selatan 6. Pakistan 7. RRC
1)
8. Saudi Arabia
1. Uni Eropa (UE)
388
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Negara Penjual
2012
2013
2014
2015
2016
d. Inggris
476.658
440.461
386.568
273.744
285.696
e. Italia
507.881
475.940
422.953
346.490
329.104
1.622.066
1.434.013
1.417.775
1.149.876
1.133.850
428.857
489.301
437.570
512.347
394.431
1.140.194
1.296.045
1.020.140
898.417
824.411
17.472
72.691
39.279
52.680
31.717
686.953
966.298
812.357
723.183
685.994
f.
Jerman
g. Perancis h. UE Lainnya 2. Rusia 3. Lainnya
Jumlah 63.877.223 60.453.607 56.040.376 46.349.692 47.001.594 Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Bank Indonesa, 2017
3.1.4 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah 3.1.4.1 Tantangan dan Prospek Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan pantauan terhadap berbagai faktor baik kondisi ekonomi global maupun nasional serta berbagai kebijakan yang akan ditempuh pemerintah, Bank Indonesia memproyeksikan perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2017 berada pada kisaran 5,7 - 6,1 persen (yoy). Sedangkan pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi diproyeksi berada pada kisaran 5,6 – 6,6 persen. Tabel 3.11 Prospek Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018 Indikator
2017
2018
Pertumbuhan Ekonomi
5,7 - 6,1%
5,6 – 6,6%
Sumber: Bank Indonesia 2017
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, Pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih akan terjaga karena bertumbuhnya kelas menengah dan bonus demografi yang dimiliki DKI Jakarta. Ruang fiskal yang relatif lebih besar dibandingkan tahun 2016 akan mendorong konsumsi pemerintah lebih tinggi dan berdampak pada membaiknya investasi pemerintah dan pertumbuhan sektor konstruksi. Kegiatan ekonomi swasta diperkirakan mulai pulih. Proses pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang akan berlangsung pada tahun 2017 kemungkinan akan dilanjutkan dengan kembalinya
389
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
optimisme, namun terdapat dinamika menjelang Pilpres 2019 yang perlu diwaspadai. Penyelenggaraan ASIAN Games pada 2018 diperkirakan memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kedepan. Terdapat risiko harga minyak dunia yang perlahan meningkat dan berdampak pada harga BBM dan komoditas energi sehingga berpotensi menahan konsumsi Rumah Tangga.
3.1.4.2 Tantangan dan Prospek Inflasi DKI Jakarta Inflasi Jakarta pada tahun 2017 diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016, dengan perkiraan sebesar 4,5 % – 5,00 % (yoy). Perkiraan ini mempertimbangkan kondisi inflasi Jakarta pada Januari 2017 yang tercatat sebesar 0,99 % (mtm) dan Februari 2017 yang tercatat sebesar 0,33 % (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Desember 2016 yaitu sebesar 0,27 % (mtm). Di tengah masih terbatasnya permintaan masyarakat dan terkendalinya harga pangan di Ibukota, kebijakan
pemerintah berupa penyesuaian
harga pada
beberapa komoditas
administered prices menjadi pemicu utama tingginya inflasi Jakarta pada Januari 2017. Kebijakan tersebut terutama terkait peningkatan biaya administrasi STNK dan pencabutan subsidi listrik 900 VA yang secara bertahap telah dimulai pada Januari 2017. Risiko tekanan inflasi tahun 2017 terutama bersumber dari kelompok administered prices yang memiliki potensi dampak terhadap inflasi dalam level yang tinggi. Pencabutan subsidi listrik 900VA secara bertahap pada Januari, Maret dan Mei 2017 akan meningkatkan tekanan inflasi. Selain itu terjadi potensi kenaikan harga BBM subsidi dan nonsubsidi akibat tren kenaikan harga minyak international.
390
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Tabel. 3.12 Potensi risiko inflasi 2017
Faktor Risiko Tahun 2017
Volatile Food
Pasokan dan Perkembangan Harga: •
Potensi Dampak Terhadap Inflasi IHK Rendah
Volume stok beras yang masuk ke PIBC pada minggu keempat Januari 2017, cenderung stabil. Berdasakan kondisi terkini, stok beras berada pada level 33.603 ton, tidak berubah jauh dari minggu yang sama bulan sebelumnya yang sebesar 37.635 ton. Level stok masih di atas threshold 25.000 ton
•
Stok daging potong oleh PD Dharma Jaya cenderung meningkat pada minggu keempat Januari 2017. Saat ini, pasokan adalah sebesar 140.073 kg stok daging potong dan 622 ekor sapi. Peningkatan stok akan terus dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta melalui kerjasama antar daerah utamanya dari NTT yang mengirimkan sapi secara reguler (2x sebulan) dan pengadaan daging sapi impor yang telah disetujui kementerian terkait.
•
La-Nina yang berkepanjangan masih berpotensi mengganggu pasokan pangan ke DKI Jakarta. Walau demikian, diprakirakan akan membaik pada beberapa bulan kedepan
•
Program standby stock beras antara PT Food Station dan Bulog dapat menjaga gejolak harga beras yang berlebih.
Administered
•
Prices
Pencabutan subsidi listrik 900VA secara bertahap pada Januari, Maret dan Mei 2017 akan meningkatkan tekanan inflasi.
•
Potensi kenaikan harga BBM subsidi dan nonsubsidi akibat tren kenaikan harga minyak internasional
391
Tinggi
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Faktor Risiko Tahun 2017
Core
•
Tingkat permintaan masyarakat masih cenderung
Potensi Dampak Terhadap Inflasi IHK Rendah
terbatas •
Pergerakan rupiah cenderung melemah, walau tidak signifikan. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan bahan baku produksi dari luar negeri.
•
Emas perhiasan berpotensi mengalami tren kenaikan
Sumber: Bank Indonesia, 2017
Dengan menggunakan asumsi baseline dan tidak terdapat shock kebijakan harga dari Pemerintah, inflasi DKI Jakarta pada tahun 2018 diproyeksi pada kisaran 3,50 % - 4,00 %. Seiring membaiknya perekonomian Ibukota, tingkat permintaan masyarakat akan ikut terdorong keatas (demand pull inflation). Inflasi Volatile Food tetap menjadi faktor risiko utama. Penguatan BUMD pangan perlu terus dilakukan dalam pengendalian harga DKI Jakarta. Penerapan teknologi juga perlu dilakukan untuk membantu pengendalian inflasi, terutama komoditas hortikultura (contohnya : Controlled Atmosphere Storage)
Tabel 3.13 Proyeksi Inflasi DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018 Indikator
2017
2018
Inflasi
4,50 % – 5,00 %
3,50 % - 4,00 %
Sumber: Bank Indonesia 2017
Menghadapi berbagai risiko yang ada, dukungan dari seluruh daerah sangat dibutuhkan untuk menuju target pencapaian inflasi nasional. Untuk mencapai kondisi sesuai target yang diproyeksikan, koordinasi antarpelaku ekonomi, terutama berbagai institusi yang terlibat dalam TPID Provinsi Jakarta perlu terus diperkuat, melalui program-program pengendalian yang lebih terencana dan aplikatif. Penguatan peran BUMD pangan sangat berpengaruh terhadap terkendalinya harga pangan strategis. Menghadapi tantangan tersebut, diperlukan sinkronisasi kebijakan disertai dengan komitmen yang kuat dari berbagai pihak.
392
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1.4.3 Tantangan dan Prospek Nilai Tukar Nilai tukar rupiah selama periode 2017 hingga 2019 diperkirakan cukup stabil dan dipengaruhi oleh sejumlah tantangan domestik dan eksternal. Dalam Nota Keuangan dan APBN 2017, pemerintah pusat memproyeksikan nilai tukar periode 2017 pada kisaran Rp.13.300 per USD. Selanjutnya dengan memperhatikan faktorfaktor yang ada, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat selama periode 2018 hingga 2019 diperkirakan bergerak pada kisaran Rp.13.200 hingga Rp. 13.900 per USD Tabel 3.14 Prospek Nilai Tukar Tahun
Nilai Tukar (Rp/US$)
2017
13.300
2018
13.200 – 13.900
2019
13.200 – 13.900
Sumber : Nota Keuangan dan APBN 2017, Kementerian Keuangan
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah Kebijakan keuangan daerah merupakan kebijakan yang strategis dalam pembangunan daerah. Oleh karena itu diperlukan kebijakan yang memperhatikan kondisi dan kemampuan keuangan daerah. Pada tahun 2018 kebijakan keuangan daerah difokuskan pada kebijakan yang memperhatikan kapasitas fiskal yang utamanya memfokuskan pada pendapatan asli daerah, pendapatan transfer dan lainlain pendapatan daerah yang sah. Kebijakan belanja daerah juga diarahkan untuk pemenuhan kebijakan belanja wajib, mengikat dan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga difokuskan pada belanja untuk mendukung peran Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan mendukung kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat serta belanja untuk memenuhi ketentuan-ketentuan lain yang sifatnya wajib dan mengikat.
393
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Pembiayaan pembangunan daerah yang terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan diarahkan untuk tetap menjaga stabilitas fiskal daerah sehingga pembangunan daerah dapat berjalan berkesinambungan dan tetap. Selain itu pembiayaan pembangunan mengedepankan prinsip akuntubilitas, transparansi, kepatutan dan kewajaran, efisien dan efektif. Agar dana pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat digunakan efektif dan efisien maka diperlukan kebijakan yang tepat dalam pengelolaan keuangan daerah. Arah kebijakan berisi uraian tentang kebijakan yang akan dipedomani oleh Pemerintah Daerah dalam mengelola pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Tujuan utama kebijakan keuangan daerah adalah bagaimana meningkatkan kapasitas (riil) keuangan daerah dan mengefisiensikan penggunaannya.
3.2.1 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Salah satu sumber utama penerimaan kas daerah adalah pendapatan daerah. Pendapatan daerah harus dioptimalkan untuk menghasilkan kapasitas keuangan daerah yang makin tinggi guna mendukung pendanaan pembangunan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari PAD, meliputi: Pendapatan pajak daerah, Pendapatan retribusi daerah, Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, Lain-lain PAD yang sah, sedangkan Dana perimbangan, terdiri dari: Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber daya Alam), Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Lain-lain Pendapatan yang sah, meliputi: dana hibah, dana darurat, bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, serta dana penyesuaian dan Otonomi Khusus. Selanjutnya dirumuskan kebijakan yang terkait langsung dengan pos-pos Pendapatan Daerah dalam APBD. Arah kebijakan pendapatan daerah meliputi: a. Kebijakan perencanaan pendapatan daerah yang akan dilakukan pada tahun anggaran
berkenaan,
dengan
meningkatkan
optimalisasi
sumber-sumber
pendapatan, sehingga perkiraan besaran pendapatan dapat terealisasikan dan sedapat mungkin mencapai lebih dari yang ditargetkan. b. Uraian arah kebijakan berkaitan dengan target pendapatan daerah.
394
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
c. Upaya-upaya pemerintah daerah dalam mencapai target.
3.2.1.1 Pajak Daerah Intensifikasi : 1. Melakukan optimalisasi penerimaan Pajak Daerah melalui penerapan Online System terhadap 4 (empat) jenis pajak daerah, antara lain Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Parkir. 2. Melakukan pemutakhiran data objek pajak melalui : a. Pendataan Wajib Pajak untuk Pajak Hotel, Restoran, Hiburan, Parkir dan Reklame b. Melakukan pemuktahiran administrasi pajak daerah berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) terhadap PKB, BPHTB dan PBB c. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2): i. Pemutihan/penghapusan Tunggakan/Piutang PBB-P2 ii. Pemutakhiran Data Objek Tanah dan Bangunan iii. Penilaian Individual terhadap objek PBB-P2
3. Melakukan Pemeriksaan terhadap : a. Wajib Pajak Self-Assessment (Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Parkir) dengan menggunakan perhitungan potensi pajak dan setoran masa minimal b. Wajib Pajak PBB-KB c. Wajib Pajak PPJ 4. Melakukan Penagihan Piutang Pajak antara lain : a. Kendaraan bermotor Belum Daftar Ulang (BDU) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) b. Penyelenggaraan reklame yang Belum Daftar Ulang (BDU) Pajak Reklame c. PBB-P2 dan Jenis-jenis Pajak Daerah Lainnya d. Melakukan cleansing data terhadap Piutang Pajak 5. Melakukan pemasangan sticker atau plang bagi penunggak pajak 6. Optimalisasi Optimalisasi pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor melalui penambahan mobil Samling dan Samsat Kecamatan 395
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
7. Optimalisasi
Penerapan
E-Samsat
(kesisteman
dan
penambahan
Bank
Multikanal) Ekstensifikasi : 1. Melakukan Revisi Peraturan Daerah terhadap Pajak Daerah: a. Melakukan perubahan tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB): i. Untuk kendaraan bermotor penyerahan pertama/baru (BBN-I) yang semula 10% menjadi 15%-20% ii. Untuk kendaraan bermotor penyerahan kedua dan seterusnya/bekas (BBN-II) yang semula 1% menjadi 1,5% b. Melakukan perubahan tarif melalui revisi Peraturan Daerah terhadap jenis Pajak Penerangan Jalan (PPJ) yang semula 3% Menjadi 8% c. Melakukan revisi Peraturan Daerah terhadap jenis pajak PBB-P2 khususnya untuk pemecahan strata title menggunakan tarif bangunan induk. d. Melakukan perluasan Basis Objek Pajak Hotel atas Persewaan Ruangan (Apartemen, Perkantoran, & lain sebagainya) e. Melakukan Perubahan Nilai Sewa Reklame (NSR) dan Kelas Jalan sebagai Dasar Pengenaan Pajak Reklame f.
Melakukan penyesuaian terhadap Kebijakan Pembebasan PBB-P2 atas Rumah Rusunawa dan Rusunami yang sebelumnya dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) menjadi sampai dengan Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
2. Peningkatan Kualitas Dan Kuantitas Pelayanan : a. Melakukan Peningkatan Integritas dan Kualitas SDM b. Melakukan Pembangunan, Pembenahan, Perluasan & Sosialisasi Pelayanan
3.2.1.2 Retribusi Daerah Yang dimaksud dengan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Untuk mengoptimalkan pendapatan daerah dari retribusi diperlukan beberapa kebijakan yaitu Peningkatan Pelayanan Retribusi Daerah, serta Intensifikasi dan Ekstensifikasi Penerimaan Retribusi Daerah.
396
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
1. Peningkatan Pelayanan Retribusi Daerah melalui : a. Penerapan e-Retribusi dalam pemungutan Retribusi Daerah; b. Menerapkan Banking System dalam melakukan pembayaran Retribusi; c. Untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat, sebagian pelayanan Retribusi Perizinan dan Non Perizinan dilaksanakan melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; d. Menerapkan sistem e – ticketing untuk menggantikan pelayanan retribusi daerah yang masih menggunakan karcis 2. Intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilakukan secara komprehensif guna optimalisasi penerimaan retribusi. Dalam hal Intensifikasi dan ekstensifikasi Penerimaan Retribusi Daerah dilakukan beberapa kebijakan antara lain : a. Melakukan penyesuaian tarif secara komprehensif untuk beberapa jenis Retribusi Daerah; b. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pemungutan Retribusi Daerah.
3.2.1.3 Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerimaan ini antara lain dari Bank Pembangunan Daerah, perusahaan daerah, dividen dan penyertaan modal daerah kepada pihak ketiga. Untuk meningkatkan kinerja komponen pendapatan ini di daerah adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan kemampuan manajemen pengelolaan bisnis Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dapat meningkatkan laba BUMD; b. Menerapkan strategis bisnis yang tepat, serta meningkatkan sinergisitas antar BUMD untuk meningkatkan daya saing perusahaan; c. Membuat surat penagihan deviden kepada BUMD; d. Memperkuat struktur permodalan BUMD, antara lain melalui PMD, dll;
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Penerimaan ini berasal dari hasil penjualan barang
397
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
milik daerah, dan penerimaan jasa giro. Untuk meningkatkan kinerja Lain- lain Pendapatan Daerah Yang Sah, kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu sebagai berikut: a. Mengimplementasikan hasil evaluasi terhadap perjanjian-perjanjian pemanfaatan aset daerah dengan Pihak Ketiga; b. Mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah yang berada di lahan-lahan yang strategis dan ekonomis melalui kerjasama dengan Pihak Ketiga; c. Mengembangkan pengelolaan mitigasi fiskal daerah melalui Debt Management; d. Mengoptimalkan pendapatan BLUD dengan penambahan dari UPT Pusdiklat Damkar, Pusat Pelayanan Kesehatan Pegawai dan UPT Perternakan yang dalam proses pembentukan menjadi PPK BLUD dan Penerapan PPK BLUD SMK masih dalam tahap pembahasan oleh Dinas Pendidikan.
3.2.1.4 Dana Perimbangan Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pemerintah Provinsi akan melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat bekerja sama dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk meningkatkan pendapatan yang berasal dari Dana Perimbangan melalui Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) dengan melakukan kegiatan bersama berupa Ektensifikasi dan Intensifikasi Pajak dalam rangka mendukung kebijakan Pemerintah Pusat dan meningkatkan penerimaan Pajak Negara.
3.2.1.5 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperoleh hibah dari PT. Jasa Raharja (Persero).
398
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.2.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah Subbab ini berisikan uraian mengenai kebijakan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang terkait langsung dengan pengelolaan Belanja (Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung). Kebijakan belanja daerah memprioritaskan terlebih dahulu pos belanja yang wajib dikeluarkan, antara lain belanja pegawai, belanja bunga dan pembayaran pokok pinjaman, belanja subsidi, belanja bagi hasil, serta belanja barang dan jasa yang wajib dikeluarkan pada tahun yang bersangkutan. Belanja tidak langsung untuk belanja hibah, belanja sosial, dan belanja bantuan kepada provinsi dan kabupaten/kota/pemerintah desa, serta belanja tidak terduga disesuaikan dan diperhitungkan berdasarkan ketersediaan dana dan kebutuhan belanja langsung. Pengalokasian Belanja Daerah oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk Tahun Anggaran 2018 disesuaikan dengan asumsi dasar ekonomi makro, kebutuhan penyelenggaraan daerah, kebutuhan pembangunan, dan mengikuti ketentuan perundangan yang berlaku. Kebijakan terkait Belanja Daerah untuk Tahun Anggaran 2018 dijabarkan di bawah ini
3.2.2.1 Kebijakan terkait Pemenuhan Belanja Mengikat dan Belanja Wajib Pemenuhan Belanja Mengikat dan Belanja Wajib dilakukan sesuai dengan amanat Pasal 106 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, yaitu: (1) Memenuhi Belanja Mengikat yaitu belanja yang dibutuhkan secara terus-menerus dan dialokasikan oleh Pemda dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun anggaran bersangkutan seperti Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa. (2) Memenuhi Belanja Wajib yaitu belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain : Pendidikan dan Kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga.
399
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.2.2.2 Kebijakan Terkait Pemenuhan Belanja Prioritas Dalam Pencapaian Visi dan Misi RPJPD 2005-2025 Pemenuhan Belanja Prioritas Dalam Pencapaian Visi dan Misi RPJPD 20052025 dilakukan dengan memperhatikan bahwa Belanja dimaksud memenuhi kriteria: (1) Melaksanakan Program Prioritas dalam rangka pencapaian Visi dan Misi RPJPD 2005-2025. (2) Melaksanakan sasaran dan prioritas pembangunan tahun 2018 yang merupakan tahun pertama dari periode keempat pembangunan tahun 2018-2022 yang tertuang dalam RPJPD Tahun 2005-2025. Tahap Ke-4 (Periode 2018-2022), adalah periode untuk memantapkan pembangunan kota Jakarta yang aman, nyaman, sejahtera, produktif,
berkelanjutan
dan
berdaya
saing
global
dengan
fokus
utama
mempercepat pembangunan kota dengan menekankan pada peningkatan daya saing global, kapasitas inovasi dan kreasi daerah dan memantapkan kapasitas sarana dan prasarana kota, tata kelola pemerintahan yang baik, dan perekonomian yang kuat dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta efisiensi pemanfaatan SDA (3) Mengedepankan
program-program
yang
menunjang
pertumbuhan
ekonomi,
peningkatan penyediaan lapangan kerja dan upaya pengentasan kemiskinan. (4) Melaksanakan program-program yang bersifat mengikat seperti halnya dukungan pencapaian 9 prioritas pembangunan nasional (Nawa Cita)
sebagaimana
diamanatkan pada RPJMN 2015 - 2019 serta pemenuhan ketentuan perundangundangan. (5) Melaksanakan pendampingan terhadap program-program pemerintah pusat serta program-program yang didanai oleh Lembaga Keuangan Internasional. (6) Mengakomodir seluruh program pembangunan yang dijaring melalui Aspirasi Masyarakat dalam Musrenbang. (7) Mengakomodir hasil telaahan pokok-pokok pikiran DPRD, yang merupakan hasil kajian permasalahan pembangunan daerah yang diperoleh dari DPRD berdasarkan risalah rapat dengar pendapat dan/atau rapat hasil penyerapan aspirasi melalui reses
yang
dituangkan
dalam
daftar
permasalahan
pembangunan
yang
ditandatangani oleh Pimpinan DPRD sebagaimana yang diatur pada pasal 96 ayat Perda 14 tahun 2011 tentang Perencanaan dan Penganggaran Terpadu.
400
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.2.2.3 Kebijakan Terkait Pengalokasian Belanja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah Pengalokasian Belanja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah dilakukan sesuai dengan amanat Pasal 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dengan fokus pada pelayanan dasar: (1) Pendidikan (2) Kesehatan (3) Pekerjaan umum dan penataan ruang (4) Perumahan rakyat dan kawasan permukiman (5) Ketenteraman, ketertiban umum dan pelindungan masyarakat, dan (6) Sosial
3.2.2.4 Kebijakan Terkait Belanja Hibah, Bantuan Sosial, Subsidi, Bantuan Keuangan Dan Belanja Tidak Terduga Pemenuhan Belanja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, di mana: (1) Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah. (2) Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
401
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
(3) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf g Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah Iainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah Iainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. (4) Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf h Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun tahun sebelumnya yang telah ditutup.
3.2.2.5 Kebijakan terkait Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik dilakukan sesuai dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 905/501/SJ tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penganggaran Dana Alokasi Khusus Non Fisik pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 yang menyatakan bahwa berdasarkan Pasal 12 ayat (7) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 dan Lampiran XVlll Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015, DAK Non Fisik terdiri dari: (1) Kebijakan untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS); (2) Kebijakan untuk Tunjangan Profesi Guru PNS Daerah (TPG PNSD); (3) Kebijakan untuk Tambahan Penghasilan Guru PNS Daerah (Tamsil PNSD); (4) Kebijakan untuk Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2); (5) Kebijakan untuk Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD); (6) Kebijakan untuk Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB); dan (7) Kebijakan untuk Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dan Ketenagakerjaan (PK2 UKM dan Naker).
402
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.2.3 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah 3.2.3.1 Pembiayaan dengan Skema APBD Dalam struktur APBD, selain komponen Pendapatan dan Belanja Daerah, terdapat juga Pembiayaan Daerah, yaitu setiap penerimaan/pengeluaran yang perlu dibayar kembali/diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Subbab ini berisikan uraian mengenai kebijakan penerimaan pembiayaan dan kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah. Rencana pembiayaan daerah memegang peranan penting dalam penyusunan APBD di DKI Jakarta. Sejalan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan perhitungan yang komprehensif dengan memperhatikan potensi pendapatan dan alokasi belanja. Kebijakan Pembiayaan Daerah di masa yang akan datang, sumber dari sisi Penerimaan adalah dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya dan dari Penerimaan Pinjaman Daerah. Sedang dari sisi pengeluaran pembiayaan direncanakan untuk Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah. Kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan dilakukan terkait dengan kebijakan pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang daerah sesuai dengan kondisi keuangan daerah. Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, pemberian pinjaman daerah kepada pemerintah daerah lain sesuai dengan akad pinjaman. Dalam hal ada kecenderungan terjadinya defisit anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos penerimaan pembiayaan daerah, sebaliknya jika ada kecenderungan akan terjadinya surplus anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos pengeluaran pembiayaan daerah, seperti penyelesaian pembayaran pokok utang dan penyertaan modal.
403
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.2.3.2 Pembiayaan dengan Skema Non-APBD Pembiayaan dengan Skema Non-APBD diarahkan pada Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Dunia Usaha (TSLDU), di mana berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2013 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Dunia Usaha, disebutkan bahwa penyelenggaraan TSLDU dimaksudkan untuk mengoptimalisasi program pembangunan daerah, dengan prinsip bahwa TSLDU merupakan kegiatan sukarela dimana perusahaan memiliki kebebasan mutlak untuk menentukan bentuk kegiatan, besarnya dana yang akan dialokasikan atau dibelanjakan dan lokasi kegiatan, serta dengan cara/ pola kegiatan TSLDU dilaksanakan. TSLDU bukan merupakan kewajiban/ kompensasi/ persyaratan/ insentif atas diberikannya pelayanan perizinan terhadap kegiatan atau aktivitas perusahaan. Ruang lingkup Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Dunia Usaha (TSLDU) meliputi: a. bina sosial dan budaya; b. bina ekonomi; c. bina fisik lingkungan, dan; d. penanggulangan bencana. TSLDU dapat berupa kegiatan langsung kepada masyarakat atau melalui keikutsertaan dalam program pemerintah daerah berupa kegiatan TSLDU terkait barang milik daerah dan atau jasa/non barang milik daerah. Kegiatan TSLDU yang terkait barang milik daerah merupakan kegiatan yang berdampak pada adanya penambahan dan atau penggunaan barang milik daerah. Sedangkan TSLDU yang terkait jasa/non barang milik daerah merupakan kegiatan yang tidak berdampak pada adanya penambahan dan/atau penggunaan barang milik daerah. Adapun prosedur pelaksanaan TSLDU terkait barang milik daerah dilaksanakan melalui mekanisme hibah. Setelah pelaksanaan TSLDU selesai, ditindaklanjuti dengan serah terima dan dibuatkan Berita Acara Serah Terima (BAST) dan dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan. 1) Pengenaan Kompensasi terhadap Pelampauan Nilai Koefisien Lantai Bangunan
404
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 175 Tahun 2015 tentang Pengenaan Kompensasi terhadap Pelampauan Nilai Koefisien Lantai Bangunan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Gubernur Nomor 119 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Gubernur Nomor 175 Tahun 2015 tentang Pengenaan Kompensasi terhadap Pelampauan Nilai Koefisien Lantai Bangunan, disebutkan bahwa pemanfaatan ruang yang dapat diberikan pelampauan KLB dimungkinkan pada lokasi : a. Pusat Kegiatan Primer; b. Pusat Kegiatan Sekunder; c. Kawasan Strategis Kepentingan Ekonomi; d. Kawasan Terpadu Kompak dengan Pengembangan Konsep TOD; e. Kawasan yang memiliki fungsi sebagai fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride); dan f.
Lokasi pertemuan angkutan umum massal. Pengenaan kompensasi terhadap pelampauan KLB diberikan dengan tetap
menghormati hak orang lain sesuai ketentuan perundangan dimana bentuk pengenaan kompensasi dimaksud ditetapkan dengan Keputusan Gubernur setelah mendapat pertimbangan dari Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD). Kompensasi terhadap pelampauan KLB ditetapkan dalam bentuk penyediaan fasilitas publik antara lain : a. penyediaan lahan dan/atau membangun RTH publik; b. penyediaan lahan dan/atau membangun rumah susun sewa; c. penyediaan lahan dan/atau membangun waduk atau situ; d. pembangunan dan/atau perbaikan prasarana dan sarana kota; e. perbaikan dan/atau pemugaran bangunan cagar budaya; f.
penyediaan moda angkutan umum;
g. pembangunan dan/atau perbaikan fasilitas penyeberangan orang dan/atau multiguna; h. penyediaan jalur dan peningkatan kualitas fasilitas pejalan kaki; i.
penyediaan jalur sepeda serta fasilitas pendukungnya; dan/atau
j.
penyediaan lahan dan/atau pembangunan dan/atau perbaikan sarana dan prasarana pemerintah lainnya.
405
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Penyediaan fasilitas publik dapat berada di dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta maupun di luar wilayah Provinsi DKI Jakarta, pada aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta/Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah lainnya atau pada lahan yang wajib diserahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan untuk rumah susun sewa yang akan diserahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus memenuhi ketentuan khusus untuk rumah susun sewa sesuai ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi. Adapun yang diberikan dalam bentuk sebagaimana point a sampai dengan point j diatas, sesuai prioritas Pemerintah Daerah harus diserahkan kepemilikannya kepada Pemerintah Daerah untuk menjadi aset. Selain pengenaan kompensasi sebagaimana dimaksud dalam point a sampai dengan point j, dikenakan kompensasi tambahan dalam bentuk penyediaan jalur dan peningkatan kualitas pejalan kaki dengan lebar minimal 5 (lima) meter.
3.3 Proyeksi
Keuangan
Daerah
dan
Kerangka
Pendanaan Pada subbab ini memuat penjelasan tentang analisis dan perkiraan sumbersumber pendapatan daerah berdasarkan realisasi tahun-tahun sebelumnya, yang mencakup Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah; Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah.
3.3.1 Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Secara
umum,
Pendapatan
Daerah
diproyeksikan
akan
mengalami
peningkatan, mengingat dalam kurun tahun terakhir telah terjadi kenaikan tingkat Pendapatan Daerah. Selain itu, Pemerintah Daerah terus mengupayakan peningkatan Pendapatan Daerah melalui berbagai upaya, baik yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD); Dana Perimbangan; dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2018 dapat terlihat pada Tabel 3.15 dibawah ini: 406
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Tabel 3.15 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 s.d tahun 2018 (dalam Milyar Rupiah) Jumlah NO
Uraian
Realisasi Tahun 2014 1)
Realisasi Tahun 2015 2)
Realisasi Tahun 2016 3)
APBD Tahun Berjalan 2017 4)
Proyeksi/ Target Tahun 2018 5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Pendapatan asli daerah
31.274,21
33.686,17
36.883,62
41.488,19
42.676,09
1.1.1
Pajak daerah
27.050,94
29.076,93
31.607,47
35.230,00
36.125,00
1.1.2
Retribusi daerah
515,17
459,45
675,77
677,88
689,90
1.1.3
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
465,97
527,28
303,20
453,33
600,00
1.1.4
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
3.242,11
3.622,51
4.297,16
5.126,96
5.261,19
Dana perimbangan
9.677,53
5.887,26
15,271,66
18.770,21
21.265,69
1.2.1
Dana bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan pajak
9.591,54
5.887,26
12.388,58
15.621,23
17.621,23
1.2.2
Dana alokasi umum
85,98
0,00
0
0
0
1.2.3
Dana alokasi khusus
0,00
0,00
2.883,07
3.148,97
3.644,45
1.3
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
2.872,55
4.635,79
1.601,81
2.207,72
11,65
389,61
1.880,68
2.207,72
11,65
2.482,93
2.755,11
1.1
1.2
1.3.1
Hibah
1.3.2
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
JUMLAH PENDAPATAN 53.766,09 43.824,30 44.209,23 63.953,44 62.466,13 DAERAH (1.1 +1.2+1.3) Sumber : 1) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2014 Audited 2) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 Audited 3) Menggunakan angka sementara (Unaudited) BPKD 4) Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 2016 dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 407 Tahun 2016 5) Proyeksi BPKD dan BPRD
407
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Pendapatan Daerah pada tahun 2016 terealisasi sebesar Rp.53.766,09 Milyar. Sementara tahun 2015, realisasi Pendapatan Daerah sebesar Rp.44.209,23 Milyar.
3.3.2 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Realisasi dan proyeksi/target Belanja Daerah Pada Tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 dapat terlihat pada tabel 3.16 dibawah ini: Tabel. 3.16 Realisasi dan Proyeksi/Target Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 s.d Tahun 2018 (dalam Milyar Rp) Jumlah NO
(1)
Uraian
(2)
Realisasi Tahun 2014
Realisasi Tahun 2015
1)
2)
(3)
(4)
Realisasi Tahun 2016 3)
APBD Tahun Berjalan 2017 4)
(5)
(6)
Proyeksi /Target pada Tahun 2018 5) (7)
2.1
Belanja Tidak Langsung
12.634,34
20.707,20
23.778,28
28.055,74
29.351,47
2.1.1
Belanja pegawai
10.472,32
15.866,06
18.028,27
20.140,72
20.140,72
2.1.2
Belanja bunga
1,21
5,47
11,73
49,22
50,52
2.1.3
Belanja subsidi
0,00
659,08
903,89
3.234,11
4.085,50
2.1.4
Belanja hibah
1.462,04
1.717,42
2.170,36
1.458,03
1.863,27
2.1.5
Belanja bantuan sosial
680,15
2.087,12
2.452,94
2.499,34
2.521,27
2.1.6
Belanja Bantuan Keuangan
14,00
371,15
210,31
348,80
364,71
2.1.7
Belanja tidak terduga JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Langsung
2,13
0,87
0,74
325,48
325,48
12.634,34
20.707,20
23.778,28
28.055,74
29.351,47
25.167,77
22.324,11
23.377,49
35.556,55
33.755,12
2.2
JUMLAH BELANJA 25.167,77 22.324,11 23.377,49 35.556,55 47.297,64 LANGSUNG TOTAL JUMLAH 37.799,66 47.155,77 63.612,30 63.106,60 43.031,32 BELANJA Sumber : 1) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2014 Audited 2) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 Audited 3) Realisasi Tahun 2016 menggunakan angka sementara (Unreview) per tanggal 13 Februari 2017 4) Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 2016 dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 407 Tahun 2016 5) Proyeksi BPKD dan Bappeda
408
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.3.3 Realisasi dan Proyeksi Pembiayaan Daerah Hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber penerimaan pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi/target penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.17 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2014 s.d Tahun 2018 (dalam Milyar Rupiah) Jumlah NO
Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah
(1)
(2)
3.1
(4)
APBD Tahun Berjalan 2017 4) (6)
Proyeksi /Target pada Tahun 2018 5)
7.725,82
8.603,87
9.209,78
7.593,99
9.160,89
4.933,51
5.700,00
4.921,78
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
48,88
335,75
2.025,82
3.682,09
0,00
0,00
338,47
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN
7.593,99
9.209,78
5.607,75
7.725,82
8.603,87
Pengeluaran pembiayaan
4.456,71
5.454,17
4.543,14
6.579,65
9.450,71
73,10
78,99
81,57
0,00
0,00
4.370,62
5.371,09
4.461,56
6.562,45
9.417,08
8,16
4,08
0,00
17,19
33,62
4,81
0,00
0,00
0,00
0,00
4.456,71
5.454,17
4.543,14
6.579,65
9.450,71
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
Pinjaman Dalam NegeriPemerintah Pusat (JEDI) Penerimaan pinjaman 3.1.4 daerah (JEDI + MRT) Penerimaan kembali 3.1.5 penerimaan pinjaman 3.1.6 Penerimaan piutang daerah
Pembentukan dana cadangan Penyertaan modal 3.2.2 (Investasi) Pemerintah Daerah 3.2.1
3.2.3 Pembayaran pokok utang 3.2.4
(3)
Realisasi Tahun 2016 3)
7.593,99
Penerimaan pembiayaan
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan
3.2
Realisasi Tahun 2015 2)
(5) 5.607,75
Sisa lebih perhitungan 3.1.1 anggaran tahun sebelumnya (SILPA)
3.1.3
Realisasi Tahun 2014 1)
Pemberian pinjaman daerah JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN
409
(7)
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Jumlah NO
Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah
(1)
(2)
Realisasi Tahun 2014 1)
Realisasi Tahun 2015 2)
Realisasi Tahun 2016 3)
(3)
(4)
(5)
APBD Tahun Berjalan 2017 4) (6)
Proyeksi /Target pada Tahun 2018 5) (7)
JUMLAH PEMBIAYAAN 1.064,60 1.173,17 3.137,27 3.755,60 (846,83) NETTO Sumber : 1 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2014 Audited 2 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 Audited 3 Menggunakan angka sementara (Unaudited) BPKD 4 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 2016 dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 407 Tahun 2016 5 Proyeksi BPKD dan Bappeda
3.4 Neraca Keuangan Daerah Negara Keuangan Daerah menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai asset, kewajiban dan ekuitas dana. Neraca Daerah sekurangkurangnya mencantumkan Kas dan setara kas, Investasi jangka pendek, Piutang pajak dan bukan pajak, Persediaan, Investasi jangka panjang, Aset tetap, Kewajiban jangka pendek, Kewajiban jangka panjang, dan Ekuitas dana. Rata-rata pertumbuhan neraca daerah meliputi rata-rata pertumbuhan harta dan kewajiban daerah dapat terlihat pada tabel dibawah ini.
410
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Tabel 3.18 Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Provinsi DKI Jakarta (dalam Miliar Rp) NO
URAIAN
1.
ASET
1.1
ASET LANCAR
1.1.1
Kas
1.1.2
Investasi Jangka Pendek
1.1.3
Piutang
1.1.4
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
1.1.5 1.1.6
2014
2015
Rata-rata Pertumbuhan
2016*)
10.425,46
6.281,94
8.714,94
-8,57%
-
-
-
-
6.294,65
13.075,82
16.741,91
63,09%
(2.653,71)
(2.816,12)
(3.599,02)
16,46%
Aset Lancar Lainnya
228.76
158.29
173,26
-12,97%
Persediaan
632,76
750.54
785,88
11,44%
14.927,93
17.450,49
22.816,98
23,63%
403,39
409,86
70,82
-58,10%
JUMLAH ASET LANCAR
1.2
INVESTASI JANGKA PANJANG
1.2.1
Investasi Non Permanen
1.2.2
Investasi Permanen
15.656,69
22.098,22
26.369,97
29,78%
JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG
16.060,08
22.508,09
26.440,80
28,31%
273.519,64
284.068,68
293.145,36
3,53%
1.3
ASET TETAP
1.3.1
Tanah
1.3.2
Peralatan dan Mesin
17.190,09
18.986,81
20.696,65
9,73%
1.3.3
Gedung dan Bangunan
17.384,75
24.169,79
25.535,28
21,20%
1.3.4
Jalan, Irigasi dan Jaringan
29.731,23
32.306,88
35.428,64
9,16%
1.3.5
Aset tetap Lainnya
1.361,71
1.422,71
1.353,28
-0,31%
1.3.6
Konstruksi dalam Pengerjaan
2.795,09
2.629,57
4.784,13
30,83%
1.3.7
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
-
(29.181,42)
(32.916,98)
-
341.982,54
334.403,04
348.026,40
0,88%
967,21
1.046,21
1.127,79
7,98%
56,14
50,94
48,52
-7,04%
0,96
-
-
-100,00%
3.578,85
6.554,36
6.454,42
34,29%
191,04
97,44
71,75
-38,72%
-
-
-
-
47.603,40
40.223,27
38.777,67
-9,74%
JUMLAH ASET TETAP
1.4
DANA CADANGAN
1.5
ASET LAINNYA
1.5.1
Tagihan Penjualan Angsuran
1.5.2
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
1.5.3
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga
1.5.4
Aset Tidak Berwujud
1.5.6
Aset di BP THR Lokasari
1.5.9
Aset Lain-lain
1.5.10
Akumulasi Penyusutan Kemitraan dengan Pihak Ketiga
-
(278,16)
(383,14)
-
1.5.11
Akumulasi Penyusutan Aset Lain-lain
-
(994,31)
(1.974,00)
-
51.430,19
45.653,55
42.995,22
-8,57%
JUMLAH ASET LAINNYA
411
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
NO
1.6
URAIAN
2014
R/K SKPD JUMLAH ASET
2
KEWAJIBAN
2.1
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2.1.1
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
2.1.2 2.1.3
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Bunga Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Pokok
2.1.4
Pendapatan Diterima Dimuka
2.1.5
Utang Belanja
2.1.6
Utang Jangka Pendek Lainnya JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2015
Rata-rata Pertumbuhan
2016*)
-
-
-
-
425.368,19
421.061,38
441.407,21
1,87%
302,60
328,60
1,72
-92,45%
0,18
-
-
-100,00%
4,08
-
-
-100,00%
19,49
82,39
392,98
349,01%
239,29
342,05
545,33
50,96%
11,93
5,81
1,50
-64,53%
577,59
758,86
941,54
27,68%
2.2
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
2.2.1
Utang Dalam Negeri
-
169,19
504,94
-
2.2.2
Utang Luar Negeri
-
-
-
-
2.2.3
Utang Jangka Panjang Lainnya
-
28,51
28,51
-
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
-
197,70
533,46
-
577,59
956,57
1.457,01
59,80%
-
-
-
JUMLAH KEWAJIBAN
3
EKUITAS DANA
3.1
EKUITAS DANA LANCAR
3.1.1
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
3.1.2
Pendapatan ditangguhkan
3.1.3
Cadangan piutang
3.1.4
Cadangan persediaan
3.1.5
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek
3.1.6
Cadangan Aset Lancar Lainnya
9.160,89
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR
948,43
-
-
-
3.640,93
-
-
-
632,76
-
-
-
(261,45)
-
-
-
228,76
-
-
-
14.350,34
-
-
-
16.060,08
-
-
-
341.982,54
-
-
-
3.2
EKUITAS DANA INVESTASI
3.2.1
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
3.2.2
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
3.2.3
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
51.430,40
-
-
-
3.2.4
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang
-
-
-
-
412
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
NO
URAIAN
2014
JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN
2015
Rata-rata Pertumbuhan
2016*)
409.473,04
-
-
-
3.3
EKUITAS DANA CADANGAN
3.3.1
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
967,21
-
-
-
JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN
967,21
-
-
-
-
-
-
-
JUMLAH EKUITAS DANA
424.790,60
420.104,81
439.932,20
1,77%
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
425.368,19
421.061,38
441.407,21
1,87%
3.4
RK PPKD
Sumber: Badan Pengelola Keuangan Daerah *) Menggunakan angka sementara Unreview bersumber dari Surat Kepala BPKD Nomor 440/1.712.2 Tanggal 6 Maret 2017
413