BAB VII Tinjauan Khusus
BAB VII TINJAUAN KHUSUS (Mass Concrete)
7.1 Uraian Umum Mass concrete dalam dunia konstruksi yaitu pekerjaan pengecoran massal dengan jumlah volume pekerjaan beton yang sangat besar. Berdasarkan ACI:207 mass concrete memerlukan pengendalian thermal yang mana dalam hal ini pengecoran beton dengan volume yang besar mengakibatkan terjadinya proses hidrasi semen atau proses pengerasan dimana beton akan mengeras dengan cara mengeluarkan hidrasi yang besar. Bila terjadi retak dalam beton akibat mass concrete akan mengakibatkan terjadinya cold joint yang kemudian mengakibatkan beton menjadi tidak konjugasi. Terjadinya peningkatan panas di dalamm beton diakibatka sisi luar beton memiliki temperatur yang lebih rendah mengakibatkan sisi terluar beton mengaami penurunan temperatur yang lebih cepat atau dengan kata lain sisi terluar beton mengalami pengerasan lebih cepat. Terjadinya pengerasan yang cepat pada sisi luar beton mengakibatkan terjebaknya udara dari proses hidrasi beton yang tersisa dan mengakibatkan keretakan. Maksimum perubahan suhu antara, layar terluar, layer tengah dan layer terdalam beton menurut ACI.244.1.R93.7 yaitu 40o celcius/jam dan perbedaan suhu antara layer terluar dengan suhu lingkungan yaitu 20o celcius/jam. Terdapat beberapa hal yang dapat diakibatkan dari terjadinya thermal yang tinggi dalam beton yaitu: susut yang besar dan kebutuhan air dalam proses hidrasi yang tinggi. VII-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII Tinjauan Khusus
Gambar 7.1 Perubahan Suhu Mass Concrete
7.2 Pelaksanaan Mass Concrete Ciri utama pekerjaan mass concrete adalah kebutuhan volume beton yang besar dan pekerjaan cor beton harus dikerjakan bersambung tanpa berhenti karena untuk menghindari keretakan beton. Pelaksanaan mass concrete meliputi pembesian, bekisting, pengecoran, pengawasan temperatur beton dan perawatan beton untuk mengatasi keretakan pada konstruksi beton. Pelaksanaan mass concrete merupakan pekerjaan pengecoran yang memerlukan perencanaan dan persiapan yang baik karena akan dilaksanakan dalam durasi waktu yang lama tanpa berhenti dengan pembagian kerja shift siang dan malam.
Pelaksanaan Mass Concrete dalam proyek pembangunan jembatan Teuku Umar hanya dilakukan pada malam hari, hal ini dilakukan karena mempertimbangkan VII-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII Tinjauan Khusus kondisi lalu lintas yang padat dan aktif disekitar proyek, selain itu juga karena mempertimbangkan pengecoran beton dalam volume besar yang mengharuskan pekerjaan tidak terhenti untuk menghindari keretakan beton. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan suplai material untuk volume beton yang dibutuhkan, sirkulasi truk mixer / alur cor beton agar distribusi beton lancar, tenaga kerja yang cukup disertai pembagian giliran jam istirahat yang baik dan monitor suhu serta perawatan beton agar beton tidak mengalami keretakan
7.3 Kontrol Terhadap Suhu Beton Beberapa cara yang yang dapat dilakukan untuk pengontrolan terhadap suhu beton dalam pelaksanaan mass concrete :
Cementitious material content control, dilakukan dengan melakukan pemilihan tipe atau jumlah material semen untuk miminimalisir potensi generasi panas pada beton
Pre-cooling, dilakukan dengan ‘mendinginkan’ material untuk mendapatkan temperatur beton yang cenderung rendah ketika dilakukan pengecoran. Ini dapat dilakukan dengan menyiram agregat, penggunaan air es maupun penambahan es dan juga penambahan nitrogen cair untuk membuat kondisi beton segar berada dalam kondisi dingin.
Post-cooling, dilakukan dengan mengontrol disipasi panas dari concrete structure, tahapan ini berada dalam fase perawatan beton (concrete curing). Post cooling dapat dilakukan dengan membuat sirkulasi air dingin melalui pipa yang sebelumnya telah dilakukan instalasi sebelum pengecoran.
Survace Insulation, perawatan beton pasca pengecorab dengan cara mengatur VII-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII Tinjauan Khusus pelepasan panas yang dihasilkan dari reaksi kimia. Metoda ini dilaksanakan dengan cara menutup dan membuka bagian permukaan beton yang berhubung langsung dengan udara luar. Metode ini dapat berupa menutup permukaan beton dengan sterofoam ataupun dengan menutup permukaan beton dengan air unntuk dapat membuat permukaan betonuntuk tetap dalam kondisi segar yang memungkinkan udara yang berasal dari dalam beton pada saat proses hidrasi dapat keluar.
7.4 Pengendalian Terhadap Pelaksanaan Mass Concrete Kegiatan pengendalian terhadap suatu bagian pekerjaan konstruksi merupakan hal yang sangat penting karena menyangkut hasil akhir produk konstruksi tersebut terutama kualitas. Pada Pelaksanaan mass concrete pun harus melakukan pengendalian dan memberikan perhatian yang lebih terhadap beberapa hal, yaitu : a. Rencana waktu pengecoran harus diperhitungkan dengan cara membagi volume total pengecoran dengan kemampuan pengecoran dalam satu jam (jumlah pompa x kapasitas yang dimiliki concrete pump) b. Kemampuan supplier beton untuk dapat melakukan pemasokan beton secara continue (tidak berhenti) untuk dapat menghindari terjadinya cold joint. c. Kecepatan pengecoran yang harus memadai dengan memperhatikan jenis dan kapasitas peralatan yang digunakan antara lain jumlah concrete pump dan tempat pemberhentian atau lokasi parker sementara truck mixer ketika sedang dilakukannya pengecoran untuk melakukan pengecoran dalam menyelesaikan mass concrete sesuai dengan perencaraan awal. d. Tenaga kerja pengecoran yang sesuai dan dapat melayani kapasitas beton yang VII-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII Tinjauan Khusus turun ke lokasi pekerjaan dengan bantuan concrete pump. e. Jadwal dan hari pengecoran yang harus mempertimbangkan dengan kondisi lalulintas. f. Urutan atau tahapan pengecoran yang tepat untuk dapat menghindari terjadinya cold joint, yaitu dengan memperhatikan durasi setting beton yang kurang lebih selama 4 jam. Jadi, volume zona atau tahapan pengecoran harus diperhitungkan berdasarkan kapasitas pengecoran selama 4 jam yang harus lebih besar dari pada volume zona pengecoran mass concrete. Adapun tahapan pekerjaanya adalah sebagai berikut: 1. Mixing
: Pencampuran dan pengadukan material penyusun beton di
batching plant 2. Loading
: Pemuatan adukan beton segar kedalam truk mixer di batching
plant 3. Transporting : Pengiriman beton segar dari batching plant ke lokasi proyek 4. Checking
: Pemeriksanaan beton segar yang terkirim di lokasi proyek
meliputi pengecekan waktu mixing dan loading, dan pengujian slump test untuk mengetahui mutu beton 5. Sampling
: Pengambilan contoh sample benda uji
6. Concreting
:
Pelaksanaan
penuangan
beton
readymix
ke
dalam
cekatan/bekisting 7. Compacting
: Pemadatan adukan beton segar menggunakan alat vibrator
8. Finishing
: Tahapan perapihan dan aplikasi finishing
9. Curing
: Tahapan pemeliharaanbeton yang telah selesai perapihan agar
menghasilkan beton berkekuatan sesuai dengan rencana dan meminimalisir VII-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII Tinjauan Khusus cacat hasil pekerjaan pengecoran
VII-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/