PERANCANGAN GEDUNG PASCASARJANA STTJ
19
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Penjelasan Tema Pendekatan Desain Arsitektur Tadao Ando. Alasan memilih Pendekatan Desain Arsitektur Tadao Ando karena ingin menciptakan suatu
bangunan yang dapat berharmonisasi dengan lingkungan sekitar dan memiliki kekhasan Tadao Ando. Teori Ando “The Simplicity of Perfection” 1.
Materialty Kekuatan material beton yang memberi batas sebuah ruang.
(Gambar 20. Dinding beton by.Tadao Ando)
2.
[15]
Tactility Dinding yang tebal menjadi lembut untuk disentuh, dinding yang seolah-olah angkuh tetapi mengaku adanya cahaya, alam, angin, dan manusia yang tinggal di dalamnya.
(Gambar 21. Cahaya, alam dan manusia by.Tadao Ando)
[15]
LEOHANS PUTRA HERLIS l 41208010001 I SKRIPSI ANGKATAN 68 I ARSITEKTUR I FTPD I UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
PERANCANGAN GEDUNG PASCASARJANA STTJ
3.
20
Emptiness Dimana hanya cahaya dan ruang yang mengelilingi manusia.
(Gambar 22.Ruang dan cahayamengelilingi manusia by.Tadao Ando)
[15]
Berikut ini akan dijabarkan bagaimana pendekatan yang digunakan Tadao Ando dalam berarsitektur. A.
Abstraction & Representation
Dalam menciptakan karya arsitekturnya, Ando selalu berusaha membuka cakrawala baru dalam arsitektur yang bersumber pada jiwanya sendiri.
Dalam berarsitektural, Ando selalu mendasari karya-karyanya pada metode komposisi, bentuk dan modernisme. Ando juga mementingkan karakter tempat, iklim, cuaca dan latar belakang sejarah dan kebudayaan dalam setiap keadaan untuk menciptakan sebuah tempat yang sesuai bagi pribadi dan fungsi tertentu. Ando selalu berusaha menyatukan dua sisi yang berlawanan, abstraksi dan representasi. Abstraksi adalah suatu estetika yang didasarkan pada kejelasan suatu pemikiran dan transparansi suatu konsep.
LEOHANS PUTRA HERLIS l 41208010001 I SKRIPSI ANGKATAN 68 I ARSITEKTUR I FTPD I UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
PERANCANGAN GEDUNG PASCASARJANA STTJ
21
Bagi Ando, representasi adalah kualitas arsitektur yang bersifat fisik, jasmaniah bahkan labirin. Ando mengintegrasikan keduanya dalam hal yang fundamental. Apa yang muncul kepermukaan mungkin abstraksi yang geometrikal namun bagaimanapun juga didalamnya harus representational. Dengan mengintegrasikan keduanya tersebut diharapkan tercipta komposisi metode dan bentuk yang unik. Contohnya :
(Gambar 23.Church of the light)
[15]
Ini salah satu contoh penerapan representasi dan abstraksi yang Ando lakukan. Bukaan yang saling bersilang (vertikal-horizontal) membentuk lambang salib merupakan suatu representasi dari gereja. Abstraksi tercipta dengan adanya cahaya yang melewati celah tersebut yaitu menggambarkan turunnya rahmat dari Tuhan.
B.
Nature
Arsitektur bukan hanya manipulasi dari bentuk tetapi merupakan pembentuk ruang oleh manusia. Geometri memadatkan berbagai arti yang diberikan kepada arsitektur. Alam yang disamarkan dalam cahaya, air dan langit yang diperkenalkan dalam bentuk dasar arsitektur yang telah dibakukan melalui geometri. Dalam pembahasan tentang “nature” yang lain, Ando menjelaskan sebagai berikut:
LEOHANS PUTRA HERLIS l 41208010001 I SKRIPSI ANGKATAN 68 I ARSITEKTUR I FTPD I UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
PERANCANGAN GEDUNG PASCASARJANA STTJ
22
Ando banyak mendasari karya-karyanya pada filosofi timur dimana manusia cenderung berusaha menyatu dengan alam secara harmonis.
Contohnya :
(Gambar 24.Water temple)
[15]
(Gambar 25.Church on the water)
[15]
Menyatukan bangunan dengan alam diterapkan oleh Tadao Ando dengan prinsip “man made nature”. Hal ini dihadirkan dalam bangunan vihara air dan gereja dengan kolamnya. Selain itu pemakaian dinding transparan yang membuat seolah ruang dalam menyatu dengan alam.
LEOHANS PUTRA HERLIS l 41208010001 I SKRIPSI ANGKATAN 68 I ARSITEKTUR I FTPD I UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
PERANCANGAN GEDUNG PASCASARJANA STTJ
C.
23
The Wall as Territorial Delineation
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa alam harus diperkenalkan dalam arsitektur yaitu dengan cara “man-made nature”. Tapak sebagai bagian dari alam yang nantinya diciptakan lingkungan buatan manusia harus dapat menyatu dengan alam yang ada disekitarnya untuk itu “teritory site” harus diartikulasikan. Sebagai pelingkup , pengartikulasikan dan penggambar “teritory” Ando menggunakan elemen wall (dinding) seperti dikatakan sebagai berikut :
Pada ruang yang terlingkup tersebut , Ando mengadakan pembukaan ke vista yang ada di lingkungan sekitarnya terutama diarahkan kepada vista-vista yang memiliki pemandangan yang indah. Contohnya :
(Gambar 26.The Langen Foundation)
[15]
(Gambar 27.4x4 House)
[15]
Dinding sebagai pelingkup tempat tinggal manusia, yang menciptakan ruang dalam harus dapat menyatu dengan lingkungan sekitar. Maka dalam batasan itu Ando mengadakan bukaan ke pemandangan yang indah.
LEOHANS PUTRA HERLIS l 41208010001 I SKRIPSI ANGKATAN 68 I ARSITEKTUR I FTPD I UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
PERANCANGAN GEDUNG PASCASARJANA STTJ
D.
24
Place
Kehadiran sebutan arsitektur dapat diartikan menciptakan sebuah landscape baru yang mungkin bisa mengurangi karakter dari lokasi tersebut. Untuk itu dibutuhkan pengamatan yang jeli untuk menemukan karakter dari tempat tersebut. Penjelasan mengenai karakter dari suatu lokasi dijabarkan sebagai berikut :
Contohnya :
(Gambar 28.Rokko housing)
[15]
(Gambar 29.Wood museum)
[15]
Contoh diatas merupakan suatu kawasan baru yang diciptakan, namun bisa dirasakan keberadaannya tetap memiliki karakter asli kawasan tersebut. Hal ini karena bentuk susunan bangunan tersebut mengikuti kontur lahan dan lingkungan sekitar, begitu juga material yang dipakai. Pada wooden museum, fasad menggunakan material kayu.
Selain pendekatan tersebut Ando menyebutkan ada dua aspek terpenting dalam karyanya, “a use of limited material, which have their texture exposed, and a ambiguous articulation of the function of space” (Ando, 1977). Dua atribut utama ini dikembangkan Ando dalam bangunan yang dirancang untuk menjalin “komunikasi langsung” dengan alam, yakni dengan menghadirkan elemen alami dari alam. Aspek alami (emptiness) seperti cahaya, angin, dan air adalah apa yang dicoba dihadirkan Ando ke dalam ruang bentuknya karya-karyanya.
LEOHANS PUTRA HERLIS l 41208010001 I SKRIPSI ANGKATAN 68 I ARSITEKTUR I FTPD I UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
PERANCANGAN GEDUNG PASCASARJANA STTJ
25
3.2. Studi Banding Karya Tadao Ando A. Church of the light Lokasi
:
Ibaraki, Japan
Periode desain
:
Januari 1987- Mei 1988
Periode bangun
:
Mei 1988- April 1989
Struktur
:
reinforced concrete
Luas lahan
:
838.6 m2
Luas bangunan
:
113.0 m2
Total luas bangunan :
113.0 m2
(Gambar 31.Interior Church of the light)
(Gambar 30. Church of the light)
[15]
[19]
Cahaya yang menembus dinding Dinding beton polos
Located in a quiet residential suburb of Osaka, this church derives its orientation from the direction of the sun. It consists of a rectangular volume sliced through at a fifteen-degree angle by a freestanding concrete wall that separates the entrance from the chapel. This division creates a threshold between the exterior and the sacred interior spaces. The floor and pews are made of rough scaffolding planks, which emphasize the humble character of the space. Ando likes to use materials of substance for the details of buildings because the tactile experience enhances our perception of the architecture. Intense light penetrates the profound darkness of this box through a cross that is cut out of the altar wall. As the only element of nature in this building, the light is rendered in exceedingly abstract form. The austere architecture appears to become purer in response to such an abstraction. Ando intended the linear pattern formed on the floor by the cross on the wall to express the purity that exists in the relationship between individuals and nature. [20]
LEOHANS PUTRA HERLIS l 41208010001 I SKRIPSI ANGKATAN 68 I ARSITEKTUR I FTPD I UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
PERANCANGAN GEDUNG PASCASARJANA STTJ
26
Karakter bangunan ini adalah : A.
Bentuk yang sederhana.
B.
Dinding beton polos yang mengekspose material, tebal dan tanpa ornamen.
C.
Memanfaatkan cahaya alami dengan membuat bukaan pada satu sisi yang sekaligus sebagai orintasi gereja tersebut walaupun dibuat samar (terhalang dinding diagonal).
D.
Bukaan yang dibuat di belakang altar membentuk garis bersilang (vertikal – horizontal) yang merupakan lambang salib. Ini merupakan suatu abstraksi yang digunakan Tadao Ando.
E.
Pengunjung diarahkan dari suatu ruang yang gelap menuju ruang terang (ruang utama) dengan melewati ruang perantara.
F.
Lantai dibuat menurun bertahap menuju altar. Ini juga merupakan suatu abstraksi yang berarti merendahkan diri saat menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
G.
Kesan ruang yang dirasakan adalah kekosongan dan ketenangan.
Bukaan yang disamarkan. Lantai dibuat menurun bertahap.
Bukaan yang merupakan abstraksi dari lambang salib.
B. Church on the water Lokasi
:
Kokkaido, Japan
Periode desain
:
September 1985- April 1988
Periode bangun
:
April 1988- September 1988
Struktur
:
reinforced concrete
Luas lahan
:
6730.6 m2
Luas bangunan
:
344.9 m2
Total luas bangunan :
520.0 m2
[15]
(Gambar 32. Church on the water)
LEOHANS PUTRA HERLIS l 41208010001 I SKRIPSI ANGKATAN 68 I ARSITEKTUR I FTPD I UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
PERANCANGAN GEDUNG PASCASARJANA STTJ
27
The setting for this chapel is a plateau in the mountains on the island of Hokkaido, the coldest region in Japan. The entire area is blanketed with greenery from spring to summer, but in winter it becomes an unbroken expanse of white. Erected on the shore of an artificial pond, the chapel consists of two large and small overlapping squares. Entry to the chapel involves following the circuitous route along a freestanding L-shaped wall that wraps around the back of the building and one side of the pond. A murmur of water accompanies the visitor's progress, but the source of the sound remains hidden, heightening expectations, until the wide expanse of the pond is revealed on the other side of the wall. There the visitor makes a 180-degree turn to climb the gentle slope before entering a lightfilled vestibule that is enclosed with glass. The placid expanse of the pond and the large cross rising from its water are visible through the glass altar wall, which can slide open, exposing the church to the pond and the wilderness just beyond it. [20] Penggunaan lambang salib
Dinding beton polos
Bangunan yang terdiri dari 2 kubu saling tumpang tindih.
[15]
(Gambar 33. Church on the water)
Karakter bangunan ini adalah : A.
Bentuk yang sederhana.
B.
Bentuk bangunan yang berupa dua kubus saling tumpang tindih.
C.
Dinding beton polos yang mengekspose material, tebal dan tanpa ornamen.
D.
Dinding transparan dan dapat dibuka membuat seolah – olah tidak ada pembatas antara ruang luar dan dalam. Selain itu, berfungsi untuk memaksimalkan penggunaan cahaya alami dan menjadi sisi orientasi bangunan ini yang menghadap ke arah danau kecil.
LEOHANS PUTRA HERLIS l 41208010001 I SKRIPSI ANGKATAN 68 I ARSITEKTUR I FTPD I UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
PERANCANGAN GEDUNG PASCASARJANA STTJ
E.
28
Lantai dibuat menurun bertahap menuju altar. Ini juga merupakan suatu abstraksi yang berarti merendahkan diri saat menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
F.
Ada ruang perantara sebelum menuju ke ruang utama bangunan gereja ini.
G.
Menggunakan lambang salib untuk menunjukkan fungsi dari bangunan ini.
H.
Kesan ruang yang dirasakan adalah ketenangan.
I.
Kolam sebagai penghubung antara ruang dalam bangunan dan alam.
Dinding transparan membuat seolah tidak ada pembatas ruang.
Danau dan lambang salib menjadi orientasi bangunan.
Dinding beton polos
3.2.1 Hasil Studi Banding Dari membandingkan objek karya Tadao Ando, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai ciri dari rancangan Tadao Ando, yaitu : A.
Dalam rancangannya, Ando mengabstrakkan makna bangunan melalui suatu simbol, garis, sirkulasi dan komposisi bentuk.
B.
Mengekspose penggunaan material.
C.
Memasukkan alam ke dalam bangunan.
D.
Memaksimalkan penggunaan cahaya alami.
E.
Menggunakan bentuk geometri yang sederhana, tidak memakai ornamen.
F.
Memanfaatkan angin dengan maksimal.
G.
Ada perbedaan cerita disetiap ruangnya.
LEOHANS PUTRA HERLIS l 41208010001 I SKRIPSI ANGKATAN 68 I ARSITEKTUR I FTPD I UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
PERANCANGAN GEDUNG PASCASARJANA STTJ
29
3.3. Elaborasi Tema dengan Judul Berawal dari permasalahan yaitu keinginan mengembangkan STTJ, fokusnya terhadap rancangan gedung pascasarjana, maka ada baiknya gedung baru yang direncanakan dan dirancang tersebut tetap memiliki nilai bangunan eksisting dan menjadi satu bagian yang sudah ada. Memilih tema “the simplicity of perfection” diharapkan bangunan baru yang dirancang dapat berharmonisasi dengan lingkungan sekitar dan bangunan eksisting melalui olahan bentuk dan komposisi tanpa ornamen, dapat mengartikan fungsi STTJ melalui bentuk masa bangunan tanpa melupakan aspek penting seperti karakter lahan, iklim dan material.
LEOHANS PUTRA HERLIS l 41208010001 I SKRIPSI ANGKATAN 68 I ARSITEKTUR I FTPD I UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA