BAB III TINJAUAN KHUSUS
3.1.
Pengertian Tema
3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) harus lebih kecil dari KDH (Koefisien Dasar Hijau) pada total luas lahan dengan perbandingan KDB (50-70 persen) dan KDH (30-50 persen) yang seimbang diharapkan mampu mewujudkan hunian ideal dan sehat secara konsisten. Keterbatasan lahan mendorong optimalisasi setiap jengkal lahan dan fungsi setiap ruang. Tidak ada ruang yang terbuang atau mati. Ketersediaan lahan hijau dikembangkan optimal dihalaman depan, samping, belakang serta teras. Taman merupakan bagian dari penghijauan rumah yang bertujuan memperbaiki kualitas lingkungan kota, mendinginkan udara sekitar rumah, mendapatkan pemandangan alam dan ruang bermain. Gejala perbesaran volume bangunan rumah-rumah tinggal sudah waktunya dialihkan karena sangat tidak efesien dan tidak efektif (boros waktu dan dana) serta tidak aman (secara sosial). Kebutuhan utama penghuni rumah menjadi prioritas utama. Masa bangunan lebih menjadi ruang-ruang fungsional. Arsitektur hijau mengoptimalkan lahan rumah sebagai ruang hijau kota. Rumah dengan konsep arsitektur hijau merupakan reinterpretasi sosial budaya masyarakat terhadap alam dan kehidupan tempat tinggalnya. Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mendorong pembangunan bangunan berarsitektur lokal terasa lebih ramah lingkungan dan selaras dengan lingkungan asal. Desain bangunan (green building) hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, 12
Rumah Susun Bersubsidi
kualitas bangunan bermutu, efesiensi bahan dan material ramah lingkungan (green product). Kriteria rumah berarsitektur hijau pada pemahaman umum tersebut tentunya tidak cukup untuk dapat melakukan kontra-aksi terhadap kerusakan lingkungan. Sebaliknya, konsep-konsep arsitektur berkelanjutan yang ditujukan untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan justru tidak diterapkan pada perumahan-perumahan berarsitektur hijau tersebut. Disarikan dari berbagai sumber, arsitektur berkelanjutan adalah bangunan / rumah / perumahan yang : Efesien dalam penggunaan energi. Desain rumah dan ruang-ruangnya sesuai dengan karakter kepribadian penghuni rumah. Sebagai suatu senyawa, arsitektur bangunan rumah dan taman tentu harus selaras. Untuk mendekatkan diri dengan alam, fungsi ruang dalam rumah ditarik keluar. Ruang tamu di taman teras depan, ruang makan dan keluarga ditarik ke taman belakang atau ke taman samping atau kamar mandi semi terbuka di taman samping. Sebaliknya, fungsi ruang luar menerus ke dalam ruang. Ruang tamu atau ruang keluarga hingga dapur menyatu secara fisik dan visual. Rumah dan taman mensyaratkan hemat bahan efisien, praktis, ringan tapi kokoh dan tanpa mengurangi kualitas bangunan. Bentuk geometris dan proporsional tetap sangat menonjolkan bentuk dasar arsitektur yang tegas. Arsitektur hijau mensyaratkan dekorasi dan perabotan tidak perlu berlebihan, saniter lebih baik, dapur bersih, desain hemat energi, kemudahan air bersih, luas dan jumlah ruang sesuai kebutuhan, bahan bangunan berkualitas dan kontruksi lebih kuat. Keterbukaan
ruang-ruang
dalam
rumah
yang
mengalir
dinamis.
Keterbatasan rumah mensyaratkan teras-teras lebar (depan, samping, belakang), ketinggian lantai yang cenderung rata sejajar, distribusi void-void, pintu dan jendela tinggi lebar dari plafon hingga lantai dilengkapi jalusi (krepyak), dinding transparan (kaca, glassblock, fiberglass, batang pohon) atap hijau (rumput) disertai skylight.
13
Rumah Susun Bersubsidi
Penempatan jendela, pintu dan skylight bertujuan memasukan cahaya dan udara secara tepat, bersilangan, dan optimal pada seluruh ruangan. Keberadaan tanaman hidup di ruang dalam atau di taman (void) berguna menjaga kestabilan suhu udara di dalam tetap segar dan sejuk. Pintu dan jendela kaca selebar mungkin dan memakai tembok dan kusen seminim mungkin menjadikan ruang terasa lega. Pintu dan jendela bisa dibuka selebar-lebarnya. Lantai teras dan ruang dalam dibuat dari material sama dan menerus rata (tidak ada beda ketinggian lantai) membuat kesatuan ruang terasa luas dan menyatu dengan ruang luar (taman) di depannya. Dinding, pintu dan jendela dari media kaca memberikan bukaan maksimal. Dinding luar transparan sangat efektif mengembalikan kembali hak ruang luar (taman) ke dalam bangunan. Dinding ruang yang menghadap ke teras di penuhi jendela dan pintu kaca (lipat) yang lebar dan panjang hingga menyentuh lantai dan menciptakan kesatuan visual antara ruang dalam rumah dan teras. Dinding bangunan atau dinding pagar dapat pula ditumbuhi tanaman rambat sebagai kulit hijau bangunan yang berfungsi sebagai penghambat radiasi matahari dan menjaga kestabilan suhu permukaan dinding serta menyejukan visual sekitar. Bagi lahan yang sempit, taman dapat diletakan di tengah-tengah rumah yang berfungsi sebagai pengikat semua unsur rumah. Kamar tidur, ruang tamu/keluarga dan dapur diarahkan mengelilingi menghadap arah taman. Teras atas dan atap rumah merupakan lahan potensial sebagai lahan hijau, seperti atap rumput, teras rumput atau taman teras atas. Atap dan teras atas yang ditutupi rumput merupakan konsekuensi pengembalian fungsi ruang hijau yang telah diambil oleh masa bangunan di bawahnya. Optimalisasi void menciptakan sirkulasi pengudaraan dan pencahayaan alami yang sangat membantu dalam penghematan energi. Desain void yang tepat dapat mengurangi ketergantungan penerangan lampu listrik terutama di pagi 14
Rumah Susun Bersubsidi
hingga sore hari dan pemakaian kipas angin atau pengondisi udara yang berlebihan, void dalam bentuk taman (kering) dapat berfungsi sebagai sumur resapan air. Persenyawaan bangunan dan taman dalam konsep arsitektur hijau memiliki banyak keuntungan bagi rumah itu sendiri, lingkungan sekitar, dan skala kota secara keseluruhan. Rumah memiliki sistem krisis energi listrik dan BBM serta krisis kualitas lingkungan sekitar. 3.2.
Studi Banding Rumah Susun Moderland Tangerang
Gambar 2 : Rumah Susun Moderland Tangerang
Gambar 2 : Site plan 15
Rumah Susun Bersubsidi
Rumah susun Moderland ini memiliki empat tower dengan ketinggian lantai sampai dengan 10 lantai. Dimana massa bangunan disesuaikan dengan arah lintasan matahari, agar kebutuhan cahaya alami cukup untuk dapat menerangi setiap blok towernya. Ruang terbuka hijaunya sangat minim sekali, fasilitas parkir terdapat pada lantai basement. Corridor pada rumah susun ini sangat sempit sekali dengan sistem double corridor.
Denah tipikal rusun Moderland Tangerang
Menara Mesiniaga Malaysia
Arsitektur yang memperhatikan lingkungan merupakan arsitektur masa depan, karena dalam arsitektur jenis ini akan didapatkan penyelesaian yang baik untuk menanggapi iklim tanpa menggunakan lebih banyak resource sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui seperti minyak bumi untuk mempertahankan
16
Rumah Susun Bersubsidi
kondisi ideal bangunan, misalnya suhu, kelembaban, serta pencahayaan dan penghawaan.
Gambar 3 : Site Menara Mesiniaga Malaysia
Hubungan antara lingkungan binaan (built environment) dengan lingkungan alam yang diwujudkan dalam adaptasi terhadap cahaya matahari dan angin, aliran udara dimasukan dalam bangunan melalui innercourt dan dinding angin yang juga memasukan cahaya alami. Beberapa bagian bangunan yang berfungsi sebagai buffer atau penahan untuk angin, sinar matahari dan sebagainya diwujudkan dalam kisi-kisi, tabir, balkon atau buffer tanaman yang beradaptasi dengan lingkungan tropis. Konsep dari bangunan ini merupakan konsep pencakar langit (high rise building) yang dapat hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya seperti halnya mahluk hidup. Struktur bangunan berfungsi sebagai bingkai dan lantai-lantainya dapat berfungsi berbeda-beda seperti menjadi taman bermain, mall, café atau yang lainnya. Konsep ini tak ubahnya seperti sebuah lahan kosong yang bisa diisi berbagai fungsi seperti perumahan, taman serta tempat-tempat komersial pada umumnya.
17
Rumah Susun Bersubsidi