BAB IV TINJAUAN KHUSUS
4.1
Lingkup Tinjauan Khusus Tinjauan khusus pada laporan kerja praktek ini adalah metode pelaksanaan pekerjaan pondasi. Pada tinjauan ini, penulis memaparkan metode pelaksanaan pekerjaan pondasi pada Gedung G dan H yang terdiri dari pondasi tiang pancang dan pondasi telapak.
4.2
Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang Pondasi tiang pancang (bored pile) digunakan sebagai salah satu jenis pondasi pada Gedung G dan H proyek Renaissance Hotel & Resort. Walaupun secara topografi kondisi tanah pada proyek ini merupakan tanah keras, namun ada beberapa titik yang merupakan tanah urugan yang kurang stabil. Sehingga digunakan pondasi tiang pancang pada titik – titik tersebut, dengan menggunakan tiang pancang beton prategang dengan dimensi 300 x 300 mm dan 250 x 250 mm. Terdapat 5 tipe (BP4, BP5, BP6, BP7, BP8) pondasi tiang pancang yang digunakan pada proyek ini sesuai jumlah tiang pancang yang dipancang pada satu pondasi dan detailnya dapat dilihat pada lampiran. Setelah dilakukan pemancangan, tiang pancang akan dikonfigurasi dengan pile cap beton bertulang. Pile cap pada proyek ini terdiri dari dua bentuk yaitu persegi dan heksagonal, pemilihan bentuk tersebut tergantung dengan jumlah dan konfigurasi tiang pancangnya. Selain pekerjaan pemasangan pile cap , ada beberapa perkejaan yang dilakukan setelah ataupun sebelum pemancangan tiang pancang. Untuk memperjelas pada halaman selanjutnya dicantumkan diagram alir langkah-langkah pelaksanaan pondasi tiang pancang pada proyek Renaissance Hotel & Resort:
75
Pengukuran Site
Pekerjaan Tanah
Setting out
Pemancangan Tiang
Pembuatan Pile Cap
Gambar 4.1 Diagram Alir Langkah Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang
4.2.1
Pengukuran Site Pekerjaan pengukuran site ditujukan untuk memberi informasi
mengenai posisi atau elevasi site yang harus dikerjakan sesuai dengan gambar rencana. Alat – alat pengukuran berupa meteran, waterpass, dan theodolit untuk menentukan as, garis/bidang horizontal dan vertikal yang direncanakan dalam membantu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. Pada setiap proyek konstruksi terdapat satu titik acuan untuk menentukan posisi atau titik-titik bangunan sebelum memulai pekerjaan konstruksi. Titik tersebut dinamakan Benchmark. Benchmark adalah titik yang telah mempunyai koordinat fixed, dan direpresentasikan dalam bentuk monumen/patok di lapangan. Benchmark memiliki fungsi penting pada kegiatan survey, yaitu sebagai titik ikat yang mereferensikan posisi obyek pada suatu sistem koordinat global. Selain itu pengukuran elevasi site ini juga menggunakan data elevasi tanah yang sudah ada sebelumnya sebagai acuan.
76
4.2.2
Pekerjaan Tanah Setelah melakukan pengukuran site dilakukan pekerjaan tanah yang
meliputi penggalian dan pengurugan (cut and fill). Proyek pembangunan Renaissance Hotel & Resort dilakukan pada jenis tanah kapur yang bersifat keras, sehingga dibutuhkan alat berat excavator untuk membantu pekerjaan ini. Pekerjaan penggalian dilakukan sesuai marking yang sudah dibuat pada pekerjaan pengukuran site. Kemudian tanah hasil galian diangkut oleh dump truck keluar dari lokasi karena tidak semua hasil galian dibutuhkan untuk pengurugan. Untuk lokasi site yang perlu penambahan elevasi
dilakukan
pengurugan dengan tanah hasil galian. Penggunaan tanah hasil galian kembali ini dilakukan karena tanah yang digali tanah keras jadi tidak dikhawatirkan akan terjadinya penurunan daya dukung tanah. Selama pekerjaan cut and fill terdapat juga pekerjaan pemadatan tanah dengan bulldozer untuk membuat tanah pada site datar dan padat. Pekerjaan selanjutnya adalah setting out dan pemancangan tiang pancang, namun setelah pemancangan terdapat juga pekerjaan cut and fill untuk pile cap.
Gambar 4.2 Pekerjaan Penggalian Site Dengan Excavator
77
4.2.3
Setting Out Setting out dilakukan untuk menentukan titik-titik pemancangan agar
tepat sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini dilakukan oleh surveyor dengan menggunakan meteran dan total station. Dan titik-titik pemancang tersebut mengambil acuan dari benchmark yang sudah ditentukan pada pekerjaan pengukuran site. Titik pemancangan berjumlah 250 titik dipekerjakan beberapa surveyor dalam pekerjaan ini dan pekerjaan setting out ini dilakukan secara bertahap agar efisien. Tahap dari pekerjaan ini yaitu pertama surveyor menentukan titik pemancangan pada site sesuai gambar rencana dengan total station. Terakhir titik pemancangan itu ditandai (marking) dengan cat semprot. Cat semprot digunakan agar mempermudah mengenali marking dengan warna yang mencolok. Selain itu tidak perlu mengkhawatirkan posisi cat karena sudah menempel permanen pada site, jika menggunakan patok kayu dikhawatirkan akan berubah posisi ketika ada pergerakan alat berat yang melewatinya.
Gambar 4.3 Surveyor Melakukan Setting Out Dengan Total Station.
78
4.2.3
Pemancangan Tiang Pada pekerjaan pemancangan tiang dijabarkan dalam lima tahap,
antara lain: 1.
Persiapan alat pancang dan tiang pancang Pada proyek pembangunan Renaissance Hotel & Resort ini pihak pelaksana menyewa alat pancang beserta operatornya pada PT. Satria Piling Bali. Alat pancang yang disewa ialah alat pancang hidrolik atau disebut juga hydraulic static pile driver. Hydraulic static pile driver digunakan karena alat ini lebih efisien daridapa drop hammer dan tidak menimbulkan polusi udara maupun polusi suara, serta getaran yang terjadi pada saat pemancangan tidak terasa signifikan.
Gambar 4.4 Hydraulic Static Pile Driver Pertama alat pancang hidrolik ini diangkut oleh truk trailer ke lokasi proyek. Kemudian ketika sudah di lokasi alat di rakit prosesnya seperti gambar 4.5.
Gambar 4.5 Pengangkutan dan Perakitan Alat Pancang Hidrolik 79
Banyaknya titik pemancangan membuat alat pancang hidrolik ini harus bekerja berpindah-pindah tempat. Gambar 4.6 memperlihatkan mekanisme mobilisasi alat pancang ini. Pada nomor 1 alat ini bergerak mendekati titik pemancangan dengan hidrolik yang ada pada kaki panjangnya (long boat). Dan pada nomor 2 kaki terpendek (short boat) yang terletak tengah alat ini menjadi tumpuan untuk pergerakan long boat. Terakhir di nomor 3 alat sudah mencapai titik pancang dan dikondisikan kembali ke kondisi semula dan siap melakukan pemancangan.
short boat long boat Gambar 4.6 Mobilisasi Alat Pancang Hidrolik Tiang pancang yang digunakan tiang pancang berbentuk persegi, dengan material beton prategang dimensi 300 x 300 mm dan 250 x 250 mm. Penempatan tiang sebelum dipancang diletakan dekat dengan alat pemancang agar lebih efisien dalam pemancangan seperti terlihat pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Mobilisasi Alat Pancang Hidrolik
80
2.
Pemancangan tiang Ketika alat pancang sudah siap melakukan pemancangan, crane pada alat pemancang akan mengangkat tiang pancang untuk dimasukan ke alat hidroliknya (clamping box). Saat tiang pancang sudah dikunci oleh clamping box, maka alat ini akan mendorong tiang pancang kedalam tanah hingga mencapai titik kedalaman yang diinginkan. Untuk memberikan tanda henti pemancangan tiang, pada tiang pancang diberikan tanda dengan cat. Jika panjang tiang kurang dari kedalaman tanah yang direncanakan maka tiang pancang akan disambung. Penyambungan tiang pancang ini dilakukan dengan cara mengelas ujung-ujung tiang pancang yang bertemu. Pengelasan tersebut dilakukan dibawah alat pancang untuk mempercepat proses pemancangan, seperti pada gambar 4.9.
clamping box Gambar 4.8 Langkah-langkah Pemancangan Tiang Dengan Alat Pancang Hidrolik
Gambar 4.9 Penyambungan Tiang Pancang 3.
Penggalian dan pemotongan tiang Penggalian ini bertujuan untuk membuat pile cap dan pekerjaan dilakukan setelah pemancangan dilakukan dengan tenaga manusia dan alat gali konvensional. Kedalaman penggalian hanya 75 cm, hal ini karena elevasi atas pondasi (Top Of Foundation) sama dengan elevasi 81
finishing struktur (Structure Finish Level) yaitu +99.950 diatas permukaan laut dan ketebalan pile cap 75 cm.
Gambar 4.10 Penyambungan Tiang Pancang Setelah penggalian terlihat sisa ujung tiang pancang setinggi ± 1 meter, kemudian sisa tiang pancang itu akan dipotong menjadi 75 mm setebebal beton decking. Pemotongan tiang pancang juga dilakukan secara manua menggunakan tenaga manusia dengan palu dan jack hammer.
Gambar 4.11 Jack Hammer 4.2.2
Pembuatan Pile Cap Pile cap pada Gedung G & H memiliki 5 tipe yaitu BP4, BP5, BP6,
BP7, dan BP8. Diameter tulangan yang digunakan pada semua tipe pile cap sama, digukankan tulangan D16 dengan jarak 150 pada tulangan bagi bagian atas, tulangan D19 jarak 150 sebagai tulangan utama dan tulangan bagi bagian bawah serta tulangan D13 sebagai tulangan samping seperti terlihat pada gambar 4.12.
82
Gambar 4.12 Detail Pile Cap BP8 Pekerjaan pile cap dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu : 1.
Pembuatan lantai kerja Lantai kerja pada proyek Renaissance Hotel & Resort terdiri dari pasir urug dan cor beton rabat. Sebelum pembuatan lantai kerja terlebih dahulu dibuat bekisting pile cap dari batako. Penggunaan batako ini dipilih karena batako cukup kuat untuk menahan beban sebagai bekisting serta cukup murah untuk pada akhirnya ditimbun bersama saat pengecoran.
Gambar 4.13 Bekisting Pondasi Pile Cap BP7
83
2.
Pekerjaan marking Pemasangan tulangan pile cap diawali dengan penandaan as kolom oleh surveyor dengan menggunakan alat theodolit dan menentukan control elevasi dengan waterpass. Pengukuran ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan as kolom satu dengan yang lainnya berada tepat pada posisi yang sesuai dengan gambar rencana.
Gambar 4.14 Penandaan Letak Tulangan Kolom 3.
Pekerjaan Penulangan Pemasangan tulangan pondasi dilakukan secara bertahap, dimulai dengan pemasangan tulangan pile cap bagian bawah diikuti bersamaan dengan pemasangan tulangan kolom. Beton decking juga sekaligus dipasang pada bagian bawah tulangan pile cap untuk menjaga ketebalan selimut beton agar ketebalan selimut beton sesuai dengan rencana yaitu 75 mm. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tulangan pile cap bagian atas.
84
Gambar 4.15 Penulangan pile cap dan kolom 4.
Pekerjaan Pengecoran Sebelum dilakukan pengecoran, permukaan pada beton lama dilakukan ciping agar permukaannya kasar dan disiram dengan bondage sebagai perekat antar beton lama yang sudah kering dengan beton baru yang akan dicor. Pengecorang dilakukan dengan menggunakan beton ready mix mutu K 350 dengan nilai slump 120 mm ± 20 mm. Pengecoran menggunakan bucket dengan alat pengangkut crane. Agar beton dapat tersalurkan dengan baik dan mencegah terjadinya rongga pada beton maka dilakukan penggetaran dengan vibrator.
4.3
Metode Pelaksanaan Pondasi Telapak Pondasi telapak digunakan sebagai salah satu jenis pondasi pada Gedung G dan H proyek Renaissance Hotel & Resort. Terdapat 4 tipe (F1, F2, F2C, F4)
pondasi telapak yang digunakan pada proyek ini. Kedalaman
pondasi masing-masing sesuai tipe pondasi, pondasi tipe F1 kedalamanya rata-rata 1,5 meter. Pondasi telapak tipe F2 dan kedalamannya rata-rata 1,7 meter. Serta pondasi tipe F2C kedalamannya mencapai 2,7 meter dari finish 85
floor level. Untuk memperjelas maka dicantumkan diagram alir langkahlangkah pelaksanaan pondasi telapak pada proyek Renaissance Hotel & Resort: Pengukuran Site
Pekerjaan Tanah
Setting out
Pembuatan Pondasi Telapak Gambar 4.1 Diagram Alir Langkah Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang
4.2.1
Pengukuran Site Pekerjaan pengukuran site ditujukan untuk memberi informasi
mengenai posisi atau elevasi site yang harus dikerjakan sesuai dengan gambar rencana. Alat – alat pengukuran berupa meteran, waterpass, dan theodolit untuk menentukan as, garis/bidang horizontal dan vertikal yang direncanakan dalam membantu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. Pada setiap proyek konstruksi terdapat satu titik acuan untuk menentukan posisi atau titik-titik bangunan sebelum memulai pekerjaan konstruksi. Titik tersebut dinamakan Benchmark. Benchmark adalah titik yang telah mempunyai koordinat fixed, dan direpresentasikan dalam bentuk monumen/patok di lapangan. Benchmark memiliki fungsi penting pada kegiatan survey, yaitu sebagai titik ikat yang mereferensikan posisi obyek pada suatu sistem koordinat global. Selain itu pengukuran elevasi site ini juga menggunakan data elevasi tanah yang sudah ada sebelumnya sebagai acuan.
86
4.2.2
Pekerjaan Tanah Setelah melakukan pengukuran site dilakukan pekerjaan tanah yang
meliputi penggalian dan pengurugan (cut and fill). Proyek pembangunan Renaissance Hotel & Resort dilakukan pada jenis tanah kapur yang bersifat keras, sehingga dibutuhkan alat berat excavator untuk membantu pekerjaan ini. Pekerjaan penggalian dilakukan sesuai marking yang sudah dibuat pada pekerjaan pengukuran site. Kemudian tanah hasil galian diangkut oleh dump truck keluar dari lokasi karena tidak semua hasil galian dibutuhkan untuk pengurugan. Untuk lokasi site yang perlu penambahan elevasi
dilakukan
pengurugan dengan tanah hasil galian. Penggunaan tanah hasil galian kembali ini dilakukan karena tanah yang digali tanah keras jadi tidak dikhawatirkan akan terjadinya penurunan daya dukung tanah. Selama pekerjaan cut and fill terdapat juga pekerjaan pemadatan tanah dengan bulldozer untuk membuat tanah pada site datar dan padat. Namun setelah pekerjaan setting out terdapat pekerjaan penggalian untuk menggali tanah sesuai kedalaman pondasi. Dan ketika pondasi selesai dicor ada pekerjaan pengurugan kembali, pekerjaan ini dikerjaakan oleh excavator agar lebih cepat.
4.2.3
Setting Out Setting out
dilakukan untuk menentukan titik-titik penggalian
pondasi. Pekerjaan ini dilakukan oleh surveyor dengan menggunakan meteran dan total station. Dan titik-titik pondasi tersebut mengambil acuan dari benchmark yang sudah ditentukan pada pekerjaan pengukuran site. Banayaknya jumlah titik pondasi dipekerjakan
beberapa surveyor dalam
pekerjaan ini dan pekerjaan setting out ini dilakukan secara bertahap agar efisien. Tahap dari pekerjaan ini yaitu pertama surveyor menentukan titik pondasi pada site sesuai gambar rencana dengan total station. Terakhir titik pemancangan itu ditandai (marking) dengan cat semprot. Cat semprot digunakan agar mempermudah mengenali marking dengan warna yang
87
mencolok. Selain itu tidak perlu mengkhawatirkan posisi cat karena sudah menempel permanen pada site, jika menggunakan patok kayu dikhawatirkan akan berubah posisi ketika ada pergerakan alat berat yang melewatinya.
4.2.2
Pembuatan Pondasi Telapak Pondasi telapak pada Gedung G & H memiliki 4 tipe yaitu F1, F2,
F2C, F4. Diameter tulangan yang digunakan pada pondasi telapak F2, F2C, dan F4 digukankan tulangan D16 dengan jarak 150 pada tulangan bagi bagian atas, tulangan D16 jarak 150 sebagai tulangan utama bagian atas dan tulangan D19 jarak 150 sebagai tulangan bagi dan tulangan utama bagian bawah serta tulangan D13 sebagai tulangan samping. Untuk pondasi tipe F1 digukankan tulangan D13 dengan jarak 125 pada tulangan bagi bagian atas dan tulangan utama bagian atas dan tulangan D16 jarak 125 sebagai tulangan bagi dan tulangan utama bagian bawah serta tulangan D13 sebagai tulangan samping.Pekerjaan pile cap dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu : 1.
Pembuatan lantai kerja Lantai kerja pada proyek Renaissance Hotel & Resort terdiri dari pasir urug dan cor beton rabat setebal 50 mm. Sebelum pembuatan lantai kerja terlebih dahulu dibuat bekisting pondasi telapak dari batako. Penggunaan batako ini dipilih karena batako cukup kuat untuk menahan beban sebagai bekisting .
Gambar 4.16 Pembuatan Lantai Kerja
88
2.
Pekerjaan marking Pemasangan tulangan pondasi diawali dengan penandaan as kolom oleh surveyor dengan menggunakan alat theodolit dan menentukan control elevasi dengan waterpass. Pengukuran ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan as kolom satu dengan yang lainnya berada tepat pada posisi yang sesuai dengan gambar rencana.
Gambar 4.17 Penandaan Letak Tulangan Kolom 3.
Pekerjaan Penulangan Pemasangan tulangan pondasi dilakukan secara bertahap, dimulai dengan pemasangan tulangan pondasi bagian bawah diikuti bersamaan dengan pemasangan tulangan kolom. Beton decking juga sekaligus dipasang pada bagian bawah tulangan pondasi untuk menjaga ketebalan selimut beton agar ketebalan selimut beton sesuai dengan rencana yaitu 75 mm. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tulangan pondasi bagian atas. Namun terkadang tulangan pondasi sudah dirakit sebelumnya diluar pondasi seperti pada gambar 4.18.
89
Gambar 4.18 Tulangan Pondasi Telapak
Gambar 4.19 Penulangan Pondasi Telapak 4.
Pekerjaan Pengecoran Sebelum dilakukan pengecoran, permukaan pada beton lama dilakukan ciping agar permukaannya kasar dan disiram dengan bondage sebagai perekat antar beton lama yang sudah kering dengan beton baru yang akan dicor. Pengecorang dilakukan dengan menggunakan beton ready mix mutu K 350 dengan nilai slump 120 mm ± 20 mm. Pengecoran menggunakan bucket dengan alat pengangkut crane ataupun langsung dengan concrete pump. Agar beton dapat tersalurkan dengan baik dan mencegah terjadinya rongga pada beton maka dilakukan penggetaran dengan vibrator.
90
Gambar 4.20 Persiapan Pengecoran Pondasi Telapak
91