BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI
7.1 Ringkasan Pengendalian internal dalam sebuah organisasi adalah sangat penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud). Sistem pengendalian yang baik tidak lepas dari pengawasan dewan komisaris,manajemen dan para personil yang lain. Organisasi banyak menggunakan pengendalian internal untuk mengetahui evaluasi kinerja dari organisasi tersebut yang terdiri dari efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Dengan demikian, sebuah pengendalian internal akan berjalan secara efektif jika kelima unsur tersebut terbangun dengan baik dan beroperasi sesuai proporsinya masing-masing. Perbankan adalah salah satu sektor finance yang sangat penting dan perlu adanya beberapa pengendalian yang baik dan berkala. Salah satu kegiatan bank adalah memberikan kredit, pemberian kredit memiliki beberapa risiko yaitu adanya kredit macet dan kredit fiktif. Kredit macet dan kredit fiktif memberikan dampak yang kurang baik bagi negara, masyarakat, dan perbankan Indonesia. Misalnya saja, muncul adanya fraud dalam pemberian kredit yang tidak terlepas dari kolusi antara nasabah dan oknum pejabat bank, karena nasabah yang mengajukan permohonan kredit ke bank berkeinginan mendapat kredit yang cepat dan jumlahnya seperti yang diharapkan. Bagi pejabat bank yang melakukan kolusi dengan nasabah akan mengusahakan pengucuran
79
80
kredit yang terkadang menghalalkan segala macam cara dan tidak memikirkan risiko
yang akan terjadi di kemudian hari. Untuk itu diperlukan sistem
pengendalian intern yang kuat sebagai dasar kegiatan operasional bank yang sehat dan aman dalam manajemen Bank. Dalam pemberian fasilitas kredit harus diperhatikan unsur-unsurnya, yakni kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, risiko, balas jasa. Prinsip yang harus diterapkan dalam pemberian kredit adalah prinsip 5 C, yakni character, capacity, capital, condition of economicdan collateral. Penelitian
dilakukan
dalam bentuk
studi kasus
dengan menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif yaitu yang menguraikan tentang sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek penelitian. Penelitian dilakukan secara langsung dengan mendatangi obyek penelitian yaitu Bank “X” Yogyakarta guna memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan melalui pihak-pihak yang terkait dalam proses kredit modal kerja, khususnya mengenai proses pengendalian internal kredit modal kerja. Metode pengumpulan data dengan menggunakan riset keperpustakaan dan riset lapangan dengan teknik wawancara dan kuesioner dimana dalam wawancara dilakukan dengan beberapa responden yang berhubungan dengan pengawasan dan pelaksanaan pengendalian internal dan yang berhubungan dengan proses kredit modal kerja perbankan pada Bank “X” Yogyakarta dengan masa kerja diatas 5 tahun (senior) dan dalam teknik kuesioner, pihak yang akan diberi kuesioner adalah karyawan bank yang berhubungan dengan pengawasan dan pelaksanaan
81
pengendalian internal dan yang berhubungan dengan proses kredit modal kerja perbankan pada Bank “X” Yogyakarta. Lokasi penelitian adalah Bank “X” Yogyakarta.Periode waktu penelitian adalah 30 hari, dimulai pada bulan Desember 2014 dan diharapkan selesai sampai dengan Januari 2015. Bank “X” Yogyakarta adalah salah satu cabang dari Bank “X” Pusat dimana Bank “X” Yogyakarta memang dikhususkan untuk menangani proses kredit. Komponen pengendalian,
pengendalian
penaksiran
internal
risiko,
yang
aktifitas
ada
mulai
pengendealian,
dari
lingkungan
informasi
dan
komunikasi dan pemantauan memang telah diterapkan dengan baik oleh Bank “X” Yogyakarta, terbukti dari hasil kuesioner dan wawancara semua komponen pengendalian
internal
mencapai
skor
tertinggi yaitu
antara
76
%-100%
pengendalian proses kredit modal kerja tersebut dikatakan sangat efektif yang terdiri dari Komponen Pengendalian Internal: Lingkungan Pengendalian dengan skor 96, 96 %, Penaksiran Risiko 95,72 %, Aktifitas Pengendalian 79,44 %, Informasi dan
Komunikasi 95,56%,
Pemantauan 98% dan pada Tujuan
Pengendalian Internal yang terdiri dari Keandalan Pelaporan Pemberian kredit 98,33%, Efisiensi dan Efektifitas Pemberian Kredit 88,89%, Ketaatan pada Hukum dan Peraturan Pemberian Kredit 97,62%. Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh Wakil Pimpinan Bank “X” Yogyakarta, Kepala Unit Bantul (RM), RM,CA dan CO juga telah menunjukkan hasil bahwa selama ini Bank “X” telah mematuhi peraturan yang ada sesuai SOP, BPP, dan semua peraturan dari BI maupun dari Bank “X” Pusat.
82
Penerapan pengendalian internal setelah dinilai melalui beberapa proses yaitu dengan hasil kuesioner dan wawancara maka dikatakan sangat efektif dan juga didukung dari beberapa hasil wawancara yang telah dilakukan dalam proses kredit modal kerja, bank ini telah mematuhi SOP yang ada serta BPP yang khusus diterbitkan oleh Bank “X” Pusat, sehingga kecil sekali adanya atau timbul fraud dan juga memperkecil adanya tingkat kredit bermasalah.Beberapa tahun terakhir ini
mulai dari 2012,2013 dan 2014 tingkat NPL pada Bank “X” Yogyakarta
masih dibawah 5%, sehingga persentase tersebut masih dalam kolektabilitas kredit lancar.
7.2 Simpulan Berdasarkan
evaluasi
yang
telah
dilakukan
terkait
dengan
Evaluasi
Pengendalian Internal Proses Kredit Modal Kerja pada Bank “X” Yogyakarta, maka
penelitian
ini
memberikan
hasil,
yaitu:
Pertama
tentang
struktur
pengendalian internal yang diterapkan oleh Bank “X” Yogyakarta sangat efiktif, semua
komponen
pengendalian
internal
dan
tujuan
pengendalian
internal
memiliki skor antara 76%-100% maka dikatakan pengendalian internal tersebut sangat efektif dan juga pada Bank “X” Yogyakarta memang telah memiliki divisi Compliance Officer untuk memantau pengendalian internal pada Bank “X” Yogyakarta sehingga hal ini akan mengurangi adanya fraud dan kegiatan perbankan dapat berjalan dengan sehat. Kedua pelaksanaan pengendalian internal proses kredit modal kerja pada Bank “X” Yogyakarta dengan rendahnya tingkat NPL dibawah 5% dikatakan baik dan pada proses kredit modal kerja telah dibagi
83
kedalam 2 unit, yaitu unit bisnis dan unit risiko dimana masing-masing unit mempunyai tugas dan wewenang dalam verifikasi nasabah untuk layak tidaknya seorang nasabah dalam pengajuan kredit modal kerja sesuai dengan SOP, BPP dan segala peraturan dari Bank “X” Yogyakarta Pusat maupun PBI. Ketiga prosedur pemberian kredit modal kerja pada Bank “X” Yogyakarta dimulai dari pengajuan berkas: dalam hal ini pemohon kredit modal kerja mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal, dilampiri berkasberkas lainnya yang dibutuhkan. Penyelidikan berkas pinjaman yang memiliki tujuan untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Hal ini dilakukan oleh RM (Relationship Manager) dan CA (Credit Analyst). Hampir 90% dari pengumpulan data dilakukan oleh RM. Selanjutnya adalah sesi wawancara I yang merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan. Dengan melakukan 3 proses yaitu melihat past performance peminjam, kondisi usaha saat ini dan koreksi kedepannya (jika peminjam dianggap memenuhi syarat). Hal ini dilakukan oleh RM, dilakukan juga tinjau lapangan yang merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan usaha dan jaminan. Hal tersebut dilakukan oleh RM,CA dan Penyelia CA. Setelah tinjauan lapangan maka akan dilakukan wawancara II yang merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan . Hal ini dilakukan oleh RM dan CA. Setelah berkas dirasa lengkap maka akan
84
dilanjutkan ke tahapan Analisa Kredit yang apabila menurut penilaian analis kredit,
berdasarkan
hasil
wawancara,
tinjau
lapangan
dan
mempelajari
dokumen/data/jaminan itu memenuhi persyaratan seperti memiliki omzet usaha yang
bagus,
legalitas
usaha
dan
seluruh
kebenaran
data
yang
dapat
dipertanggungjawabkan menjadi tugas CA dalam menganalisis calon debitur yang akan mengajukan kredit modal kerja. Setelah proses analisa kredit maka CA akan membuat proposal pengajuan kredit apabila dirasa
debitur tersebut telah
memenuhi segala kelengkapan syarat untuk pengajuan kredit modal kerja dan akan diajukan kedalam rapat komite kredit untuk keputusan kredit yang apabila seluruh proses kredit itu telah siap/rampung maka harus diperiksa dan disetujui oleh Kelompok Pemutus Kredit (KPK) atau Komite Kredit yang terdiri atas RM, CA Penyelia RM dan CA (Supervisor) Unit Kredit dan Pemimpin Cabang / SKC. Setelah
KPK
memutuskan
persetujuan
kredit
maka
diterbitkanlah
Surat
Keputusan Kredit (SKK) yang ditujukan kepada calon debitur.Setelah pihak KPK setuju maka akan dilakukan penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan Hak Tanggungan dan Surat Perjanjian atau Pernyataan yang dianggap perlu.Setelah Perjanjian ditandatangani oleh para pihak (debitur dan kreditur) maka jaminan kredit harus diserahkan kepada bank.Setelah tahapan pemutusan kredit dan telah disetujui permohonan kredit modal kerjanya maka selanjutnya adalah realisasi kredit dimana barulah kredit dapat dicairkan atau ditarik oleh nasabah peminjam (debitur) sesuai persyaratan yang tercantum dalam
85
SKK (Surat Keputusan Kredit). Tahapan terakhir adalah penyaluran/penarikan dana yang berupa pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan diambil sesuai ketentuan sebagai berikut yaitu sekaligus atau bertahap. Tahapan berikutnya adalah tahap keempat yang menjelaskan langkah pihak manajemen dalam mencegah adanya fraud dalam proses kredit modal kerja Bank “X”Yogyakarta yaitu dengan adanya pemantauan dari masing-masing divisi unit bisnis dan unit risiko dan ada unit compliance officer yang berfungsi khusus untuk memantau
pengendalian
internal
yang
melakukan
pencegahan
dengan
menerbitkan laporan anti fraud 3 bulan sekali yang dipertanggungjawabkan ke Bank “X” Pusat dan setiap 6 bulan sekali melaporkan anti fraud kepada BI. Sehingga sangat kecil sekali keungkinan adanya fraud karena adanya pemantauan secara berlapis baik dari unit bisnis, unit risiko maupun unit compliance officer. Dari semua pertanyaan yang telah terjawab maka dapat disimpulkan pengendalian internal yang ada pada Bank “X” Yogyakarta memang sudah baik dan proses pemberian kredit modal kerja berjalan sesuai aturan dan prosedur serta cara pihak manajemen dalam mencegah adanya fraud dianggap sudah efektif dan memang seperti pada testimoni Gubernur BI tahun 2011 bahwa pemantauan pihak manajamen adalah penting untuk diutamakan demi menjaga kesehatan dan kelangsungan operasional perbankan dan demi terwujudnya good corporate governace. Dari hasil evaluasi setelah dilakukan penelitian menunjukkan bahwa Pengendalian Internal Proses Kredit Modal Kerja pada Bank ”X” Yogyakarta telah berjalan dengan efektif.
86
7.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian yang telah dilakukan selama 30 hari dari mulai bulan Desember 2014 hingga Januari 2015 memiliki keterbatasan yaitu: 1. Pada penelitian ini hanya dilakukan evaluasi pengendalian internal proses kredit modal kerja hanya berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, belum berdasarkan hasil observasi karena adanya keterbatasan waktu yang diberikan oleh pihak Bank “X” Yogyakarta karena bertepatan dengan akhir tahun pada saat dilakukan penelitian sehingga pada saat itu Bank “X” Yogyakarta sedang mengalami kepadatan aktivitas dan hanya memberikan ijin untuk melakukan penyebaran kuesioner dan wawancara saja. 2. Pada
penelitian
ini tidak
dapat
mencantumkan
nama
Bank
yang
sebenarnya karena adanya aturan dari pihak Bank “X” Yogyakarta untuk tidak diperkenankan mencantumkan nama Bank pada judul, isi penelitian ini sehingga
akan
menyulitkan
pembaca
untuk
mengetahui dimana
tepatnya obyek penelitan dalam penelitian ini.
7.4 Rekomendasi Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka diharapkan untuk rekomendasi penelitian kedepannya adalah pertama agar pada penelitian berikutnya
dapat menggunakan teknik observasi agar mengetahui
secara langsung bagaimana proses kredit modal kerja dijalankan dan juga mengetahui pengendalian internal tiap-tiap divisi secara langsung dan hasil
87
evaluasi lebih akurat dengan mengobservasi secara langsung. Kedua adalah agar pada penelitian kedepannya dapat memasukkan nama obyek penelitian dengan jelas, untuk mempermudah pembaca mengerti dimana obyek penelitian dilakukan.