BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN PENELITIAN Bab ini memaparkan tentang simpulan penelitian, implikasi hasil penelitian, keterbatasan, dan saran bagi penelitian selanjutnya. Bagian pertama memaparkan simpulan hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diskusi, dan analisis tambahan. Bagian kedua memaparkan implikasi hasil penelitian terhadap teori, metodologi, dan praktik. Bagian terakhir memaparkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini beserta saran-saran bagi penelitian selanjutnya di bidang ini.
5.1. Simpulan Teori peran yang dikemukakan oleh Kahn et al.(1964) yang diungkapkan dalam Pfeffer (1962) menekankan sifat individual sebagai pelaku sosial, maka ia akan mempelajari perilaku sesuai dengan posisi yang ditempatinya di lingkungan kerja dan masyarakat. Ketika individu menduduki sebuah posisi dalam lingkungan kerjanya, ia dituntut dapat berinteraksi dengan hal lain atau individu lain sebagai bagian dari pekerjaannya. Adanya hubungan saling ketergantungan ini, terutama berkaitan dengan perilaku individu, membentuk ekspektasi peran untuk perilaku yang sesuai. Beberapa penelitian terdahulu (Fisher, 2001; Almer and Kaplan, 2002) mengemukakan tiga bentuk dari tekanan yang dihadapi individu dalam setting pekerjaannnya, yaitu konflik peran, ambiguitas peran, dan beban kerja yang berlebihan. Ketiga bentuk tekanan dalam pekerjaan ini akan memengaruhi
141
142
capaian pekerjaannya, baik berupa kinerja, kepuasan kerja, ataupun keinginan untuk keluar dari pekerjaan. Penelitian ini berawal dari adanya beberapa hasil penelitian yang belum konsisten yang menghubungkan konflik peran dan ambiguitas peran terhadap kinerja pekerjaan (Rebele and Michael, 1990; Fisher, 2001; Burney and Widener, 2007, Marginson and Bui, 2009). Rebele and Michael (1990) dan Burney and Widener (2007) menunjukkan bahwa ambiguitas peran berhubungan dengan kinerja auditor, sementara konflik peran tidak mendapatkan dukungan bukti yang cukup. Berbeda dengan hasil yang ditemukan oleh Marginson and Bui (2009) yang menemukan dukungan bukti adanya hubungan antara konflik peran dan kinerja auditor. Dukungan bukti hubungan antara konflik peran dan kinerja auditor ditunjukkan pula oleh hasil penelitian Fisher (2001), selain itu ia juga menemukan adanya dukungan bukti hubungan antara ambiguitas peran dengan kinerja auditor. Keempat penelitian ini menggunakan metode survei kuesioner dalam pengumpulan datanya, dengan menggunakan self perception untuk mengukur kinerjanya. Ketika kinerja auditor diukur dengan menggunakan self perception, maka penilaian kinerja tersebut dirasakan oleh peneliti sebagai sesuatu yang bersifat sangat subjektif dan tidak mengukur kinerja auditor yang sesungguhnya. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk menguji hubungan tersebut dengan menggunakan setting eksperimen dengan menggunakan web, dan mengukur kinerja auditor menggunakan penugasan untuk membuat judgment pengendalian internal klien seperti layaknya penugasan auditor yang sesungguhnya.
143
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan mampu memberikan dukungan bagi teori peran yang dikemukakan oleh Kahn et al.( 1964), ketika peran tersebut berbentuk kelebihan beban kerja (RO) dan konflik peran yang dibarengi dengan kelebihan beban kerja (RC+RO). Peran yang ambigu (RA) serta konflik peran yang muncul bersamaan dengan peran yang ambigu (RC+RA), juga memberikan dukungan bukti empiris pada teori peran. Konflik peran, ketika muncul secara independen dan tidak bersamaan dengan peran yang lain, tidak memengaruhi judgment dari auditor. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan dari Arnold et al.(2000) bahwa tekanan yang berbentuk kelebihan beban kerja, baik hanya berdiri sendiri ataupun dibarengi dengan konflik peran, memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor yang direpresentasikan dari judgment yang dibuatnya. Berkaitan dengan ambiguitas peran, penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Guess et al.(2000), hasil penelitian juga sekaligus mengkonfirmasi temuan dari Rebele and Michael (1990) dan Burney and Widener (2007) bahwa ambiguitas peran berhubungan dengan kinerja auditor, sedangkan konflik peran jika berdiri sendiri tidak mendapatkan dukungan bukti yang cukup. Hasil penelitian menemukan bahwa ketika konflik peran berdiri sendiri, tidak akan membawa pengaruh pada kinerja auditor, sementara ketika konflik peran dibarengi dengan ambiguitas peran ataupun dibarengi dengan kelebihan beban kerja, akan berpengaruh pada kinerja auditor. Penelitian ini konsisten dengan temuan Fisher (2001) yang menunjukkan adanya hubungan antara ambiguitas peran dan konflik peran dengan kinerja auditor, meskipun ketika
144
konflik peran ini tidak berdiri sendiri namun dibarengi dengan ambiguitas peran maupun kelebihan beban kerja. Hasil penelitian ini mungkin dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan hasil antara penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian ini juga menguji karakteristik individu yang berbentuk tingkat toleransi terhadap ambiguitas dalam memoderasi hubungan antara ambiguitas peran dan kinerja auditor. Hasil pengujian hipotesis ternyata gagal memberikan dukungan bukti terhadap dugaan yang diajukan peneliti. Kegagalan ini mungkin disebabkan pengukuran tingkat toleransi dengan menggunakan kuesioner AT-20 yang dikembangkan oleh MacDonald (1970) yang diletakkan di akhir penugasan, sehingga mungkin partisipan sudah merasa kelelahan dalam mengerjakan penugasan audit dan sudah tidak berkonsentrasi dalam mencermati tiap butir pertanyaan dalam kuesioner AT-20 tersebut, sehingga menjawab secara sembarang.
5.2. Implikasi Implikasi teoritis dalam penelitian ini adalah peneliti telah mengkombinasikan beberapa bentuk tekanan dalam pekerjaan ke dalam diri seorang auditor, karena seorang auditor mungkin tidak hanya mengalami satu jenis tekanan saja dalam pekerjaannya, namun bisa dua atau mungkin lebih. Selama ini penelitian dalam bidang role stress dengan menggunakan eksperimen hanya memberikan satu jenis perlakuan pada auditor, sementara penelitian ini mengkombinasikan beberapa bentuk tekanan dalam pekerjaan kepada auditor. Hasil penelitian menunjukkan ketika konflik peran berdiri secara sendiri tanpa dibarengi oleh peran yang lain,
145
tidak akan memengaruhi kinerja auditor, namun ketika konflik peran dibarengi dengan ambiguitas peran ataupun kelebihan beban kerja, maka tekanan tersebut akan memengaruhi kinerja auditor. Sedangkan ambiguitas peran, baik itu berdiri sendiri maupun dibarengi konflik peran, akan memengaruhi kinerja auditor. Sementara beban kerja yang berlebihan, baik itu berdiri secara sendiri atau dibarengi dengan konflik peran akan memengaruhi kinerja auditor. Penelitian ini barangkali dapat memberikan penjelasan tentang adanya perbedaan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya. Implikasi penelitian ini dalam bidang metodologi adalah penggunaan metode eksperimen yang selama ini sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah digunakan dalam menguji hubungan antara tekanan dalam pekerjaan yang berbentuk konflik peran, ambiguitas peran, dan kelebihan beban kerja dengan kinerja dari auditor. Penggunaan metode eksperimen diharapkan mampu mengatasi keterbatasan dalam metode survei kuesioner, terutama yang berbentuk self
perception
dalam
mengukur
kinerja
auditor.
Eksperimen
dengan
menggunakan penugasan layaknya penugasan auditor sesungguhnya, diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih objektif, karena tidak hanya semata-mata mengandalkan persepsi tetapi judgment auditor tersebut akan dibandingkan dengan judgment yang seharusnya. Hasil penelitian mampu memberikan dukungan pada teori peran, dan memberikan penjelasan atas hasil yang selama ini masih belum konsisten. Implikasi penelitian ini dalam praktik adalah ketika tekanan dalam pekerjaan yang berbentuk konflik peran jika berdiri sendiri tidak akan
146
memengaruhi kinerja auditor, namun ketika dibarengi dengan ambiguitas peran dan kelebihan beban kerja akan berpengaruh terhadap kinerja auditor, sehingga KAP dapat mengambil strategi bagaimana mengurangi terjadinya konflik peran yang dibarengi dengan ambiguitas peran dan kelebihan beban kerja. Sementara hasil penelitian menunjukkan, ketika auditor dihadapkan pada ambiguitas peran, baik secara berdiri sendiri maupun dibarengi konflik peran, dan kelebihan beban kerja baik secara berdiri sendiri maupun dibarengi dengan konflik peran, akan memengaruhi kinerja dari auditor. Dengan demikian, KAP dapat meminimalisasi terjadinya tekanan tersebut dengan membuat skedul kerja/prioritas pekerjaan bagi auditor, untuk mengurangi kondisi kelebihan beban kerja. Untuk kondisi konflik peran, dapat diatasi dengan menggunakan mentoring pada auditor junior, sedangkan untuk mengurangi kondisi ambiguitas peran, maka sebelum menerima penugasan dari klien, auditor sebaiknya mencari informasi terlebih dahulu tentang kondisi klien, terutama jika ini merupakan penugasan yang pertama untuk klien tersebut.
5.3. Keterbatasan dan Saran Penelitian ini menggunakan eksperimen berbasis internet, dengan periode pengambilan data dimulai pada 1 Maret 2013 hingga 30 April 2013. Periode pengambilan data ini masuk dalam musim sibuk (busy season) bagi auditor, karena pada bulan-bulan ini auditor dikejar tenggat waktu untuk menyelesaikan penugasan audit. Keterbatasan dalam penelitian ini berkaitan dengan sulitnya mencari subjek yang bersedia menjadi partisipan penelitian ketika saat musim
147
sibuk bagi auditor. Pengambilan data yang dilakukan ketika musim sibuk diharapkan dapat merepresentasikan adanya tekanan dalam pekerjaan yang dihadapi oleh auditor, namun data yang dapat diperoleh tidak cukup banyak. Kemungkinan dari data yang tidak cukup ini dapat berakibat pada rendahnya power of the test dari hasil penelitian yang diperoleh, meskipun dalam penelitian eksperimen tidak disyaratkan jumlah partisipan/data yang banyak. Penelitian ke depan mungkin dapat dilakukan ketika auditor tidak berada pada musim sibuk, sehingga akan lebih banyak lagi auditor yang bersedia untuk meluangkan waktunya menjalani penugasan penelitian. Representasi tekanan dalam pekerjaan diharapkan tetap dapat dirasakan oleh partisipan meskipun data dikumpulkan tidak di musim sibuk, karena telah dimasukkan sebagai manipulasi perlakuan penelitian, sehingga jika instrumen tersebut valid maka kondisi tersebut dapat terinternalisasi dengan baik oleh partisipan. Keterbatasan lain dari penelitian eksperimen berbasis internet ini adalah peneliti tidak memiliki kontrol yang cukup untuk menjamin bahwa partisipan benar-benar mengisi penelitian sendiri tanpa dibantu oleh orang lain, meskipun telah dilakukan pengecekan melalui IP address dari partisipan dan waktu pengerjaannya. Hal ini dapat berakibat pada biasnya hasil penelitian karena bukan merupakan judgment individual tetapi judgment kelompok. Keterbatasan lain
yang muncul dari penggunaan eksperimen berbasis
internet ini adalah kemungkinan adanya kesalahan dalam memencet tombol. Dalam prosedur penugasan, untuk menghindari efek ‘learning’maka eksperimen ini dibuat agar partisipan tidak dapat kembali ke penugasan atau jawaban awal
148
karena program akan error, namun kelemahanya terjadi ketika ada partisipan yang salah menekan tombol. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat memasukkan ‘follow up question’ dengan menanyakan misalnya, apakah saudara salah dalam menekan tombol ketika memberikan jawaban di atas? Dengan demikian di harapkan jawaban salah atau yang tidak dikehendaki akibat salah memencet tombol misalnya, tidak diakui sebagai jawaban yang valid. Kelemahan lain yang mungkin bisa timbul adalah tidak dipatuhinya prosedur eksperimen seperti misalnya tidak membahas jawaban dengan koleganya. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mengantisipasi kelemahan dari penelitian ini.