123
BAB V. SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN
IMPLIKASI PADA PENELITIAN BERIKUTNYA
5.1 Simpulan Penelitian ini menemukan faktor yang mempengaruhi kontradiksi pengaruh iklim psikologis persaingan terhadap kepuasan kebutuhan psikologis dasar. Faktor yang belum dapat dijelaskan melalui cognitive evalution theory. Penelitian ini memberikan hasil bahwa sifat dasar individu kekompetitifan memoderasi pengaruh iklim psikologis persaingan terhadap kepuasan tiga kebutuhan psikologis dasar. Bagi individu dengan kekompetitifan tinggi, iklim psikologis persaingan berpengaruh positif terhadap rasa kompetens, rasa otonomi dan rasa keterhubungan. Mereka merespon iklim psikologis persaingan sebagai tantangan sehingga meningkatkan rasa kompetens. Iklim psikologis persaingan meningkatkan otonomi karena lingkungan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga tidak ada paksaan dalam menghadapi lingkungan sekitar. Individu dengan kekompetitifan tinggi merasa sesuai dengan lingkungan sekitarnya, sehingga kondisi tersebut meningkatkan rasa keterhubungan. Sedangkan pada individu dengan kekompetitifan rendah, iklim psikologis persaingan memunculkan ketidakpastian. Individu telah memberikan kinerja objektif yang tinggi, namun karena relatif lebih rendah dibandingkan rekanrekannya sehingga mendapatkan penilaian yang rendah. Kondisi tersebut menurunkan rasa kompetensi. Sehingga, iklim psikologis persaingan berpengaruh negatif terhadap rasa kompetensi. Iklim psikologis persaingan tidak sesuai dengan
124
harapan individu dengan kekompetitifan rendah sehingga menurunkan rasa otonomi. Hasil riset ini sesuai dengan teori sebelumnya bahwa iklim psikologis persaingan menurunkan rasa keterhubungan bagi individu dengan kekompetitifan rendah. Individu dengan kekompetitifan rendah merasa kurang bisa berinteraksi dengan lingkungan persaingan sehingga menurunkan rasa keterhubungan. Selanjutnya penelitian ini mendukung self determination theory, rasa kompetens, rasa otonomi dan keterhubungan berpengaruh positif terhadap self determined motivation. Rasa kompetens, otonomi dan keterhubungan berpengaruh positif terhadap motivasi dengan kecenderungan self determined yang tinggi. Rasa kompetens, otonomi dan keterhubungan berpengaruh positif terhadap motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik terinternalisasi. Sebaliknya, rasa kompetens, otonomi berpengaruh negatif terhadap motivasi dengan self determined yang negatif.
Rasa kompetens dan keterhubungan berpengaruh negatif terhadap
motivasi eksternal dan amotivasi. Namun, rasa otonomi tidak berpengaruh terhadap motivasi eksternal dan amotivasi. Dalam konteks penelitian ini, dan pada tahap pengembangan motivasi yang sudah cenderung otonom, rasa otonomi lebih berpengaruh pada motivasi otonom dibandingkan motivasi terkendali. Penelitian ini mendukung self determination theory. Motivasi intrinsik, motivasi terintegrasi, motivasi teridentifikasi, motivasi terintrojeksi, motivasi eksternal dan amotivasi menempati posisi kontinum sepanjang pengukuran self determined motivation. Analisis korelasi antar dimensi dan korelasi dimensidimensi motivasi dengan variabel terkait lain menunjukkan bukti empiris posisi motivasi dalam kontinum pengukuran tersebut. Ini ditunjukkan dari hasil korelasi
125
antar tipe motivasi yang berdekatan pada posisi kontinum yang menunjukkan nilai yang positif paling tinggi dan korelasi antar tipe motivasi yang berjauhan menunjukkan nilai paling rendah atau negatif. Motivasi intrinsik dan motivasi eksternal terinternalisasi (motivasi terintegrasi, motivasi teridentifikasi dan motivasi terintrojeksi) termasuk memiliki kecenderungan bersifat self determined. Sedangkan motivasi eksternal dan amotivasi cenderung bersifat self determined negatif. Penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda terhadap asumsi implisit dari Ryan & Deci (2002) dan Gagne & Deci (2005) bahwa motivasi terintrojeksi berkorelasi negatif terhadap motivasi-motivasi otonom. Berdasarkan analisis korelasi, penelitian ini menunjukkan motivasi terintrojeksi memiliki korelasi positif signifikan dengan motivasi-motivasi otonom seperti motivasi intrinsik, motivasi terintegrasi, motivasi teridentifikasi.
5.2 Kontribusi Penelitian Kontribusi penelitian ini mencakup kontribusi teoritis, kontribusi metodologi. Kontribusi teoritis mencakup penjelasan pengaruh persaingan terhadap
kepuasan kebutuhan psikologis
dasar
yang belum
dijelaskan
sebelumnya. Kontribusi metodologis mencakup validasi dan pengembangan tentang penggunaan pengukuran-pengukuran yang ada. Studi tentang persaingan terdahulu belum menjelaskan bagaimanakah pengaruh iklim psikologis persaingan terhadap rasa kompetens, rasa otonomi dan rasa keterhubungan dan selanjutnya berpengaruh terhadap motivasi kerja.
126
Penelitian ini menemukan bahwa pengaruh iklim psikologis persaingan terhadap rasa kompetens, rasa otonomi, rasa keterhubungan dimoderasi oleh sifat individu kekompetitifan. Bagi individu dengan kekompetitifan tinggi, iklim psikologis persaingan berpengaruh positif terhadap rasa kompetens, rasa otonomi dan keterhubungan. Namun, bagi individu dengan kekompetitifan rendah, iklim psikologis persaingan berpengaruh negatif terhadap rasa kompetens, rasa otonomi dan keterhubungan. Lebih lanjut, rasa kompetens, rasa otonomi dan rasa keterhubungan berpengaruh positif terhadap motivasi kerja. Ini mendukung person-organization fit theory yang menyatakan bahwa kesesuaian antara individu dan
lingkungan
organisasi
akan
memberikan
konsekuensi
positif
dan
ketidaksesuaian antar individu dan lingkungan organisasi akan memberikan konsekuensi yang negatif (Fletcher et al., 2008; Edwards et al., 2001; KristofBrown et al., 2005). Penelitian ini menyanggah pandangan bahwa segala bentuk persaingan hanya akan memberikan konsekuensi-konsekuensi negatif (Kohn, 1992) termasuk terhadap rasa keterhubungan. Penelitian ini menemukan bahwa bagi individu dengan kekompetitifan tinggi, iklim psikologis persaingan berpengaruh positif terhadap rasa keterhubungan. Hal tersebut karena kesesuaian antara apa yang diharapkan individu dengan persepsi individu terhadap lingkungannya. Individu merasa bagian dari lingkungan tersebut sehingga rasa keterhubungan justru meningkat. Pandangan Kohn (1992) terjadi pada individu-individu dengan kekompetitifan rendah. Bagi individu dengan kekompetitifan rendah, iklim psikologis persaingan berpengaruh negatif terhadap rasa keterhubungan.
127
Kontribusi lain, penelitian ini mendukung self determination theory yang menyatakan motivasi kerja terdiri dari beberapa tipe motivasi (motivasi intrinsik, motivasi terintegrasi, motivasi teridentifikasi, motivasi terintrojeksi, motivasi eksternal dan amotivasi) yang memiliki derajat otonomi yang dapat diukur secara kontinum. Pengembangan dan penurunan self determined motivation sepanjang kontinum tipe-tipe motivasi diatas tergantung pada kepuasan kebutuhan psikologis dasar (rasa kompetens, rasa otonomi dan rasa keterhubungan). Penelitian ini menemukan bahwa motivasi terintrojeksi berkorelasi positif dengan motivasi intrinsik, motivasi terintegrasi, motivasi teridentifikasi. Motivasi terintrojeksi juga berkorelasi dengan rasa otonomi. Ini menunjukkan bahwa motivasi terintrojeksi dalam penelitian ini masih bersifat otonom dibandingkan terkendali. Self determination theory dan penelitian-penelitian banyak mengungkap faktor-faktor lingkungan yang mendukung dan menghambat terpenuhinya kepuasan kebutuhan psikologis dasar akan memengaruhi self determined motivation (Ryan & Deci, 2002; Gagne & Deci, 2005). Teori dan penelitian terdahulu masih mengabaikan faktor iklim psikologis persaingan dalam meningkatkan atau menurunkan self determined motivation dalam lingkungan kerja. Penelitian ini menemukan bahwa
bagi individu kekompetitifan tinggi,
iklim psikologis persaingan meningkatkan kepuasan kebutuhan psikologis dasar sehingga meningkatkan self determined motivation untuk bekerja. Bagi individu dengan kekompetitifan rendah iklim psikologis persaingan menurunkan kepuasan
128
kebutuhan psikologis dasar sehingga menurunkan self determined motivation untuk bekerja. Kontribusi metodologis lebih pada menvalidasi pengukuran sebelumnya yakni self determined motivation dan mengembangkan pengukuran iklim psikologis persaingan. Pengukuran-pengukuran self determined motivation dan iklim psikologis persaingan merupakan pengukuran yang baru sehingga perbedaan konteks memerlukan sedikit penyesuaian tanpa mengubah makna isinya. Penelitian ini mendukung self determination theory bahwa ada enam dimensi motivasi kerja. Dimensi-dimensi self determined motivation berada dalam satu ukuran kontinum derajat otonomi. Dalam analisis faktor, dimensi-dimensi motivasi terkumpul dalam lima faktor. Sifat kontinum dimensi-dimensi tersebut menyebabkan dua dimensi yang berdekatan dan memiliki derajat otonomi yang hampir sama bisa terkumpul dalam satu faktor dalam analisis faktor. Ini terjadi pada motivasi intrinsik dan motivasi terintegrasi. Namun, secara teoritis, dua dimensi yakni motivasi intrinsik dan motivasi terintegrasi memiliki konsep yang berbeda sehingga dalam penelitian ini dua dimensi tersebut dibedakan menjadi dua dimensi. Penelitian ini mengembangkan pengukuran iklim psikologis persaingan dari Fletcher dan Nusbaum (2010). Perbedaan konteks akan membedakan dimensi-dimensi yang muncul dalam pengukuran. Penelitian ini mengambil itemitem yang mencakup seluruh tipe iklim psikologis persaingan yang diajukan Fletcher dan Nusbaum. Berdasarkan analisis faktor dengan ekstraksi satu faktor
129
menunjukkan bahwa seluruh tipe iklim psikologis persaingan dapat memenuhi satu faktor. Temuan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya (Fletcher & Nusbaum, 2010) yang menghasilkan 5 faktor dalam iklim psikologis persaingan. Ini menunjukkan bahwa perbedaan konteks, tempat akan membedakan dimensidimensi iklim psikologis persaingan.
5.3 Implikasi Manajerial Persaingan merupakan kondisi yang tidak bisa dihindari dan selalu ada termasuk dalam lingkungan pekerjaan. Iklim psikologis persaingan tidak mungkin dihilangkan atau diciptakan oleh pimpinan organisasi. Namun, organisasi dapat meningkatkan atau mengontrol iklim psikologis persaingan dengan memengaruhi persepsi individu-individu melalui perlakuan, kebijakan-kebijakan, aturan dalam organisasi. Kebijakan untuk memengaruhi iklim psikologis persaingan harus mempertimbangkan karakter individu-individu dalam organisasi. Jika individuindividu yang ada lebih banyak individu dengan kekompetitifan rendah, meningkatkan iklim psikologis persaingan
mungkin bukan kebijakan yang
baik/optimal. Namun, jika individu-individu lebih banyak yang memiliki sifat kekompetitifan tinggi meningkatkan iklim psikologis persaingan mungkin merupakan kebijakan yang baik. Berdasarkan hasil penelitian ini, konteks lingkungan profesi dosen lebih banyak individu-individu dengan kekompetitifan yang tinggi. Ini menujukkan bahwa lingkungan dengan iklim psikologis persaingan yang cukup tinggi akan sesuai dengan lingkungan pekerjaan ini. Peningkatan iklim psikologis persaingan
130
dapat dilakukan dengan menciptakan tantangan-tantangan yang bersaing seperti hibah penelitian yang menantang dan menarik dengan kualifikasi yang tinggi. Meski hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa jumlah individu dengan kekompetitifan tinggi lebih besar, namun individu dengan kekompetitifan rendah juga perlu diperhatikan. Bagi individu dengan kekompetitifan rendah, pengendalian iklim psikologis persaingan perlu dilakukan. Contoh pengendalian iklim psikologis persaingan dapat dilakukan dengan peningkatan pemerataan dana-dana persaingan, peluang untuk mengajar. Pengambil keputusan perlu untuk mengelompokkan individu-individu dengan kekompetitifan tinggi dan kekompetitifan rendah dan memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda untuk meningkatkan self determined motivation. Individu-individu dengan kekompetitifan tinggi diberikan tantangantantangan penelitian, pengabdian masyarakat dan program mengajar bersaing yang menarik. Sedangkan individu-individu dengan kekompetitifan rendah diberikan program-program pemerataan untuk memotivasi mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim psikologis persaingan berpengaruh
negatif
pada
kekompetitifan rendah. kebijakan-kebijakan
rasa
keterhubungan
Pimpinan organisasi
untuk
meningkatkan
bagi
individu
dengan
mungkin dapat mengambil
dukungan
terhadap
kebutuhan
keterhubungan seperti dukungan untuk bersaing sehat agar pengaruh negatif iklim psikologis persaigan tersebut tidak berlangsung lama. Penelitian ini mendukung adanya kontinum tipe-tipe motivasi termasuk motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dalam self determined motivation. Rasa
131
otonomi, kompetensi dan keterhubungan meningkatkan self determined motivation. Pandangan tersebut berbeda dengan pandangan sebelumnya yang mengasumsikan adanya dikotomi antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dikotomi tersebut memberikan implikasi yang sulit bagi pengambil keputusan untuk memilih meningkatkan motivasi intrinsik atau motivasi ekstrinsik. Hasil dukungan tersebut memberikan implikasi yang jelas bagi pengambil kebijakan untuk meningkatkan self determined motivation dengan memberikan dukungan-dukungan pemenuhan kebutuhan otonomi, kompetensi dan keterhubungan.
5.4 Keterbatasan Penelitian dan Implikasi Pada Penelitian Berikutnya Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode ini tidak bisa mengontrol banyak variabel eksplanasi yang tidak diobservasi namun ikut berpengaruh terhadap variabel dependen. Metode tersebut memiliki validitas internal yang tidak sebaik validitas internal metode eksperimen. Penelitianpenelitian eksperimen dapat memperkuat hasil penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian cross section. Penelitian cross section tidak dapat menguji hubungan kausalitas secara kuat. Penelitian longitudinal diperlukan untuk menguji hubungan kausalitas secara lebih kuat. Ini menjadi peluang untuk penelitian mendatang. Kelemahan lain penelitian ini adalah penggunaan data self report. Data tersebut memungkinkan adanya common method bias. Namun, dengan prosedurprosedur pengambilan data seperti dijelaskan pada bagian metode penelitian akan
132
meminimalkan bias tersebut dan pengaruh yang dijelaskan dalam hasil penelitian sebagian besar disebabkan oleh pengaruh variabel bukan karena bias respon. Prosedur yang dilakukan adalah dengan tidak mencantumkan nama variabel yang diukur kemudian mengacak item-item kuesioner tidak dalam satu variabel dan tidak
mengurutkan
pengukuran
variabel-variabel
tersebut
berdasarkan
pengaruhnya. Penelitian dengan metode survei yang dilakukan dalam penelitian ini juga memiliki kelemahan dalam menguji sifat kontinum self determined motivation. Metode ini belum secara kuat memberikan dukungan sifat kontinum tersebut. Metode ini hanya bisa memberikan penjelasan tentang indikasi adanya kontinum self determined motivation tetapi kurang mampu memberikan penjelasan tentang proses yang berlangsung. Ada salah satu metode yang lebih kuat menguji sifat kontinum self determined motivation berserta tipe-tipe motivasinya. Metode tersebut adalah eksperimen dan penelitian longitudinal. Penelitian dengan memasukkan unsur waktu akan dapat melihat perkembangan self determined motivation. Kenaikan dan penurunan nilai tipe-tipe motivasi dalam self determined motivation yang dialami seorang individu akan lebih menunjukkan apakah tipe-tipe motivasi tersebut kontinum dalam pengukuran self determined motivation atau tidak. Disamping itu, penelitian tersebut dapat menjelaskan proses faktor eksternal memengaruhi perkembangan self determined motivation. Penelitian ini mengambil sampel dosen perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil riset ini tidak bisa digeneralisasi begitu saja pada
133
konteks profesi atau bidang lain. Hal tersebut karena pada konteks berbeda mungkin memiliki kondisi yang berbeda yang akan mempengaruhi pengaruh tersebut. Penelitian ini berfokus pada pengaruh iklim psikologis persaingan. Iklim psikologis persaingan adalah persepsi individu tentang tingkat persaingan dalam lingkungan pekerjaannya. Implikasi bagi organisasi untuk penelitian ini adalah bagaimana
mempengaruhi
persepsi
dari masing-masing
individu
dalam
organisasi. Namun kelemahan penelitian ini adalah penelitian ini belum mampu menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi masing-masing individu tentang persaingan. Di samping itu, organisasi hanya mampu mempengaruhi persepsi pada faktor-faktor yang dapat dikendalikan. Persepsi terbentuk dari faktor-faktor yang dapat dipengaruhi oleh organisasi dan faktorfaktor yang tidak dapat dipengaruhi oleh organisasi. Penelitian ini belum mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi masing-masing individu tersebut dan mengidentifikasi faktor yang dapat dipengaruhi organisasi dan faktor yang tidak dapat dipengaruhi organisasi. Ini menjadi peluang kedepan untuk dapat menggali faktor-faktor yang mempengaruhi iklim psikologis persaingan.