BAB VII KESIMPULAN Bab ini merupakan akhir dari Disertasi dengan judul “Nilai-nilai Keislaman dalam Rumah Tinggal,
Studi Kasus Kampung Kauman Kudus, Kampung
Kauman Solo, dan Perumahan Muslim Darussalam 3, Sleman, Yogyakarta”, yang berisi ringkasan temuan, kontribusi teoritis, implikasi terhadap praktek arsitektur dan saran untuk penelitian lebih lanjut.
7.1. Ringkasan Temuan Esensi “Nilai-nilai Keislaman dalam Rumah Tinggal” adalah transformasi nilai-nilai keislaman (berlandaskan Alquran dan Hadis) ke dalam perwujudan ruang-ruang rumah tinggal. Ringkasan Temuan penelitian menunjukkan berbagai hal sebagai berikut: 1. Pada tiga kasus ditemukan nilai-nilai keislaman dalam rumah tinggal (intangible) berupa nilai takwa (ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah) yang ditransformasikan ke dalam
perwujudan ruang
(tangible). Ibadah mahdhah
perwujudan ruangnya cenderung pada ruang tauhid, sedangkan ibadah ghairu mahdhah perwujudan ruangnya cenderung pada ruang muamalah. 2. Konsep aktivitas islami adalah sebagai berikut: a. Hablum minallah. Merupakan aktivitas spiritual menyembah Allah. Untuk mewadahi aktivitas spiritual (mengEsakan Allah), diantaranya adalah: (harus) ada tempat/ruang sholat dan dzikir dan
Wajib
Sunnah (boleh) ada ruang
pengingat tauhid selain ruang shalat: berupa ruang dengan seni hias islami yang berfungsi mengEsakan Allah, dengan tujuan mendekatkan hati dan pikiran kepada Allah) b. Hablum minannas: Merupakan aktivitas hubungan dengan sesama manusia, meliputi aktivitas belajar/ halaqah, aktivitas biologis, mendapatkan ketenangan & aktivitas sosial. Wajib ada ruang untuk aktivitas biologis (makan, tidur , bersuci,dan sebagainya) c. Hablum minal alamin : Merupakan aktivitas hubungan dengan alam semesta, meliputi pelestarian alam dan hemat energi.
308
309
3. Ditemukan konsep rumah tinggal islami sebagai berikut: (1) Hakekat rumah tinggal islami dan penghuninya bersifat Rahmatan lil alamin (2). Fungsi rumah tinggal islami sebagai tempat Ibadah (3). Aktivitas Islami hablum minallah, hablum minannas dan hablum minal alamin(4) Zona berkonsep muhrim: Publik, Privat, Servis dan Zona antara (5)Tata ruang rumah tinggal islami: (a) ruang shalat; ruang bersuci, ruang dengan seni tauhid; (b)
ruang tamu berhijab;
(c)ruang tidur, makan, mandi dan ruang multi fungsi (d) ruang berorientasi kiblat; dan (d ) hidden architecture. 4. Persamaan temuan pada ketiga kasus adalah adanya nilai-nilai keislaman dalam rumah tinggal, berwujud nilai-nilai ketakwaan yang
terangkum dalam
aktivitas: (a).hablum minallah: spiritual; (b).hablum minannas: halaqah, biologis, ketenangan dan sosial; (c).hablum minal alamin: pelestarian alam dan hemat energi 5. Perbedaan temuan pada ketiga kasus adalah dalam perwujudan ruangnya, disebabkan oleh kadar keislaman penghuni, kemampuan finansial untuk mewujudkan ruang, sejarah terbentuknya rumah, kebudayaan setempat dan peran penguasa. 6. Faktor yang mempengaruhi perwujudannya adalah: (a) Faktor Primer: kadar ketakwaan penghuni dalam menerapkan nilai-nilai keislaman dalam ruang dan didukung kondisi ekonomi yang memungkinkan; (b) Faktor Sekunder: historis, kultural,
peran
penguasa
dan
perwujudan
fisik-estetika
(bentuk
dan
bahan/material penyusun ruang) 7.. Kekhususan temuan pada kasus 1, yang menonjol adalah ruang komunal pada rumah deret, Pada kasus 2, yang menonjol adalah ruang publik, pada kasus 3, yang menonjol adalah ruang individual dan kurang terwujudnya konsep muhrim dalam ruang dikarenakan keterbatasan lahan. 8. Temuan yang perlu dikembangkan berupa: (1) konsep muhrim yang berimplikasi pada zona publik-privat, tatanan ruang terbuka dan tertutup/ruang berhijab; (2) ruang berorientasi kiblat; (3) seni hias pada ruang pengingat tauhid; dan (4) ruang berprinsip pelestarian alam 9. Rumah tinggal Islami pada hakekatnya adalah sebagai tempat untuk mendapat perlindunganNya di bumi, berfungsi untuk sarana aktivitas takwa dan bersifat pribadi serta beradab Islam. Rumah tinggal islami dan penghuninya bersifat Rahmatan lil alamin
310
7.2. Kontribusi Teoritik
Penelitian ini menghasilkan teori general yang bermanfaat untuk memperkaya konsep perwujudan arsitektur pada umumnya dan konsep perwujudan arsitektur islam pada khususnya. Uraiannya adalah sebagai berikut: 1. Kecenderungan bentuk rumah tinggal semakin beragam, tidak mengikuti alam sekitar tetapi sesuai dengan karakter dan keinginan penghuni serta teknologi yang berkembang. Hal ini berbeda dengan pernyataan Rapoport (1977) bahwa bentuk rumah mengikuti alam sekitar. Faktor primer yang mempengaruhi bentuk rumah bukan lagi budaya, tetapi faktor pribadi manusianya, faktor budaya merupakan faktor sekunder. 2. Nilai-nilai keislaman yang diamalkan penghuni rumah tinggal dapat mempengaruhi perwujudan arsitekturnya, meskipun Alquran dan Hadis secara eksplisit tidak mengatur bentuk fisik sebuah rumah tinggal, tetapi mengaturnya dalam bentuk aturan-aturan akhlaq perilaku sehari-hari sebagai individu dan anggota masyarakat 3. Berbagai karya arsitektur islam termasuk rumah tinggal, mempunyai nilainilai keislaman yang universal, tetapi mempunyai representasi bentuk yang berbeda, tidak dibatasi oleh wilayah benua dan negara. Perbedaan perwujudan dari keragaman budaya tempat benua/ negara membawa ciri khas masing-masing dan melahirkan kekayaan budaya arsitektur Islam yang melandasi lahirnya peradaban Islam. 4. Arsitektur Islam adalah arsitektur yang dilihat dengan pendekatan nilainilai keislaman, bukan dilihat dengan pendekatan obyek. Dengan pendekatan nilai keislaman, maka esensi perwujudan nilai-nilai Alquran dan hadis akan murni terwujud dalam bangunan. Apabila arsitektur Islam dilihat dengan pendekatan obyek, maka perwujudan arsitekturnya akan tercampur dengan budaya dan peradaban setempat yang belum tentu islami. Hal ini memperkuat pendapat Utaberta (2008) bahwa semua produk masyarakat Islam itu belum tentu bernilai islam, tetapi produk nilai prinsip Islam sudah pasti islami. 5. Konsep rahmatan lil alamin mengandung makna adanya 4 fungsi dan tugas manusia sebagai (1) pemimpin, (2) pembawa manfaat, (3) pemelihara alam dan (4) penjaga kelestarian alam. Konsep ini
311
mengandung arti yang lebih luas dari pada konsep mereduksi kerusakan (Kawase,2007) dan konsep menjaga dan memelihara kelestarian alam (Moughtin, 2005). 6. Rumah tinggal Islami adalah rumah tinggal muslim yang berfungsi untuk mewadahi: (1). Konsep ibadah (ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah), diamalkan berupa (hablum minallah, hablum minannas dan hablum minal alamin). (2). Konsep muhrim dan peran gender dalam rumah tinggal yang mempengaruhi disain zoning (pendaerahan), tatanan ruang, penghubung ruang, hijab ruang, desain ruang terbuka/tertutup dan akses ke jalan. (3). Konsep tauhid dalam ruang dan bangunan rumah tinggal.
7.3. Implikasi Terhadap Praktek Arsitektur Penelitian ini memberikan kontribusi pada praktek arsitektur, diantaranya adalah: 1. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan untuk memperkaya kurikulum pendidikan arsitektur dengan konsepsi arsitektur Islam. 2. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang konsep rumah tinggal islami yang dapat digunakan sebagai dasar pedoman merancang bangunan berdasar nilai-nilai dalam Alquran dan hadis. 3. Memberikan masukan pembelajaran bagi masyarakat tentang konsep rumah tinggal Islami agar dapat disosialisasikan dan diwujudkan, agar pemahaman dan pengamalan islamnya dapat bertambah baik dan dapat diwujudkan dalam ruang-ruang pada rumah tinggalnya. 4. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi arsitek muslim tentang konsep nilai-nilai keislaman pada rumah tinggal, dan diharapkan dapat mewujudkannya dalam perancangan. 5. Memberikan masukan bagi Developer apabila ingin membangun perumahan, sebaiknya memperhatikan prinsip keterwadahan konsep tauhid, ibadah dan muhrim dalam ruang-ruang rumah tinggal. Konsep zoning, tatanan ruang berhijab, kiblat sentris, lay out interior dan seni hias islami dapat diterapkan.
312
6. Memberikan masukan kepada pemerintah, agar syiar Islam berkembang sebagaimana mestinya, dengan tidak dipandang sebagai sara, tetapi dipandang sebagai peningkatan pelaksanaan kehidupan beragama, maka hasil penelitian ini dapat disumbangkan untuk kepentingan membuat kebijakan di bidang perumahan dan permukiman di Indonesia. 7. Dapat digunakan untuk merencanakan rumah tinggal yang sebenarnya, secara riil agar syiar Islam berkembang sebagaimana yang dijarkan dalam Alquran dan Hadits. 8. Dapat dibuat buku pedoman perancangan rumah tinggal islami yang nantinya akan dapat dibaca oleh masyarakat islam untuk keperluan sosialisasi konsep dengan harapan mereka akan mempraktekkannya.
7.4. Saran Untuk Penelitian Lebih Lanjut Penelitian ini adalah penelitian awal untuk mendapatkan konsep rumah tinggal islami, namun tidak membuka kemungkinan akan diteliti lagi oleh peneliti lain tentang kelanjutan konsep rumah tinggal islami dikaitkan dengan konsep sustainabel disain. Konsep tersebut sudah disinggung tetapi belum mendalam. Penelitian sejenis tentang konsep islami masih terbuka lebar untuk dapat dikembangkan, tetapi dengan obyek yang lebih luas atau obyek yang berbeda, antara lain: 1. Konsep Permukiman Islami 2. Konsep perencanaan dan perancangan Hotel syari’ah. 3. Konsep bangunan Kantor yang islami 4. Konsep bangunan Universitas yang islami Saran apabila akan membangunan rumah tinggal islami, maka diharapkan menerapkan pemisahan yang tegas antara zona publik dan privat, menerapkan perwujudan ruang tamu berhijab, ruang berkiblat, ruang berseni tauhid, kebersihan/kenyamanan, serta optimalisasi energi dan penghijauan. Harapan penulis semoga ilmu ini bermanfaat bagi umat Islam. Amien.