BAB. V PENUTUP. Kesimpulan
Evaluasi informan terhadap novel HOFDIL karya Feba Sukmana memberikan bentuk penilaian yang bervariatif. Baik korelasinya dengan hasil penilaian terhadap novel maupun dalam kategori-kategori yang dipaparkan oleh peneliti dalam memaparkan data terkait penilaian para informan terhadap novel tersebut. Penilain dalam kriteria tertentu memberikan penilaian yang memiliki kecenderungan tertentu pula terhadap novel HOFDIL karya Feba Sukmana. Penilaian para informan terhadap novel tersebut, menghadirkan data-data yang beragam. Dalam kaitanya dengan statistik misalnya, penilaian yang diberikan informan terhadap kriteria-kriteria penilaian adalah 5, 9% terhadap kriteria sangat negatif, 20% terhadap kriteria negatif, 35, 9% dalam kriteria positif, dan 37, 3% terhadap kriteria sangat positif. Modus penilaian secara urut yaitu terkait penilaian informan terhadap novel HOFDIL karya Feba Sukmana oleh kesebelas informan dari informan pertama hingga informan nomor sebelas adalah: 62, 41, 49, 58, 55, 63, 63, 55, 62, 43, dan 63. Median dalam penelitian ini terkait modus tesebut secara urut dari poin paling kecil hingga paling besar adalah 41, 43, 49, 55, 55, 58, 62, 62, 63, 63, dan 63 di mana mediannya adalah 58. Sedangkan mean dalam penelitian ini adalah 55, 81, berasal dari jumlah total modus dibagi jumlah informan (614/11=55.81).
244
Terkait penilaian para informan secara umum seperti dalam tabel hasil penilaian dalam kuesioner eksperimental, dapat peneliti simpulkan bahwa para informan memiliki kecenderungan memberikan penilaian terhadap novel dalam faktor penilaian evaluatif dibandingkan dengan faktor emosional. Sedangkan aspek-aspek penilaian yang mendasari penilaian mereka lebih pada aspek estetis, hal itu terjadi karena informan yang terlibat dalam penelitian ini didominasi oleh informan dalam kategori sophisticated readers, yaitu pembaca yang memiliki kompetensi sastra yang tinggi. Tingginya kompetensi sastra yang dimiliki oleh para informan dapat dilihat melalui pengalaman mereka dalam membaca karya sastra di mana hal tersebut berkaitan dengan pemaparan Hans Robert Jausz dalam hal sarana-sarana sastra terkait komunikasi pembacaan karya sastra dengan pengalaman membaca karya sastra sebelumnya. Penilaian informan terhadap estetika di dalam novel, ditentukan oleh horizon harapan yang hadir dari pembacaan novel tersebut. Namun di satu sisi hal itu terjadi karena kompetensi masing-masing informan baik dalam hal kompetensi sastra maupun dalam hal motivasi dan pengalaman empiris. Horizon harapan antara informan yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda karena hal itu muncul ditentukan oleh kemampuan mereka dalam menemukan dan memahami tanda, pengalaman membaca karya-karya sebelumnya, konvensi sastra yang dimiliki, mampu menerima kebaharuan-kebaharuan yang muncul di dalam novel, dan mengkomunikasikannya antara realita dan fiksi yang dihadirkan oleh novel. Novel sebagai artefak menjadi objek estetis yang “hidup” setelah mendapatkan interpretasi dari para informan berdasar pada kompetensi masing-
245
masing informan. Hal itu membantah anggapan tingkat keabsolutan karya sastra yang bukan merupakan refleksi kejiwaan pengarang maupun pembaca. Dalam hal ini, keabsolutan sebuah karya dengan tanda-tanda yang ada di dalamnya justru ditentukan oleh kompetensi masing-masing informan di mana aspek-aspek informanlah yang menghidupkan tanda-tanda tersebut. Dalam hal ini, penilaian terhadap karya sastra oleh pembaca memiliki pola dualitas, karena di satu sisi karya akan memiliki makna berdasarkan komunikasi antara tanda di dalamnya dan kompetensi pembaca itu sendiri. Di satu sisi, karya sebagai representasi aspek-aspek pribadi informan khususnya dalam hal pengalaman empiris dan estetis, akan memberikan efek terhadap pembaca karena karya tersebut menghidupkan kembali memori-memori yang tersimpan dalam diri informan. Efek yang muncul dalam diri informan setelah membaca novel HOFDIL karya Feba Sukmana, memiliki pola yang khusus dalam diri masing-masing informan. Meski beberapa informan mendapatkan efek yang sama yaitu efek rasa senang, termotivasi, bernostalgia, dan simpatik, namun efek-efek tersebut hadir melalui aspek-aspek dan penjelasan yang berbeda-beda. Hal itu terkait dengan adanya efek atau wirkung seperti yang dijelaskan oleh Wolfgang Isser di mana peneliti mencoba menjelaskannya secara metodologis dengan pendekatan psikologi kognitif Robert L. Solso. Dalam hal ini, efek tentu hadir berdasarkan cakrawala harapan, kompetensi sastra, dan pengkomunikasian antara realitas dan fiksi seperti yang dikemukakan oleh Jausz di mana mekanisme hadirnya penilaian tersebut melalui penerimaan stimulus, pengaksesan memori terkait persoalan yang diangkat di dalam karya, dan hadirnya respons baik dalam hal penilaian pada
246
kuesioner dan secara khusus dalam penjelasan pada lembar deksripsi yang disebut sebagai konkretisasi “menghidupkan artefak menjadi objek estetis”. Berdasarkan penilaian informan terhadap keduapuluh pertanyan terkait novel HOFDIL karya Feba Sukmana, melihat prosentase yang tinggi terhadap penilaian dengan penilaian positif, novel ini memiliki cerita yang menarik untuk dibaca karena novel tersebut dapat mengadirkan efek-efek nostalgia, senang, dan termotivasi. Hal itu berlaku untuk mahasiswa yang memiliki pengalaman langsung studi dan tinggal di Belanda dan perlu pembuktian lebih lanjut untuk kategori pembaca yang belum pernah ke Belanda atau tidak sedang dalam perencanaan ke Belanda, untuk menjawab apakah novel tersebut juga memiliki nilai estetika yang tinggi bagi pembaca yang tidak mengalami pengalaman setipe dengan tokoh di dalam novel. Efek nostalgia dialami oleh informan yang sudah tidak lagi berada di Belanda di mana mereka memposisikan novel tersebut sebagai kemiripan pengalaman mereka saat masih di Belanda. Efek senang terkait dengan cerita tentang studi di luar negeri yang menjadi trend di Indonesia. Sedangkan efek motivasi dominan terhadap informan yang masih studi di Belanda di mana novel tersebut berperan sebagai representasi diri mereka. Melalui hasil penelitian ini, peneliti memberikan pandangan bahwa elaborasi penelitian dalam hal penilaian pembaca terhadap karya sastra, memiliki sisi yang menarik dengan melibatkan aspek-aspek lain di luar penilaian terhadap teks. Terkait dalam penelitian ini, pelibatan aspek-aspek biografi informan dalam penilaian mereka, memberikan tantangan keilmuwan dalam hal melakukan
247
validitas aspek-aspek pribadi tersebut sebagai variabel penelitian yang bisa terus dikembangkan.
Penelitian
eksperimental
dapat
dikembangkan
dengan
penambahan asumsi-asumsi teoritik yang lain sehingga akan menghadirkan model penelitian evaluasi pembaca terhadap karya sastra dengan tujuan-tujuan khusus. Theoretical result dalam penelitian ini adalah penambahan teori psikologi kognitif Robert L. Solso dalam menjelaskan produksi respons pembaca terhadap karya sastra. Di luar pemahaman pembaca terkait bahasa di dalam karya, pemahaman pembaca terhadap tanda, pengalaman membaca, dan kontras antara fiksi dan kenyataan, tentu persoalan-persoalan tersebut dalam mekanisme kognitif terkait konsep mekanisme kerja otak dalam melihat karya sebagai stimulus, mengkomunikasikannya dengan memori, dan menghadirkan respons. Practical result dalam penelitian ini adalah pola-pola evaluasi para informan tehadap novel HOFDIL karya Feba Sukmana, menghadirkan pola-pola yang khusus. Pola-pola penilaian para informan memiliki hasil yang berbeda-beda baik dalam hal pemilihan struktur terhadap faktor evaluatif maupun faktor emosional. Adanya kecenderungan penggunaan aspek estetik dan empiris dalam diri masing-masing informan saat memberikan penilaian. Terkait dalam hal refleksi aspek-aspek pribadi informan tersebut dapat ditemukan melalui hasil penilaiannya di mana dalam penelitian ini, hal itu disebut sebagai identitas diri. Hadirnya efek atau wirkung masing-masing informan tidak sekadar ditentukan oleh kualifikasi mereka dalam hal aspek estetis dan empiris. Tetapi ditentukan pula oleh; apakah informan yang bersangkutan masih di Belanda atau sudah pulang ke Indonesia ketika memberikan penilaian terhadap novel tersebut.
248