BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Riset perilaku memilih dalam konteks patronase pada Pileg 2014 di Padukuhan
Imorenggo ini menghasilkan temuan berupa modus- modus baru dalam praktik transaksional dan juga pendekatan perilaku memilih masyarakat pemilih di Padukuhan Imorenggo. Adapun modus- modus baru tersebut terejawantah melalui pemberian bantuan dalam bentuk materi yang beragam, waktu penyaluran yang tidak terduga, sampai pada (model patronase) yang beragam pula. Sedangkan temuan mengenai perilaku memilih masyarakat pesisir di Padukuhan Imorenggo, ditilik dari praktik patronase, hasil pemungutan suara dan konteks struktur sosial politik masyarakat di Padukuhan Imorenggo, dapatlah ditarik beberapa analisis perilaku memilih masyarakat pesisir Padukuhan Imorenggo, yakni: pertama, dari jumlah total suara sah, jumlah pemilih yang memilih kandidat/partai berdasarkan pada model patronase club goods adalah 41,2%, dengan rincian club goods di Pileg DPRD Kabupaten sebesar 38,3%, Provinsi 31,9%, dan DPR RI 53,4% atau rata-rata di semua level Pileg itu 41,2%. Sedangkan untuk jumlah pemilih yang memilih kandidat/partai berdasarkan pada model patronase pork barrel adalah sebesar 6,8%. Sedangkan jumlah pemilih yang memilih kandidat/partai berdasarkan pada model patronase programmatic politics adalah sebesar 1,1%. Sementara itu jumlah pemilih yang memilih kandidat/partai berdasarkan pada model patronase vote buying adalah sebesar 4,9%. Adapun sisanya, yakni pemilih yang memilih kandidat/partai dimana kandidat/partai itu tidak melakukan patronase (bahkan datang ke padukuhan pun tidak) berjumlah sebesar 46%. Kedua, masyarakat pemilih di daerah pesisir ini ternyata masih mendasarkan pilihan pada aspek patronase dalam memilih kandidat/partai dalam Pileg 2014. Hal ini terlihat dari jumlah pemilih yang mendasarkan pilihannya pada patronase adalah sebesar 54%. Adapun rinciannya adalah sebesar 41,2% masyarakat pemilih di 89
Padukuhan Imorenggo berperilaku memilih sosiologis karena model patronase yang digunakan adalah club goods. Sebesar 4,9% berperilaku memilih pilihan rasional karena model patronasenya adalah vote buying. Sebesar 7,9% masyarakat pemilih berperilaku memilih psikologis karena model patronase yang digunakan untuk menarik masyarakat adalah pork barrel politics (6,8%) dan programmatic politics (1,1%). Ketiga, berdasarkan beberapa analisis di atas, artinya jelas bahwa perilaku memilih sosiologis lebih dominan ketimbang perilaku memilih lain (psikologis 7,9% dan pilihan rasional 4,9%) dimana merebut hingga 41,2% dari total suara sah di TPS 16 Padukuhan Imorenggo. Fenomena dominannya perilaku memilih sosiologis ini sangat berkenaan dengan konteks struktur sosial politik yang ada di Padukuhan Imorenggo dimana terdapat kelompok pengajian yasin-tahlil yang memiliki ikatan sosiologis yang kuat diantara anggotanya dan dipengaruhi oleh tokoh panutan, yakni Kepala Dukuh Padukuhan Imorenggo serta tokoh masyarakat senior di Padukuhan Imorenggo. Hal ini senada dengan studi yang dilakukan oleh Josef Kristiadi (1993) yang menjelaskan bahwa pola perilaku memilih di Jawa adalah berbasis tokoh panutan, khususnya para pamong desa/dukuh.
90
B.
Saran 1. Implikasi Teoritis Selama ini kajian tentang perilaku memilih sering kali hanya ditelaah
menggunakan metode penelitian kuantitatif survey dengan instrumen penelitian berupa kuesioner semata. Instrumen kuesioner itu dibuat sedemikian rupa dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengandung karakteristik dari pendekatan-pendekatan perilaku memilih, baru kemudian dilihat pendekatan apa yang dominan dipilih o leh responden. Namun hal ini berbeda dengan riset perilaku memilih ini. Riset ini merupakan riset perilaku memilih yang bukan hanya berbeda secara methodologi, namun juga kacamata analisisnya, yakni menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus dengan instrumen penelitian berupa wawancara, dokumentasi, observasi, dan lain- lain, serta menggunakan kacamata analisis patronase. Melihat perilaku memilih dari kacamata patronase, sebagaimana telah dijelaskan dalam riset ini dapat dihubungkan dengan menilik kesesuaian karakteristik kedua kajian, yakni perilaku memilih dan patronase. Adapun kesesuaian karakteristik tersebut memiliki kecenderungan bahwa jika masyarakat pemilih memilih wakilnya karena model patronase vote buying, maka pendekatan dalam perilaku memilih masyarakat pemilihnya adalah pilihan rasional. Adapun masyarakat pemilih yang memilih wakilnya karena model patronase club goods, maka pendekatan dalam perilaku memilih masyarakat pemilihnya adalah sosiologis. Sedangkan masyarakat pemilih yang memilih wakilnya karena model patronase pork barrel politics dan programmatic politics, maka pendekatan dalam perilaku memilihnya adalah psikologis.
91
Skema Implikasi Teoritis
Bagan 5, Skema Implikasi Teoritis, Diolah dari Kesesuaian Karakteristik Kajian Patronase dan Perilaku Memilih, serta Diperkuat dengan Temuan di Lapangan (Wawancara, Dokumentasi, Observasi, dan lain-lain)
2. Agenda Riset Mendatang Setelah melakukan riset mengenai perilaku memilih masyarakat pesisir di Padukuhan Imorenggo dalam Pileg 2014 di atas, dapatlah kemudian diketahui bahwa fenomena dan praktik politik transaksioanl dalam wujud patronase amat marak terjadi, dan bahkan menjadi strategi pendulang suara bagi caleg. Tentu saja, dari segi manapun, praktik-praktik seperti ini merupakan sesuatu yang negatif. Dari segi caleg pun mereka masih ‘rugi’ materi yang tidak sedikit. Dari segi masyarakat juga berakibat negatif karena sendi-sendi kehidupan mereka akan dipimpin oleh pemimpin yang curang dan menghalalkan segala cara, bahkan tidak sedikit nantinya hanya
92
menghasilkan pemimpin-pemimpin yang korup. Dengan demikian, tujuan dari kajian ini menjadi amat berharga untuk melihat parameter kemajuan demokrasi kita, terutama terlihat dari masih banyaknya perilaku memilih masyarakat yang mendasarkan pilihan politiknya pada hal- hal yang sifatnya transaksional. Adapun harapan peneliti ke depan lewat riset ini adalah agar kajian-kajian seperti ini dapat dikembangkan lebih jauh untuk menelaah secara komprehensif studi tentang perilaku
memilih dan patronase sebagai term
dalam ilmu
politik,
baik
mengembangkan riset perilaku memilih melalui kacamata patronase, ataupun melihat dari kacamata lain. Hal ini amat perlu dilakukan karena riset ini selain menawarkan terobosan baru dalam studi perilaku memilih, juga memiliki kelemahan yang diantaranya tercermin dari kurang melihat ikatan- ikatan di masyarakat. Oleh karena itu riset yang tidak sempurna ini tentu saja harus mengalami pemutakhiran lewat riset-riset mendatang dengan segala koreksi, kritik dan saran yang konstruktif.
93