BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan analisis skripsi yang berjudul “Kesadaran Beragama Pada Masa Pubertas (Tinjauan Psikologi Agama)”, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berukut: 1. Bahwa kesadaran beragama berarti kesediaan diri yang tulus dan ikhlas untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama (Islam) yang disertai dengan perasaan jiwa ingin mengabdi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman ke-Tuhanan, keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan yang tercakup tiga aspek, yaitu: aspek afektif, kognitif dan psiko-motorik. Aspek afektif terlihat pada pengalaman ke-Tuhanan, rasa keagamaan dan kerinduannya kepada Tuhan. Aspek kognitif terlihat pada keimanan dan kepercayaan sedangkan aspek psiko-motorik terlihat pada sikap dan perilaku keagamaan. 2. Bahwa masa pubertas (11-15 tahun untuk wanita dan 12-16 tahun untuk pria) tergolong masa remaja awal yang berarti masa seseorang yang tumbuh ke arah kematangan fisik ditinjau dari aspek biologis maupun kematangan sosial-psikologis. Kematangan fisik ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda kematangan seksual. Sedangkan kematangan sosialpsikologis ditandai dengan adanya perkembangan atau proses perubahan dari kondisi entropy (belum stabil) misalnya kegoncangan jiwa, pertentangan sosial dan lain-lain) menuju kondisi negentropy (stabil). Pubertas
mengalami
proses
pertumbuhan
dan
perkembangan.
Pertumbuhan terlihat dari adanya perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fisik yang dialaminya. Pertumbuhan pubertas meliputi; perubahan ukuran dan proporsi tubuh, perubahan seks primer dan perubahan seks sekunder. Sedangkan perkembangan pubertas terlihat dari adanya perubahan secara psikologis sebagai hasil dari proses pematangan psikisnya. Perkembangan yang terjadi pada pubertas meliputi;
perkembangan pribadi, intelektual, sosial, bahasa, emosional, nilai, moral, sikap dan kesadaran beragama. 3. Berdasarkan
perkembangan
yang
dialami
pubertas
terutama
perkembangan kesadaran beragama, maka sikap keagamaan yang ditunjukkan oleh pubertas masih terpaku kepada kondisi dan pengaruh lingkungan terutama faktor keluarga, hal ini ditunjukkan dengan sikap keagamaannya yang bersifat turunan dari orang tua. Meskipun perkembangan keagamaan pubertas sudah mulai adanya kesadaran, namun masih ditemukan sikap keraguan atau kebimbangan atas keyakinannya, Adapun sikap dan ciri kesadaran beragama pada masa pubertas dapat ditunjukkan dengan sifat-sifat sebagai berikut: a. Bagi orang yang sakit jiwa (the sick soul), biasanya memiliki sifat pesimis, introvet, menyukai paham yang ortodoks dan mengalami proses keagamaan secara non graduasi (dadakan). b. Bagi orang yang sehat jiwa (healthy minded ness), biasanya memiliki sifat optimis dan gembira, ekstrovet dan tak mendalam, menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal, adanya differensi yang baik, mempunyai motivasi hidup beragama secara dinamis, pelaksanaan ajaran agama secara konsisten dan produktif, mempunyai pandangan hidup yang komprehensif dan integral serta semangat pencarian pengalaman keagamaan dan pengabdian diri kepada Tuhan yang disertai dengan penghayatan secara
mendalam, ini terlihat dalam
hubungannya dengan Tuhan sudah adanya kesadaran dari dirinya termasuk penghayatan keimanan dan pelaksanaan peribadatan sudah disertai ketulusan, karena pengabdian diri terhadap Allah SWT merupakan salah satu kebutuhannya sebagai makhluk beragama yang harus dipenuhi. Namun begitu, keadaan jiwa pada masa pubertas berada pada masa transisi (dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa). Sehingga terkadang keadaan kehidupan beragamanya mengalami kegoyahan, keraguan dalam keimanan, kebimbangan dan
konflik batin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya kesiapan pubertas dalam menerima perubahan psikisnya. 4. Kesadaran beragama pada masa pubertasa dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor sebagai berikut: a. Faktor pembawaan, yaitu faktor yang telah dimiliki pubertas sejak lahir yaitu berupa fitrah agama atau potensi-potensi untuk beragama. b. Faktor lingkungan, meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Pertama, lingkungan keluarga dapat mempengaruhi kesadaran beragama pada masa pubertas karena di dalam keluargalah seseorang pertama kali mendapatkan pendidikan dari orang tua, sehingga faktor pendidikan orang tua inilah bisa menumbuhkembangkan tingkat kesadaran beragama pubertas. Kedua, lingkungan sekolah dapat menjadi faktor pengaruh dalam kesadaran beragama pubertas karena di tempat inilah pubertas pada umumnya mendapatkan pendidikan formal terutama pendidikan agama dari guru, sehingga pendidikan tersebut dapat mempengaruhi jiwa mereka di dalam merespon agama. Ketiga, lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi kesadaran beragama pubertas karena pada umumnya di lingkungan masyarakat inilah pubertas dapat bergaul dan berperilaku sosial di masyarakat, sehingga segala perilaku pubertas termasuk perilaku keagamaannya dapat terpengaruh oleh kondisi dan kehidupan masyarakat. B. SARAN-SARAN 1. Bagi orang tua dalam keluarga, bahwa pendidikan agama bagi pubertas menuju kesadaran beragama dimulai dari keluarga, seorang pubertas akan menjadi baik dan jelek dalam beragama, orang tualah yang pertama kali membentuk jiwa beragama dan bertangung jawab dalam pendidikannya. maka peran dan fungsi orang tua dalam pembentukan jiwa keberagamaan pubertas harus dilaksanakan dengan baik. Untuk menciptakan dan
mengembangkan kesadaran beragama, maka peran dan tugas orang tua adalah: c. Menciptakan hubungan yang baik dengan anggota keluarga. d. Mengembangkan motivasi dan sikap keberagamaan. e. Membiasakan hidup beragama dalam keluarga. f. Orang tua harus menjadi suri tauladan yang baik bagi anak. g. Memberikan pembinaan dan pengawasan secara baik. 2. Bagi guru khususnya guru agama di sekolah, bahwa pendidikan agama di sekolah juga menjadi faktor yang mempengaruhi kesadaran beragama bagi pubertas, maka peran dan tugas guru di sekolah harus dapat berjalan dengan baik. Untuk tercapainya pendidikan agama menuju kesadaran beragama siswa di sekolah, maka guru agama harus a. Memberikan pemahaman terhadap materi agama yang disampaikan kepada siswa b. Mengetahui karakteristik siswa c. Memakai metode yang tepat d. Menjadi tauladan yang baik. e. Memberikan evaluasi, bimbingan dan pengawasan dan sebagainya. 3. Bagi anggota masyarakat, bahwa anggota masyarakat juga ikut berperan dalam membentuk dan mempengaruhi kesadaran beragama pada masa pubertas, maka kondisi keagamaan dalam masyarakat harus tercipta secara baik. Sehingga pubertas akan tergabung dalam masyarakat yang mempunyai kondisi keagamaan yang baik pula. C. PENUTUP Sebagai kata terakhir, penyusun mengucapkan syukur alhamdulillah, atas karunia-Nya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Namun penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan minimnya pengalaman penyusun. Akhirnya, harapan penyusun atas segala kekurangan dan kesalahan yang ada dalam penyusunan skripsi ini, penyusun mohon maaf serta menerima
saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi perbaikan kesempurnaan . Demikianlah kata penutup dari penyusun, dengan harapan semoga skripsi yang sangat sederhana ini dapat memberikan motivasi penyusun untuk melangkah lebih maju dan bermanfaat bagi penyusun serta pembaca pada umumnya. Amin.