BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sosialisasi politik merupakan salah satu cara dalam menyebarluaskan informasi politik, sehingga fungsi sosialisasi politik yaitu untuk memberikan pengetahuan dan pembelajaran kepada warga negara agar dapat memahami apa yang ada dalam politik dan apa yang harus mereka lakukan. Begitu halnya dengan pemilu yang penting untuk disebarluaskan informasinya. Relawan Demokrasi merupakan bentuk kerjasama antara KPU dengan masyarakat untuk memberikan pengetahuan dan informasi pemilu. Kerjasama tersebut terbentuk untuk mencapai tujuan peningkatan partisipasi pemilih pada pemilu legislatif 2014. Kerjasama yang terbentuk dengan Relawan Demokrasi terutama dalam bidang sosialisasi dan pendidikan politik, dan sejalan dengan tujuan peningkatan partispasi maka Relawan Demokrasi segmen difabel berupaya meningkatkan partisipasi penyandang tuna grahita dengan mensosialisasikan pemilu dengan cara mendatangi beberapa Sekolah Luar Biasa di Kota Yogyakarta. Relawan Demokrasi memberikan sosialisasi kepada siswa SLB sasaran karena mereka masih minim informasi dan pengetahuan seputar pemilu, selain itu mayoritas juga merupakan pemilih pemula yang perlu mendapatkan pemahaman mengenai pemilu legislatif. Sosialisasi yang dilakukan oleh Relawan Demokrasi segmen difabel dilakukan secara langsung, yaitu dengan menggunakan beberapa metode seperti ceramah, demonstrasi, dan juga menggunakan alat bantu seperti video. Proses sosialisasi politik secara langsung dan dalam metode tersebut dilakukan sebagai upaya agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penyandang tuna grahita. Sebab penyandang tuna grahita membutuhkan penjelasan secara visual dan komunikasi yang aktif. Model penyampaian informasi yang aktif, menyenangkan dan partisipasif dalam proses sosialisasi diharapkan mampu memberikan kesempatan dan keterlibatan pada penyandang tuna grahita untuk
70
mempraktekkan cara memberikan suara ataupun bertanya tentang materi yang disampaikan. Hasil yang diperoleh melalui sosialisasi politik adalah pengetahuan politik. Pengetahuan tersebut berpengaruh pada sikap dan pemikiran penyandang tuna grahita yang menjadi lebih kritis, dan dengan pengetahuan tersebut membekali mereka untuk berpartisipasi pada pemilu. Dari adanya sosialisasi pemilu yang dilakukan oleh Relawan Demokrasi pada penyandang tuna grahita turut mempengaruhi partisipasi mereka pada saat pemilu, dimana lebih dari 80% ikut memilih dalam pemilu legislatif 2014. Sedangkan sisanya tidak ikut memilih karena alasan administratif, tidak diperbolehkan keluarga ikut memilih dan juga karena memang sengaja untuk golput. Dengan informasi dan pengetahuan yang diperoleh, penyandang tuna grahita menjadi lebih kritis dan lebih memahami arti penting pemilu di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyandang tuna grahita semakin mengerti bagaimana teknis pelaksanaan pemilu dan mengenal kontestan atau partai peserta pemilu. Hal ini menunjukkan suatu yang positif bagi penyandang tuna grahita, karena sangat jarang bagi mereka untuk dapat memahami pengetahuan baru yang selain bidang keterampilan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penyandang tuna grahita lebih memahami arti pemilu dan pentingnya keterlibatan mereka dalam pemilu. Penyandang tuna grahita semakin mengetahui bahwa dengan berpartisipasi pada pemilu menjadikan mereka sebagai warga negara yang turut menentukan pemimpin mereka dalam lembaga legislatif selama lima tahun kedepan. Sebab mereka menjadi tahu bahwa yang mereka pilih adalah pejabat politik yang mewakili mereka untuk duduk dalam lembaga legislatif. Namun terjadi pula permasalahan lain yaitu terjadinya kebingungan penyandang tuna grahita ketika tidak mendapat penjelasan latar belakang kandidat dari partai politik. Karena mereka tidak mengenal siapa saja kandidat partai dan tidak adanya preferensi justru membuat mereka bingung harus memilih siapa.
71
Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa sosialisasi politik langsung yang dilakukan oleh Relawan Demokrasi segmen difabel pada penyandang tuna grahita di beberapa SLB di Yogyakarta mempengaruhi partisipasi dan meningkatkan pengetahuan baik teknis maupun non-teknis. Informasi dan pengetahuan yang disampaikan oleh Relawan Demokrasi sebagai upaya peningkatan partisipasi pemilih dan mengedukasi pemilih sekiranya mampu meningkatkan partisipasi penyandang tuna grahita. Serta memberikan pengetahuan baru mengenai pemilu pada penyandang tuna grahita yang sangat jarang bersentuhan dengan politik. Dengan memberikan sosialisasi kepada penyandang tuna grahita juga merupakan bagian kegiatan yang dapat mengedukasi mereka dan menjadikan mereka berpartisipasi dalam pemilu.meskipun dibutuhkan keberlanjutan pendidikan politik bagi penyandang tuna grahita.
B. Rekomendasi Berdasarkan uraian hasil analisis studi kasus terhadap peran Relawan Demokrasi segmen difabel dalam sosialisasi pemilu di Kota Yogyakarta, terdapat beberapa rekomendasi dari adanya penelitian, diantaranya yaitu a. Rekomendasi Untuk Relawan Demokrasi Segmen Difabel Sosialisasi pemilu yang dilakukan Relawan Demokrasi merupakan satu dapat dikatakan mampu mengedukasi pemilih dan meningkatkan partisipasi pemilih di Kota Yogyakarta. Terutama Relawan Demokrasi segmen difabel yang juga memberikan sosialisasi pada penyandang tuna grahita. Dari adanya sosialisasi terbukti mampu meningkatkan pengetahuan penyandang tuna grahita. Meskipun dalam keberlanjutannya Relawan Demokrasi juga perlu untuk memperhatikan kondisi penyandang tuna grahita yang awam pada informasi politik. Seperti yang telah disebutkan bahwa masih tidak tahunya preferensi kandidat dari partai peserta pemilu karena tidak dijelaskan oleh Relawan Demokrasi. Sosialisasi yang dilakukan khususnya kepada penyandang tuna grahita akan menjadi lebih maksimal dan ideal jika mampu mengenalkan kandidat 72
tentunya dengan dampingan KPU dan melibatkan lembaga pengawas pemilu untuk tetap menjaga kepercayaan dan netralitas anggota Relawan Demokrasi. Sosialisasi pemilu lebih baik dilakukan jauh sebelum waktu pelaksanaan pemilu dan dilakukan bertahap. Sehingga Relawan Demokrasi ndiharapkan mampu memfasilitasi kegiatan sosialisasi dengan lebih baik. Karena penyandang tuna grahita sedang-berat masih mengalami kesulitan untuk dapat memahami apa yang disampaikan dari sosialisasi selama dua jam. Sosialisasi yang dilakukan Relawan Demokrasi perlu kerjasama dengan PPS dan PPK dapil demi kelancaran informasi data pemilih, pendataan kelompok sasaran dan pelaksanaan sosialisasi. Bagi penyandang tuna grahita untuk dapat menangkap pesan dari Relawan Demokrasi masih agak sulit, dan juga metode demonstrasi yang dilakukan terbilang masih membingungkan penyandang tuna grahita. Karena penggunaan contoh surat suara terutama penamaan partai buah ketika demonstrasi justru menjadikan penyandang tuna grahita salah menafsirkan maksud dari Relawan Demokrasi.
Perlu
dipertimbangkan
untuk
sosialisasi
selanjutnya
lebih
memperhatikan perspektif penyandang tuna grahita agar sosialisasi yang disampaikan mencapai tujuan yang dimaksud. Serta perlunya pengemasan sosialisasi yang tidak hanya demonstrasi, tetapi juga simulasi pemberian suara pada saat pemilu dengan lebih komprehensif. b. Rekomendasi Untuk Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Relawan Demokrasi segmen difabel cukup memberikan bantuan bagi KPU Kota Yogyakarta untuk mengedukasi pemilih difabel di Kota Yogyakarta. Namun KPU Kota Yogyakarta perlu untuk mengkaji perekrutan anggota Relawan Demokrasi periode berikutnya dan memberikan pembekalan teoritis materi pemilu sesuai dengan kelompok sasaran yang dituju, tentunya dengan kerjasama anggota Relawan Demokrasi. Sehingga materi telah secara khusus dirancang untuk sosialisasi sesuai dan memadai bagi kelompok sasaran. Selain itu dibutuhkan komunikasi yang intensif antara KPU dan Relawan Demokrasi ketika melakukan
73
sosialisasi. Hal ini diperlukan sebagai bentuk controlling kepada anggota Relawan Demokrasi.
74