BAB V PENUTUP
A. Temuan Harian Jogja merupakan media lokal yang cukup aktif dalam memantau berbagai perkembangan mengenai pembangunan bandara di Kulon Progo. Arah pemberitaan (September 2014 - Oktober 2014) sendiri mengacu pada berbagai perkembangan tahapan pembangunan bandara mulai dari sosialisasi sampai pada proses evaluasi sosialisasi dan pendataan awal disertai dengan dinamika yang ada. Kemudian bagaimanakah Harian Jogja menyajikan berita mengenai sosialisasi, evaluasi sosialisasi dan pendaaan awal berserta dengan dinamikanya? Frekuensi pemberitaan Harian Jogja pada bulan tersebut termasuk tinggi dari total 59 edisi (tanggal 5 dan 25 Oktober tanggal merah) ada 40 berita mengenai pembangunan bandara. Dalam berita yang dimuat banyak sekali menampilkan berbagai informasi mengenai pembangunan bandara. Dari mulai persiapan sosialisasi hingga pendataan awal. Dari berbagai berita tersebut, banyak berita yang menekankan hal-hal yang pro dengan pembangunan bandara. Mulai dari respon masyarakat pro pembangunan bandara yang ditampilkan hingga penekanan penyataan Sultan mengenai tidak ada lagi lokasi alternatif pembangunan bandara. Keadaan ini kemudian didukung dengan format berita yang semuanya dalam format straight news. Penulisan berita dalam format tersebut mengindikasikan bahwa pertentangan mengenai pembangunan bandara lebih dimaknai sebagai peristiwa tanpa banyak ulasan mengenai makna dibalik peristiwa. Di sini terlihat fungsi agenda setting dalam media, yakni membatasi pilihan khalayak. Khalayak mungkin memiliki ruang untuk mengakses berbagai informasi dari beragam sudut pandang, namun pada akhirnya medialah yang menjadi penentu ketersediaan informasi.
196
1.
Master frame Urs Dahinden mengkategorikan master frame atau bingkai umum yang bersifat independen terhadap isu spesifik di mana mereka diaplikasikan72. Dari hasil identifikasi, master frame yang paling dominan adalah episodik. Kemudian disusul oleh disusul oleh konflik, ekonomi dan moral. Kemunculan master frame episodik ini bukan hal yang aneh. Hal ini disebabkan karena master frame episodik sendiri menyajikan permasalahan dari sudut pandang seseorang. Seseorang di sini dapat diartikan sebagai narasumber. Dimana pernyataan dari narasumber dijadikan hal sangat menonjol dalam berita yang ditampilkan. Dengan penyajian permasalah dari sudut pandang narasumber yang sangat menonjol maka narasumber menjadi hal yang sangat penting. Pernyataan narasumber dikemas dengan rapi agar dapat meyakinkan khalayak mengenai pentingnya pembangunan bandara. Selain itu pemilihan narasumber dari berita yang ditampilkan Harian Jogja terlihat sekali ingin membentuk opini masyrakat agar pro dengan pembangunan bandara. Dalam pemberitaannya, narasumber Harian Jogja kebanyakan berasal dari aktor-aktor yang memiliki kepentingan terhadap pembangunan bandara (pro). Mulai dari Pemkab Kulon Progo, Pemda DIY, PT Angkasa Pura I dan masyarakat yang pro pembangunan bandara. Dengan adanya narasumber yang punya posisi kuat dalam pembentukan opini pro bandara, mau tidak mau informasi yang disampaikan menjadi “berat” sebelah. Narasumber dari masyarakat yang kontra pembangunan bandara sejatinya tidak dihilangkan, mereka tetap dimunculkan. Namun, penyataan, gagasan dan sikap mereka luntur dengan pernyataan yang pro pembangunan bandara. Master frame konflik, ekonomi dan moral sendiri mendukung atau menguatkan master frame episodik. Kemunculan master frame konflik sering
72
Urs Dahinden. 2004. Framing as Theory for the Communication of Science and Technology. Makalah PCST Internasional Conference.
197
menampilkan tindakan anarkis dari mereka yang kontra pembangunan bandara.
Dengan
ditampilkannya
tindakan
anarkis
tersebut,
dapat
menimbulkan opini jika mereka yang kontra adalah orang-orang yang anarkis dan tidak patuh dengan ketentuan hukum. Hal ini dapat dilihat dari pemberitaan mengenai sosialisasi pembangunan bandara yang ricuh, penyegelan balai desa dan pemeriksaan tokoh WTT. Mereka ditampilkan seolah-olah adalah biang keributan. Master frame ekonomi sendiri muncul untuk menerangkan berbagai keuntungan dan pola ganti rugi serta relokasi yang akan dilakukan. Hal itu bertujuan untuk menjelaskan kepada masyarakat jika kehidupan kelak akan lebih baik jika bandara tersebut jadi dibangun. Kemudian master frame moral muncul untuk menyudutkan mereka yang kontra pembangunan bandara. Hal ini ada karena master frame moral sendiri memperdebatkan isu dengan latar belakang wacana moral, etis atau hukum. Hal ini ditekankan pada pemberitaan mengenai penyegelan balai desa glagah dan pada kasus hukum yang menjerat dua tokoh WTT. 2.
Elemen Frame Dari segi sintaksis yang paling disoroti dalam pemberitaan Harian Jogja adalah pemilihan headline, lead dan kutipan pernyataan dari narasumber. Berita yang muncul Harian Jogja semua berformat straight news. Kemudian berita tersebut tersusun dengan konsep piramida terbalik. Dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, headline menjadi salah satu cara Harian Jogja untuk menonjolkan makna tertentu. Sedangkan lead yang digunakan Harian Jogja cenderung mengarahkan pembaca untuk membuat kesimpulan jika pembangunan bandara sangat diperlukan dan banyak masyarakat yang pro terhadap pembangunan bandara, selain itu terdapat juga headline dan lead yang menyudutkan warga atau orang yang kontra terhadap pembangunan bandara. Kutipan pernyataan sendiri digunakan untuk menekankan bahwa apa yang Harian Jogja tampilkan bukan gagasan mereka melainkan pernyataan 198
dari narasumber. Hal itu digunakan untuk membangun objektivitas (keberimbangan dan tidak memihak). Sebenarnya pengutipan pernyataan ini digunakan untuk membingkai atau menonjolkan makna tertentu. Dari analisis yang telah dilakuakan, Harian Jogja menggunakan pengutipan pernyataan untuk menonjolkan tiga hal. Yang pertama, mengklaim validitas atau kebenaran informasi yang mereka tampilkan. Kedua, menghubungkan gagasan tertentu kepada pejabat yang berwenang. Dan yang ketiga adalah mengecilkan atau menghilangkan pendapat tertentu dengan pendapat atau gagasan mayoritas. Dalam hal pengutipan pernyataan, Harian Jogja memilih untuk banyak menampilkan kutipan dari aktor yang pro pembangunan bandara. Kutipan pernyataan ini lebih memfokuskan pada fungsi dan peran bandara. Selain itu banyak juga kutipan yang menyudutkan warga yang kontra terhadap pembangunan bandara. Kutipan pernyataan yang kontra dengan pembangunan bandara cenderung ditutupi atau mendapat porsi yang lebih kecil. Sementara dari segi skrip Harian Jogja dalam menyampaikan fakta dalam beritanya sudah mengacu pada unsur berita yakni 5W + 1H. Kebanyakan dari unsur berita yang dijadikan angle dalam pemberitaan Harian Jogja adalah unsur what, why dan who. Dalam pemberitaannya Harian Jogja kerapkali menekankan tentang kejadian apa yang sedang berlangsung kemudian dikuatkan dengan menampilkan informasi mengenai mengapa kejadian tersebut terjadi dan siapa aktornya (narasumbernya). Dalam elemen skrip sendiri, Harian Jogja memberikan tekanan mana yang didahulukan dan bagian mana yang bisa disembunyikan untuk menghilangkan atau mengecilkan makna tertentu. Upaya ini dilakukan agar pesan atau makna tertentu menjadi lebih menonjol dari makna atau pesan yang lain. Dari segi tematik, beberapa tema yang digunakan oleh Harian Jogja adalah tentang pemberitaan pembangunan bandara di Kulon Progo, yakni lebih
menonjolkan
pada
proses 199
pembangunan
bandara
beserta
perkembangannya. Tema lain yang muncul adalah pendapat dari warga yang pro pembangunan bandara. Kedua tema tersebut beberapa kali dihadirkan, yang mengindikasikan bahwa Harian Jogja menekankan bahwa pembangunan bandara itu perlu dan banyak pula warga yang pro dengan pembangunan tersebut. Sementara dari segi retoris, Harian Jogja beberapa kali menggunakan kata maupun kalimat yang secara tidak langsung mendukung pembangunan bandara dan memojokkan pihak yang kontra terhadap pembangunan bandara. Pada judul, sering menggunankan kata yang menguatkan argument jika bandara perlu untuk dibangun. Selain penggunaan nama “Sultan” dan “Paku Alam” yang tidak dijelaskan kapasitas mereka sebagai raja atau eksekutif (Gubernur atau Wakil Gubernur). Grafis yang ditampilkan pun cenderung menggambarkan jika bandara tersebut telah dibangun. Tidak ada penjelasan mengenai proses pembangunan dalam grafik yang ditampilkan. Kutipan yang dijadikan penjelas grafis pun lebih menampilkan dari pihak yang pro terhadap pembangunan bandara (warga kontra jarang diditampilkan). Foto yang ditampilkan pun cenderung menyudutkan warga yang kontra dengan pembangunan bandara. Banyak foto yang menampilkan aksi keras mereka dalam menyatakan sikap kontra pembangunan bandara. B. Kesimpulan Dalam kurun waktu September 2014 – Oktober 2014 Harian Jogja menampilkan berita terkait dengan sosialiasi sampai dengan pendataan awal. Berbagai isu ditampilkan dalam pemberitaannnya. Mulai dari teknis sosialisasi hingga warga yang terdampak langsung pembangunan bandara. Master frame yang muncul dalam pemberitaan Harian Jogja sendiri sangat menonjolkan peran dari narasumber. Kutipan yang ditampilkan sangat mendukung pembangunan bandara. Hal ini kemudian didukung dengan munculnya master frame konflik. Master frame ini ditampilkan untuk menjatuhkan karakter atau citra dari mereka yang menolak pembangunan bandara. Master frame ekonomi 200
ditampilkan untuk mendukung pembangunan bandara. Hal ini terlihat dari banyaknya informasi yang ditampilkan mengenai berbagai keuntungan jika bandara tersebut dibangun. Kemudian dilanjutkan dengan menampilkan kehidupan mereka kelak jika bandara sudah ada. Master frame moral menampilkan isu berdasarkan pada latar belakang moral, etik dan persoalanpersoalan hukum. Pemeriksaan dua tokoh WTT menjadi yang utama dalam master frame ini. Elemen frame yang muncul mulai dari sintaksis, skrip, tematik dan retoris sangat mengarah pada pembentukan opini untuk pro pembangunan bandara. Dari headline, lead, kutipan pernyataan dari narasumber, penyampaikan fakta, tema, kata, foto dan grafik yang muncul, pola mereka saling menguatkan. Yang paling terlihat adalah kutipan pernyataan narasumber. Narasumber digunakan untuk membuat opini di masyarakat. Fakta yang diungkap pun berfokus pada unsur what, why dan who. Tema yang muncul pun saling menguatkat serta berbagai kata, gambar (foto) dan grafis yang ditampilkan memiliki pesan untuk mendukung pembangunan bandara. Dalam berita yang ditampilkan oleh Harian Jogja, berita mengenai pembangunan bandara sendiri menjadi menu wajib untuk disajikan bagi kalayak. Berita yang ditampilkan pun meliputi perkembangan pembangunan dari mulai sosialisasi sampai dengan pendataan awal beserta dengan dinamikanya. Pada proses sosialisasi Harian Jogja lebih menyoroti mengenai bagaimana proses sosialisasi tersebut (dengan dinamika yang ada dimasyarakat). Selanjutnya proses sosialisi pun juga ditampilkan. Dengan menggambil berbagai narasumber yang lebih banyak pro dengan pembangunan bandara. Dalam pemberitaan mengenai dinamika (sosialisasi) pembangunan bandara, Harian Jogja lebih sering memuat aksi “keras” warga kontra pembangunan bandara. Dalam masa tersebut, Harian Jogja menekankan berita pada empat poin penting, yang pertama bagaimana mekanisme dan proses sosialisasi, yang kedua tanggapan warga yang terdampak, yang ketiga tanggapan dari pemerintah, PT 201
Angkasa Pura I dan Pakualaman, serta poin yang keempat adalah konflik yang ditimbulkan. Isu yang dibidik dari pemberitaan tersebut tidak jauh dari keempat poin tersebut. Dari keempat poin tersebut, poin kedua dan ketiga mendominasi isu yang muncul dalam berita. Untuk menggiring opini khalayak agar pro terhadap pembangunan bandara, Harian Jogja sendiri membingkai berita dengan menonjolkan makna-makna tertentu. Penonjolan itu dilakukan terhadap isu relokasi, makna yang ditekankan adalah scenario relokasi yang menguntungkan warga terdampak bandara. Kemudian mengenai ganti rugi, disampaikan jika ganti rugi menjadi pertimbangan yang utama bagi pemkab untuk disampaikan pada pemda DIY dan AP I. Pelaksanaan sosialisasi pun juga tak luput dari pembingkaian yang dilakukan Harian Jogja. Tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi sangat ditonjolkan kemudian tindakan anarkis dari WTT saat proses sosialisasi juga ditampilkan. Selain itu, digulirkan pula pernyataan dari Gubernur DIY (Sri Sultan HB X) jika tidak ada lagi lokasi lain untuk pembangunan bandara. Pernyataan tersebut ditonjolkan untuk membentuk opini jika pembangunan bandara hanya dapat dilakukan di Temon. Pemeriksaan dua tokoh WTT pun juga menjadi hal yang ditonjolkan dalam pemberitaan Harian Jogja. Selain itu, dalam wawancara terhadap Pemimpin Redaksi Harian Jogja (Anton Wahyu Prihantono) terungkap bahwa Harian Jogja sendiri mendukung untuk dibangun bandara baru di wilayah DIY. Dengan sikap Harian Jogja yang mendukung untuk pembangunan bandara baru di DIY, maka mau tidak mau berita yang mereka tampilakan akan berat sebelah. Memang apa yang Harian Jogja tampilkan adalah fakta yang terjadi dilapangan. Namun penonjolan dari peristiwa tertentu akan membuat berita menjadi berat sebelah. Mereka sendiri juga mengakui untuk menseleksi isu-isu yang akan mereka tampilkan. Mereka tidak sembarangan dalam menampilkan isu. Dalam menonjolkan isu-isu tertentu, Harian Jogja memiliki kecenderungan untuk langsung manampilkannya dalam headline (judul). Dengan judul yang 202
sudah mengarahkan opini pembacanya berarti isi dari berita juga tidak jauh dari judul. Isi berita kebanyakan menampilkan narasumber yang punya kekuatan untuk membentuk opini dalam masyarakat. Kemudian ditunjang dengan pemilihan kata, foto atau grafis yang mengarahkan untuk pro terhadap pembangunan bandara. Berdasarkan ulasan analisis dari kelima belas berita di BAB IV terlihat adanya kecenderungan yang sama dalam setiap berita yang ditampilkan. Pertama, Harian Jogja membingkai dengan cara menampilkan narasumber yang pro dengan pembangunan bandara. Kedua, Harian Jogja membingkai bandara di Kulon Progo memang perlu dibangun dan berbagai pihak banyak yang setuju dengan pembangunan tersebut. Hal ini perkuat dengan ditampilkannya berita yang menyatakan jika sudah tidak ada lokasi lain untuk pembangunan bandara. Dari mulai tokoh masyarakat sampai dengan pihak Pakualaman ditampilkan setuju dengan pembangunan bandara. Ketiga, Harian Jogja membingkai pihak yang kontra dengan pembangunan bandara dengan menampilkan aksi keras mereka dalam menyatakan sikap mereka. Hal ini terlihat dari judul yang ditampilkan, foto yang dimuat untuk memperkuat berita dan berita yang berkaitan dengan organiasasi mereka WTT yang terkesan menyudutkan mereka. Dari segi bahasa yang digunakan, Harian Jogja melakukan penggambaran dalam headline, lead, caption foto, grafis dan pernyataan. Dalam judul, Harian Jogja sangat menonjolkan sikap pro terhadapa pembangunan bandara hal tersebut pun didukung oleh lead berita. Dalam caption foto atau grafis yang ditampilkan pun sangat menggambarkan jika bandara itu sangat perlu untuk dibangun dan hanya di Temon bandara dapat dibangun. Pernyataan yang ditampilkan sendiri lebih banyak menampilkan pro pembangunan bandara. C. Saran Pada penelitian ini peneliti memberikan beberapa saran 1.
Peneliti menyarankan penggunaan analisis framing dengan model Pan dan Kosicki. Model ini mampu membedah eleman mikro, makro dan retoris dari 203
sebuah berita sehingga memudahkan dalam mengidentifikasi berbagai elemen dalam berita. 2.
Berbagai polemik mengenai pembangunan bandara sendiri masih berlangsung hingga penelitian ini telah selesai dilakukan. Untuk itu peneliti merekomendasikan peneliatan lanjutan bagai akademisi atau peneliti media yang tertarik dengan isu pembangunan bandara di Kulon Progo.
3.
Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharap adanya kritik dan masukan yang membangun bagi kualitas penelitian ini.
204