BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Kondisi Ketenagalistrikan pada Propinsi Nusa Tenggara Timur sumber energi listrik hampir semua tergantung dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yaitu sekitar 77.50 % pada tahun 2007 yang dikelola oleh PLN Persero dimana kapasitas terpasang 137,67 MW dengan daya mampu 91.04 MW dan beban puncak 74.74 MW sehingga mempunyai reserve margin sebesar 1.218 sehingga berdasarkan standart PLN 2007 maka Propinsi Nusa Tenggara Timur mengalami defisit listrik. 2. a) NTT termasuk propinsi dengan Rasio Elektrifikasi rendah 22,56 % dan juga IPM rendah 64.8 dengan reduksi shortfall tinggi yaitu 3.39 respons masyarakat terhadap pembangunan relatif tinggi. b)Pulau Flores termasuk IPM tinggi yaitu dengan rata – rata 65,63 dengan reduksi shortfall tinggi dengan rata – rata 2,58 dengan rasio elektrifikasi rendah 26.12 % sedangkan rata-rata rasio elektrifikasi Indonesia 60,58 % dan rata-rata IPM di Indonesia adalah 70,1 dan rata-rata reduksi shortfall-nya sebesar 1,68. Jadi untuk Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Pulau Flores dengan tingkat rasio elektrifikasi yang rendah dan tingkat IPM dibawah rata – rata Indonesia sehingga masih diperlukan suatu pembangunan prasarana ketenagalistrikan untuk mengejar ketertinggalan pembangunan sehingga pembangunan PLTP ini harus segera direalisasikan. 3. a) Dari hasil peramalan beban untuk NTT dengan metode Regresi Linear Berganda diperoleh bahwa laju pertumbuhan rata-rata konsumsi energi listrik sampai tahun 2025 sebesar 6.54 % per tahun dan laju pertumbuhan jumlah pelanggan sebesar 8.45 %, sedangkan untuk Pulau Flores dengan metode Regresi Linear Berganda diperoleh bahwa laju pertumbuhan rata-rata konsumsi energi listrik sampai tahun 2025 sebesar 5.9 % per tahun dan laju pertumbuhan jumlah pelanggan sebesar 7.29 %. b)Dari hasil peramalan beban dengan metode DKL 3.01 laju pertumbuhan rata-rata konsumsi energi listrik di Pulau Flores sebesar 3.8 % per tahun dan laju pertumbuhan jumlah pelanggan sebesar 7.4 % dan laju pertumbuhan rata-rata konsumsi energi listrik di Nusa 117
3.
4.
5.
6.
Tenggara Timur sebesar 4.98 % per tahun dan laju pertumbuhan jumlah pelanggan sebesar 6.725 % . Biaya pembangkitan PLTP Sokoria untuk suku bunga i = 9 % adalah 539.07 Rp/kWh dan untuk suku bunga i = 12 % adalah 616.09 Rp/kWh sedangkan daya beli masyarakat 283 Rp/Kwh. Oleh karena biaya pembangkitan lebih tinggi dibandingkan daya beli masyarakat maka diasumsikan pemerintah memberikan subsidi pada biaya modal untuk menyesuaikan daya beli masyarakat. Dari segi investasi pembangunan pembangkit ini akan sangat menguntungkan, karena dengan harga jual listrik US$ 0,0825 suku bunga 9% per tahun menghasilkan laba bersih US$ 4.211.882 sedangkan untuk suku bunga 12% per tahun menghasilkan laba bersih US$ 4.052.095. Secara teknis, ekonomis dan lingkungan, pembangunan PLTP layak dilaksanakan. Bila dibandingkan dengan pembangkit yang tenaga diesel oleh karena itu PLTP lebih diprioritaskan. Maka dengan penambahan kapasitas PLTP Sokoria 30 MW pada tahun 2015 belum bisa mengatasi beban puncak tetapi mampu mengurangi defisit daya sehingga pemadaman dapat diminimalkan.. Sekarang ini PLTP Sokoria 30 MW masih dalam pembangunan dan eksplorasi, sehingga sangat diharapkan PLTP ini akan segera selesai sesuai yang direncanakan tahun 2015 dan diperlukan pembangunan pembangkit lagi untuk mengatasi beban puncak yang semakin meningkat. PLTP Sokoria layak untuk dikembangkan dan dijadikan untuk pembangkit yang berguna untuk memenuhi kebutuhan listrik di NTT pada umumnya dan di Pulau Flores pada khususnya. Biaya pembangkitan PLTD sebesar 1875,80 Rp/kWh dimana biaya pembangkitan PLTP lebih rendah dibandingkan dengan. Untuk PLTP Sokoria mempunyai BPP ini sebesar 539.07 Rp/kWh dengan suku bunga 9 % dan dan untuk suku bunga i = 12 % adalah 616.09 Rp/kWh Dengan demikian dengan adanya PLTP Sokoria ini diharapkan dapat mengurangi subsidi pemerintah. Karena emisinya yang rendah, energi panasbumi memiliki kesempatan untuk memanfaatkan Clean Development Mechanism (CDM) produk Kyoto Protocol sebesar 388 Rp/kWh .
118
5.2
Saran 1. Melihat kondisi ketenagalistrikan di Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Pulau Flores khusunya maka diharapkan segera melakukan upaya-upaya efisiensi dalam penyediaan tenaga listrik sehingga dapat menekan biaya pokok penyediaan tenaga listrik dimana mampu dijangkau oleh daya beli masyarakat setempat. Maka dengan eksplorasi panas bumi pembangkit PLTP, guna mencapai rasio elektrifikasi sesuai harapan, karena pedesaan disana masih banyak yang belum teraliri listrik. 2. Karena emisinya yang rendah, energi panas bumi memiliki kesempatan untuk memanfaatkan Clean Development Mechanism (CDM) produk Kyoto Protocol sehingga pembangunan PLTP Sokoria ini diharapkan memperoleh penjualan carbon kredit sehingga dapat mengurangi subsidi pemerintah. sebesar 388 Rp/kWh sehingga diharapkan dapat mengurangi harga jual listrik yang semula 825 Rp/kWh menjadi 437 Rp/kWh sehingga dengan adanya penjualan dari karbon kredit ini maka subsidi pemerintah akan berkurang. 3. Masih diperlukannya penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan energi baru dan terbarukan untuk pembangkit listrik seperti panas bumi sehingga didapatkan alternatif untuk diversifikasi dan mendapatkan harga energi yang lebih kompetitif untuk jangka panjang. 4. Strategi pembangunan pembangkit di Nusa Tenggara Timur haruslah mengutamakan pembangkit yang memanfaatkan energi dengan efisien,ekonomis, serta ramah lingkungan terutama energi baru dan terbarukan. Sehingga membawa suasana kondusif bagi pengusahaan ketenagalistrikan daerah.
119
120
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3. 4. 5.
6.
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Suparman, dkk, 2006, Pengeboran Eksplorasi Sumur SR-1, Lapangan Panas Bumi Mutubusa - Sokoria, Kabupaten Ende, NTT, Pusat Sumber Daya Geologi .….., 2008 , Simposium Nasional Panas Bumi ITS,“ Potensi Panas Bumi Sebagai Pengganti Bahan Bakar Fossil untuk pembangkit tenaga listrik prospeknya di Jawa Timur dan di Indonesia” , Surabaya , 20 Agustus Marsudi, Djiteng. Pembangkitan Energi Listrik, Erlangga. 2005. Abdul Kadir, 1995. Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga listrik dan Potensi Ekonomi.Universitas Indonesia,Jakarta. Mahmudsyah Syariffuddin, Ir. M.Eng., Kenaikan Harga BBM dan Problematikanya, Serta Diversifikasi Energi Menghadapi Era Pengurangan Subsidi BBM, Seminar, ITS-Surabaya, 24 April 2002. Wijaya, Basuki Arif dan Ganefianto, Novi. Geothermal Prospects, Exploration & Exploitation in Indonesia, Seminar, ITS-Surabaya, 2008. Santoso, Djoko. Diktat Kuliah Pembangkit Tenaga Listrik, Pujawan, I Nyoman. Ekonomi Teknik Edisi Pertama, Guna Widya, 2003. Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E. Managerial Finance eighth Edition. Erlangga. 1999 ......, 2006. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2006-2026, Departemen Energi dan Sumber daya mineral, 2006. ......, 2008. Peta Mutubusa - Sokoria,Bakosurtanal .....,2007. Badan Pusat Statistik, URL: http://www.bps.go.id ......, 2007. Profil Daerah Kabupaten Ende URL: http://www.ntt.go.id ......, 2006. Berita PLN, URL: http://www.esdm.go.id ......, 2007. Statistik PLN, URL: http://www.pln.co.id
xv
xv
BIOGRAFI PENULIS Lia Candra Dewi lahir di Tulungagung pada tanggal 24 Juli 1986. Setelah lulus dari SMUN 1 Tulungagung , penulis melanjutkan studi di Politeknik Negeri Malang dan lulus pada tahun 2007. Setelah lulus D3, penulis melanjutkan studi ke jenjang strata 1 (S1) melalui program lintas jalur di jurusan Teknik Elektro – ITS, bidang studi Teknik Sistem Tenaga.