BAB V HASIL DAN ANALISIS
5.1 Hasil & Analisa Dari hasil perancangan tata letak fasilitas, penempatan stasiun kerja disesuaikan dengan keterkaitan aktivitas antar stasiun kerja satu dengan stasiun kerja lain. Sehingga stasiun kerja yang memiliki keterkaitan aktivitas misalnya urutan prosesnya semakin didekatkan. Pendekatan ini dilakukan untuk memperpendek jarak perpindahan material dengan material handling.
Metode Systematic Layout Planning (SLP) yang diterapkan mempunyai prosedur yang terperinci dalam mengatur lay-out berdasarkan urutan prosesnya. Adapun peta kerja yang harus dibuat dalam metode SLP antara lain Operational Process Chart (OPC), Multi Produk Process Chart (MPPC), From to Chart (FTC), Activity Relathionship Chart (ARC), dan Area Relationship Diagram (ARD).
Berdasarkan peta proses operasi terdapat 11 operasi, 7 inspeksi dan 1 penyimpanan untuk produk tefflon, dan terdapat 4 operasi, 5 inspeksi dan 1 penyimpanan untuk produk grinding. Dari Operationtional Process Chart (OPC) yang dibuat dengan 75
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76 asumsi part roll dengan panjang 700mm menghasilkan total waktu produksi untuk 1 pcs produk Tefflon selama kurang lebih sekitar 2 jam dan produksi untuk 1 pcs produk grinding selama kurang lebih sekitar 30 menit. Hubungan keterkaitan aktivitas antar stasiun kerja bisa dilihat pada gambar untuk Activity Relationship Chart (ARC). Activity Relationship Chart (ARC) memetakan stasiun-stasiun kerja yang mana yang mutlak, sangat penting, penting bahkan yang biasa untuk didekatkan sampai stasiun kerja mana yang tidak penting dan tidak diinginkan untuk didekatkan. Faktor alasan tertentu yang di pakai sebagai landasan apakah stasiun kerja satu didekatkan dengan stasiun kerja berikutnya atau bahkan perlu dijauhkan.
Contohnya adalah antara Grinding dengan area Finishing 1, Recover Tefflon dan Finishing 2. Analisa keterkaitan aktivitas ini , letaknya mutlak perlu berdekatan karena alasan urutan aliran material (urutan proses produksi), membutuhkan area yang sama. Adapun letak stasiun kerja yang diharapkan saling berjauhan yaitu area Bor & Las maupun limbah area dengan Office. Dimana Stasiun bor dan las sangat berisik,dan limbah area yang berdebu sehingga harus dijauhkan.
Dari Activity Relationship Chart (ARC) yang telah dibuat selanjutnya adalah menghitung luas lantai produksi. Perhitungan luas lantai produksi di setiap stasiun kerja disesuaikan dengan mesin/ peralatan apa saja yang dipakai, alat fasilitas bantu / peralatan lain, allowance (jarak bebas) untuk operator dan allowance dari aliran material part roll. Perhitungan luas lantai produksi ini diupayakan untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77 mengoptimalkan ketersedian luas area yang tersedia. Perhitungan luas lantai produksi juga memperhatikan peralatan tambahan yang perlu ada untuk dihitung.
Pembuatan Activity Relathionship Chart (ARC) dan perhitungan luas lantai produksi akan dipakai sebagai dasar tahapan selanjutnya dan pembuatan Activity Relationship Diagram (ARD) beserta luas area yang dibutuhkan melalui perhitungan luas lantai produksi yaitu 141,5 m2 dari 192 m2 yang disediakan. Pembuatan Activity Relationship Diagram (ARD) akan memudahkan dalam tahapan pembuatan template lay-out.
5.2 Tipe Tata Letak Yang Digunakan Tipe tata letak fasilitas terdiri dari empat tipe yaitu : tata letak fasilitas berdasarkan aliran produksi ( product layout ), tata letak proses (process layout ), tata letak material tetap (fixed product layout ) dan tata letak grup (group technology layout).
Dari hasil penelitian pada proses produksi produk Tefflon dan Grinding, metode pengaturan dan penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan kedalam satu departemen secara khusus. Dengan tata letak menurut tipe ini, suatu produk akan dapat dikerjakan sampai selesai didalam satu departemen tersebut tanpa perlu dipindahkan ke departemen lain. Dari satu operasi ke operasi berikutnya mengenai part roll dengan tujuan untuk mengurangi perpindahan material dan mengurangi waktu serta memudahkan pengawasan dalam aktivitas produksinya. Dimana stasiun kerja tersebut dikelompokan berdasarkan proses pengerjaan masing-masing produk (product layout) dikombinasikan dengan penempatan stasiun kerja berdasarkan proses operasi atau fungsinya. Maka dapat disimpulkan tipe tata letak pada proses
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78 pembuatan produk tefflon ini adalah dengan tipe berdasarkan aliran produksi (product lay-out).
5.3 Sistem Material Handling Dengan analisa sistem material handling yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Sistem material handling yang digunakan antara lain : a. Kereta dorong (troli) Kereta dorong ukuran 50 x 50 x 70 cm. Kereta dorong ini digunakan untuk alat material handling dari :
Gudang barang order ke area grinding, area recover tefflon serta area bor dan las.
Area loading ke gudang barang order dan area barang jadi ke area loading.
Area finishing ke gudang barang jadi.
b. Rak Rak digunakan sebagai tempat dan alat untuk fasilitas pembantu di setiap area sekitar mesin dan mudah untuk dipindahkan. Rak bahan tefflon juga digunakan untuk penyimpanan dan perpindahan bahan baku tefflon. Rak untuk penyimpanan part roll pada gudang barang order maupun gudang barang jadi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79 c. Katrol Merupakan alat material handling yang dipakai di area grinding dan area recover tefflon untuk mengangkat material atu part roll di naikan ke dudukn mesin sebelum proses produksi ketika berat beban part roll melebihi kapasitas angkut diatan 50-100 kg.
5.4 Pola Aliran material Dari keseluruhan prosedur metode SLP yang digunakan sebagai panduan dalam pembuatan template lay-out dimana pola aliran material yang terjadi pada departemen produksi dapat dilihat dan ditentukan sesuai masing-masing produk yang akan dihasilkan. Maka untuk pola aliran material part roll termasuk pola aliran “U” untuk proses aliran material produk proses grinding, sedangkan Pola aliran O untuk proses aliran material produk proses recover tefflon. Pola aliran tersebut menunjukan aliran material part roll yang ditunjukkan dari garis momen perpindahan yang berlangsung pada saat proses produksi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80
Gambar 5. 1 Aliran material produk tefflon dan grinding
http://digilib.mercubuana.ac.id/
81
Dari hasil analisa dari simulasi promodel yang telah ditentukan dari data yang didapatkan oleh asumsi mengenai part roll yang akan digunakan sebagai pengerjaan proses produksi dalam simulasi dengan panjang 700mm. Dengan waktu untuk proses produksi 1pcs tefflon sekitar 2 jam, sedangkan waktu untuk proses produksi 1 pcs grinding sekitar 30 menit. Dan dilakukan simulasi selama 8jam/1 hari kerja dihasilkan 30pcs produk part roll tefflon dan grinding , dan jika dilakukan simulasi selama 46jam/1 minggu kerja dihasilkan produk 183pcs. Jika dihitung selama satu bulan kerja maka akan didapatkan kapasitas produksi produk tefflon dan grinding adalah 732pcs
http://digilib.mercubuana.ac.id/