BAB V ANALISIS HASIL
5.1.
Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan
5.1.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal Pada kondisi awal lantai produksi, pengaturan tata letak pada PT TFI cenderung menempatkan mesin dan peralatan sejenis dengan kesamaan fungsi dan prosesnya. Akan tetapi, terdapat beberapa stasiun kerja yang seharusnya berdekatan sesuai urutan prosesnya justru diletakkan berjauhan hal ini menyebabkan jarak perpindahan material semakin panjang. Contohnya adalah antara stasiun perakitan dengan stasiun pengetesan dan service yang seharusnya berdekatan, pada kondisi awalnya justru diletakkan berjauhan. Karena adanya kesamaan peralatan dan karyawan yang menangani proses tersebut. Adapun juga pembagian stasiun kerja yang saling bersinggungan dimana belum memanfaatkan luas lantai produksi yang optimal dalam hal ini pemakaian area yang sama untuk dua stasiun kerja, sehingga ketika pekerjaan
102
103
yang satu sedang berlangsung pekerjaan yang lainnya harus menunggu sampai pekerjaan yang satu selesai terlebih dahulu begitu sebaliknya. Contohnya terletak pada stasiun pengelasan dengan stasiun pengecatan. Dimana kedua pekerjaan tersebut harus saling tunggu-menunggu apabila salah satu pekerjaan sedang berlangsung karena pemakaian area yang sama. Sehingga hal tersebut kalau dibiarkan akan terjadi penumpukan (botle neck) di area stasiun tersebut. Bahkan akan memberikan dampak pada tingkat produktivitas yang berlangsung. Selain kendala kondisi stasiun kerja yang tidak optimal, pola aliran material pada kondisi awal lantai produksi cenderung tidak teratur tidak sesuai dengan kaidah pola aliran material. Hal itu bisa terlihat dari aliran material yang berlangsung dari satu stasiun ke stasiun berikutnya. 5.1.2. Analisis Tata Letak Fasilitas Usulan Dalam perancangan tata letak fasilitas baru, penempatan stasiun kerja disesuaikan dengan keterkaitan aktivitas antar stasiun kerja satu dengan stasiun kerja lain. Sehingga stasiun kerja yang memiliki keterkaitan aktivitas misalnya urutan prosesnya semakin didekatkan. Pendekatan ini dilakukan untuk memperpendek jarak perpindahan material. Hubungan keterkaitan aktivitas antar stasiun kerja bisa dilihat pada gambar 4.12. Activity Relationship Chart (ARC). Activity Relationship Chart (ARC) memetakan stasiun-stasiun kerja yang mana yang mutlak, sangat penting, penting bahkan yang biasa untuk didekatkan sampai stasiun-stasiun kerja mana yang tidak penting dan tidak diinginkan untuk didekatkan. Faktor
104
alasan tertentu yang dipakai sebagai landasan apakah stasiun kerja satu didekatkan dengan stasiun kerja berikutnya atau bahkan perlu dijauhkan. Contohnya adalah antara stasiun perakitan dengan stasiun pengetesan dan service yang sebelumnya letaknya berjauhan. Setelah dilakukan analisa keterkaitan aktivitas, letaknya mutlak perlu berdekatan karena alasan urutan aliran material (urutan proses), membutuhkan area yang sama dan membutuhkan personalia yang sama. Adapun pemisahan stasiun kerja antara stasiun pengelasan dengan stasiun pengecatan dimana pada tata letak fasilitas lama saling bersinggungan dalam hal ini menggunakan area yang sama. Kemudian dibuatkanlah ruangan / area untuk masing-masing stasiun kerja tersebut. Dengan pemisahan stasiun kerja ini, diharapkan pola aliran material maupun proses produksi akan menjadi lebih efektif dan berdampak pada tingkat produktifitasnya. Perancangan tata letak fasilitas usulan ini juga berupaya untuk mengoptimalkan luas area yang tersedia. Dengan melakukan perhitungan kebutuhan luas area dari masing-masing stasiun kerja. Perhitungan kebutuhan luas
lantai
produksi
di
setiap
stasiun
kerja
disesuaikan
dengan
mesin/peralatan apa saja yang dipakai, alat bantu / peralatan lain, allowance untuk operator dan allowance dari aliran material. Perhitungan luas lantai produksi ini diupayakan untuk mengoptimalkan ketersedian luas area yang tersedia. Perhitungan luas lantai produksi juga memperhatikan peralatan tambahan yang sekiranya pada tata letak fasilitas lama belum ada karena menyesuian kebutuhan produksi sangat perlu ada. Kebutuhan luas area untuk tata letak fasilitas usulan adalah 295 m
2.
Sementara luas lantai efektif yang
105
tersedia adalah 432 m
2
. Hasil perhitungan kebutuhan luas area bisa dilihat
pada tabel 4.16. Perhitungan Kebutuhan Luas Area. Dengan demikian area yang tersedia dapat mencukupi kebutuhan luas lantai untuk perancangan tata letak fasilitas usulan. Pembuatan Activity Relathionship Chart (ARC) dan perhitungan luas lantai produksi akan dipakai sebagai dasar pembuatan Activity Relationship Diagram (ARD) beserta luasan yang dibutuhkan. Pembuatan Activity Relationship Diagram (ARD) akan memudahkan dalam pembutan template tata letak fasilitas usulan. Terjadi perubahan pola aliran material yang pada tata letak fasilitas awal cenderung tidak teratur menjadi lebih teratur yang membentuk pola tertentu. Hal ini dapat meminimalisis aliran bolak-balik yang terjadi sebelumnya. 5.2.
Analisis Alternatif Berdasarkan template yang telah dibuat, maka diperoleh 2 alternatif tata letak fasilitas. Setelah membuat alternatif, penulis melakukan perbandingan alternatif. Setiap alternatif tata letak fasilitas memiliki kelebihan dan kekurangan. Analisis alternatif tata letak dilakukan untuk mengetahui alternatif yang optimal untuk diterapkan pada perusahaan. Baik itu dari segi jarak tempuh aliran material maupun dari segi ongkos material handling.
5.2.1. Analisis Alternatif Berdasarkan Jarak Tempuh Aliran Material Dari
template
alternatif
yang sudah
dibuat,
maka
dilakukan
perancangan tata letak fasilitas untuk mengukur jarak tempuh aliran material
106
dari masing-masing alternatif tata letak fasilitas. Data jarak tempuh aliran material ke dua alternatif ini nantinya akan dibandingkan dengan jarak tempuh aliran material tata letak fasilias awal. Dengan membandingkan selisih jarak tempuh aliran material tersebut makan akan didapatkan jarak tempuh yang paling optimal. Jarak tempuh aliran material memberikan efek yang signifikan padapada total ongkos material handling. Berikut tabel 5.1. menunjukkan perbandingan jarak tempuh aliran material antara tata letak fasilitas awal, tata letak fasilitas usulan alternatif 1, dan tata letak fasilitas usulan alternatif 2. Tabel 5.1. Perbandingan jarak tempuh aliran material
Produk MFU
Jarak Tempuh (meter) Awal Alternatif 1 Alternatif 2 173,5 164,5 141,5
Berikut perhitungan selisih jarak tempuh aliran material tersebut. Selisih jarak antara awal dan alternatif 1. = 173,5 m – 164,5 m =9m Selisih jarak antara awal dan alternatif 2. = 173,5 m – 141,5 m = 32 m Selisih jarak antara alternatif 1 dan alternatif 2 . = 164,5 m – 141,5 m = 23 m
107
Dari tabel 5.1. jarak tempuh aliran material alternatif 1 dan alternatif 2 lebih kecil dibandingkan jarak tempuh aliran material awal. Sehingga ke dua alternatif tersebut bisa diusulkan. Kemudian dari perhitungan selisih jarak tempuh aliran material, bisa disimpulkan bahwa tata letak fasilitas usulan alternatif 2 merupakan alternatif terbaik. Karena jarak tempuh aliran material merupakan jarak minimal yang bisa dicapai. Jarak tempuh aliran material tata letak fasilitas usulan alternatif 2 menghemat 23 m dari tata letak fasilitas usulan alternatif 1 dan menghemat 32 m dari tata letak fasilitas awal. 5.2.2. Analisis Alternatif Berdasarkan Ongkos Material Handling Setelah membandingkan jarak tempuh aliran material. Selanjutnya dilakukan perbandingan ongkos material hadling berdasarkan jarak tempuh aliran material, baik dari tata letak awal, tata letak alternatif 1 dan tata letak alternatif 2. Tabel 5.2. merupakan perbandingan ongkos material handling dari masing-masing tata letak fasilitas. Tabel 5.2. Perbandingan ongkos material handling per bulan
Produk MFU
Ongkos material handling Awal Alternatif 1 Alternatif 2 Rp. 2.444.999,08 Rp. 2.329.105,36 Rp. 2.017.767,36
Berikut perhitungan selisih ongkos material handling tersebut. Selisih OMH antara awal dan alternatif 1. = Rp. 2.444.999,08 – Rp. 2.329.105,36 = Rp. 115.893,72 Terjadi penghematan OMH 4,74 %
108
Selisih OMH antara awal dan alternatif 2. = Rp. 2.444.999,08 – Rp. 2.017.767,36 = Rp. 427.231,72 Terjadi penghematan OMH 17,47 % Selisih OMH antara alternatif 1 dan alternatif 2 . = Rp. 2.329.105,36 – Rp. 2.017.767,36 = Rp. 311.338,00 Terjadi penghematan OMH 13,37 %
Dari tabel 5.2. ongkos material handling alternatif 1 dan alternatif 2 lebih kecil dibandingkan ongkos material handling awal. Sehingga ke dua alternatif tersebut bisa diusulkan. Kemudian dari perhitungan selisih ongkos material handling dan penghematan biaya OMH, bisa disimpulkan bahwa tata letak fasilitas usulan alternatif 2 merupakan alternatif terbaik. Karena ongkos material handling merupakan ongkos material handling terkecil yang bisa dicapai. Sehingga menghasilkan penghematan ongkos yang paling besar dibandingkan ongkos material handling lainnya. Ongkos material handling tata letak fasilitas usulan alternatif 2 menghemat Rp. 311.338,00 / bulan atau sekitar 13,37 % dari tata letak fasilitas usulan alternatif 1 dan menghemat Rp. 427.231,72 / bulan atau sekitar 17,47 % dari tata letak fasilitas awal. 5.2.3. Analisis Perbandingan Secara Teori Baik tata letak fasilitas awal, alternatif 1 dan alternatif 2 memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu ketiga tata letak fasilitas tersebut harus dibandingkan untuk memberikan solusi yang terbaik.
109
Tabel 5.3. Perbandingan ketiga tata letak fasilitas secara teori
Atribut
Luas area
Awal
Alternatif 1
Alternatif 2
belum
mengoptimalkan
mengoptimalkan
mengoptimalkan luas
luas area yang
luas area yang
area yang tersedia
tersedia
tersedia
Stasiun
Stasiun
pengelasan dan
pengelasan dan
stasiun
stasiun
pengecatan
pengecatan
dibuatkan ruang
dibuatkan ruang
sendiri.
sendiri.
Terjadi proses
proses produksi
proses produksi
menunggu
menjadi lancar
menjadi lancar
Pola aliran
Pola aliran
material bentuk
material bentuk
U shape
U shape
Stasiun pengelasan dijadikan satu dengan Penempatan Stasiun Kerja
Pola aliran material
stasiun pengecatan.
Tidak teratur/ Tidak berpola belum ada yellow line area yang dipakai
Improvement
line untuk
line untuk
pembatas area
pembatas area
produksi
produksi
173,5 m
164,5 m
141,5 m
Rp. 2.444.999,08
Rp. 2.329.105,36
Rp. 2.017.767,36
Mudah
Mudah
direalisasikan
direalisasikan
untuk produksi dengan area yang bebas dari produksi
Jarak tempuh aliran material OMH Kemampuan direalisasikan
Dibuatkan yellow Dibuatkan yellow
Sudah direalisasikan
110
5.3.
Analisis Terhadap Tata Letak Fasilitas Usulan yang Terpilih Dari 2 buah alternatif tata letak fasilitas usulan yang dihasilkan, tata letak fasilitas usulan alternatif 2 merupakan tata letak fasilitas yang paling optimal. Pengoptimalan luas area pada tata letak fasilitas alternatif 2 dilakukan dengan menyusun tata letak stasiun kerjanya menjadi efektif dan efisien. Sehingga jarak antar departemen menjadi lebih dekat yang berdampak pada jarak tempuh aliran material yang lebih kecil. Dari jarak tempuh aliran material, dilakukan perhitungan ongkos material handlingnya. Hasil perhitungan ongkos material handling (OMH) , tata letak fasilitas alternatif 2 menghasilkan nilai OMH terkecil Dengan demikian tata letak fasilitas usulan alternatif 2 layak untuk dipilih dan dapat diimplementasikan..