BAB V ANALISIS HASIL
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang ada pada bab sebelumnya, maka akan dilakukan analisis guna mengetahui hasil yang lebih optimal. Pembahasan ini dilakukan untuk memberikan suatu gambaran yang bisa dijadikan bahan pertimbangan oleh perusahaan tersebut untuk lebih mengetahui kondisi yang ada di perusahaan. Dengan demikian perusahaan akan lebih mudah dalam melakukan keseimbangan lintasan khususnya di assembly unit line B yang berguna untuk menggurangi waktu menganggur operator pada saat jam kerja berlangsung. Hasil analisa yang didapatkan setelah dilakukan pengolahan data adalah sebagai berikut : `Berdasarkan hasil pengamatan langsung pada bagian produksi di assy unit line B di PT. X plant sunter maka diperoleh data waktu operasi elemen kerja di setiap stasiun kerja dari 30 sampel perhitungan seperti pada Tabel 4.3. Pada tabel ini menunjukan bahwa terdapat pengelompokan elemen kerja pada masing masing stasiun kerja. Di dalam proses produksi yang terjadi di lapangan terdapat 64 stasiun kerja yang terdiri dari 6 stasiun sub frame dan 58 stasiun main line .
61 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
62
Jumlah operator pada masing-masing stasiun kerja yakni 1 orang operator. Data waktu operasi tersebut kemudian diolah sehingga diperoleh waktu standar atau waktu baku dengan memperhatikan faktor penyesuaian (rating factor) dan kelonggaran (allowance). Rating factor yang digunakan adalah dengan cara westinghouse dan allowance dengan cara berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi operator dalam setiap melaksanakan tugasnya. Rekapitulasi dari hasi perhitungan waktu baku dapat dilihat pada Tabel 4.10. Pada tabel ini menjelaskan bahwa untuk masing-masing elemen kerja yang dihitung waktu bakunya berdasarkan faktor penysuaian dan faktor kelonggaran. Total waktu operasi dari stasiun kanan yakni 406.46 detik dengan waktu operasi terbesar pada stasiun kanan terjadi pada stasiun kerja 600 selama 14.88 detik, sedangkan total waktu operasi dari stasiun kiri yakni 320.22 detik dengan waktu operasi terbesar terjadi di stasiun 704 selama 13.97 detik. 5.1
Hasil Performansi Keseimbangan Lintasan Pada Kondisi Aktual. Kondisi aktual pada lintasan produksi di assy unit line B dapat dilihat pada
Gambar 4.2. Pada gambar tersebut dapat terlihat bahwa waktu baku kurang dari 22 detik yang artinya masih terdapat banyaknya waktu menganggur dari setiap stasiun pada lintasan produksi di assy unit line B. Masih tingginya waktu menganggur disebabkan oleh adanya pembagian pekerjaan yang tidak merata. Hasil perhitungan dari nilai performansi keseimbangan lintasan di assy unit line B yakni sebagai berikut:
=
∑
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
× 100%
63
=
=
=
∑
×
× 100%
22 × 64 726.68 × 100% = 48% 22 64
726.68 × 100% = 52% 22 64
=( ×
= (64 × 22)
)
726.68 = 681.32 detik
Jadi berdasarkan nilai performasi aktual keseimbangan lintasan di assy unit line B dengan efisiensi lintasan yang rendah yakni hanya 52% dan keseimbangan waktu senggang yang sangat tinggi yakni 48%. Keseluruhan nilai performansi keseimbangan lintasan pada kondisi aktual menunjukan adanya ketidakseimbangan pada lintasan produksi yang diakibatkan ketidakmerataan pembagian beban kerja di setiap stasiun kerja, sehingga sangat perlu dilakukan perbaikan. 5.2
Hasil Performansi Keseimbangan Lintasan Setelah Perbaikan Dengan
Metode Rangked Position Weight (RPW). Berdasarkan hasil penyeimbangan lintasan dengan menggunakan metode RPW (Rangked Position Weight) dengan tahapan sebagai berikut : a. Membuat precedence diagram. b. Menentukan waktu siklus. c. Menentukan jumlah stasiun kerja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
64
d. Memindahkan jaringan kerja menjadi matriks pendahulu. e. Menghitung bobot posisi tiap stasiun kerja. f. Menggabungkan stasiun kerja berdasarkan metode RPW. g. Perhitungan indikator performansi lintasan. Dengan menggunakan metode usulan perbaikan dengan mengurangi jumlah stasiun kerja dengan menggabungkan beberapa elemen-elemen kerja menjadi satu stasiun kerja selam tidak melebihi batas waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebesar 22 detik. Sehingga jumalah stasiun kerja yang pada kondisi awal berjumlah 64 stasiun kerja berkurang menjadi 50 stasiun kerja pada kondisi usulan dengan RPW. Setelah dilakukan penggabungan stasiun kerja diperoleh kondisi lintasan produksi assy unit line B dapat dilihat pada Gambar 4.3. Pada gambar tersebut terlihat bahwa ada beberapa elemen kerja yang digabungkan menjadi satu stasiun kerja, penggabungan elemen kerja tersebut memengaruhi total waktu operasi tiap stasiun kerja yang digabungkan sehingga diperoleh nilai performansi keseimbangan lintasan sebagai berikut :
=
=
726.68 × 100% = 67% 22 50
22 × 50 726.68 × 100% = 33% 22 50
= (50 × 22)
726.68 = 373.32 detik
Nilai performansi yang diperoleh setelah menggunakan metode RPW di lintasan produksi assy unit line B adalah efisiensi lintasan mengalami peningkatan yakni menjadi sebesar 67%, keseimbangan waktu senggang juga mengalami
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
65
penurunan menjadi 33% dan terjadi pengurangan waktu menganggur menjadi 373.32 detik. Adapun penjabarannya untuk stasiun kanan dan stasiun kiri adalah sebagai berikut jumlah stasiun kerja sebelah kanan yang awalnya ada 35 stasiun, setelah dilakukan pengolahan data menggunakan RPW menjadi 29 stasiun kerja, begitu pula sebaliknya di stasiun kiri yang awalnya ada 29 stasiun menjadi 21 stasiun kerja. Sedangkan untuk efisiensi lintasan kerja dan balance delay juga mengalami perubahan dimana efisiensi lintasan kerja stasiun kanan sebelum menggunakan RPW adalah 53%, setelah dilakukan pengolahan data menjadi lebih optimal yaitu sebesar 64%. Untuk efisiensi stasiun kiri sebesar 50% setelah dilakukan pengolahan data dengan RPW menjadi 69%.
Balance delay stasiun kanan
sebelum menggunakan RPW sebesar 47% setalah dilakukan pengolahan data mengalami penurunan menjadi sebesar 36%, sedangkan untuk balance delay stasiun kiri yang awalnya 50% berkurang menjadi 31%. Bertambahnya efisiensi lintasan kerja dan berkurangnya balance delay di perusahaan dapat membuat perusahaan menjadi lebih baik dalam pemanfaatan waktu guna untuk meningkatkan produktivitas perusahaan khususnya di dalam assembly line untuk sepeda motor trype K25 dan dapat menghemat biaya perusahaan dan keuntungan lain dapat mengurangi jumlah operator. 5.3
Hasil Perhitungan dan Penggabungan Stasiun Kerja dengan Diagram
Yamazumi. Setelah membuat grafik yamazumi berdasarkan waktu baku yang telah dihitung sebelumnya maka bisa dilihat bahwa produksi yang terjadi di lapangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
66
khususnya di lintasan produksi assy unit line B masih terdapat naik turunnya grafik dari semua proses produksi baik itu yang terjadi di stasiun kanan maupun di stasiun kiri. Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan yamazumi perusahaan dapat menghemat dalam penggunaan operator yang awalnya 64 orang operator dalam setiap stasiun menjadi 50 orang operator dalam setiap stasiun di lintasan produksi assy unit line B sehingga biaya upah untuk pekerja dapat direduksi ke hal lain. 5.4
Perbandingan Hasil Performansi Keseimbangan Lintasan antara
Kondisi Aktual dan Kondisi Usulan dengan Metode Rangked Position Weight dan evaluasi Yamazumi Chart. Setelah melakukan pengolahan data berdasarkan kondisi aktual dan kondisi usulan dengan RPW, maka selanjutnya dapat dianalisis perbandingan performansi keseimbangan lintasan produksi. Dari hasil perbandingan diketahui bahwa jumlah stasiun kerja pada kondisi aktual yakni 64 stasiun yang masingmasing terdiri dari 1 orang operator. Nilai performansi keseimbangan lintasan juga menunjukan adanya masalah pada lintasan produksi sepeda motor type k25 ini dimana terjadi waktu menganggur yang lumayan tinggi sebesar 681.32 detik, diikuti dengan efisiensi lintasan yang cukup rendah yakni 52%. Keseimbangan waktu senggang (balance delay) juga cukup tinggi yakni 48%. Keseluruhan nilai performansi keseimbangan lintasan pada kondisi aktual menunjukan adanya ketidakseimbangan pada lintasan produksi sehingga sangat perlu dilakukan perbaikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
67
Berangkat dari masalah ketidakseimbangan pada kondisi lintasan aktual maka dilakukan usulan perbaikan dengan penyeimbangan lintasan produksi menggunakan salah satu metode heuristic yaitu metode RPW (Rangked Positional Weight).
Dengan menggunakan metode RPW terlihat perbedaan antara
performansi keseimbangan lintasan pada kondisi aktual dan kondisi usulan. Nilai performasi keseimbangan lintasan usulan yang diperoleh mengalami peningkatan dimana efisiensi lintasan meningkat menjadi 67% dan keseimbangan waktu senggang (balance delay) turun menjadi 33%. Hasil ini menunjukan bahwa metode yang diusulkan memberikan solusi yang baik dan dengan menerapkan metode tersebut maka masalah yang dihadapi perusahaan akan terselesaikan. Keuntungan lain yang akan diperoleh yakni pada penggunaan operator, dimana dengan mengurangi jumlah stasiun kerja maka perusahaan juga dapat mengurangi jumlah operator, sehingga biaya upah pekerja dapat direduksi. Selain itu, dengan berkurangnya waktu menganggur maka akan semakin banyak waktu kerja produktif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan jumlah produksi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z