BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Tahap Pemeriksaan Peta Kontrol Mutu PSF Pemeriksaan peta kontrol mutu PSF hasil proses pengolahan bertujuan untuk mencegah
berlanjutnya
pengolahan
PSF
yang
tidak
memenuhi
syarat
dan
mengakibatkan turunnnya kualitas PSF yang dihasilkan. Untuk peta kontrol, kedua karakteristik mutu yang diukur berada dalam di batas kontrol Dimana hasil perhitungan batas kontrol untuk masing-masing karakteristik mutu dapat dilihat pada Tabel 5.1. adalah sebagai berikut : Tabel 5.1. Batas Kontrol Karakteristik Mutu Polyester Staple Fibre No
Karakteristik Mutu
Batas Kontrol X
Data Out of Control
1
Moisture Content (MC) Dry Chip
0,008 – 0,002
-
Batas Kontrol R 0,008 - 0
2
Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip
0,648 – 0,642
-
0,005 - 0
Data Out of Control -
5.2. Kapabilitas Proses Dalam melakukan analisa terhadap Indeks Process Capability dan Indeks Performance, terdapat beberapa kriteria penilaian, yaitu:
78
79
Untuk hasil perhitungan kapabilitas proses dapat dilihat pada tabel 5.2. adalah sebagai berikut : Jika Cp > 1,33, maka process capability sangat baik. Jika 1,,00 ≤ Cp ≤ 1,33, maka process capability baik, namun perlu pengendalian ketat apabila Cp mendekati 1,00. Jika Cp < 1,00, maka process capability rendah, sehingga perlu ditingkatkan kinerjanya melalui peningkatan proses itu. Tabel 5.2. Indeks Process Capability untuk Setiap Karakteristik Mutu No
Karakteristik Mutu
Batas Spesifikasi
Batas Kontrol
1
Moisture Content (MC) Dry Chip
0,001-0,010%
0,008 – 0,002
2
Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip
0,631-0,647%
0,648 – 0,642
Process Capability Cp = 0,88 Cpu= 0,98 Cpl = 0,78 Cpk= 0,78 Cp = 1,57 Cpu= 0,39 Cpl = 2,75 Cpk= 0,39
Central Line 0,005
0,645
Dari hasil perhitungan kapabilitas proses diatas, dapat dilihat nilai Cp < 1, hal ini menunjukkan bahwa proses masih dianggap tidak mampu untuk memenuhi spesifikasi setiap karateristik mutu PSF. Untuk kadar Moisture Content (MC) Dry Chip, nilai Cpk = 0,78 = Cpl, ini menunjukkan bahwa proses tidak mampu memenuhi batas spesifikasi bawah kadar Moisture Content (MC) Dry Chip (LSL) yaitu 0,001 % karena berada dalam kriteria Cpk < 1 demikian juga untuk nilai Cpu = 0,98 menunjukkan bahwa proses juga tidak mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL) yaitu 0,010 % karena berada dalam kriteria Cpk <1. Untuk kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip nilai Cpk = 0,39 = Cpu, ini menunjukkan bahwa proses tidak mampu memenuhi batas spesifikasi atas kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip (USL) yaitu 0,647 % karena berada dalam kriteria Cpk < 1, tetapi berbeda dengan nilai Cpl = 2,75 menunjukkan bahwa proses mampu memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL) yaitu 0,631 % karena berada dalam kriteria Cpk > 1.
80
5.3. DPMO dan Level Sigma Kegagalan per satu juta kesempatan atau Defect per Million Opportunities (DPMO) menunjukkan kemungkinan gagal yang akan terjadi dalam satu juta kesempatan. Untuk hasil perhitungan DPMO dan level sigma untuk setiap karakteristik mutu dapat dilihat pada Tabel 5.3. yaitu : Tabel 5.3. Nilai DPMO dan Level Sigma untuk Setiap Karakteristik Mutu No 1 2
Karakteristik Mutu Moisture Content (MC) Dry Chip Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip
Nilai DPMO 11.000 120.000
Level Sigma 3,8 2,7
Untuk kadar Moisture Content (MC) Dry Chip diperoleh DPMO 11.000, berarti dalam satu juta kesempatan yang ada terdapat 11.000 kemungkinan bahwa proses pembuatan PSF tidak mampu memenuhi spesifikasi PSF 0,001 – 0,010 %. Untuk kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip diperoleh DPMO 120.000, berarti dalam satu juta kesempatan yang ada terdapat 120.000 kemungkinan bahwa proses pembuatan PSF tidak mampu memenuhi spesifikasi PSF 0,631 – 0,647 %.
5.4. Tahap Analisis Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap masalah yang terjadi. Pada tahap ini juga dicari apa yang menjadi penyebab terjadinya nilai karakteristik mutu berada diluar spesifikasi yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun penyebab-penyebab keadaan diatas terjadi dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu : a. Adanya perbedaan kualitas material yang digunakan dalam proses produksi misalnya dikarenakan wet chip yang tersisa dalam tangki WBS setelah dry chip dicairkan. Dengan kata lain, wet chip yang tersisa tersebut akan mempengaruhi kualitas dari dry chip yang selanjutnya
akan
dicairkan.
Sehingga
pada
mempengaruhi kualitas Polyester Staple Fibre (PSF).
akhirnya
akan
81
b. Kesalahan dalam mengatur (Settling) suhu dan waktu pada mesin Weight Bin Scale. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal yakni, Temperatur pada mesin WBS kurang pengawasan dari operator. Temperatur pada saat proses produksi berjalan harus tetap terjaga sesuai dengan kisaran yang ditetapkan perusahaan yaitu pada kisaran suhu 160°C. Dengan temperatur semakin tinggi akan mempengaruhi kenaikan kadar Moisture Content (MC) Dry Chip dan penurunan kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip yang berpengaruh terhadap kualitas PSF dari hasil produksi PSF. Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip yang sesuai dengan standar perusahaan adalah 0,001 – 0,010% dan kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip yang sesuai dengan standar perusahaan adalah 0,631 – 0,647%. c. Kesalahan menggunakan dan merawat mesin yang mengakibatkan mesin bekerja tidak maksimal. Kerusakan mesin disebabkan oleh kurangnya perawatan mesin dan kebersihan mesin yang tidak terjaga. d. Lingkungan juga dapat mempengaruhi variasi dari pengukuran kualitas PSF. Lingkungan kerja yang panas dan kotor menyebabkan operator menjadi kurang konsentrasi. Rasa nyaman dalam bekerja harus diciptakan agar dapat bekerja dengan baik.
5.5. Tahap Perbaikan (Improve) Pada tahap ini, akar penyebab masalah yang sudah dianalisis, akan dicari tindakan yang dapat digunakan untuk mengurangi penyimpangan yang ada terhadap masing-masing karakteristik mutu yang ada. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyimpangan tersebut antara lain : 1. Selalu melakukan “Shisha Kosho” sebelum melakukan suatu pekerjaan ringan maupun berat. 2. Melakukan pemeriksaan bahan baku lebih ketat. 3. Memberikan peringatan kepada operator agar tidak melakukan kesalahan dalam pengontrolan.
82
4. Menempatkan operator sesuai dengan bidang dan keahliannya. 5. Memberikan training pada operator baru. 6. Memberikan pengarahan oleh supervisor terhadap operator. 7. Memperbaiki cara kerja operator dalam pelarutan material agar lebih berhati-hati dan teliti. 8. Supervisor lebih awas dalam menilai kinerja petugas inspeksi incoming material. 9. Dilakukan pengecekan komposisi material sesuai dengan ketentuan perusahaan. 10. Dilakukan pengecekan sebelum proses produksi, dilakukan jadwal pembersihan setelah proses dilakukan pengecekan level control setiap dan sebelum proses produksi. 11. Melakukan pengecekan terhadap jenis material yang akan digunakan. 12. Dilakukan pengecekan material setiap material datang. 13. Dilakukan jadwal pembersihan setiap tiga hari sehari. 14. Dilakukan pendataan material yang siap pakai sebelum material lama habis. 15. Dilakukan pengawasan dengan teliti dalam mengatur (Settling) waktu dan suhu. 16. Check mesin sebelum dioperasikan oleh operator.