73
BAB V ANALISA DAN INTREPETASI
5.1
Analisa Proses Produksi Semen Proses produksi dari semen ini dibagi menjadi 6 proses bagian yang besar. Keenam proses ini adalah sebagai berikut : 7. Proses Penambangan Penambangan merupakan proses pengambilan batu kapur dan tanah liat yang diperlukan dalam memproduksi semen. Dimana telah dibuat perencanaan lokasi penambangan untuk kebutuhan setiap harinya. Langkah-langkah dalam melakukan penambangan adalah pengupasan dan pembersihan topsoil, pengeboran, peledakan , penggalian dan pemuatan serta yang terahkir adalah pengangkutan ke ROM storage atau happer crusher. 8. Proses Crusher Proses Crusher merupakan proses penghancuran batu kapur dan tanah liat. Dengan tujuan untuk memperkecil ukuran batu kapur dan tanah liat yang berasal dari pertambangan, sehingga mempermudah proses selanjutnya. 9. Proses Roller Mill Proses Roller Mill merupakan proses untuk menghaluskan pile yang telah dibuat sebelumnya dengan menambah bahan baku seperti pasir silika dan pasir besi. Proses ini dilmulai dari storage yang menyimpan pile yang akan digunakan sebagai umpan dalam proses raw mill ini. 10. Proses Kiln Proses Kiln merupakan proses pembakaran umpan yang telah melalui proses roller mill dan telah dihomogenkan. 11. Proses Finish Mill Proses Finish Mill merupakan proses penghalusan akhir material, dimana material yang dihaluskan tersebut terdiri dari clinker hasil dari proses kiln ditambah dengan gypsum dan trass. 12. Proses Packer
74 Proses selanjutnya adalah proses pengemasan semen kedalam zak atau kedalam bulk. Setelah proses ini selesai maka semen yang telah dipak atau di-zak siap untuk didistribusikan. 5.2
Analisa Failure Mode and Analysis Effect (FMEA) Berdasarkan pada FMEA yang dibuat untuk setiap komponen yang ada maka didapat bahwa komponen – komponen tersebut memilki tipe failure yang berbeda – beda satu dengan yang lain. Untuk peralatan Roll Crusher memiliki konsekuensi failure terhadap system operasionel dari pembuatan semen. Ini dikarenakan apabila Roll Crusher ini tidak dapat beroperasi dengan baik bahkan apabila mesin ini mati total maka akan mempengaruhi proses selanjutnya. Sehingga proses produksi dapat terhambat serta kualitas semen yang diharapkan tidak akan tercapai. Proses produksi yang terhambat, target produksi yang menurun serta kualitas semen yang kurang baik selain disebabkan oleh Rol crusher juga disebabkan oleh Air Slight, Clinker Coler, ID-Preheater Fan dan Bucket Elevator. Functional failure yang terjadi pada Air Slight disebabkan oleh venting buntu karena ada material yang masuk kedalam venting. Keduanya ini disebabkan karena umur ekonomisnya sudah mencapai puncak atau karena prosedur pemakaian yang salah. Pada Clinker Cooler failure mode ini disebabkan karena prosedur penggunaan mesin ini kurang tepat seperti pada penyetelan suhu pada cooler ini tidak sesuai sehingga dapat terjadi snowman. Serta suhu yang tidak tepat ini juga disebabkan karena pengecekan suhu ini hanya berdasarkan pada operatornya dimana setiap opereator memiliki tipe suhu untuk pendingin yang bebeda – beda. Untuk Rotary Kiln ini disebabkan oleh komponen yang terdapat pada mesin ini natara lin disebabkan oleh kiln shoe yang lepas, kiln red spot, tyre ring putus, main gear pada kiln drivenya rusak motor kiln berhenti dan PLC pada kiln mengalami kerusakan.
75 ID-Prehetaer Fan ini mengalami failure dikarenakan oleh antara lain fan unbalance, motor fan tripped, ID fan yang mengalami vibrasi, ampere motor berfluktuatif dan loss connection dimana menyebakan ID-Preheater fan ini akan mati. Untuk Bucket Elevator ini disebabkan oleh belt drift switch dimana ini dikarenakan oleh electrical maintenance, bearing rusak sehingga BE menjadi macet serta disebabkan oleh posisi Bucket Elevator yang miring sehingga tidak dapat memuat clinker sesuai dengan kapasitas dari Bucket tersebut. Berdasakan FMEA maka didapatkan nilai RPN untuk masing – masing perlatan yaitu Air Slde sebesar 54, Roll Crusher sebesar 120, Clinker Cooler sebesar 140, Rotary Kiln sebesar 160, ID-Preheater sebesar 120, dan Bucket Elevator sebesar 54. Nilai RPN terbesar ada pada peralatan Rotary Kiln dimana ini menandakan bahwa perlatan ini menduduki peringkat pertama dimana perlatan ini sangat perlu diperhatikan dalam perawatannya. Diikuti oleh peralatan atau komponen ID-Preheater Fan, Roll Crusher, Clinker Cooler, Air Slight yang terakhir adalah Bucket Elevator. 5.3
Analisa RCM Decision Worksheet Berdasarkan RCM Decision Worksheet dapat diketahui tipe konsekuensi dari failure yang terjadi pada masing – masing peralatan yaitu tipe hidden failure, safety and environment, operational dan non-operational consequencies. Selain tipe – tipe dari konsekuensi failure maka didapat pula proposed task yang diharapkan untuk perusahaan bagi masing – masing perlatan ini. Proposed task yang dikenakan untuk masing – masing perlatan adalah untuk air slide dilakukan failure finding, on-conditioning task dan scheduled restoration task ; untuk roll crusher akan dilakukan re-design, failure finding, on-conditioning task dan scheduled restoration task ; untuk clinker coler dilakukan failure finding, on-conditioning task dan scheduled restoration task ; untuk rotary kiln re-design, failure finding, on-conditioning task dan scheduled restoration task serta scheduled discard task ;
76 untuk ID-Preheater fan akan dilakukan failure finding, onconditioning task ; yang terakhir untuk bucket elevator akan dilakukan failure finding, on-conditioning task dan scheduled restoration task serta scheduled discard task. 5.4
Analisa Distribusi Data Setelah data – data dikumpulkan maka akan dilakukan pengujian terhadap distribusi yang terjadi pada data – data tersebut. Data – data yang dikumoulkan akan diuji dengan software Weilbull 4++. Dari software ini maka akan menghasilkan rangking terhadap distribusi – distribusi yang ada yang sesuai dengan data yang telah dikumpulkan. Setelah dilakukan pengajuan maka didapatkan bahwa rangking 1 yang ditampilkan oleh sofware ini adalah distribusi weilbull. Ini berarti bahwa data – data yang telah dkumpulkan berdistribusi weilbull dengan parameter yang telah disesuaikan dengan data yang telah disediakan. Distribusi weilbull yang digunakan pada distribusi weilbull ini tidak hanya menggunakan weilbull 2 parameter tetapi juga menggunakan weilbull 3 parameter.. Dimana 2 parameter tersebut menunjukkan parameter skala dan parameter bentuk. Dan jika 3 parameter maka parameter ke 3 merupakan parameter berupa parameter lokasi. 5.5
Analisa Mean Time To Failure (MTTF) Distribusi data dari masing – masing perlatan atau komponen telah didapat maka selanjutnya yaitu menentukan Mean Time to Failure. Rata – rata waktu antar failure dari masing – masing peralatan Air Slide, Roll Crusher, Clinker Coler, IDPreheater Fan dan Bucket Elevator adalah sebagai berikut 35,713; 14,236; 22,93; 17,76; 2,322; 19,512. Dari nilai MTTF ini dapat diketahui bahwa peralatan yang paling sering mengalami kerusakan dalah pada fan preheater yang memiliki rata - rata waktu anatar kerusakannya sebesar 2,322. Nilai rata – rata waktu antar kerusakan untuk fan preheater ini rendah dikarenakan komponen ini sering mengalami kerusakan yang disebabkan oleh
77 material yang melalui peralatan ini yang dapat menyebabkan peralatan ini tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diinginkan. 5.6
Analisa Interval Perawatan Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan interval perawatan untuk masing peralatan yang dianggap kritis yang ada pada sistem pembakaran yaitu pada bagian Kiln 1 Tuban 1. Interval perawatan yang optiml dari air slight = 1,598; roll crusher = 85,31; clinker cooler = 8,737; rotary kiln = 5,108; preheater = 1,727; dan untuk peralatan bucket elevator = 6,992. Interval perawatan yang didapat ini berdasarkan pada biaya perwatan dari setiap perlatan dan juga tergantung pada biaya perbaikan untuk masing perlatan yang diteliti. Dari perhitungan diatas didapatkan bahwa nilai interval perawatan yang paling kecil adalah pada air slight yaitu sebesar 1,598. Nilai ini menandakan bahwa interval perawatan yang dilakukan untuk air slight harus sering dilakukan dibandingkan dengan peralatan pada Kiln yang lain. Yang akan diikuti oleh preheater dimana akan dilakukan perawatan setiap 1,727 hari kemudian dilakuka perawatan untuk rotary kiln, clinker coler, bucket elevator dan perawatan yang terakhir dilakukan adalah pada peralatan roll crusher dimana perawatan dilakukan setiap 85,31 hari. Nilai interval perawatan untuk roll crusher paling tinggi ini dikarenaka komponen ini merupakan komponen yang jarang mengalami kerusakan dibandingkan kelima komponen yang ada. 5.7
Analisa Total Biaya Perawatan yang Optimal Biaya perawatan yang optimala ini merukan penjumlahan dari biaya perawatan untuk masing – masing perlatan dengan biaya perbaikan untuk masing – masing peralatan. Dari perhitungan didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar pda biaya perawatan sebelum adanya perawatan yang terncana dengan biaya perawatan setelah dilakukan perawatan
78 terncana. Dimana penurunan terhadap biaya ini dinyatakan dalam bentuk prosentase. Perbandingan antara biaya perawatan sebelum dan sesudah adanya perawatan terencana ditunjukkan oleh tabel 5.1. Tabel 5.1 Perbandingan Total biaya perawatan sebelum dan sesudah Perawatan Terencana No.
Komponen
TC sebelum
1
Air slight
1.1 x 1011
2
Roll crusher
3
Clinker cooler
4
Rotary kiln
5
Preheater fan
6
Bucket elevator
5.8
1.618 x 109 1.674 x 1010 3.236 x 109 8.858 x 109 1.509 x 109
TC sesudah 7.378 x 109 6.454 x 107 3.838 x 108
Penurunan Biaya (%)
1.1 x 106
99.966
3.259 x 108 6.098 x 105
93.293 96.011 97.707
96.321 99.96
Analisa Perancangan Kebijakan Perawatan Perancangan yang dilakukan untuk peralatan – peralatan ini berupa Scheduled Restoration Task, Scheduled Discard Task, Re-design, Failure Finding dan Scheduled On-conditioning Task. Komponen yang dilakukan penjadwalan perbaikan adalah Roll Crusher, Clinker Cooler dan Rotary Kiln. Peralatan – peralatan ini mendapatkan jadwal perbaikan dikarenakan part – part yang terdapat pada peralatan dapat diperbaiki dan tidak perlu dilakukan penggantian dikarenakan umur ekonomisnya yang cukup lama.
79 Sedangkan peralatan – perlatan yang mendapatkan penjadwalan penggantian komponen – komponennya adalah Air Slide, Bucket Elevator dan Fan ID-Preheater. Penggantian komponen pada peralatan ini dikarenakan part – part yang terdapat pada peralatan ini mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki sehingga harus diganti seperti sobek ataupun mengalami keausan. Kebijakan Re-Design ini dilakukan untuk peralatan seperti Roll Crusher, Clinker Coler dan Rotary Kiln. Dimana redesign yang dimaksud pada kebijakan ini adalah perancangan ulang dari kegiatan perawatan yang ada. Dimana prosedur – prosedur yang yang ada akan disesuaikan kembali sehingga akan mencegah terjadinya failure. Kebijakan Scheduled On-Conditioning Task ini dilakukan berdasarkan pada kondisi dari komponen – komponen atau pada peralatan – peralatan dari bagian Kiln 1 Tuban 1. Penjadwalan ini akan dirancang dengan melihat kondisi dari peralatan yang ada. Kebijakan Failure Finding ini diterapkan pada semua komponen yang ada yaitu dengan melakukan kegiatan preventif maintenance secara periodik yang telah terjadwal. Dengan adanya kebijakan ini maka akan ditemukan failure – failure yang terjadi sehingga dapat mencegah efek yang timbul akibat dari failure terseb