BAB IV KONSEP DESAIN
4.1 LANDASAN TEORI
Pada pembuatan tugas akhir ini, teori yang digunakan untuk merancang ulang kembali identitas visual, menggunakan teori - teori yang diambil dari sumber - sumber media internet dan buku teori logo, teori typografi, teori layout, teori fashion branding, serta consumer, profile, competitor, dan mood board.
4.1.1 Teori Branding
Brand merupakan ide besar, janji dan harapan yang mengesampingkan setiap pemikiran consume mengenai produk, pelayanan atau perusahaan. Identifikasi brand adalah sebagai value indicator atau indicator yang menggambarkan seberapa kokoh dan kuatnya value yang ditawarkan sebuah perusahaan terhadap konsumen.
Tujuan dari Brand itu sendiri, adalah lebih kepada bagaimana membuat sebuah hubungan emosional dengan konsumen. Disaat orang jatuh cinta dengan brand, maka akan timbul sebuah kepercayaan terhadap brand tersebut, membelinya, dan percaya akan keunggulan dari brand tersebut, kemudian memunculkan sikap loyalitas yang tinggi terhadap brand tersebut.
Brand identity merupakan ekspresi verbal dan visual dari brand tersebut. Identitas sangat membantu, mendukung, mengekspresikan, mengkomunikasikan, menganalisa serta memberikan visual kepada brand. Pembentukan persepsi dapat dibentuk melalui identitas perusahaan atau produk yang membedakan diri dari kompetitornya. Brand identity yang kuat akan mampu membangun ekualitas brand melalui peningkatan pemahaman, kesadaran dan loyalitas konsumen yang dapat membantu kesuksesan sebuah perusahaan atau produk.
Teori Brand Identity
Data landasan teori brand identity berikut diperoleh dari website how-to-branding.com oleh Michael G. DiFrisco, buku Brand & Branding, dan buku Mendesain Logo oleh Surianto Rustan, S.Sn. Sejarah Brand, kata ‘Brand’ berasal dari Old Norse (bahasa daerah Jerman Utara) yang berarti ‘membakar’. Ini mengacu pada praktek produsen yang membakar tanda atau brand mereka ke produknya. Italia termasuk salah satu yang pertama yang menggunakan brand, yang berupa watermark pada kertas di tahun 1200. Saat mengirimkan barang – barang tersebut, pabrik – pabrik itu membubuhkan merk logo pada barel yang digunakan, yang kemudian memperluas makna ‘brand’ pada trademark.
4.1.2 Teori Logo
Logo adalah suatu elemen yang paling banyak digunakan dalam keseluruhan desain. Namun demikian meskipun logo adalah bagian esensial dalam desain tetap saja logo bukan segalanya. Logo adalah suatu permulaan. Kriteria logo yang baik antara lain adalah harus original dan khas, mudah dibaca dan diingat, sederhana sesuai dengan kriteria produk serta mudah diterapkan dalam media grafis.
Kriteria Logo yang baik, menurut Siebert dan Balad adalah:
1. Memiliki arti 2. Mampu berdiri sendiri, baik logo maupun logotype nya 3. Mempunyai diferensiasi dengan brand lain 4. Logo type mudah dibaca dari berbagai ukuran 5. Logogram mudah diartikan oleh setiap orang 6. Bersifat fleksibel sehingga dapat diterapkan dalam semua aplikasi yang dibutuhkan dengan berbagai ukuran yang berbeda. Data landasan teori logo berikut diperoleh dari website how-to-branding.com oleh Michael G. DiFrisco, dan buku Design Basic Index oleh Jim Krause.
Menurut Michael G. Difrisco, logo dalam sebuah perusahaan atau organisasi memberi kesan pertama untuk melihat potensi calon pelanggan perusahaan tersebut. Itulah alasan mengapa logo harus memberi representasi akurat akan posisi pasar, personality, dan misi perusahaan. Dan untuk servis organisasi yang ‘invisible’ (tanpa produk), logo yang dipakai mewakili jasa yang diberikan.
Berikut adalah 5 kriteria yang harus diingat ketika akan meng-evaluasi logo yang sudah ada dan mempertimbangkan re-design logo tersebut untuk menyelaraskan logo dengan esensi perusahaan. 1. Logo simple dan mudah dibaca, agar audience langsung ‘mengerti’ dan mendapat sedikit kilasan brand perusahaan melalui logo itu. Tantangannya adalah untuk menciptakan sebuah logo yang sederhana dan tepat tanpa memberi kesan membosankan atau terlalu institusional. 2. Logo sebaiknya menyampaikan rasa emosi dan kepribadian. Anggap saja logo sebagai sebuah kesatuan dari banyak lapisan. Semakin dikupas setiap layer-nya – tipografi, simbol, bentuk dan tekstur, dan warna palet – kita akan belajar lebih banyak tentang brand (perusahaan) di balik logo tersebut. 3. Logo sebaiknya meng-ekspresikan tone dan voice dan di artikulasikan dalam brand strategy. Saat menyelami hal ini lebih dalam, logo perusahaan dapat bertindak sebagai ‘reputasi’ yang akan membawa perusahaan ini ke pasar yang dituju. 4. Logo harus fleksibel dan dapat bekerja di media apapun – tidak hanya pada letterhead dan business card. Dapat bekerja di media hitam dan putih, ukuran kecil, low – resolution, fax, website, dan full – color printing. 5. Logo sebaiknya terlihat berbeda dari logo lain – terutama dengan perusahaan lain yang memiliki target market yang sama. Memiliki logo yang mirip akan melemahkan keunikan dan diferensiasi organisasi/ perusahaan yang yang dibangun dalam brand essence.
Teori Gestalt dalam Logo
Data landasan teori gestalt berikut diperoleh dari buku Mendesain Logo oleh Surianto Rustan, S.Sn. Gestalt adalah sebuah teori psikologi yang mengatakan bahwa seseorang akan mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai satu kesatuan yang utuh. Dikembangkan oleh Max Wertheimer (1880 – 1943) bersama rekan – rekannya, teori ini dapat menjelaskan kecenderungan persepsi yang terbentuk di benak seseorang. Prinsip – prinsip dalam gestalt yang banyak diterapkan dalam logo antara lain: Similarity: Objek – objek yang bentuk / elemennya sama atau mirip akan dilihat sebagai satu kelompok tersendiri. Closure: Melengkapi sebuah objek menjadi sesuatu yang utuh walaupun sebenarnya tidak komplit. Figure Ground: Melihat foreground objek (latar depannya) atau background (latar belakangnya), atau keduanya dapat dilihat sebagai objek. Impossible Figure: Objek yang tidak mungkin dibuat dalam dunia nyata tiga dimensi.
4.1.3. Teori Warna
Arti Psikologis Warna Setiap warna memiliki makna masing – masing tergantung persepsi orang yang melihatnya. Berikut ini adalah penerapan warna dalam identitas visual Jakarta Jeans House menurut William Stroupe dan Jacci Howard Bear dalam Desktop Publishing Colors and Color Symbolism:
1. Putih - Beige Warna putih adalah kesucian, kemurnian, kebersihan, dan innocence. Menurut hasil survey oleh Global Color Survey (http://www.colormatters.com) lebih dari 130.000 orang memilih warna putih sebagai simbol dari ‘bersih’. Dalam banyak kasus, putih sering dianggap sebagai background. Beberapa warna turunan dari putih seperti beige, ivory, dan cream memperlihatkan warna yang lebih tenang dari warna putih polos.
2. Hijau Warna hijau sering disebut sebagai versatile color karena kemampuannya untuk menjangkau segala situasi, dan sebagai salah satu warna unisex. Hijau juga dapat melambangkan loyalitas, tenang, dan damai. Karena efek menenangkan tersebut, warna hijau dapat membantu kita untuk lebih cepat terlelap. Selain itu, warna hijau juga dapat menurunkan denyut nadi dan suhu tubuh.
3. Cokelat Coklat adalah warna natural bumi yang dapat kita jumpai berupa warna tanah, kayu, dan batu. Meskipun sering dianggap warna yang kusam, cokelat juga melambangkan keteguhan, kesederhanaan, keramahan, dan kesehatan. Penggunaan warna cokelat juga dapat berfungsi untuk menyampaikan rasa kehangatan.
Fungsi Warna
Warna memiliki peranan penting dalam sebuah identitas visual. Warna yang diterapkan ke dalam logo dan media yang berhubungan dapat memberi informasi psikologis, sehingga brand tersebut memiliki karakteristik tersendiri.
Berikut ini adalah fungsi warna dalam logo dan media terkait: 1. Sebagai pemberi karakteristik, pemilihan warna harus berbeda dari kompetitor agar konsumen dapat dengan mudah mengenali brand tersebut. 2. Menciptakan suatu citra, warna yang digunakan disesuaikan dengan keadaan dan visi perusahaan yang bersangkutan. 3. Untuk menciptakan suatu aksi, dengan pemilihan warna yang memberi kesan rileks, pemberian warna dapat mengundang customer. 4. Sebagai penghias media, sebuah media tidak dapat ditampilkan secara maksimal apabila hanya menggunakan warna hitam dan putih. Selain itu, warna tersebut juga dapat memberi identitas pada media yang dipakai.
4.1.4. Teori Tipografi
Data landasan teori tipografi berikut diperoleh dari buku Design Basic Index oleh Jim Krause dan buku Tipografi dalam Desain Grafis oleh Danton Sihombing, MFA.
Tipografi adalah seni dengan menggunakan huruf sebagai alat komunikasi. Tipografi sendiri mulai diterapkan Gutenberg sebagai alat pengembangan movable type. Namun pada dasarnya, tipografi berakar pada letterform tulisan tangan. Tipografi menggunakan typeface dan whitespace dalam penggunaannya, untuk menciptakan suatu desain yang utuh.
Penggunaan script typeface dapat mempersonalisasikan sebuah bentuk huruf yang memancarkan keceriaan, playfulness, atau suasana hati yang santai. Serif typeface merepresentasikan keseriusan. Dalam konteks legibility dan readibility, serif berada di urutan pertama dibanding typeface lainnya. Dalam desain, penggunaan tipografi berguna untuk penyampaian pesan secara verbal, selain penggunaan ilustrasi, bentuk, atau warna. Untuk menyampaikan pesan tersebut, beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam tipografi menurut Rob Carter, adalah:
Legibility, font yang dipilih harus mudah dibaca. Readibility, pemilihan font yang sesuai agar enak dipandang mata. Clarity, penggunaan beberapa font yang berbeda tetapi masih terlihat perbedaannya. Visibility, font mudah terlihat. Memilih font yang sesuai tidak mudah. Yang harus diketahui pertama adalah mengetahui bentuk font yang sesuai dengan target audience.
4.1.5. Teori Layout
Data landasan teori layout berikut diperoleh dari artikel Is There Such a Thing as a Perfect Page Layout? Oleh Jacci Howard Bear dan buku Layout; Dasar & Penerapannya oleh Surianto Rustan, S. Sn.
Dalam desain grafis, layout yang komprehensif adalah tata letak halaman desain untuk menunjukkan posisi relatif dari teks dan ilustrasi sebelum konten spesifik dari elemen – elemen yang telah ditetapkan, yang digunakan sebagai draft kasar tata letak akhir untuk membangun kesan yang ingin dituju. Unsur ilustrasi dapat menggabungkan fotografi, vector, atau materi lain dengan pesan yang akan dikomunikasikan secara visual.
yang
sesuai
Meskipun tidak ada aturan baku untuk menulis halaman, ada pedoman yang dapat membantu membuat sebuah media yang menarik bebas dari berbagai penyakit layout yang berkesan berantakan. Aturan – aturan layout ini tidak akan selalu sesuai, tetapi sembilan dari sepuluh layout yang ada akan memberikan hasil yang diinginkan.
- Grid adalah suatu alat yang efektif dalam menjamin untuk keselarasan teks dan gambar. Bagian yang keluar dari grid hanya untuk emphasis. - Hindari menempatkan judul utama di bagian bawah halaman, karena cenderung untuk menarik perhatian langsung menuju bawah dan mengurangi estetika iklan. - Memanfaatkan tata letak sederhana tetapi paling powerful dengan menggunakan satu visual kuat yang dikombinasikan dengan judul, dan teks tambahan. - Salah satu yang penting adalah menentukan ukuran. Gunakan ukuran yang lebih besar (teks atau visual) untuk mengkomunikasikan pesan utama. Untuk pesan pendukung, gunakan ukuran yang lebih kecil. - Penataan logo, ilustrasi, dan teks yang sesuai untuk memberikan alur keterbacaan. - Keseimbangan titik pandang dan elemen lainnya digabungkan untuk pengembangan tampilan. Elemen – elemen yang digunakan harus mempunyai hubungan satu sama lain agar menampilkan kesatuan sebagai bentuk utuh yang tidak dapat dipisah – pisah.
4.2 STRATEGI KREATIF
Dalam merancang ulang kembali identitas visual brand Jakarta Jeans House, strategi yang digunakan adalah memberikan identitas visual yang berbeda dengan gaya vintage mengarah american style.
4.2.1 Strategi Komunikasi
Untuk strategi komunikasi, identitas visual yang baik mampu mengkomunikasikan visual konsep yang memiliki differensiasi dengan konsistensi yang baik.
4.2.1.1 Fakta Kunci
Pada kenyataannya, Jakarta Jeans House sudah memiliki kepercayaan serta sertifikasi nama yang cukup dikenal diberbagai label jeans ternama yang mempercayakan brandnya untuk di reparasi di JJH. Namun identitas visual dari JJH masih belum memiliki karkter yang kuat.
4.2.1.2 Masalah yang Dikomunikasikan
Masalah yang diangkat adalah logo sebelumnya yang kurang menyampaikan konsep dan citra brand dan target yang akan dicapai. Terlebih karena faktor banyaknya jasa dan tempat penerimaan vermak jeans, maka logo yang kuat akan menjadi media komunikasi yang efektif untuk mengankat image perusahaan serta sebagai patokan dari networking dan daya jual. Mengutip Cahan & Associates dalam buku Type at Work; the Use of Type in Editorial Design oleh Andreu Balius, “Desain yang baik tidak dapat menyelamatkan sebuah produk/nama, tetapi sebuah produk yang baik tergantung kepada desain yang baik untuk menjadi sukses.” Maka diharapkan pemberian identitas visual yang tepat dapat memberi solusi komunikasi tersebut.
4.2.1.3 Profile Target
Demografis Jenis Kelamin: Pria & Wanita (Unisex) Usia: 18 - 25 Tahun SES: B - A+ Kebangsaan: WNI, WNA
Geografis Domisili: Wilayah perkotaan (Ibu kota Jakarta) Wilayah Sasaran Umum: Jakarta Iklim: Tropis
Psikografis Gaya Hidup: Modern, Simple dan Praktis Kepribadian: Santai dan mengutamakan kenyamanan Perilaku: Peduli akan kenyamanan pada fashion
4.2.2 Strategi Desain .
4.2.2.1 Big Idea
Ide utama dari perancangan ulang identitas visual Jakarta Jeans House adalah memberikan visual brand differensiasi antara JJH dengan jasa vermak lain dengan memasukan unsur visual Art deco dengan motif geometris yang memberikan kesan elegan dan modern.
4.2.2.2 Key Word
- Simple, Elegant, Vintage, Urban Lifestyle
4.2.2.3 Positioning / Unique Selling Proposition
Jakarta Jeans House merupakan tailor vermak jeans berlisensi dengan slogan “We never changes originality”. Sehingga consumer tidak perlu khawatir dengan kondisi jeans yang mereka vermak. Selain itu juga merupakan satu - satunya jasa vermak jeans yang sudah memiliki kepercayaan sertifikasi nama diberbagai label jeans ternama yang mempercayakan brandnya untuk di reparasi di Jakarta Jeans House.
4.2.2.4 Tone & Manner
Geometris memberi kesan elegan dan modern. Elegan dan modern di ambil untuk mengedepankan unsur simplicity modern pada masa kini. Tone yang dipakai vintage warm karena jeans adalah sebuah fahion yang sudah ada sejak abad ke-18 dan tidak pernah mati terus berkembang hingga kini serta menggambarkan keramahan dari pelayanan yang diberikan oleh Jakarta Jeans House kepada setiap konsumennya.
4.2.3. Strategi Verbal
Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa formal yang disesuaikan dengan target audience. Penggunaan bahasa juga tidak terbatas pada penggunaan bahasa Indonesia saja.
4.2.4. Strategi Visual
1. Pendekatan identitas visual keseluruhan mengambil konsep elegant, simple, modern, urban lifestyle dan vintage. 2. Pemilihan warna mengambil tone vintage, 3. Tipografi logo menggunakan kombinasi dari 2 jenis font, salah satunya adalah font serif, 4. Ilustrasi berupa stilasi dari penggabungan bentuk simbol yang menggambarkan Jakarta Jeans House, 5. Penggunaan media fotografi yang dibutuhkan untuk kelengkapan informasi
4.2.5. Strategi Media
Pemilihan item didasarkan pada pertimbangan bahwa media yang digunakan adalah media yang tepat dan efektif untuk menjangkau sasaran dan berdampak positif bagi Jakarta Jeans House serta dapat memberi keuntungan bagi perusahaan. Strategi media yang dibuat meliputi :
Logo Logo berbentuk benda fisik yang bisa dilihat yang berfungsi sebagai simbolisasi citra sebuah perusahaan yang ingin disampaikan kepada target audience.
Graphic Standart Manual Identitas Visual sebuah perusahaan memerlukan GSM yang menerapkan aturan – aturan dan informasi mengenai desain dari brand tersebut.
Stationery Stationery mencakup kartu nama, kop surat, dan amplop yang merupakan media penting dalam berinteraksi dengan berbagai pihak, terutama bisnis. Stationery juga merupakan media promosi secara tidak langsung.
Marketing & Gifts Marketing promotion berupa flyer, brosur, membership card, sticker dan banner yang berisi informasi yang dibutuhkan customer.
Environment Graphic Facilities signs indoor dan outdoor pada Jakarta Jeans House agar tercipta unity dengan media lainnya.
Packaging Packaging yang di buat berupa paper bag.
Pakaian Seragam Sebagai media pendukung perancangan identitas visual.