BAB IV KONSEP DESAIN
4.1 Landasan Teori
4.1.1 Teori Publikasi Menurut Simmon Jennings, dalam bukunya The Complete Guide to Advanced Illustration and Design p134, publishing adalah untuk menyatakan ide atau gagasan di depan umum, secara terbuka dan membuat ide atau gagasan itu diketahui secara umum. Menurut Andrew Haslam Media cetak khususnya buku telah menjadi salah satu alat yang paling ampuh dalam menyebarluaskan gagasan atau ide yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektualitas, kebudayaan, dan ekonomi. Pengaruh dari media cetak dapat dilihat dengan memperhatikan betapa besarnya pengaruh Kitab Suci, Quran, The Communist Manifesto (the famous “Little Red Book”), pada perkembangan wawasan masyarakat dunia. Supon Phornirunlit yang juga memiliki Supon Design Group dalam bukunya “Breaking the Rules in Publication Design” mengatakan bahwa buku juga masih memiliki peraturan struktural, yang jika digunakan dengan baik akan memperbaiki, bukan membatasi, solusi desain yang efektif. Supon juga menambahkan teorinya yaitu bahwa sebuah sampul depan buku dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap persepsi pembaca tentang isi dari buku tersebut.
4.1.1.1 Definisi Buku Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) buku mempunyai arti yaitu lembar kertas berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan menurut Oxford Dictionary, buku mempunyai arti sebagai hasil karya yang ditulis atau dicetak dengan halaman – halaman yang dijilid pada satu sisi ataupun juga merupakan suatu hasil karya yang ditujukan untuk penerbitan. Sedangkan menurut the face dictionary, buku–buku adalah kumpulan daru suatu tulisan yang kemudian dicetak atau berupa halaman–halaman kosong yang dijilid, pada suatu sisi dilindungi oleh kertas yang tebal yang melindungi sebagai sampul.
1
4.1.1.2 Jenis – Jenis Buku Pemanfaatan buku sebagai media informasi sudah sangat umum. Sehingga ada begitu banyak jenis–jenis buku. Seperti yang dikutip dari website www.wikipedia.org, jenis–jenis buku antara lain adalah :
-
Buku Fiksi Jenis buku ini merupakan salah satu jenis buku yang paling banyak diterbitkan di dunia. Adapun kisah dibalik cerita adalah fiksi / tidak berdasarkan kehidupan nyata. Contoh : novel dan komik
-
Buku Non Fiksi Dalam kepustakaan jenis–jenis buku non fiksi banyak digunakan sebagai buku– buku referensi maupuk juga ensiklopedia. Adapun juga berbagai jenis buku non fiksi antara lain adalah buku sekolah, atlas, album, laporan keuangan dan lain– ain.
Teori buku ini berguna dalam pembuatan Buku “Sejarah Tersimpan Dalam Fatahillah“. Dikarenakan buku ini termasuk kedalam kategori sebagai buku non fiksi, dimana buku ini berisikan sebuah informasi tentang sejarah-sejarah yang terdapat pada pada ruang lingkup bangunan museum serta benda peninggalan sejarah.
4.1.1.3 Daftar Pembagian Buku Pada umumnya buku dibagi menjadi tiga bagian yang masing–masing terbagi lagi berdasarkan fungsinya masing–masing. Bagian depan yang terdiri dari cover depan berisi judul buku, nama pengarang, nama atau logo penerbit, testimonial, elemen visual atau teks lainnya. Kemudian judul bagian dalam, informasi penerbitan dan perijinan, dedikasi yaitu pesan atau ucapan terimakasih yang ditujukan oleh pengarang untuk orang / pihak lain, kata pengantar dari pengarang, kata sambutan dari pihal lain, misalnya editor atau pihak lain, dan yang terakhir daftar isi. Bagian isi buku tediri dari bab–bab dan sub–bab, dan tiap bab membicarakan topik yang berbeda. Bagian belakang terdiri dari daftar pustaka, daftar istilah, daftar gambar, cover belakang biasa berisi gambaran singkat mengenai isi buku tersebut, testimonial, harga, nama atau logo penerbit, elemen visual atau teks lainnya. Bila diperhatikan
2
sebenarnya ada pola penekanan tertentu terhadap suatu urutan isi suatu buku. Pola itu bisa tergantung pada fungsi maupun pesan / informasi yang disampaikan. Melalui elemen–elemen layout, desainer dapat menyusun pola emphasis berdasarkan emosi seperti dalam buku cerita fiksi, berdasarkan yang terbaru atau produk unggulan seperti dalam katalog produk, atau berdasarkan fungsi dengan sedikit emosi seperti pada laporan tahunan perusahaan. Cover buku biasanya mendapat penangan khusus, selain karena porsi emphasis yang terbesar, cover yang didesain dengan baik dapat menarik orang untuk membeli buku atau majalah tersebut.
4.1.2 Teori Layout Rolando Bouza adalah seorang desainer grafis yang lahir di Havana dan tinggal di Spanyol sejak tahun 1998. Dia bekerja sebagai desainer majalah dan art director. Menurut dia desain majalah modern adalah desain tentang seni dan budaya desain. Mencintai desain editorial dengan cinta yang istimewa untuk mendesain majalah.
Menurut Frank F Jefkin, untuk mendapatkan layout yang baik diperlukan adanya : -
Kesatuan dan komposisi yang baik dan enak untuk dilihat
-
Variasi, agar tidak membosankan
-
Keseimbangan dalam layout, sehinggal terlihat sepadan
-
Irama yang berupa pengulangan bentuk atau unsur warna
-
Proposi yang merupakan suatu perbandingan
-
Kontras yang berupa perpaduan yang harmonis antara warna gelap dan terang Layout yang baik akan memberi kenyamanan bagi penikmatnya. Dengan melihat secara nyaman maka pesan dan informasi akan tersampaikan dengan baik. Menurut buku layout yang ditulis oleh Surianto Rustan S.Sn yaitu pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tata letak elemen–elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep / pesan yang dibawanya. Me–layout adalah salah satu proses / tahapan kerja dalam desain. Dapat dikatakan bahwa desain merupakan arsiteknya, sedangkan layout perkejanya. Namun definisi layout dalam perkembangannya sudah
3
sangat meluas dan melebur dengan definisi desain itu sendiri, sehingga banyak orang mengatakan bahwa me–layout itu sama dengan mendesain. Desain layout yang kita lihat dimasa kini sebenarnya adalah hasil perjalanan dari proses eksplorasi kreatif manusia yang tiada henti di masa lalu. Menyelami proses itu akan memperkaya wawasan seorang desainer sekaligus membuatnya lebih bijaksana dalam berkarya. Layout yang dikerjakan melalui proses dan tahapan yang benar bukan tidak mungkin akan berdampak positif pada tujuan apapun yang ingin dicapai desainer melalui karya desain yang dibuatnya. Desain yang baik sanggup meningkatkan penjualan produk, mengangkat citra perusahaan atau perorangan, mempengaruhi keberhasilan suatu event dan apapun tujuan yang ingin dicapai. Namun kesadaran akan manfaat desain tersebut belum menyebar luas di masyarakat. Hal itu banyak disebabkan oleh desainer sendiri dan siapa pun yang bekerja dalam bidang ini yang tidak terlalu peduli dengan proses / langkah–langkah mendesain dan me– layout dengan benar, sehingga desain yang dihasilkan tidak maksimal, selain dalih umum yang sering dikeluhkan seperti : desainer hanya sebagai operator, atasan yang menyuruh, deadline yang sangat padat dan lain–lain.
4.1.2.1 Elemen Layout Dengan memahami fungsi masing–masing elemen dapat menjadi modal bagi seorang desainer untuk mendesain layout dengan baik. Namun itu saja tidak cukup. Memperbanyak perbendaharaan pengetahuan dengan mengamati media–media identitas dan publikasi yang beredar saat ini adalah mutlak yang diperlukan. Bukan untuk meniru desainnya begitu saja, tapi untuk mempelajari bagaimana memilih elemen layout dan menempatkannya dengan baik.
Yang termasuk dalam elemen visual adalah semua elemen bukan teks yang kelihatan dalam suatu layout. Bisa saja dalam suatu layout hanya terdapat elemen teks dan tidak ada elemen visualnya sama sekali. Dokumen– dokumen yang diketik, isi halaman buku telepin atau kamus, biasanya tidak menggunakan elemen visual. Ada juga yang kebalikannya hanya menggunakan elemen visual tanpa elemen teks, misalnya pada iklan yang menggunakan strategi visual driven. Kekuatan terbesar dari fotografi pada 4
media periklanan khususnya adalah kredibilitasnya atau kemampuannya memberi kesan sebagai “dapat dipercaya”. Elemen–elemen yang tergolong sebagai invisible elements ini merupakan fondasi atau kerangka yang berfungsi sebagai acuan penempatan semua elemen layout lainnya. Selayaknya fondasi atau kerangka sebuah bangunan, elemen inilah yang dirancang terlebih dahulu oleh desainer, baru kemudian menyusul elemen–elemen teks dan visual. Dan sesuai dengan namanya invisible elements ini nantinya tidak akan terlihat pada hasil produksi (tidak ikut dicetak). Walaupun demikian elemen–elemen ini mempunyai fungsi yang sangat penting, apalagi bila layout akan menggunakan elemen teks yang banyak atau banyak halamannya. Dalam kondisi seperti itu invisible elements akan bermanfaat sebagai salah satu pembentuk unity dari keseluruhan layout.
4.1.2.2 Margin Layout Margin menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati oleh elemen–elemen layout. Kalau kita jalan–jalan ke pantai, sering kali kita lihat ada tonggak–tonggak yang dipancangkan di laut sebagai batas aman untuk berenang, margin juga berfungsi sama seperti itu. Margin mencegah agar elemen–elemen layout tidak terlalu jauh ke pinggir halaman. Karena hal tersebut secara estetika kurang menguntungkan atau yang lebih parah lagi elemen layout terpotong pada saat pencetakan. Grid adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam me–layout, grid mempermudah kita menentukan di mana harus meletakkan elemen layout dan mempertahankan konsistensi dan sekatuan layout terlebih untuk karya desain yang mempunyai beberapa halaman. Dalam membuat grid, kita membagi halaman menjadi beberapa kolom dengan garis–garis vertical, dan ada juga yang horizontal. Sedangkan untuk membuat/merancangnya harus mempertimbangkan faktor– faktor seperti berapa ukuran dan bentuk bidangnya, apa konsep dan style desainnya, berapa ukuran huruf yang akan dipakai, berapa banyak isinya / Informasi yang ingin dicantumkan dan lain–lain. Kadangkala untuk membuat layout sebuah karya desain yang mempunyai banyak halaman seperti company profile, catalog, majalah, newsletter atau surat kabar, boleh saja kita menggunakan kombinasi lebih dari satu sistem grid.
5
Dengan begitu banyak elemen layout, baik yang berupa text, visual maupun invisible elements, pada akhirnya menuntut seorang desainer untuk secara bijaksana memilih elemen apa yang paling tepat, berapa banyak, dan dimana harus meletakkannya. Layout dengan pembedaan elemen yang cukup tentunya akan mendukung penyampaian pesan kepada pembaca. Contoh lainnya adalah
pemakaian system grid. Dalam me–layout tidak mutlak harus menggunakannya, namun melihat dari sudut fungsinya sebagai penjaga konsistensi dan unity serta kemampuannya menciptakan layout yang terstruktur dan rapi harus kita akui. Kesemuanya berpulang pada konsep dan pesan yang ingin disampaikan melalui karya desain yang kita buat. Kepekaan estetis dan belajar menempatkan diri sebagai target audience adalah sedikit dari banyak skill yang perlu diasah terus– menerus oleh seorang desainer. Prinsip–prinsip layout dapat dianalogikan sebagai suatu formula untuk membuat suatu layout yang baik. Formula ini akan bekerja dan memberikan hasil yang maksimal bila diterapkan dengan sekasama ditambah dengan latihan dan eksplorasi terus menerus. Prinsip dasar layout adalah juga prinsip dasar desain grafis, antara lain sequence, emphasis, balance dan unity. Tugas desainer grafis adalah menyampaikan pesan–pesan kepada target audience melalui suatu karya grafis. Di dalam suatu karya grafis, besar kemungkinan tidak hanya memuat satu adau dia pesan saja. Sequence / hierarki yaitu membuat prioritas dan mengurutkan dari yang harus dibaca pertama sampai bagian yang akan dibaca terakhir. Emphasis dapat diciptakan dengan memberi ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan elemen–elemen layout lainnya pada halaman tersebut, warna yang kontras, menggunakan bentuk yang berbeda. Selain kedua prinsip tersebut, ada lagi yang perlu diperhatikan yaitu balance / keseimbangan. Pembagian berat yang merata pada suatu bidang layout. Pembagian berat yang merata bukan berarti seluruh bidang layout harus dipenuhi dengan elemen, tetapi lebih pada menghasilkan kesan seimbang dengan menggunakan elemen–elemen yang dibutuhkan dan meletakkannya pada tempat yang tepat. Tidak hanya pengaturan letak, tapi juga ukuran, arah, warna dan atribut–atribut lainnya. Supaya sebuat layout 6
memberi efek yang kuat bagi pembacanya, ia harus mempunyai kesan unity / kesatuan. Sebagaimana layaknya kita kalau memakai pakaian, celana, atau rok dengan baju, blazer, sepatu dan ikat pinggang, satu sama lainnya harus dipadu–padankan apak saling cocok atau tidak. Prinspnya sama dengan kesatuan antara elemen–elemen desain. Teks, gambar, warna, ukuran, posisi, style dan lainnya. Semua elemen harus saling berkaitan dan disusun secara tepat. Tidak hanya dalam hal penampilan, kesatuan di sini juga mencakup selarasnya elemen–elemen yang terlihat secara fisik dan pesan yang ingin disampaikan dalam konsepnya. Media-media dengan ukuran dan bentuk yang berbeda membutuhkan cara penerapan layout yang berbeda. Demikian pula fungsi yang berbeda dari masing– masing media itu membutuhkan penananganan layout yang berbeda pula. Buku berisi lembaran halaman yang cukup banyak, sehingga lebih tebal daripada booklet. Berbeda dengan booklet yang bisa dijilid hanya dengan steples atau bisa juga tidak dijilid karena Cuma terdiri dari beberapa lembar, pada buku penjilidan yang baik merupakan keharusan agar lembar–lembar kertasnya tidak tercerai– cerai. Pemanfaatan buku sebagai media informasi sudah sangat umum informasi sudah sangat umum. Sehingga ada begitu banyak jenis–jenis buku. Buku cerita,
komik, novel, majalah, buku–buku tebal seperti kamus, ensiklopedi, buku telepon, terbitan berkala seperti majalah, annual report (laporan tahunan perusahaan), company profile (profil perusahaan), katalog produk dan lain – lain.
4.1.3 Teori Warna Salah satu elemen penting lainnya dalam mendesain adalah warna. Menurut Leatrice Eiseman dalam bukunya yang berjudul Pantone Guide to Communicating with Color berbunyi bahwa dari semua bentuk komunikasi non verbal, warna merupakan metode yang seketika itu juga dapat menyampaikan pesan atau makna tertentu. Warna merangsang dan bekerja secara sinergi dengan keseluruhan indra, selain itu juga warna dapat menandakan suatu konsep yang abstrak ataupun jelas. ‘Silent salesperson’, itulah istilah yang sering 7
digunakan, karena warna cenderung menarik mata konsumen, sehingga konsumen dapat segera menangkap pesan atau kesan dari suatu objek atau produk tertentu. Warna berpengaruh cukup luas terhadap berbagai faktor, baik faktor lingkungan, faktor kejelasan dan faktor estetis. Warna dapat menciptakan suatu atmosfir, warna yang cerah dapat menciptakan suasana yang gembira dan menarik, sedangkan warna-warna yang tenang memberikan nuansa dan kesan yang santai. Selain itu, dari warna kita dapat juga membentuk suatu keseragaman maupun perbedaan, memberikan suatu informasi, membedakan kejelasan arah dan tujuan, dan terakhir warna dapat mengekspresikan sifat dari bahan atau material. (Gregg Berrymen, Notes on Graphic Design and Visual Communication, (California: William Kaufman Inc., 1979), 14 – 17 ) Warna dapat menegaskan bentuk dan turut menambah efek indra terhadap skala ukuran. Seperti halnya suatu gedung yang menggunakan satu warna secara besar, akan lebih menonjol keberadaannya daripada gedung yang menggunakan warna yang beragam tetapi dalam jumlah yang sedikit. Warna dalam kehidupan kita sudah melekat erat dengan berbagai asumsi sehingga warna itu sendiri dapat berfungsi sebagai simbol. Contohnya warna merah, kebanyakan diartikan sebagai tanda bahaya, keadaan darurat, kuat dan sebagainya. Berikut adalah beberapa pengertian mengenai teori dasar warna: -
Hue: adalah 12 warna yang terdiri dari warna primer, warna sekunder dan warna tersier
-
Saturation: tingkat terangnya suatu warna yang dipengaruhi oleh banyak sedikitnya tingkat abu–abu. Tingkatan maksimumnya adalah warna primer, sedangkan tingkat minimumnya adalah abu–abu.
-
Value: merupakan nilai terang gelap.
-
Komplementer: merupakan warna yang berseberangan dalam lingkaran warna. Contohnya kuning dengan ungu.
-
Analog: Warna yang bersebelahan di dalam lingkaran warna. Contohnya hijau dengan hijau kebiruan dan hijau kekuningan (Hideaki Chijiwa, Color Harmony, (Gloucester:Rockspot Publisher Inc., 1987), 45 – 49)
8
4.1.4 Teori Tipografi Huruf adalah esensi dari komunikasi visual. Ketika sebuah huruf telah dipilih secara hati–hati, hal ini dapat mengkomunikasikan pesan secara efektif (Joyce Rutter Kaye, Basic Design, 2002) Typografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetikanya, huruf memiliki potensi untuk menerjemahkan atmosfir–atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk–bentuk visual. Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan gerak mata. Energi ini dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam penggunaannya senantiasa diperhatikan kaidah–kaidah estetikanya, kenyamanan keterbacaan serta interaksi huruf terhadap ruang dan elemen–elemen visual di sekitarnya. Jika penggunaan tipografi ditujukan untuk menjelaskan apa yang ingin disampaikan untuk para pembaca, maka tingkat keterbacaan (legibility) menjadi sangat penting. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan untuk mendapatkan legibiltas optimal : 1.
Langkah pertama untuk mendapatkannya adalah dengan memilih huruf yang memiliki proporsi legibilitas yang tinggi. Huruf–huruf serif seperti Times New Roman, Baskerville, Garamond atau huruf–huruf sans serif seperti Arial, Helvetica dianggap sebagai huruf–huruf klasik yang memiliki proporsi legibilitas tinggi.
2.
Ukuran huruf, panjang dan jarak antar baris. Dua unit ukuran yang digunakan dalam tipografi adalah pica dan point. Satu pica sama besarnya dengan 12 point dan 72 point sama besarnya dengan 1 inchi. Ukuran optimal yang biasanya digunakan teks line adalah antara 8–12 point. Panjang baris yang ideal yang dapat diterima dengan nyaman untuk dibaca adalah sekitar 70 karakter (10–11 kata). Baris yang terlalu panjang akan melelahkan mata sedangkan baris yang terlalu pendek akan menghasilkan rather copy reading (pemotongan gerak mata), dan penambahan 1–4 point antar baris dengan huruf ukuran 8–11 point dapat membantu meningkatkan keterbacaan teks.
3.
Spasi Huruf dan kata 9
Jenis huruf, ukuran dan ketebalan stroke ikut berpengaruh dalam menentukan jarak antar huruf. Sedangkan spasi antar kata harus disesuaikan dengan spasi antar huruf sehingga nantinya huruf akan mengalir dan tersusun menjadi kalimat yang baik. 4. Huruf besar dan huruf kecil Teks yang disusun secara keseluruhan dalam huruf besar dapat menghambat faktor keterbacaan. Huruf kecil memberikan tampilan visual yang diperlukan agar teks mudah dibaca. Cara yang paling efektif adalah menggabungkan keduanya. Huruf besar dengan jelas bisa menandakan awal dari kalimat.
Menurut Bob Carter dalam Working with Computer, faktor–faktor penting yang perlu diperhatikan dalam tipografi adalah: - Legibility : huruf yang dipilih mudah dibaca - Readibility : huruf yang dipilih mudah terbaca - Visibility : huruf mudah dilihat - Clearity : huruf harus jelas telihat (Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desain Grafis, (Jakarta:P.T Gramedia Pustaka Utama, 2001), 31 – 33) Dalam penyusunan buku ini, teori tipografi digunakan untuk pemilihan jenis–jenis huruf yang akan dipakai untuk bodycopy, headline, dan tata bahasa yang sesuai untuk digunakan pada buku ini. 4.1.5 Teori Ilustrasi dan Fotografi Drs. Soemarsono D. menyatakan bahwa ilustrasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: utama dan pendamping. Ilustrasi utama digunakan untuk menyajikan ide besar, ilustrasi pendamping untuk memperjelas ide utama. Sedangkan fotografi, biasanya menampilkan sesuatu yang lebih nyata, sehingga mengungkapkan makna secara emosional.
4.1.5.1 Fotografi Landskap
Pada dasarnya. Fotografi merupakan karya seni. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fotografi merupakan seni dan proses pengambilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang
10
dipekakan. Artinya, fotografi adalah teknik melukis dengan cahaya (KBBI edisi ke tiga, 2002). Dalam hal ini, tampak adanya persamaan fotografi dan seni lukis. Perbedaannya terletak pada media yang digunakan oleh kedua teknik tersebut. Seni lukis menggunakan kuas, cat, dan kanvas, sedangkan fotografi menggunakan cahaya (melalui kamera) untuk menghasilkan suatu karya. Giwanda dalam bukunya Panduan Praktis Belajar Fotografi, menyebutkan : Tanpa adanya cahaya, karya seni fotografi tidak akan tercipta. Selain cahaya, film yang diletakkan di dalam kamera yang kedap cahaya memberikan kontribusi yang cukup besar. Sebuah karya seni akan tercipta jika film ini terekspos oleh cahaya (Giwanda, 2001:2).
Dalam salah satu unsur yang membedakan ruang lingkup fotografi, yaitu documentary-illustrative photography, yang banyak hubungannya dengan komunikasi, dikenal juga seni memotret dalam cara penyampaian atau penyajian informasi, sehingga selain faktual, sisi artistiknya harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum memotret. Sehingga tidak salah jika fotografi erat kaitannya dengan seni.
Pengertian sederhana dari landscape photography adalah fotografi pemandangan alam. Atau dalam pengertian lain adalah salah satu jenis fotografi
yang merekam keindahan alam, namun ada pula yang mengkombinasikan dengan yang lain seperti manusia, hewan dan yang lainnya, tapi tetap yang menjadi fokus utamanya adalah alam.Untuk mendapatkan foto landscape yang bagus banyak faktor yang mempengaruhinya seperti kamera dan lensa yang digunakan, aperture yang akan mempengaruhi tingkat depth of field atau tingkat ketajaman keseluruhan suatu gambar. semakin menyeluruh dan tajam foto kita semakin bagus foto landscape kita. Untuk teori landscape photography, penulis menggunakan link dari Pak Yadi Yasin. Beliau adalah salah stau fotografer landscape Indonesia yang menjelaskan tips motret landscape di Fotografer.net. Dalam tips nya Pak Yadi Yasin menekankan beberapa hal seperti : 11
•
Perlunya depth-of-field yang seluas-luasnya dengan menggunakan apperture sempit, seperti f22. Akan tetapi saya juga ingin mengingatkan bahwa dengan resolusi kamera digital yang makin tinggi maka penggunaan apperture sempit seperti ini akan berdampak pada difraksi lensa. Akibatnya adalah foto yang kurang tajam. Jadi kenali kamera dan lensa anda.
•
Penggunaan hyperfocal distance sebagai alat bantu memperluas depthof-field dari foto kita.
•
Perlunya komposisi, dengan rule-of-third, foreground, point-of-interest, line & pattern, dll
•
Pemahaman cuaca dan waktu – terutama golden hours dan twilight time Penggunaan alat bantu filter & lensa yang sesuai
4.1.5.2 Teknik Fotografi Komposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar agar objek menjadi pusat perhatian (POI=Point of Interest). Dengan mengatur komposisi foto kita juga dapat dan akan membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek. Berbicara komposisi maka akan selalu terkait dengan kepekaan dan “rasa” (sense). Untuk itu sangat diperlukan upaya untuk melatih kepekaan kita agar dapat memotret dengan komposisi yang baik.
Menurut Feri Thomas dalam artikelnya TEKNIK FOTOGRAFI; Komposisi didalam Nature Fotografi, ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menghasilkan komposisi yang baik, diantaranya: 1. Sepertiga Bagian (Rule of Thirds) Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang umum lakukan, di mana kita selalu
12
menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto
2. Sudut Pemotretan (Angle of View) Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka dari itu, jika kita ingin mendapatkan satu momen dan mendapatkan hasil yang terbaik, kita jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping sampai kepada sudut yang ekstrim. Beberapa teknik sudut pengambilan sebuah foto, yaitu: a. Pandangan sebatas mata (eye level viewing) . Paling umum, pemotretan sebatas mata pada posisi berdiri, hasilnya wajar/biasa, tidak menimbulkan efek-efek khusus yang terlihat menonjol kecuali efek-efek yang timbul oleh penggunaan lensa tertentu, seperti menggunakan lensa sudut lebar, mata ikan, tele, dan sebagainya karena umumnya kamera berada sejajar dengan subjek. b. Pandangan burung (bird eye viewing) . Bidikan dari atas, efek yang tampak subjek terlihat rendah, pendek dan kecil. Kesannya seperti kecil/hina terhadap subjek. Manfaatnya seperti untuk menyajikan suatu lokasi atau landscape. c. Low angle camera . Pemotretan dilakukan dari bawah. Efek yang timbul adalah distorsi perspektif yang secara teknis dapat menurunkan kualitas gambar, bagi yang kreatif hal ini dimanfaatkan untuk menimbulkan efek khusus. Kesan efek ini adalah menimbulkan sosok pribadi yang besar, tinggi, kokoh dan berwibawa, juga angkuh. Orang pendek akan terlihat sedikit normal. Menggambarkan bagaimana anak-anak memandang dunia orang dewasa. Termasuk juga dalam jenis ini pemotretan panggung, orang sedang berpidato di atas mimbar
13
yang tinggi. d. Frog eye viewing . Pandangan sebatas mata katak. Pada posisi ini kamera berada di bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak diarahkan ke atas, tetapi mendatar dan dilakukan sambil tiarap. Angle ini digunakan pada foto peperangan, fauna dan flora. e. Waist level viewing . Pemotretan sebatas pinggang. Arah lensa disesuaikan dengan arah mata (tanpa harus mengintip dari jendela f. pengamat). Sudut pengambilan seperti ini sering digunakan untuk foto-foto candid (diam-diam, tidak diketahui subjek foto), tapi pengambilan foto seperti ini adalah spekulatif. g. High handheld position . Pemotretan dengan cara mengangkat kamera tinggi-tinggi dengan kedua tangan dan tanpa membidik. Ada juga unsur spekulatifnya, tapi ada kiatnya yaitu dengan menggunakan lensa sudut lebar (16 mm sampai 35 mm) dengan memposisikan gelang fokus pada tak terhingga (mentok) dan kemudian memutarnya balik sedikit saja. Pemotretan seperti sering dilakukan untuk memotret tempat keramaian untuk menembus kerumunan.
3. Komposisi pola garis Diagonal, Horizontal, Vertikal, Curve. Di dalam pemotretan Nature, pola garis juga menjadi salah satu unsur yang dapat memperkuat objek foto. Pola garis ini dibangun dari perpaduan elemen-elemen lain yang ada didalam suatu foto. Misalnya pohon,ranting, daun, garis cakrawala, gunung, jalan, garis atap rumah dan lain-lain.. Elemen-elemen yang membentuk pola garis ini sebaiknya diletakkan di sepertiga bagian bidang foto. Pola Garis ini dapat membuat komposisi foto menjadi lebih seimbang dinamis dan tidak kaku.
14
4. Background (BG) dan Foreground (FG) Latar belakang dan latar depan adalah benda-benda yang berada di belakang atau di depan objek inti dari suatu foto. Idealnya, BG dan FG ini merupakan pendukung untuk memperkuat kesan dan fokus perhatian mata kepada objek. Selain itu juga “mood” suatu foto juga ditentukan dari unsur-unsur yang ada pada BG atau FG. BG dan FG, seharusnya tidak lebih dominan (terlalu mencolok) daripada objek intinya. Salah satu caranya adalah dengan mengaburkan (Blur) BG dan FG melalui pengaturan diafragma (http://www.hinamagazine.com/index.php/2006/11/02/dasar-dasarfotografi/teknik-fotografi/) Hal lain yang dapat menunjang komposisi dan dapat membangun Point of interest yaitu oleh pemilihan warna, dalam hal ini warna-warna primer seperti merah dan biru, yang dapat langsung menarik perhatian mata kita agar terfokus pada gambar.
4.1.6 Teori Grid Dalam buku Grid System : Josef Müller-Brockmann menulis bahwa penggunaan grid sebagai sebuah sistem yang tertata rapih adalah ekspresi dari kepribadian seorang desainer yang menunjukkan bahwa desainer tersebut membuat karyanya konstruktif dan berorientasi kepada masa depan. Danton Sihombing dalam buku Tipografi Dalam Desain Grafis, menulis bahwa sebuah grid diciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen visual dalam sebuah ruang. Grid systems digunakan sebagai perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. Melalui grid systems seorang perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama dari penggunaan grid adalah untuk menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik. Grid menyediakan struktur dari semua elemen desain pada suatu halaman, yang mempermudah 15
dalam penyederhanaan pemikiran kreatif ataupun proses pengambilan keputusan bagi para desainer grafis. Menggunakan grid sangat berpengaruh untuk keakuratan dan konsistensi pada penempatan elemen halaman. Grid dapat digunakan untuk menambah tingkat kedinamisan pada suatu desain. (Basics Design: Gridsoleh Gavin Ambrose, Paul Harris,2008 )
4.1.7 Fungsi Grid Pada buku Grids : the structure of graphic design, Andre Jute memaparkan fungsi grid sebagai berikut, yaitu : • Repeatability Repeatability berguna untuk membuat pengulangan pada suatu halaman atau untuk memberikan kesatuan penampilan suatu halaman atau untuk menyeragamkan elemen-elemen desain yang terdapat pada dassar halaman. • Composition Grid dapat berguna untuk memberikan komposisi yang baik pada desain suatu halaman. Pencampuran bodytext yang berisikan ilustrasi ataupun fotografi merupakan salah satu fungsi yang terdapat pada grid. • Communication Fungsi dari desain grafis sendiri adalah untu mengkomunikasikan pesan. Grid juga berfungsi sebagai alat bantu penyampaian pesan.
4.2 Strategi Kreatif
4.2.1 Fakta Kunci Tingkat kesadaran untuk mengenal pengetahuan yang terdapat dalam museummuseum sejarah di Indonesia yang masih rendah, sehingga museum tidak diminati lagi oleh kaum remaja maupun pelajar daripada mal-mal yang banyak berdiri sekarang ini.
4.2.2 Positioning Statement 16
Buku yang berjudul “Sejarah Yang Tersimpan Dalam Museum Fatahillah” adalah satu – satunya buku panduan informasi yang berisi foto-foto beberapa sisi pemandangan dari dalam museum tersebut, yang didalamnya terdapat benda peninggalan-peninggalan sejarah serta ruang bangunan yang mempunyai filosofi sendiri yang disampaikan dalam bentuk sebuah buku. sehingga dapat mempermudah para pecinta sejarah dari luar daerah Ibukota Jakarta maupun sebagian orang yang bertempat tinggal di Jakarta ingin mengetahui sejarahnya kemudian menyukainya dan ikut serta pergi ke museum untuk melihat realita nya.
4.2.3 Key Message Jika ditanya tentang peninggalan sejarah yang tertera dalam museum, Orangorang hanya mengetahui secara singkat beberapa nama peninggalan sejarah saja, Kemudian tidak tahu beberapa filosofi yang tertera maupun dari kisah-kisah zaman dahulu dari nama yang telah disebutkan.
4.2.4 Keyword Fotografi, Sejarah, Cerah, Imajinasi, Seru!
4.2.5 Big Idea “REMINISCENCE of Museum Fatahillah”
4.2.6 USP
Buku ini berisi sisi sejarah yang terdapat dalam museum fatahillah yang terangkai dalam sebuah buku yang didalam nya terdapat foto berserta filosofi yang baik dan jelas dengan memadukan gaya yang berkesan cerah dan kuno sesuai dengan perjalanan yang telah ditelusuri oleh narratornya.
4.2.7 Pendekatan Kreatif Menggunakan teknik fotografi seperti aslinya dengan sedikit diedit menggunakan Photoshop. tujuan dari publikasi ini adalah untuk mengajak para pembaca untuk dapat ikut serta langsung ke tempat tujuannya dan melihat realitasnya bahwa yang terdapat didalam Museum Sejarah Jakarta adalah sejarah yang tersimpan dengan berbagai keunikan, selain itu juga si pembaca dapat merasakan keindahan 17
Museum Sejarah Jakarta dan memanjakan mata si pembaca dengan tampilan foto-foto yang menarik seperti yang sudah tertera pada Museum Sejarah Jakarta-nya.
4.2.8 Tone and Manner Warna : menggunakan warna–warna cerah klasik kuno. Visual : menggunakan fotografi yang mengambil dari berbagai sudut yang berbedabeda.
4.2.9 Strategi Verbal Menggunakan bahasa yang diucapkan secara umum dan argumentatif yaitu bahasa Indonesia yang formal dan informatif, namun tidak berkesan kaku. Sehingga pembawaan suasana penyampaian pesan tidak menghasilkan kesan yang sulit dicerna oleh pembaca, namun memberikan informasi yang jelas dan mudah diketahui oleh pembaca.
4.2.10 Profil Khalayak Sasaran -
Demografis Umur : 18-29 tahun Jenis Kelamin : pria dan wanita SES : menengah ke atas
-
Geografis Secara geografis targetnya adalah yang tinggal diluar daerah - daerah kota besar seperti Surabaya, Semarang, Bandung
-
Psikografis Pekerjaan : Mahasiswa, orang kantoran. Hobi : Jalan-Jalan Warna : warna – warna klasik kuno
4.2.11 Media Promosi
18
Untuk item item promosi yang akan digunakan pada publikasi akan disesuaikan dengan aturan yang ditetapkan, oleh fakultas / ketentuan yang berlaku dan juga disesuaikan dengan kebutuhan pada promosi tersebut. Dalam hal ini item–item promosi yang akan digunakan untuk publikasi ini adalah : •
Pembatas Buku (sebagai pengingat)
•
Poster (sebagai alat promosi)
•
X-Banner (sebagai alat promosi)
•
Flyer (sebagai alat promosi)
•
Sticker (sebagai pengingat)
•
Pin (sebagai pengingat)
•
Postcard (sebagai pengingat)
19