Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A. HASIL PENGAMATAN 1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7 0.1 N Kelompok Vol. K2Cr2O7
Vol. Na2S2O3
7
10 ml
11 ml
8
10 ml
12.7 ml
9
10 ml
11.6 ml
10
10 ml
11 ml
11
10 ml
12.1 ml
12
10 ml
10.7 ml
2. Standarisasi kadar Cu dalam terusi Kelompok Vol. Terusi
Vol. Na2C2O3
7
10 ml
6.2 ml
8
10 ml
5 ml
9
10 ml
5.2 ml
10
10 ml
6.3 ml
11
10 ml
9.8 ml
12
10 ml
4.8 ml
B. PERHITUNGAN 1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7 0.1 N + + + 6 11 + 12.7 + 11.6 + 11 + 12.1 + 10.7 = 6 =
+
+
= 11.5167 10
=
0.1 = 11.5167
Haris Dianto Darwindra 240210080133 =
10 0.1 11.5167
= 0.0868
2. Standarisasi kadar Cu dalam terusi +
+ + + 6 6.2 + 5 + 5.2 + 6.3 + 9.8 + 4.8 = 6 =
+
= 6.22 =
= =
65.37 = 65.37 1 ( . ) =
6.22
0.0868 10
= 3.529 = =
65.37
= 0.0035
0.035 0.25
= 1.4 %
100%
100%
Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB V PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini membahas mengenai titrasi tidak langsung yaitu iodometri. Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku tiosulfat .
Oksidator + KI → I2 + 2e I2 + Na2 S2O3 → NaI + Na2S4O6
1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7 0.1 N Titrasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai normalitas dari larutan Na2S2O3. Pertama, siapkan 10 mL K2Cr2O7, lalu ditambahkan dengan 10 mL H2SO4 dan 8 mL KI 20%. Penambahan KI seharusnya ditambahkan sebelum Penambahan H2SO4, tetapi hal ini untuk menghindari terjadinya penguapan KI oleh sinar matahari yang akan menyebabkan tidak terjadinya reaksi dan KI sendiri berfungsi untuk pembentukan iodium. Larutan yang sudah dicampurkan dengan ketiga larutan tersebut kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 sampai warna menjadi kuning kehijauan. Lalu tambahkan 0,5 mL indikator amilum 1 %. Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi ini adalah indikator amilum 1%.
Penambahan amilum yang dilakukan saat
mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga warna kuning kehijauan mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas.
Penggunaan indikator ini untuk memperjelas
perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada
Haris Dianto Darwindra 240210080133 titik akhir titrasi. Warna hijau muda pada hasil titrasi kedua menandakan Cr2+ sudah benar-benar terbentuk. Persamaan Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : Cr2O72+ + 14H+ + 6e-
→
2Cr3+ + 7H2O (x1)
2I-
→
I2 + 2e-
Cr2O72+ + 14H+ + 6I-
→
2Cr3+ + 7H2O + 3I2
I2 + 2 e-
→ 2 I-
S2O32- + H2O
→ S2O42- + 2H+ + 2 e-
I2 + S2O32- + H2O
→ 2 I- + S2O42- + 2H+
(x3)
Pada perhitungan, dapat dicari N Na2S2O3 melalui perhitungan dengan rumus Grek asam = Grek Basa. Perhitungannya adalah sebagai berikut : + + + 6 11 + 12.7 + 11.6 + 11 + 12.1 + 10.7 = 6 =
+
+
= 11.5167 10
=
0.1 = 11.5167 =
10 0.1 11.5167
= 0.0868
Volume Na2S2O3 yang terpakai adalah 11.5167 mL. Normalitas yang didapat yaitu 0,0868 N.
2. Standarisasi kadar Cu dalam terusi Titrasi yang selanjutnya yaitu penentuan kada cu dalam terusi (CuSO4). Pada penentuan kadar Cu, 10 ml larutan terusi ditambahkan dengan 10mL H2SO4dan 8 mL KI 20%. Sama halnya dengan percobaan sebelumnya penambahan KI seharusnya ditambahkan sebelum Penambahan H2SO4, tetapi
Haris Dianto Darwindra 240210080133 hal ini untuk menghindari terjadinya penguapan KI oleh sinar matahari yang akan menyebabkan tidak terjadinya reaksi dan KI sendiri berfungsi untuk pembentukan iodium. Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan Na2S2O3 hingga warnanya kuning jerami. Warna kuning jerami pada hasil titrasi tersebut menandakan bahwa I2 masih ada. Kemudian ditambahkan indikator amilum 1%. Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga warna kuning jerami mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas.
Penggunaan indikator ini untuk memperjelas
perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi. Pada saat ditambahkan amilum, I2 pada hasil titrasi pertama bereaksi dengan amilum. Terbentuknya warna putih susu pada akhir titrasi yang menandakan adanya reaksi antara Cu dengan I2. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah sebagai berikut : Cu2+ + e-
→
Cu+
(x2)
2 I-
→
I2 + 2 e-
(x1)
2 Cu2+ + 2 I-
→
2 Cu+ + I2
Pada perhitungan, dapat dicari kadar Cu melalui perhitungan sebagai berikut : + + + 6 6.2 + 5 + 5.2 + 6.3 + 9.8 + 4.8 = 6 =
+
= 6.22
+
Haris Dianto Darwindra 240210080133 =
= =
65.37 = 65.37 1 ( . ) =
6.22
0.0868 10
= 3.529 = =
65.37
= 0.0035
0.035 0.25
= 1.4 %
100%
100%
Volume Na2C2O3 yang terpakai adalah 6.22 mL. Kadar Cu yang didapat dari perhitungan tersebut adalah 1.4 %.
3. Sumber-sumber Kesalahan pada Titrasi Iodometri Penguapan I2 Oksidasi udara Adsorpsi I2 oleh endapan
Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI KESIMPULAN Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Hasil akhir titrasi dapat terpengaruh oleh ketidaktepatan pengukuran volume zat-zat yang digunakan. Titrasi akan berakhir pada titik akhir titrasi yaitu pada saat terjadi perubahan warna larutan. Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Normalitas dari Na2S2O3 adalah 0,0868 N. Kadar Cu adalah 1.4 %.
Haris Dianto Darwindra 240210080133 DAFTAR PUSTAKA
Basset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Day , R . A .Jr . dan Underwood , A . I . 1992 . Analisis Kimia Kuantitatif ( Edisi Kelima). Jakarta . Penerbit Erlangga. Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta . Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI. Jakarta.
Haris Dianto Darwindra 240210080133 GAMBAR HASIL TITRASI IODOMETRI
Gambar 1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7 0.1 N
Gambar 2. Penentuan Kadar Cu dalam CuSO4