BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Paru Dr Ario Wirawan (RSPAW) Salatiga, dengan alamat Jalan Hasanudin 806 Salatiga. RSPAW Salatiga merupakan rumah sakit khusus paru yang menerima rujukan dan mengutamakan pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien-pasien khusus penyakit saluran pernapasan atau patients with respiratory tract diseases. RSPAW Salatiga memiliki ruang perawatan yang diklasifikasikan menurut beberapa tingkatan, mulai dariyang paling rendah yakni ruang perawatan kelas tiga, kelas dua, hingga kelas satu danvery important personclass atau kelas VIP. Meskipun belum dilengkapi dengan ruang operasi, rumah sakit ini memiliki satu ruang tindakan yang khusus dirancang untuk melakukan beberapa tindakan invasif secara steril, penunjang program pengobatan medis. Tindakan invasif spesifik dikhususkan bagi pasien yang menderita gangguan akibat penyakit pada paru-paru, seperti tindakan broncoscopy, FNAB (fine needle aspiration biopsy), pungsi pleura dan water-sealed drainage (WSD). Instruksi dokter untuk setiap pasien yang perlu mendapat tindakan pemasangan WSD, didapatkan setelah melakukan pemeriksaan rutin pagi, sekitar jam 8 sampai 9 pagi WIB di setiap ruang perawatan.
42
Instruksi tersebut bersifat cito,artinya harus segera dilakukan, sehingga pemasangan WSD dilakukan dalam waktu dekat setelah 1 sampai 2 jam berikut. Post pemasangan WSD, pasien harus dirawat di ruang Inter Mediate Care (IMC) untuk mendapatkan pengawasan dan perawatan intensive. Observasi dan wawancara pada setiap partisipan dan anggota keluarga dilakukan secara terpisah, disesuaikan dengan jadwal pemasangan WSD. Observasi difokuskan pada penghitungan denyut nadi atau heart rate partisipan pada periode pra dan post pemasangan WSD. Wawancara difokuskan pada kecemasan partisipan dan dukungan keluarga yang diberikan oleh anggota keluarga pada periode pra pemasangan WSD. Proses observasi dan wawancara berjalan dengan lancar, karena partisipan dan anggota keluarga memberikan respon dan timbal balik yang baik sehingga penulis dapat memiliki data dengan jelas. 4.1 Gambaran Umum Partisipan Partisipan dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin lakilaki yaitu 75%, sedangkan perempuan 25% dari 8 partisipan. Usia pasien berbeda-beda dan bervariasi mulai dari 21 tahun sampai dengan 72 tahun. Daerah asal pasien bervariasi dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu dari kota Purwodadi, Kendal, Solo, Demak, Semarang, Pati, Salatiga dan Boyolali. 43
Sebagian besar 87,5% atau 7partisipan memiliki riwayat merokok sebagai salah satu faktor risiko yang dapat diasosiasikan dengan timbulnya penyakit pneumotoraks, efusi pleura atau empiema. Diagnosa medis yang diberikan kepada partisipan adalah salah satu dari jenis penyakit di atas. Salah satu gejala yang ditunjukkan adalah sesak napas, yang disebabkan karena kondisi paru telah tertekan akibat adanya penimbunan cairan atau udara dalam rongga pleura. Tindakan pemasangan WSD ditetapkan untuk membantu pengeluaran cairan atau udara dari rongga pleura sehingga pemenuhan kebutuhan oksigen dapat tercapai dengan bantuan pemberian oksigen. Prosedur pemasangan WSD melibatkan penggunaan trokar WSD. Trokar WSD merupakan salahsatu peralatan dari logam yang panjangnya 8 sampai 10 cm dengan bagian depan berbentuklancip seperti jarum spuit. Lokasi memasukan trokar WSD terletak di intercostal space IV atau V pada anterior/medial axillary line ke rongga pleura. Prosedur demikian memicu timbulnya kecemasan bagi setiap partisipan. Tingkat kecemasan partisipan berbeda-beda, lima partisipan memiliki kecemasan ringan dan tiga partisipan memiliki kecemasan berat. Anggota keluarga berusaha memberi dukungan keluarga untuk menghilangkan kecemasan partisipan. Hasil observasi dan wawancara yang dirangkum pada Tabel 4.1 digunakan untuk memberikan gambaranumum setiap partisipan.
44
45
4. 2 Analisis Data Data hasil observasi dan wawancara dari setiap partisipan dianalisis berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Denyut nadi atau heart rate merupakan indikator kecemasan yang dipakai sebagai pedoman untuk menganalisis data hasil observasi. Data hasil wawancara dari setiap partisipan dianalisis berdasarkan beberapa indikator
yang
dipakai
sebagai
pedoman
wawancara,
yaitu
kecemasan, dukungan informasional, dukungan emosional dan dukungan instrumental, yang terdiri dari beberapa aspek. 4.2.1Kecemasan Data hasil wawancara dengan partisipan mengenai tindakan pemasangan WSD menunjukkan bahwa setiap partisipan memiliki kecemasan menghadapi tindakan pemasangan WSD. Kecemasan partisipan menghadapi tindakan pemasangan WSD dapat ditunjukkan melalui Gambar 4.1 Takut jarum
Takut akan prosedur tindakan WSD
Takut rasa sakit
Takut akan Instrumen WSD
Takut biaya
Takut akan biaya WSD
Pikiran menakutkan
K E C E M A S A N
Gambar 4.1 Skema Kecemasan Partisipan Pra Pemasangan WSD
46
Kecemasan partisipan timbul karena adanya pemikiran yang menakutkan mengenai salah satu instrumen tindakan pemasangan yaitu trokar WSD, prosedur pemasangan WSD dan biaya pemasangan WSD. Kecemasan partisipan timbul akibat bayangan trokar WSD yang seperti jarum suntik berukuran besar serta memikirkan bagaimana dan di bagian mana trokar WSD dimasukan ke dalam tubuh. Salah satu partisipan memiliki kecemasan terhadap trokar WSD karena telah memiliki trauma terhadap jarum sejak masa kanak-kanak. Setiap partisipan memiliki kecemasan mengenai rasa sakit yang ditimbulkan selama proses pemasangan WSD. Biaya tindakan pemasangan WSD juga menimbulkan kecemasan bagi salah satu partisipan karena merasa tidak sanggup untuk membayar biaya perawatan rumah sakit. Kecemasan yang dirasakan partisipan juga ditunjukkan melalui tanda-tanda fisik seperti jantung berdebar-debar. Beberapa partisipan merasa gemetar dan keringat dingin di leher, dahi dan di sekitar lipatan lutut menghadapi tindakan pemasangan WSD. Kecemasan partisipan yang diungkapkan dan dirasakan sangat bersifat subjektif, karena hanya dirasakan sendiri oleh partisipan. Beberapa ungkapan kecemasan partisipan ditunjukkan di bawah ini: ”Kalau jujur memang saya merasa takut.Ya, sama jarum, membayangkan jarum besar bagaimana, disuntik di sebelah mana, sakit ngga (P3)”.(lampiran II ; hal. 70) ”Rasa seperti deg-degan gitu, mikirin jarumnya (P4)”.(lampiran II ; hal. 71)
47
”Ya deg-degan, takut sama jarum, tapi sebenarnya saya lebih takut kalau ngga bisa bayar rumah sakit daripada takut sama jarum (P1)”. (lampiran II ; hal. 70)
Kecemasan yang dirasakan partisipan menghadapi tindakan pemasangan WSD dapat dibuktikan secara objektif melalui hasil observasi terhadap denyut nadi atau heart rate.
4.2.2 Aspek Denyut Nadi atau Heart Rate Denyut nadi atau heart rate setiap partisipan diobservasi dalam dua periode waktu yang berbeda yaitu pra dan post pemasangan WSD. Strategi pencatatan hasil observasi heart rate pra WSD terdiri dari data heart rate rutin pagi di status pasien, hasil penghitungan heart rate satu jam pra WSD secara manual, dan hasil penghitungan heart rate secara automatis sesaat sebelum pemasangan WSD di ruang tindakan. Pencatatan hasil observasi heart rate post WSD dilakukan secara manual setelah satu jam post WSD. Data hasil observasi, heart rate setiap partisipan dapat ditunjukkan melalui Tabel 4.2. Heart rate rutin pagi menunjukkan bahwa heart rate setiap partisipan berada pada kondisi normal. Heart rate satu jam pra pemasangan WSD di ruang perawatan dan pra pemasangan WSD di ruang tindakan memperlihatkan variasi diantara partisipan. Nilai
48
heartrate pra pemasangan WSD menunjukkan bahwa setiap partisipan berada pada kondisi dengan kecemasan.
Tabel 4.2Data Heart Rate (detak per menit) Partisipan Pra dan Post Pemasangan WSD Partisipan I II III IV V VI VII VIII
Rutin Pagi 96 88 76 84 88 82 96 90
Pra WSD RuangPerawatan RuangTindakan 121 122 122 126 106 110 104 107 108 110 107 110 124 129 104 107
Post WSD 94 104 80 76 78 80 98 98
Kecemasan yang ditunjukkan setiap partisipan berbeda-beda sesuai dengan variasi heart rate yang diperlihatkan. Kecemasan partisipan dapat dikelompokan dalam dua tingkat kecemasan. Pertama, tingkat kecemasan ringan yang dimiliki oleh 62,5% atau 5 partisipan yaitu partisipan III, IV, V, VI dan VIII karena memperlihatkan heart rate diantara 101-120 detak per menit dan kedua, tingkat kecemasan berat yang dimiliki oleh 37,5%atau 3 partisipan yaitu partisipan I, II dan VII karena memperlihatkan heart rate diantara 121140 detak per menit Heart rate satu jam post pemasangan WSD memperlihatkan sebagian besar (87,5% atau 7) partisipan telah kembali pada kondisi
49
normal dan 12,5% atau 1 partisipan masih memiliki kecemasan ringan, yaitu partisipan II. Kecemasan yang timbul sejak pra pemasangan WSD telah hilang pada sebagian besar partisipan usai pemasangan WSD dengan adanya bantuan keluarga.
4.2.3 Dukungan Keluarga Data hasil wawancara mengenai dukungan keluarga didapatkan bahwa setiap partisipan mendapatkan dukungan keluarga menghadapi tindakan pemasangan WSD. Beberapa kutipan dukungan keluarga ditunjukkan di bawah ini : ”Jangan takut sama jarum yang penting sehat, sakitnya sembuh (P4)”.(lampiran III ; hal. 72) ”Saya sampaikan kalau memang alternatif yang terbagus harus dipasang selang (P1)”.(lampiran III ; hal. 73) ”Saya bilang bapak berdoa, Tuhan pasti berikan kekuatan buat bapak, (P7)”. (lampiran III ; hal. 76) ”Saya selalu disini (P3)”.(lampiran III ; hal. 80) ”Saya pasti ngantariin dia ke sana (P5)” (lampiran III ; hal. 82) ”Saya mau ngurus surat-surat ASKES(P4)”. (lampiran III ; hal. 83) Dukungan keluarga kepada partisipan pra pemasangan WSD dapat ditunjukkan melalui Gambar 4.2. Data hasil wawancara dukungan keluarga dianalisis berdasarkan beberapa indikatoryang dipakai sebagai pedoman wawancara, yaitu dukungan
informasional,
dukungan
emosional
dan
dukungan
instrumental, yang terdiri dari beberapa aspek.Keluarga memiliki kesempatan
dan kepercayaan
yang
50
tinggi untuk
memberikan
dukungan
kepada
partisipan
selama
menghadapi
tindakan
pemasangan WSD. Dukungan keluarga yang diberikan dapat berupa dukungan
informasional,
dukungan
emosional
dan
dukungan
instrumental, yang diharapkan mampu membantu secara psikologis agar menurunkan kecemasan partisipan pra pemasangan WSD.
Pemberian Nasehat Dukungan Informasional
Pemberian Informasi K E C E M A S A N
D U K U N G A N
Pemberian Saran
Ungkapan Empati Dukungan Emosional
Kepedulian
K E L U A R G A
Perhatian
Dukungan Instrumental
Bantuan Biaya
Gambar 4.2Skema Dukungan Keluarga Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Partisipan
Dukungan informasional diberikan karena partisipan memiliki pemikiran yang menakutkan, akibat dari perolehan informasi singkat dan
tidak
pemasangan
detail
dari
WSD.
tenaga Dukungan
51
kesehatan
mengenai
informasional
tindakan
menimbulkan
kepercayaan diri partisipan dengan memperjelas dan mempertegas informasi mengenai tindakan pemasangan WSD sehingga lebih memotivasi
partisipan
menghadapi
dan
menjalani
tindakan
pemasangan WSD. Dukungan informasional dapat diberikan dalam bentuk pemberian nasehat, informasi dan saran. Nasehat
keluarga
terutama
untuk
jangan
takut
dengan
penggunaan trokar WSD dalam prosedur pemasangan WSD. Nasehat ini sangat beralasan karena keluarga tidak menginginkan kondisi kecemasan
partisipan
dapat
berakibat
pada
penundaan
atau
pembatalan dilakukannya tindakan pemasangan WSD. Bertanggung jawab atas kecemasan partisipan, keluarga memberikan solusi untuk menenangkan partisipan, melalui nasehat agar tidak melihat trokar WSD selama proses tindakan pemasangan WSD. Partisipan juga dinasehati untuk tidak terlalu berpikiran negatif tentang tindakan pemasangan WSD. Pemikiran negatif seperti bayangan rasa sakit, dimana dan sampai kapan selang WSD akan terpasang di tubuhnya. Pemikiran tersebut harus dihentikan untuk menghindari kecemasan yang berlebihan. Keluarga berusaha menenangkan partisipan dengan memberikan nasehat bernuansa religius. Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa meminta petunjuk dan kekuatan guna meningkatkan kepercayaan diri menghadapi dan menjalani tindakan pemasangan WSD demi mendapatkan kesembuhan.
52
Keluarga memberikan informasi bahwa mengobatipenumpukan cairan atau udara yang berlebihan dalam rongga pleura, tidak cukup hanya dengan menggunakan obat-obatan, tetapi perlu suatu tindakan medis untuk mengeluarkan cairan atau udara dari rongga pleura, yaitu dengan dilakukan tindakan pemasangan WSD. Keluarga meyakinkan keputusan partisipan untuk menerima dan menjalani tindakan pemasangan WSD, melalui pemberian informasi bahwa WSD adalah suatu tindakan alternatif terbaik untuk mengeluarkan cairan atau udara dari rongga pleura secara menetap. Obat-obatan juga dapat dimasukan melalui selang WSD ke rongga pleura sehingga efektif mengobati infeksi di rongga pleura dan paru secara keseluruhan. Informasi manfaat pemasangan WSD memberikan stimulus yang baik untukmemotivasi partisipan mempersiapkan diri menghadapi dan menjalani
tindakan
pemasangan
WSD
demi
mendapatkan
kesembuhan. Keluarga
memandang
dipertimbangkan
dengan
instruksi baik,
pemasangan
sehingga
WSD
partisipan
telah
diharapkan
memberi kepercayaan kepada tenaga medis dan para medis dalam usaha untuk menyembuhkannya. Saran keluarga adalah agar partisipan menerima dan menjalani tindakan pemasangan WSD. Keluarga meyakinkan partisipan menerima WSD
dengan
bersedia
sebagai
53
tindakan pemasangan
penanggung
jawab
dalam
menandatangani formulir persetujuan tindakan pemasangan WSD (informent
consent).
memperoleh
Keinginan
kesembuhan
keluarga
dapat
dan
partisipan
diwujudkan
melalui
untuk
tindakan
pemasangan WSD, sehingga partisipan juga diharapkan agar tidak menunda atau menolak tindakan pemasangan WSD Menyadari pentingnya dilakukan tindakan pemasangan WSD dan adanya
kecemasan
partisipan,keluarga
merasa
perlu
untuk
mempersiapkan emosional partisipan. Dukungan emosional secara subjektif dapat menimbulkan kepercayaan diri dengan memberikan rasa aman dan nyaman bagi partisipan. Dukungan emosional dapat diberikan dalam bentuk ungkapan empati, kepedulian dan perhatian. Ungkapan empati ditunjukkan melalui sikap sabar keluarga mendengarkan
dan
memahami
keluhan
partisipanmengenai
kecemasan. Keluarga berperan sebagai pendengar yang baik dengan memberikan kesempatan agar partisipan mengeluarkan semua isi pikir yang menakutkan mengenai tindakan pemasangan WSD. Keluarga berusaha bersikap memahami kecemasan partisipan karena adanya penggunaan trokar dalam prosedur tindakan pemasangan WSD. Keluarga menunjukkan sikap percaya pada partisipan dengan meyakinkan bahwa partisipan pasti mampu menjalani tindakan pemasangan WSD untuk memberikan kekuatan emosional dan meningkatkan kepercayaan diri partisipan menghadapi tindakan
54
pemasangan WSD. Ungkapan empati keluarga juga diekspresikan dengan mengharapkan dukungan dari anggota keluarga lain di luar rumah sakit melalui penyampaian informasi pelaksanaan tindakan pemasangan
WSD.
Semakin
besar
ungkapan
empati
yang
ditunjukkan, mencerminkan semakin besar juga dukungan yang diberikan keluarga kepada partisipan. Kepedulian keluarga menemani partisipan di dekatnya, dilakukan atas inisiatif sendiri atau karena ada permintaan partisipan untuk menguatkan emosional partisipan. Keberadaan keluarga membuat partisipan
merasa
aman
dan
nyaman,
sehingga
menambah
kepercayaan diri partisipan karena meyakini bahwa ada keluarga yang mencintainya dan selalu siap untuk memberi dukungan. Kepedulian keluarga menemani partisipan mencerminkan rasa cinta dan tanggung jawab yang dimiliki dalam memberikan dukungan kepada partisipan menghadapi tindakan pemasangan WSD. Keluarga
memberikan
perhatian
melalui
keinginan
untuk
mengantar dan menunggu partisipan di ruang tindakan selama proses pemasangan WSD. Perhatian yang diberikan selama menemani partisipan
sebelum
dan
selama
menjalani
proses
tindakan
pemasangan WSD, sangat penting untuk menguatkan emosional partisipan. Perhatian keluarga dapat menambah kepercayaan diri, karena partisipan merasa nyaman, sehingga dijadikan kekuatan
55
sebagai
suatu
dukungan
yang
diyakini
dan
dimiliki
selama
menghadapi dan menjalani proses pemasangan WSD. Salah satu dukungan keluarga untuk meyakinkan partisipan menghadapi
tindakan
stimuluskecemasan pemasangan
pemasangan
selain
WSD,
WSD
penggunaan
khususnya
trokar
tanpa
menambah
instrumen WSD
adalah
prosedur dengan
memberikan dukungan instrumental. Keluarga meyakinkan partisipan untuk tidak perlu mencemaskan biaya pemasangan WSD karena biaya tersebut pasti dibayar oleh keluarga atau dengan cara mengurus surat-surat kelengkapan kartu jaminanan kesehatan masyarakat miskin (JAMKESMAS) sebagai syarat untuk membayar biaya rumah sakit mencakup biaya tindakan pemasangan WSD. Menangani biaya pemasangan WSD memerupakan wujud tanggung jawab keluarga dalam memberikan dukungan secara material untuk memberikan keyakinan dan ketenangan bagi partisipan menerima tindakan pemasangan WSD. Partisipan terbukti menghadapi tindakan pemasangan WSD dengan kondisi kecemasan. Dukungan keluarga dapat mempengaruhi pemikiran partisipan dengan memperjelas dan mempertegas informasi mengenai tindakan pemasangan WSD sehingga dijadikan sebagai motivator bagi partisipan meningkatkan kepercayaan diri. Peningkatan kepercayaan
diri
dapat
menekan
56
kecemasan
sehingga
lebih
memotivasi partisipan mempersiapkan diri menghadapi dan menjalani tindakan pemasangan WSD. Dukungan keluarga memberikan kekuatan secara emosional sehingga membantu menstabilkan emosi dan mengendalikan diri partisipan, guna menurunkan kecemasan partisipan. Kecemasan tidak dapat
dijadikan
sebagai
suatu
alasan
untuk
menunda
atau
membatalkan tindakan pemasangan WSD. Sebab, dukungan keluarga dapat menambahkan kepercayaan diri dengan memberikan rasa aman dan nyaman serta keyakinan bagi partisipan untuk menerima dan menjalani
tindakan
pemasangan
WSD
demi
mendapatkan
kesembuhan.
4.3 PEMBAHASAN Pembahasan difokuskan pada dua inti permasalahan yaitu kecemasan dan dukungan keluarga. Penulis membahas tentang kecemasan partisipan pra pemasangan WSD dan keterkaitan dukungan keluarga dengan kecemasan partisipan. Penulis tidak membahas dukungan keluarga secara keseluruhan tetapi beberapa aspek dukungan keluarga yang dipakai dalam instrumen penelitian sebagai pedoman wawancara.
57
4.3.1 Kecemasan Secara objektif hasil observasi heart rate pra pemasangan WSD di ruang perawatan dan ruang tindakan memperlihatkan dengan jelas kondisi setiap partisipan dengan kecemasan. Kecemasan partisipan distimulus
oleh
instruksi
dokter
untuk
dilakukannya
tindakan
pemasangan WSD. Informasi singkat, tidak jelas dan tidak detail mengenai
prosedur
tindakan
pemasangan
WSD
dari
tenaga
kesehatan berdampak pada timbulnya pemahaman sendiri dalam diri partisipan
mengenai
prosedur
tindakan
pemasangan
WSD.
Pemahaman sendiri mengenai instrumen atau alat-alat tindakan pemasangan WSD, terutama penggunaan jarum atau trokar WSD dan rasa sakit akibat penggunaan trokar WSD, berakibat mengancam diri sendiri dalam bentuk pikiran atau bayangan yang menakutkan sehingga menuntun timbulnya kecemasan pada setiap partisipan. Secara objektif kecemasan partisipan dapat diukur dan ditentukan menurut tingkat kecemasan, sesuai hasil penghitungan heart rate. Heart rate memperlihatkan adanya kecemasan ringan yang dimiliki oleh 62,5% atau 5 partisipan dan kecemasan berat, dimiliki oleh 37,5% atau 3 partisipan. Secara subjektif tinggi rendahnya suatu kecemasan, hanya dapat dirasakan sendiri oleh partisipan. Kecemasan yang dirasakan mengganggu
emosi
sehingga
secara
58
psikologis
mengganggu
partisipan menghadapi tindakan pemasangan WSD, dan dapat juga berdampak pada proses penyembuhan penyakit.
4.3.2 Dukungan Keluarga Dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Pra Pemasangan WSD Kehadiran keluarga di sekitar pasien merupakan
fenomena
umum yang biasa terjadi di rumah sakitdi Indonesia pada umumnya, sehingga kehadiran mereka secara minimal telah memberikan dukungan tertentu. Keluarga tentu lebih mengerti dan dipercayadalam memberikan
dukunganterhadap
kecemasan
partisipan
pra
pemasangan WSD. Salah satu nilai keluarga yang penting adalah menganggap keluarga sebagai tempat untuk memperoleh kehangatan, dukungan, cinta dan penerimaan (Friedman, 1998). Dukungan keluarga secara informasional dilakukan melalui usaha mencari, menyebarkan, menjelaskan dan mempertegas informasi mengenai
tindakan
pemasangan
WSD.
Keluarga
berusaha
memberikan pemahaman positif untuk meningkatkan kepercayaan diri sehingga lebih memotivasi partisipan menjalani tindakan pemasangan WSD. Secara emosional dukungan keluarga membantu menguatkan emosional partisipan dengan memberikan rasa aman dan nyaman sehingga menambah kepercayaan diri partisipan menghadapi dan menjalani tindakan pemasangan WSD. Secara instrumental dukungan
59
keluarga bertanggung jawab menangani biaya tindakan pemasangan WSD untuk meyakinkan dan menenangkan partisipan menerima dan menjalani
tindakan
pemasangan
WSD
demi
mendapatkan
kesembuhan. Dukungan keluarga mempengaruhi aspek psikologispartisipan dengan memberikan rasa aman dan nyaman agar meningkatkan kepercayaan diri partisipan sehingga lebih memotivasi partisipan menjalani tindakan pemasangan WSD. Keyakinan menerima dan menjalani tindakan pemasangan WSD dapat menurunkan kecemasan partisipan yang dirasakan pada periode pra pemasangan WSD dan membantu proses penyembuhan penyakit. Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Tamher, 2009). Menerima dan menjalani tindakan pemasangan WSD dapat menurunkan
kecemasan
pasien,
karena
cara
terbaik
untuk
menyelesaikan kecemasan adalah memilih kenyataan dan bukanlah hal yang dibayangkan (McKay, 2005) Keberhasilan
dukungan
keluarga
menurunkan
kecemasan
partisipan pra pemasangan WSD dievaluasi pada periode satu jam pertama
post
pemasangan
WSD.Keberhasilan
60
menurunkan
kecemasan
partisipan
sangat
ditunjang
dengan
kepekaan
keluargamengetahuisumber utama yang menstimulus kecemasan partisipan, yaitu terhadap trokar WSD. Dukungan informasional memberikan jawaban terhadap semua pemikiran negatif atau salah mengenai trokar WSD, karena pemikiran tersebut merupakan sumbertimbulnya membantu
kecemasan.
menguatkan
Dukungan
aspek
informasional
psikologis
partisipan
sangat dengan
memberikan semua informasi yang positif dan bermanfaat mengenai pemasangan WSD. Dukungan keluarga berhasil menurunkan kecemasan 88% populasi partisipan kembali ke kondisi normal. Dukungan keluarga belum mampu menurunkan kecemasan partisipan ke kondisi normal pada 12% atau seorang partisipan. Secara jender, partisipan yang masih dengan kecemasan adalah seorang perempuan. Dalam penelitian ini, hanya ada dua partisipan yang berjenis kelamin perempuan dari keseluruhan partisipan. Secara general dua partisipan tentu tidak cukup dan tidak signifikan untuk menarik kesimpulan pada suatu permasalahan. Besar kemungkinan dukungan dari perawat lebih berpengaruh
menurunkan
kecemasan
pada
semua
partisipan
ketimbang hanya dari keluarga.Efek sinergis dukungan informasional perawat pada penurunan tingkat kecemasan pasien diharapkan menjadi suatu topik yang layak disarankan untuk penelitian berikutnya
61