BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Pada penelitian ini, subjek yang digunakan oleh penulis adalah seluruh guru SMA N 1 Salatiga sebagai SMA RSBI dan guru SMA Muhmmadiyah Plus SMA N 2 Salatiga, SMA Kristen 1 Salatiga serta guru SMA N 3 Salatiga sebagai SMA SSN. SMA N 1 Salatiga sendiri adalah satu-satunya Sekolah Menegah Atas yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menjadi sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang terletak di Jalan Kemiri No. 1 Salatiga dengan jumlah guru sebanyak 94 orang guru. Penelitian selanjutnya untuk SMA SSN, penulis menggunakan 4 sekolah yaitu SMA Muhammadiyah Plus Salatiga. Plus yang diusung oleh SMA Muhammadiyah itu sendiri adalah memajukan siswa-siswi yang berkarakter, kreatif dan berprestasi serta sudah terdapat fasilitas WiFi, program makan siang di sekolah, khusus hari Sabtu tidak ada pelajaran karena digunakan untuk olahraga untuk semua kelas. SMA Muhammadiyah Plus terletak di Jalan Ahmad Dahlan No. 1 Soka Salatiga, SMA N 3 Salatiga yang terletak di Jalan Kartini No. 34 Salatiga, SMA N 2 Salatiga yang terletak di Jalan Tegal Rejo No. 79 Salatiga dan SMA Kristen 1 terletak di Jalan Osamaliki No. 32 Salatiga.
37
Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Penggolongan
Jenis Kelamin Usia
Pendidikan Terakhir
Kelompok Guru SMA RSBI Presentase Frekuensi (%) Pria
35
37,2%
75
38,7%
wanita
59
62,8%
119
61,3%
20-29
5
5,3%
19
9,8%
30-39
32
34,0%
82
42,3%
40-49
37
39,4%
59
30,4%
50-60
20
21,3%
34
17,5%
D2
1
1,1%
2
1,0%
D3
2
2,1%
8
4,1%
S1
83
88,3%
173
89,2%
8
8,5%
11
5,7%
<5
18
19,1%
35
18,0%
5-9
12
12,8%
30
15,5%
10-14
17
18,1%
34
17,5%
15-19
4
4,3%
28
14,4%
20-24
21
22,3%
35
18,0%
>24 Guru Tetap
22
23,4%
32
16,5%
83
88,3%
158
81,4%
GTT
11
11,7%
36
18,6%
S2/S3 Lama mengajar
Status Kepegawaian
Kelompok Guru SMA SMA SSN Presentase Frekuensi (%)
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa guru SMA RSBI pada umumnya berjenis kelamin wanita (68%), usia guru SMA RSBI berada pada rentang usia 40-49 (39,4%), tingkat pendidikan pada umumnya berada pada tingkat S1 (88,3%), lama mengajar pada umunya berada pada rentang >24 tahun (23,4%) dan status kepegawaian guru RSBI sudah menjadi guru tetap (88,3%).
38
Sedangkan untuk guru SMA SSN pada umumnya berjenis kelamin wanita (61,3%), usia pada rentang 30-39 (42,3%), tingkat pendidikan terakhir pada umumnya berada pada tingkat S1 (89,2%), lama mengajar pada rentang 20-24 tahun (18,0%), dan status kepegawaian pada umumnya sudah menjadi guru tetap (81,4%). 4.2 Pengumpulan Data Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitian adalah mengurus surat ijin penelitian terlebih dahulu. Surat ijin penelitian dari wakil Dekan FKIP UKSW disampaikan kepada Kepala Sekolah masing-masing dan Kepala Sekolah masing-masing memberi ijin secara lisan sehingga penulis dapat melakukan penelitian. Penelitian dilakukan pada tanggal 30 Maret 2012 sampai 9 April 2012 dengan sampel yang digunakan adalah seluruh guru yang berada di SMA N 1 Salatiga dengan menyebar skala kepada guru di SMA N 1 Salatiga sebanyak 81 orang guru. Pada tanggal 23 April 2012 sampai 28 April 2012 dengan sampel yang digunakan adalah seluruh guru yang berada di SMA N 3 Salatiga dengan menyebar 70 skala kepada 67 orang guru. Serta pada tanggal 25 April 2012 sampai 31 April 2012 dengan sampel yang digunakan adalah seluruh guru yang berada di SMA Muhammadiyah Plus Salatiga dengan menyebar 30 skala kepada 26 orang guru. 45 skala untuk guru di SMA N 2 Salatiga dan 40 skala untuk guru SMA Kristen Salatiga. Sampel yang digunakan oleh penulis untuk SMA RSBI sebanyak 173 orang guru. Skala efikasi diri guru ini diberikan oleh penulis secara langsung kepada subjek penelitian, kemudian penulis memberikan pengertian dan 39
petunjuk pengisian skala efikasi diri guru kepada seluruh guru di sekolah masingmasing, kemudian guru diminta untuk mengisi skala. Apabila ada pertanyaan, guru langsung bertanya kepada penulis. Hal ini dilakukan penulis untuk mengantisipasi
adanya
kesalahan
dalam
pengisian
skala
pada
waktu
dikembalikan. 4.3 Analisis Data Setelah diperoleh skor efikasi diri guru dari 81 orang guru SMA RSBI dan 173 orang guru SMA SSN, dilakukan analisis deskriptif efikasi diri guru. Skor dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Jarak skor diperoleh dari perhitungan skor maksimal dikurangi skor minimal dibagi jumlah kategori. Tabel 4.2 Deskripsi skor efikasi diri guru SMA RSBI Kategori
Skor
F
Sangat Tinggi
223-270
6
7,41%
Tinggi
175-222
62
76,54%
Sedang
127-174
13
16,05%
Rendah
79-126
0
0%
Sangat rendah
30-78
0
0%
Jumlah
81
%
100%
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar (76,54%) guru SMA RSBI memiliki efikasi diri guru pada kategori tinggi.
40
Tabel 4.3 Deskripsi skor efikasi diri guru SMA SSN Kategori
Skor
F
Sangat Tinggi
223-270
0
0%
Tinggi
175-222
67
38,73%
Sedang
127-174
101
58,38%
Rendah
79-126
5
2,89%
Sangat rendah
30-78
0
0%
Jumlah
%
173
100%
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar (58,38%) guru SMA SSN memiliki efikasi diri guru pada kategori sedang. Tabel 4.4 Mean Rank Efikasi diri guru yang mengajar di SMA RSBI dengan SMA SSN Kota Salatiga Mann-Whitney Test Ranks
SKOR
KELOMP OK Rsbi
N
Mean Rank
Sum of Ranks
81
181,39
14692,50
SSN
173
102,27
17692,50
Total
254
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa ranking skor rata-rata untuk efikasi diri guru yang mengajar di SMA RSBI sebesar 181,39 lebih tinggi daripada ranking skor rata-rata untuk efikasi diri guru yang mengajar di SMA SSN sebesar 102,27.
41
Tabel 4.5 Uji Mann-Whitney U Efikasi Diri Guru yang Mengajar di SMA RSBI dengan SMA SSN Kota Salatiga Test Statistics(a) SKOR Mann-Whitney U
2641,500
Wilcoxon W
17692,500
Z
-8,000 Asymp. Sig. (2,000 tailed) a Grouping Variable: KELOMPOK
Pada tabel 4.5 uji beda Mann-Whitney U sebesar 2641,500 dan koefisien Asymp.sig.2-tailed 0,000 < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan efikasi diri guru yang mengajar di SMA Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanal (RSBI) dengan SMA Sekolah Standar Nasional (SSN) Kota Salatiga. 4.4 Uji Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini “ada perbedaan yang signifikan efikasi diri guru yang mengajar di SMA Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanal (RSBI) dengan SMA Sekolah Standar Nasional (SSN) Kota Salatiga“. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan efikasi diri guru yang mengajar di SMA Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanal (RSBI) dengan SMA Sekolah Standar Nasional (SSN) Kota Salatiga, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
42
4.5 Pembahasan Dari hasil analisis, ditunjukkan bahwa koefisien perbedaan sig.2-tailed adalah 0,000 < 0,05 (tabel 4.5). Artinya, ada perbedaan yang signifikan efikasi diri guru yang mengajar di SMA Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanal (RSBI) dengan SMA Sekolah Standar Nasional (SSN) Kota Salatiga. Mean rank efikasi diri guru di SMA RSBI sebesar 181,39 dan mean rank efikasi diri guru di SMA SSN sebesar 102,27. Perolehan mean rank efikasi diri guru yang mengajar di SMA RSBI dengan SMA SSN dapat ditunjukkan dari hasil penyebaran skala yang telah diolah melalui uji Mann-Whitney U. Hasil temuan ada perbedaan signifikan efikasi diri guru yang mengajar di SMA RSBI dengan SMA SSN karena efikasi diri yang terbentuk dipengaruhi dari berbagai aspek. Seperti aspek efikasi diri mempengaruhi pembuatan keputusan, sumber daya sekolah, efikasi diri dalam pembelajaran, efikasi diri dalam kedisiplinan, dalam meminta keterlibatan orangtua dan masyarakat dan efikasi diri dalam menciptakan sekolah yang positif. Selain dari aspek-aspek, perbedaan hasil signifikan juga dipengaruhi oleh status kepegawaian, golongan, lama mengajar, usia subjek penelitan. Deskripsi skor SMA RSBI terletak pada kategori tinggi sedangkan untuk SMA SSN terletak pada kategori sedang, perbedaan skor dikarenakan karena status kepegawaian untuk SMA SSN masih banyak yang menjadi guru tidak tetap. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ross (1994) yang melakukan penelitian di Kanada menggunakan alat ukur yang dibuat oleh Dembo & Gibson berdasarkan teori dari Bandura meneliti 88 orang 43
responden. Hasil penelitian Ross menyatakan bahwa ada perbedaan signifikan self-efficacy guru yang mengajar di sekolah menengah unggulan dan sekolah menengah biasa di Kanada. Ross mengatakan bahwa self-efficacy guru secara umum lebih tinggi pada sekolah yang memiliki siswa dengan tingkat kemampuan yang tinggi, seperti pada sekolah unggulan. Adanya kesamaan hasil penelitian dengan yang dilakukan oleh penulis dapat dikarenakan subjek penelitian yang diteliti pada sekolah menengah unggulan seperti SMA RSBI dan sekolah menengah biasa seperti SMA SSN. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andiny (2008) dengan 104 responden dengan rincian sebanyak 57 responden dari SMA “Plus” dan 47 responden dari SMA non “Plus” di DKI Jakarta. Dengan menggunakan perhitungan statistik t-test for independent samples diperoleh nilai t sebesar -0.032 dengan signifikasi sebesar 0.975 > 0.05 dengan demikian dinyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan self-efficacy guru SMA “plus” dengan guru SMA “non plus”. Tingkat self-efficacy guru tidak berbeda pada lingkungan mengajar yang berbeda. Andiny menggunakan alat ukur Teacher’s Sense of Efficacy Scale. Perbedaan hasil temuan ini dengan hasil temuan yang dilakukan oleh penulis disebabkan karena perbedaan jumlah sampel, uji analisis perbedaan statistik dan juga alat ukur yang digunakan juga berbeda, penulis menggunakan alat ukur Bandura’s Instrument Teacher’s Self Efficacy Scale yang mempunyai aspek dan indikator lebih spesifik dibandingkan dengan Teacher’s Sense of Efficacy Scale.
44