BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan hasil penelitian mengenai “Tindak Tutur Asertif dalam Video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015”. Dalam bab ini sekaligus dilakukan pembahasan terhadap tiap-tiap hasil penelitian.
4.1.
Hasil Penelitian Hasil penelitian merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah
penelitian. Tahap ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban yang berhubungan dengan perumusan masalah. Hasil penelitian dalam Video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 yakni berupa tindak tutur Asertif dalam Video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 .
4.1.1. Analisis Tindak Tutur Asertif Dalam Video Talkshow Mata Najwa Edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 Berdasarkan analisis data, dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 antara pembawa acara dengan bintang tamu terdapat 10 jenis tindak tutur dengan 30 tuturan.
29
30
4.1.1.1 Tindak Mengumumkan Tindak mengumumkan adalah suatu tindak memberitahukan kepada orang banyak. Terdapat beberapa ujaran yang mengimplikasikan tindak mengumumkan dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 terdapat pada menit 01:29 yakni ketika presenter Najwa Sihab Membuka acara dan mengumumkan topik pembahasan pada episode tersebut kepada pemirsa : NS:
“Harga mati KPK-POLRI itu topik Mata Najwa malam ini, kami siarkan secara langsung dari grand studio Metro TV.”[1.1]
Tindak mengumumkan terkandung dalam tuturan [1.1]. Tuturan tersebut merupakan sebuah pengumuman dari pembawa acara kepada pemirsa mengenai tema yang akan diangkat pada episode saat itu. Masih dalam bagian pertama pada menit 01:40 kembali Presenter Najwa Sihab memberikan pengumuman kepada pemirsa mengenai bintang tamu yang akan membahas topik pada episode itu yang masing-masing mewakili dari pihak yang sedang berseteru serta menghadirkan pula narasumber lain yang ahli dibidangnya. NS:
“Saya akan memperkenalkan bintang tamu pada malam ini yang jumlahnya cukup banyak 7 orang. Yang ada disamping sebelah kiri saya yang pertama kali adalah komisi III DPR RI dari Fraksi PKS Nasir Djamil,Kabid Humas Mabes Polri Irjen Polisi Ronny Sompie. Ada kuasa hukum Budi Gunawan Egi Sudjana, direktur eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, mantan penasehat KPK Abdullah Hema Hemawahua. Ada penggiatanti korupsi dan juga politikus nasdem yang juga mantan pengacara Bibit dan Candra Taufik Basari. Dan yang paling cantik malam ini ibu Nursahbani Kacasungkana.[2.1] Tindak mengumumkan terkandung dalam tuturan [2.1]. Dalam tuturan tersebut presenter Najwa Sihab mengumumkan kepada pemirsa bahwa yang hadir
31
malam ini cukup benyak berjumlah 7 orang. Masing-masing dari mereka dimintai pendapatanya mengenai topik yang diangkat pada waktu itu. Sebelum menutup segmen 2 Najwa Sihab pada video menit 26:24 memberikan pengumuman kepada pemirsa bahwa segmen selanjutnya akan membahas mengenai banyaknya laporan yang dilakukan masyarakat apakah ada motif dibalik laporan ini akan dibahas setelah jeda iklan. NS:
“Apa yang kira-kira motif berbondong-bondong yang laporan masyarakat melaporkan pimpinan KPK kita akan bahas itu setelah pariwara berikut” [3.1]
Tuturan
[3.1] mengandung tindak mengumumkan. Tuturan tersebut
mendeskripsikan Najwa Sihab selaku pembawa acara mengumumkan bahasan yang akan dibahas pada segmen selanjutnya di program Mata Najwa yakni apa motif dibalik dari banyaknya laporan yang diadukan masyarakat terhadap pimpinan KPK. 4.1.1.2 Tindak Berspekulasi Tindak berspekulasi adalah suatu tindak yang memperkirakan sesuatu hal. Ujaran yang mengimplikasikan tindak berspekulasi dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 ditemukan pada menit 04 :13. Najwa Sihab melempar pertanyaan kepada bintang tamu Nasir Djamil. NS:
“Presiden seyogyanya tidak melantik calon kapolri yang sebagai tersangka dan mempertimbangkan kembali untuk mengusungkan calon kapolri yang baru. Saya ingin yang pertam kali ketua politisi yang malam ini hadir ke anggota komisi III pak Nasir Djamil rekomendasi tim independen.apakah segeradi eksekusi jangan lantik calon kapolri tersangka?”[ 4.1 ]
32
ND:
Tindak
“Menurut saya pendapat itu melampui kewenangan daripada tim independen itu sendiri. Sebab kehadiran tim independen itu juga menurut saya batasan-batasannya itu tidak jelas apa tugas mereka.”[ 4.2 ] berspekulasi
terdapat
pada
tuturan
[4.2].Tuturan
tersebut
mendeskripsikan bahwa Nasir Djamil berspekulasi bahwa Tim 9 yang dibentuk oleh Bapak Presiden tidak memiliki batasan-batasan masalah yang jelas dalam melaksanakan tugas kerja mereka dan melampui daripada tugas tim independen itu sendiri. Tindak berspekulasi terdapat dalam ujaran Pada video menit 13:29. Dalam tuturan ini terjadi ketika Egi Sudjana mencoba memberikan Pernyataan atas apa yang telah disampaikan oleh Najwa Sihab mengenai tindak lanjut dari usulan pengunduran diri dari Budi Gunawan sebagai bakal calon Kapolri ES:
“Gini kaitan dengan tim sembilan tadi,menurut saya mereka telah melampui amanah dari jokowi.”[5.1]
Tindak berspekulasi yang terdapat dalam tuturan[5.1]. Tuturan tersebut mendeskripsikan bahwa Egi Sudjana berspekulasi mengenai tim sembilan bentukkan dari Presiden telah melebihi batasan amanah yang telah diberikan. Tindak berspekulasi ditunjukkan juga terdapat pada video menit 23:09. Tuturan ini terjadi Ketika Abdullah Hehamahua sedang menjelaskan lalu pembicaraannya dihentikan oleh Egi Sudjana yang membantah dari peryataan abdullah Hehamahua NS: AH:
“Bang dul, saya boleh Intrupsi KPK kalau itu Normatif tidak ada Masalah apa-apa.”[6.1] “Makanya ini yang saya katakan”[6.2]
33
ES:
AH: ES:
“Ini ada Background ada motif dari Abraham Samad yang kecewa pada Budi Gunawan. Dalam konteks katanya menurut asto itu perlu dilaporkan ke polisi kalau dia memfitnah”[6.3] “Anda harus dengar saya baik-baik.”[6.4] “Anda juga harus dengar saya baik-baik. Ada motif, kenapa sudah jadi di DPR ditetapkan tersangka?. Kenapa tidak pada tahun 2103”[6.5]
Tindak berspekulasi terdapat pada [6.3] dan [6.5]. Tuturan tersebut mendeskripsikan sikap dari Egi Sudjana berspekulasi yang melihat “ada motif” tertentu dan kejanggalan dari ditetapkannya Budi Gunawan selaku calon Kapolri sebagai tersangka oleh KPK.
4.1.1.3 Tindak Menunjukkan Tindak menunjukkan adalah suatu tindak yang memperlihatkan sesuatu dengan bukti. Terdapat beberapa ujaran yang mengimplikasikan tindak menunjukkan dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 dalam segmen pertama pada menit 02:23 ketika acara akan memasuki dialog najwa sebelumnya menunjukkan sebuah tayangan sebagai pengantar topik pembicaraan pada malam itu. Berikut tuturannya. NS:
“Terimakasih sudah hadir kita akan mulai dengan perkembangan terbaru pada hari ini bapak ibu. Sore tadi tim independen yang dibentuk oleh Presiden sudah mengeluarkan rekomendasi. Apa rekomendasi atas kisruh KPK dan Polri. Kita lihat cuplikan konperensi pers yang baru saja terjadi beberapa waktu lalu berikut ini” [7.1]
Tuturan diatas memperlihatkan tindak menunjukkan [7.1]. Tuturan diatas mendeskripsikan tindak menunjukkan. “Kita lihat cuplikan konperensi pers yang baru saja terjadi beberapa waktu lalu berikut ini”. Tuturan tersebut mendeskripsikan bahwa
34
Najwa sebelum memulai acara pada malam itu Najwa menunjukkan sebuah tayangan sebagai pengantar untuk memasuki topik yang diangkat pada malam itu. Tindak menunjukkan
terdapat dalam video pada
menit 19:30. Sebelum
dialog dilanjutkkan presenter Najwa Sihab menampilkan sebuah tayangan Kepada pemirsa NS:
“Baru saja kita saksikan bersama-sama dilayar kaya adalah kronologis kasus Budi Gunawan yang pengacaranya hadir disini Egi Sudjana”[8.1]
Tindak menunjukkan yang terdapat dalam tuturan [8.1]. Tutruan diatas itu memperlihatkan presenter Najwa Sihab sedang menunjukkan kepada pemirsa bahwa yang telah disaksikan dalam tayangan tersebutadalah kronologis kasus Budi Gunawan. Yang sakaligus menunjukkan kepada pemirsa Egi Sudjana Penagacara Budi Gunawan duduk hadir di Mata Najwa. Tindak menunjukkan diperlihatkan pada video menit 46:00. Sebelum memulai perbincangan ke segmen selanjutnya Najwa Sihab menayangkan sebuah cuplikan. NS:
“Iya pemirsa yang tadi kita tampilkan adalah beberapa kali perseteruan sesungguhnya KPK- POLRI sudah terjadi. Istilahnya cicak buaya sudah ada ciak buaya satu, cicak buaya dua, dan sekarang tiga.[9.1]
Tindak menunjukkan tercermin pada [9.1]. Tuturan ini mendeskripsikan bahwa Najwa Sihab sedang menunjukkan sebuah tayangan video kepada pemirsa bahwa itu adalah cuplikan video kronologis perseteruan KPK dan Polri yang telah terjadi beberapa kali.
35
4.1.1.4 Tindak Mengakui Ujaran yang mengimplikasikan tindak mengakui dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 terdapat dalam bebarapa dialog maupun tuturan. Tindak mengakui yang pertama ada pada video menit 09: 23 Najwa Sihab memberikan pertanyaan kepada Irjen Polisi Roni Sompie yang saat itu mewakili POLRI. NS:
“Saya ingin ke perwakilan Polri malam ini yang duduk dimeja mata najwa Irjen Polisi Roni Sompie. Pak Roni Untuk menjaga marwah Institusi tidak kah Korps Bayangkara mengigninkan pimpinan yang tidak terbeban oleh status tersangka?” [10.1]
RS:
“Iya, sejak awal Polri sudahmengatakan bahwa kewenangan untuk menunjuk kapolri itu adalah kewenangan sekaligus juga hak priogratif pak presiden, sehingga Polri tidak etisuntuk menilai kebijakan bapak Presiden menunjuk seoran kapolri oleh karena itu apapun yang ditetapkan bapak Presiden Polri sangat loyal terhadap apa yang disampaikan bapak Presiden.[10.2]
NS:
“Itu jawaban resmi lega formal. Saya bertanya selaku anda pribadi bagian dari Polri tidakah anda terbebani atas pimpinan berstatus tersangka?”[10.3]
RS:
“Bagaimana mungkin saya akan nyempal dari sebuah peryataan resmi institusi Polri”
NS:
“Walaupun sebetulnya iya?” [10.4]
RS:
“Haha iya, Polri Itu sejak dilantik sebagai Polri selalu loyal kepada pemimpinnya kecuali perbuatan melanggar hukum.”[10.5]
Tindak mengakui terungkap pada tuturan [10.5]. Tuturan Haha iya tersebut mempelihatkan tindak mengakui yang disampaikan Irjen Polisi Roni Sompie terhadappertanyaan Najwa Sihab yakni Roni Sompie mengakui bahwa selaku pribadi ia terbebani soal status tersangka calon kapolri yang diajukan Presiden.
36
Dalam vedio pada menit 14:21 terdapat tindak mengakui. Tuturan ini terjadi ketika dialog antara Abdullah Hehamahua dan Najwa Sihab: AH:
“Kita berangkat dari jujur, sekarang untuk penyusunan kabinet Jokowi minta rekomendasi dari PPATK dan KPK. KPK memberikan tinta merah”[11.1]
NS:
“ Kepada Komjen Budi Gunawan ?”[11.2]
AH:
“Iya, kalau jujur kenapa Jokowi mengajukan nama itu ke DPR.”[11.3]
Tindak
mengakui
terdapat
pada
tuturan
[11.3].
Tuturan
tersebut
mendeskripsikan bahwa Abdullah Hehamahua mengakui bahwa KPK memberikan tinta merah kepada calon Kapolri Komjen Budi Gunawan. Tindak mengakui juga terdapat pada video pada menit 30:00. Tuturan ini terjadi saat Najwa Sihab melontarkan sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan banyaknya laporan yang ditujukan pada pimpinan KPK. NS:
“Anda tidak curiga pak Egi, andakan dari awal kejujuran,kebenaran, keadilan. Saya tanya anda jujur curiga tidak sih 1 hari, 2 hari, 3 hari semua pimpinan KPK dilaporkan. Anda jujur malam ini curiga tidak, curiga tidak?”[12.1]
ES:
“ Jujur, dalam kecurigaan tetap ada”[12.2]
NS:
“ Oh curiga oke”[12.3]
Tindak mengakui terdadat pada tuturan[12.2]. Tuturan diatas tersebut mendeskripsikan bahwa Egi Sudjana mengakui bahwa ada kecurigaan dalam banyaknya laporan yang dituduhkan kepada pimpinan KPK yang terjadi hanya dalam hitungan hari
37
Pada video menit 45:09 saat itu Najwa memotong dialog antara Egi Sudjana dan Nasir Djamil yang sedang berdebat. Ketika itu sedang membahas fungsi dari KPK yang disalah gunakan dan Najwa memberikan pertanyaan kepada Nasir Djamil. Berikut percakapannya. NS:
“Bukankah yang memilih orang-orang KPK itu jug anda dan temateman di komisi III DPR?[13.1]
ND:
“Iya”[13.2]
NS:
“Proses politiknya juga di DPR?[13.3]
ND:
“Betul”[13.4]
Tindak tutur mengakui terdapat pada tuturan [13.2] dan [13.4] . Tuturan tersebut mendeskripsikan bahwa Nasir Djamil mengakui bahwa proses pemilihan ketua KPK ada memang dilakukan oleh DPR terutama komisi III.
4.1.1.5 Tindak Menuntut Tindak menuntut adalah suatu tindak yang meminta dengan keras. Tindak Menuntut dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 dapat dilahat pada video menit16:47. Ketika itu terjadi dialog antara Najwa Sihab dengan Taufik Basari dan Nasir Dajamil. TB:
“Memang benar bahwa kalu dari sisi pak Egi sebagai kuasa hukum Budi Gunawan itu pasti akan membela inihaknya BG untuk terus berlanjut. Tapi disinkan akhirnya kunci ada di Jokowi”[14.1]
ND:
“Kuncinya mengapa Jokowi tidak menggunakan kuncinya itu”[14.2]
38
NS:
“Oke seharusnya diwaktu yang sama digunakan oleh DPR ketika Fit dan Propertest”[14.3]
TB:
“Gini-gini” [14.4]
NS:
“DPR jangan lepas tangan begini”[14.5]
Tindak
menuntut
terdapat
pada
tuuran
[14.5].
Tuturan
tersebut
mendeskripsikan peryataan dari Najwa Sihab menunutut agar DPR tidak lepas tangan mengenai kasus yang telah terjadi pada pencalonan calon Kapolri Budi Gunawan
4.1.1.6 Tindak Menyarankan Tindak menyarankan adalah suatu tindak yang memberikan saran atau anjuran sesuatu hal kepada orang lain.Tindak menyarankan dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 dapat dilahat pada video menit 05:31 ketika najwa sihab melontarkan pertanyaan kepada Taufik Basari selaku penggiat anti korupsi sekaligus politikus Nasdem . NS:
“Saya ingin tanya ke polisi yang lain seharusnya tidak perlu spesifik disebutkan. Jangan lantik komjen Budi Gunawan”[15.1]
TB:
“Inikan berupa rekomendasi dari orang-orang yang kita sangat percaya intregritasnya. Sebagai satu masukan dan saran saya presiden tidak ada salahya utuk mempertimbangkannya. Apalagi kemudian saat ini kondisinya sudah sangat tidak kita harapkanlah. Ya ada bisa kita katakan kekacauanlah ditengah-tengah masyarakat ditengah kedua institusi yang kita sangat sayangi.”[15.2]
Tindak menyarankan terkandung dalam tututaran [15.2]. Tuturan tersebut diidentifikasi sebagai tindak tutur asertif menyarankan karena tuturan Sebagai satu masukan dan saran saya presiden tidak adasalahya utuk mempertimbangkannya.
39
Mengaplikasikan bahwa tuturan tersebut merupakan saran dari Taufik Basari agar presiden mempertimbangkan untuk melantik Budi Gunawan. Tindak menyarankan terjadi pada video menit 15:30. Najwa melempar pernyataan kepada Ibu Nursahbani Kancasungkana untuk memberikan komentarnya terhadap argumen Egi Sudjana. Berikut tuturannya. NS:
“Kalau tadi argumen dari bang Egi sudjana adalah Bambang Widjayanto mundur karena undang-undang yang mengharuskan ini undang-undang cukupkah itu.”[16.1]
NK:
“Tidak cukup karena ini saya lagi-lagi mengemukakan soal politik. Pejabat publik kalau sudah dinyatakan tersangka sebaiknya mundur.”[16.2]
Tindak menyarankan terungkap pada tuturan[16.2]. Tuturan tersebut mendeskripsikan bahwa ibu Nursahbani Kancasungkana menyarankan kepada Eggi Sudjana selaku kuasa hukum BG agar Budi Gunawan mundur dari pencalonan kapolri karena pejabat publik yang dinyatakan tersangka harus mundur Tindak menyarankan selanjunya terdapat dalam menit 52:24 ketika itu Najwa Sihab bertanya kepada Egi Sudjana tentang bagaimana cara mencari titik temu dari permasalahan yang menimpa calon Kapolri Komjen Budi Gunawan. ES:
“Idealnya adalah Jokowi sebagai Presiden kenegarawanannya adalah melantik Budi Gunawan juga mengsp3kan Bambang Widjayanto” [17.1]
40
Tindak meyarankan terdapat pada ujaran [17.1]. Tuturan tersebut berisikan saran Egi Sudjana selaku kuasa hukum Budi Gunawan kepada Presiden agar segera melantik menjadi Kapolri dan masalah kisruh ini dapat segera selesai.
4.1.1.7 Tindak Memberi Kesaksian Tindak memberi kesaksian adalah suatu tindak memberikan keterangan yang berisikan pernyataan kesaksian. Ujaran yang mengimplikasikan tindak memberi kesaksian dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 terdapat pada video menit 32:35. Najwa sihab memberikan kesempatan kepada Abdullah Hehamahua selaku penasehat KPK memberikan pandangannya terhadap lanjutan pernyataan dari pembawa acara terhadap pendapat Egi Sudjana NS:
“Harga mati KPK-POLRI kita tadi terputus pada saat membahas ada timing yang mencurigakan dari banyaknya laporan-laporan yang masuk anda tadi membenarkan Egi Sudjana, karena jarang-jarang saya persilakan.”[18.1]
AH:
“Beliau mengatatakan bahwa di KPK banyak orang salah itu benar. Karena di KPK dan pimpinan sampai pegawai paling bawah itu semua manusia tidak ada malaikat, karena manusia pasti berbuat salah. Perbedaanya antara di KPK Kopolisian dan Kejaksaan dan Instansi lain begitu tau dia salahditindak. Saya tiga kali komite etik dua kali ketua satu kali anggota. Terhadap pimpinan yang melanggar etik saya sepuluh kali menyidangkan dalam pelanggaran kode etik oleh pegawai KPK. Enam kali ketua empat kali anggota dan dua orang saya pecat.”[18.2 ]
ND:
“Kalau boleh saya tambahkan , kalau kita rapat komisi III, rapat kerja kepolisian itu dilaporkan juga tiap tahun. Itu ada ratusan anggota Polri yang dipecat karena melanggar kode etik dan disiplin dan sebagainya. Jadi itu juga sama di kepolisian juga seperti itu di kejaksaan juga
41
demikian. Jadi ketika ada aparat-aparat melanggar hukum, kode etik, kemudian juga yang lainnya. Sebagagian mereka dipecat diberhentikan jadi sama. Cuman barangkali tidak terekspos dengan baik saja hal dilaporkan seperti itu.”[18.3] Tindak memberi kesaksian pada tuturan [18.2] di atas mendeskripsikan bahwa Abdullah Hehamahua memberikan tentang kesaksian pengalamannya selama menjabat sebagai pimpinan KPK. Banyak permasalahan yang dia temui selama mengabdi sebagai pimpinan tertinggi di KPK. Mulai dari meyidangkan sampai memberhentikan pegawai KPK yang bersalah sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Sedangkan pada tuturan [18.3] mendeskripsikan bahwa Nasir Djamil memberikan kesaksiannya bahwa dalam rapat tahunan dengan kepolisian dan kejaksaan. Ada
juga anggota kepolisian yang dilaporkan dan dipecat karena
melanggar kode etik.
4.1.1.8 Tindak Menyatakan Tindak menyatakan adalah suatu tindak yang memberikan keterangan agar menjadi nyata atau jelas. Tindak menyatakan yang terdapat dalam tuturan yang mengimplikasikan tindak menunjukkan dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 terdapat pada menit 05:04. Presenter Najwa Sihab sebelumnya memberikan tayangan cuplikan mengenai dibentuknya tim 9 dan hasil dari rekomendasinya. NS:
“Tugasnya jelas meminta memberikan masukan, masukkannya juga jelas” [19.1]
42
ND:
“Iya, sebenarnya masukan seperti apa? Publik tidak pernah tahu” [19.2]
NS:
“Anda ini tidak setuju timnya apa hasil rekomendasinya?” [19.3]
ND:
“Saya sebenarnya kalau membaca seluruh rekomendasi itu saya setuju. Poin dua yang barangkali saya pikir itu tidak patut dipublikasi seharusnya poin dua itu cukup disampaikan kepada presiden.” [19.4]
Tindak menyatakan terungkap pada tuturan [19.4]. Dalam tuturan itu Nasir Djamil memberikan pernyataan bahwa dirinnya menyatakan sikap tidak setuju pada poin dua yang direkomendasikan oleh tim 9 yang mana sebaiknya poin dua tersebut cukup disampaikan kepada Presiden saja
4.1.1.9 Tindak Menjelaskan Tindak Menjelaskan adalah suatu tindak yang menerangkan dan menguraikan sesuatu hal secara terang. Terdapat beberapa ujaran yang mengimplikasikan tindak menjelaskan dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015. Dalam video menit 06:10 Najwa Sihab selaku pembawa acara bertanya kepada salah satu bintang tamu Taufik Basari politikus Nasdem, mengenai pelantikan Komjen Budi Gunawan yang menuai pro- kontra. NS:
“Dan spesifik tidak melantik calon Kapolri, menurut anda itu akan bisa sedikit banyak mengubah situasi itu?”[20.1]
TB:
“Iya, kita harus melihat persoalan ini secara komprehensif ini akar masalahnya apa. Awal mulanya memang Presiden Jokowi mengajukan calon Kapolri yang kemudian menjadi tersangka terus dilanjutkan. Cobalah kita lepaskan segala kepentingan-kepentingan kelompok gitu ya, kita berpikir untuk negara ini. Saya berpikir tidak ada salahnya juga apabila pertimbangan itu di eksekusi Jokowi. [20.2]
43
Tindak menjelaskan terkandunng dalam tuturan [20.2]. Tuturan yang dijelaskan oleh Taufik Basari itu memberikan penjelasan bagaimana seharusnya Presiden Jokowi mempertimbangkan kepentingan negara dibandingkan kelompok. Yang mana sudah ditetapkan tersangka tetapi harus tetap dilanjutkan. Masih dalam petanyaan yang sama oleh Najwa Sihab tindak menjelaskan juga diterangkan oleh Yunarto Wijaya pada tuturan ini, menit 05:53 yang membahas permasalahan pelantikan Budi Gunawan. NS:
“Dieksekusi sebaiknya tidak dieksekusi, menurut komisi III kosekuensi politiknya apa, spesifik soal jangan lantik Budi Gunawan ?” [21.1]
YW:
“Iya, ada beberapalah sekarang jelas putusannya menunda. Saya mencoba merasionalisasi mengapa menunda. Untuk kedua belah pihakyang setuju dengan pelantikan seperti mas Nasir Djamil setahu saya dan ada setuju pembatalan itu. Mengapa harus memilih pilihan ketiga gitu kan pak jokowi. Saya rasa jelas secara taktis ini tidakmudah. Contoh mengapa membatalkan ada kosekuensi harus dimulai dari nol pecalonan kapolri mnyertakan nama baru.” [21.2]
NS:
“Dimasukan ke DPR ?” [21.3]
YW:
“Dimasukkan ke DPR kembali ke DPR dan kitatahu DPR itu mendadak-dadak ketika itu satu suara mngenai budi Gunawan. Artinya prediksinya sangat mudah diterima dan ditolak kembali. Ini akan menimbulkan kekisruhan.” [21.4]
NS:
“Oke” [21.5]
YW:
“Yang kedua, kalau kemudian dilantik ini juga yang harus dimengerti. Dilantik lalu katanya kemudian bisa langsung diaktifkan itu seakanakan menjadi solusi. Harus dingat ketika dinonaktifkan aturan pasal 11 ayat 5 UU no 2 tahun 2002 harus lagi-lagi meminta persetujuan DPR. Kitakan bisa tebak arah DPR seperti apa, karena Budi Gunawan otomatis yang sudah menjadi tersangka ketika ditolak Panel DPR akan
44
menjadi Kapolri. Bayangkan KPK berada dalam kondisi terpaksa memeriksa kapolri aktif. Ini berpotensi menambah konflik itu menurut saya yang paling penting.” [21.6] Tindak menjelaskan terdapat pada tuturan [21.2] dan [21.6]. Tindak menjelaskan tersebut mendeskripsikan lanjutan pertanyaan oleh Najwa sihab tentang bagaimana jika Komjen Budi gunawan dipaksa tetap dilantik sebagai Kapolri. dan Yunarto Wijaya menanggapi dan memberikan penjelasannya. Selanjutnya tindak menjelaskan terdapat pada menit 11:29 ketika Najwa Sihab bertanya kepada Egi Sudjana kuasa hukum dari Komjen Budi Gunawan. NS:
“Saya ke kuasa hukum komjen Budi Gunawan, Klien anda tidak perlu mundur pak Egi?” [22.1]
ES:
“Gini, supaya jelas penjelasannya mesti ada kerangka berpikirnya dulu kita jangan dialog langsung. Saya khawatir sekali ini bangunan persepsinya sudah carut marut.”[22.2]
NS:
“Carut marut pak?”[22.3]
ES:
“Maksud saya begini kita berangkat dari kejujuran meningkat menjadi kebenaran meningkat menjadi keadilan. Itu teori baku yang menurut saya untuk membangun opini yang dikomunikasikan harus berangkat dari kejujuran,kebenaran dan keadilan.” [22.4]
Tindak menjelaskan terdapat pada tuturan [22.2] dan [22.4]. Tindak menjelaskan pada tuturan tersebut mendeskripsikan penjelasan dari Egi Sudjana yang terjadi ketika Najwa selaku pembawa acara melontarkan pertanyaan mengenai sikap dari komjen Budi Gunawan untuk mengundurkan diri.
45
Tuturan
menjelaskan
terdapat
pada
video
menit
22:14.
Najwa
mempersilahkan Abdullah Hehamahua memberi komentarnya mengenai proses penanganan yang ada di KPK. Berikut percakapannya. NS:
“Pak Abdullah silahkan.”[23.1]
AH:
“Jadi intinya gini, dalam SOP di KPK untuk penanganan perkara itu sebelum perubahan keterangan maka penyelidik atau masyarakat mengajukan proposal kepada pimpinan gelar perkara apakah ada petunjuk unsur pidana atau tidak. Setelah disetujui gelar perkara pimpinan baru pengumpulan keterangan itu 2013 untuk kasusu ini. Pembuatan keterangan itu memakan waktu pergi ke daerah ini daerah ini baru ke Jakarta.”[23.2]
NS:
“Oke”[23.3]
AH:
“Baru kemudian di gelar perkara lagi maka dianggap memenuhi bukti permulaan masuk ke penyelidikan 2013.”[23.4]
Tindak menjelaskan terdapat pada tuturan [23.2] dan [23.4]. Tuturan tersebut mendeskripsikan bahwa Abdulalah Hehamahua menjelaskan bagaimana proses penyelidikan yang terdapat di KPK yang menangani kasus perkara tersangka tindak pidana korupsi yang terjadi pada tahun 2013 yang lalu. Selanjutnya tindak menjelaskan juga tedapat pada video menit 24:18. Najwa Sihab meminta tanggapan dari Taufik Basari. Berikut percakapannya. NS:
“Saya minta tanggapan Taubas tudingan politisi dan sebagainya dan bagaimana kemudian KPK seharusnya meyakinkan bahwa tidak ada unsur politis disana”[24.1]
TB:
“Sepanjang saya tahu memang proses penyelidikan itukan pasti onproges pengumpulan bukti-bukti juga progres. Kita tidak bisa mengatakan loh kenapa kemarin belum kenapa sekarang tidak. Loh kalau bukti-bukti diambil cukup kemudian ekspos perkaranya baru menjelang dicalonkan ke DPR itu saatnya momentumnya seperti itu.
46
Yang kedua saya ingin menyindir salah satu tweet dari Bili salah satu wartawan media cetak yang mengatakan bahwa KPK itu tidak bisa dibayangkan bisa diatur-atur. Kenapa, kalau ingin mengatur KPK satu gedung harus diatur semua karena memang sistemnya sudah dibangun sedemikina rupa.”[24.2] Tindak menjelaskan terdapat pada tuturan [24.2]. Tuturan tersebut mendeskripsikan bahwa Taufik Basari menjelaskan pendapatnya
mengenai
kriminalisasi yang menimpa KPK. Tindak menjelaskan kembali terdapat pada video padamenit 28:40 yang pada ssatitumasih membahas mengenai kriminalisasi KPK. Najwa melontarkan pertanyaan kepada ibu Nursahbani Kancasungkana selaku kuasa hukum Bambang Widjayanto. Berikut percakapannya. NS:
“Saya ingin melempar ke ibu Nur. Apa yang anda lihat laporan demi laporan yang masuk hanya selang satu dua hari” [25.1]
NK:
“Pertama yang berkaitan dengan laporan kepada BW. Sebetulnya menurut informasi sudah dilaporkan sudah dicabut dilaporkan lagi dicabut dan baru kemudian secara resmi 19 Januari dilaporkan lagi. Dan kemudian 20 sampai 22 Januari keluar surat penangkapan itu super cepat. Saya kira motif dan kredibilitas ini sukar untuk masyarakat menganggap ini tidak ada kaitannya dengan penetapan tersangka pak BG. Saya kira itu motifnya dan kemudian mengalir yang lain-lain lagi ini jelas kriminalisasi KPK”[25.2]
Tindak menjelaskan terdapat pada tuturan [25.2]. Tuturan diatas berisi penjelasan dari kuasa hukum BW bagaimana proses kriminalisasi itu terjadi pada pimpinan KPK terjadi begitu cepat prosesnya. Tindak menjelaskan juga terdapat pada video menit 46:56. Najwa memberikan kesempatan kepada bintang tamu untuk meyampaikan pendapatnya
47
mengenai bagaimana mencari titik temu dari perseteruan KPK-POLRI. Berikut percakapannya. NS:
“Saya ingin ke anda Tobas, anda dulu pengacara bibit candra. Ketika ramai-ramai kisruh cicak buaya yang pertama. Belajar dari kasus itu apa seharusnya yang bisa kita ambil sekarang mencari titik temu?”[26.1]
TB:
“Kitakan belajar dari pengalaman, kalu kita lihat sudah berpola ketika gesekan antara KPK dan Polri kemudian muncul hal-hal tidak dinginkan ini. Oleh karena itulah maka apa yang telah terjadi dimasa lalu itu kita harus bisa ambil pelajarannya. Waktu itukan kita membaca bahwa memang ada keinginan untuk mengeluarkan pak bibit dan pak candra dari KPK apalagi dulu awalnya UU KPK itu ketika menjadi terdakwa dia harus berhukum tetap yang akhirnya di MK. Disitulah kita punya kesempatan itu untuk memutar rekaman anggodo oleh karena itu disinalah peran Prsiden sangat central. Presiden punya kewenangan banyak hal untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada dinegeri ini.”[26.2]
Tindak menjelaskan terdapat pada tuturan [26.2]. Tuturan tersebut mendeskripsikan bahwa Taufik Basari menjelaskan bagaimana saharusnya tindakkan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini dengan belajar dari masa lalu. Tindak menjelaskan terdapat pada video menit 48:58. Ketika itu Najwa meminta Ronny Sompie menjelaskan bagaimana untuk mencari titik temu antara KPK dan Polri. Berikut percakapannya. NS:
“Saya ingin lempar ke pak Ronny, mencari titik temu institusi KPK dan Polri karena ini bukan persoalan institusi sesungguhnya, tetapi ini persoalan orang perorang. Kita ingin sama-sama kuat KPK kuat Polri juga harus sama kuatnya. Mencari titik temu dalam hal ini apa yang anda harapakan?”[27.1]
RS:
“Kita tidak lagi melihat masa lalu. Masa lalu itu sebagai bagian dari evaluasi yang kita lihat itu masa depan, karena kedua kasus yang
48
terjadi yang ditangani sekarang kasus masa lalu. Jangan dikira Polri itu tidak pernag berubah, inikan seolah-olah penanganan kasus dan penetapan komjen BG sebagai selaku tersangka itukan seolah-olah ity tidak berubah. Marilah kita lihat kita posisikan KPK sebagai pemberantas kasus korupsi. Kasus korupsi seperti apa? Inikan kasus Gratifikasi yang merupakan bagian yang masih di praperadilankan oleh pak Egi dan kawan-kawan. Jadi kita lihat kedepan seperti apa agar kedua-dua ini saling menghormati kerja sama. Bukan hanya di mou, tapi betul-betul realita. Penetapan tersangka itukan baru kordinasi, sebelumnya tidak ada kordinasi. Bagian evaluasi masa lalu iyu kita tatap masadepan. Karena kedepan inikan masih jauh kita. Bagaimana kita memberantas korupsi itu, bukan utama penegak hukumnya tapi upaya pencegahannya itu yang lebih diutamakan”.[27.2] Tindak menjelaskan terdapat pada tuturan [27.2]. Tuturan tersebut mendeskripsikan bahwa Ronny Sompie menjelaskan kepada Najwa dan kepada pemirsa untuk menjadikan masa lalu sebagai pelajaran di masa depan.pelajaran dari kasus ini untuk memperkuat kedua lembaga baik dari polri itu sendiri dan KPK yang mana nantinnya agar dalam masalah penegak hukum dapat terselesaikan secara baikbaik. Paling penting pencegahannya. Tindak menjelaskan juga terdapat pada video pada menit 52:56 ini terjadi segmen terakhir dimana bintang tamu diminta memberikan peryataan terakhir sebelum acara berakhir. YW:
“Karena beda tafsir, saya pikir ini masalah BG sederhana bisa dikembalikan ke politik akal sehat dan dalam bahasa yang sangat sederhana termasuk buat pak Jokowi. Apakah lebih masuk kedalam logika akal sehat untuk terpaksa melantik seseorang yang menjadi tersangka dikarenakan terlanjur ada proses adminitrasi yang sudah diselesaikan oleh DPR atau terpaksa seorang presiden membatalkan pelantikan karena tidak masuk kedalam logika akal sehat. Ketika ujung tombak penegak hukum bernama Kapolri itu adalah tersangka
49
itu saja menurut saya. Yang kedua pelajaran paling penting melihat dari kasus yang ada buat pak Presiden kita sepakat. Pak Presiden melalui pemilu anda dipilih. Jadi analogi dalam perusahaan karyawan swasta sebuah perusahaan keluarga anda dipilih menjadi pimpinan perusahaan terbuka pemilik sebenarnya adalah masyarakat dan perusahaan besar itu bernama Indonesia itu saja.”[28.1] Tindak menjelaskan tercermin pada tuturan [28.1]. Tuturan tersebut mendeskripsikan bahwa Yunarto Wijaya mencoba menjelaskan pandangannya mengenai pernyataan awal yang diberika Najwa Sihab mengenai kontroversi dari pencalonan calon Kapolri yang berstatus tersangka.
4.1.1.10 Tindak Mengeluh Tindak mengeluh adalah suatu tindak yang menyatakan susah atau kecewa. Tindak mengeluh yang terdapat dalam tuturan yang mengimplikasikan tindak menunjukkan dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 terdapat pada menit 17:30, Eggi Sudjana yang sedang beradu argumen dengan Taufik Basari merasa mengeluh dengan apa yang telah di dijelaskan. Berikut percakapannya. TB:
“Kalau kita ada dalam pro-kontra tentu kita harus mencari pegangan. Pegangan apa yang bisa kita lihat bersama”[29.1]
ES:
“Pegangannya hukum mau pegang apa lagi”[29.2]
TB:
“Saya bicara soal Jokowi dulu. Jokowi itu punya nawa cita. Dalam nama cita itusalah satunya berkomitmen membangun sinergitas antara Kapolri, Kejaksaan dan KPK. Apabila kemudian dalam status tersangka bagaiman sinergi itu dibangun. Ketika KPK memeriksa Kapolri kitakan berbicara yang lebih besar.”[29.3]
50
ES:
“Saya sudah bilang basisnya hukum, soal status tersangka itukan mau dipraperadilankan hormati hukum juga dong. Kenapa kalian gak begitu.”[29.4]
Tindak mengeluh terdapat pada tuturan [29.4]. Tuturan tersebut “ Saya sudah bilang basisnya hukum, soal status tersangka itukan mau dipraperadilankan hormati hukum juga dong. Kenapa kalian gak begitu”.Tuturan ini mendeskripsikan bahwa Eggi Sudjana mengeluh/kecewa dengan sikap Taufik Basari yang tidak sependapat dengannya. Tindak mengeluh terdapat pada video menit 21:14. Tuturan ini terjadi ketika Najwa memberikan pernyataan dan meminta tanggapan dai Eggi Sudjana. Berikut percakapannya. ES:
“ Tadi sudah dijelaskan ada penyelidikan ada penyidikan.”[30.1]
NS:
“Itu adalah yang nanti materi objek hukum dipraperadilan. Kita tidak mau masuk ke teknis hukum. Jadi bang Egi menrut anda dirugikan karena apa?. Apa yang anda lihat terjadi sehingga sampai akhirnya begitu ngotot terhadap komjen Budi Gunawan.” [30.2]
ES:
“Jangan pakai istilah ngotot. Ini gaya membela[30.3]
Tindak
megeluh
tercermin
pada
tuturan
[30.3].
Tuturan
diatas
mendeskripsikan bahwa Egi mengeluh/ kecewa dengan peryataan dari Najwa. Ia mengeluh dengan istilah ngotot yang disampaikan Najwa selaku pembawa acara kepada dirinya.
51
4.2 Pembahasan Hasil penelitian tindak tutur asertif dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 sesuai dengan tujuan awal yakni untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur asertif dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 . Proses mendapatkan data yang dilakukan peneliti dengan menyimak pada saat dialog antar tokoh dalam video berlangsung menggunakan kalimat yang termasuk kategori tindak tutur. Kemudian dilanjutkan dengan mengklasifikasikan data serta menganalisis data dengan mendapatkan dari penyimakan percakapan antara pembawa acara dengan narasumber dan bintang tamu.Peneliti melakukan penelitian dengan metode simak dan teknik catat dengan tujuan agar data yang diperoleh dapat dikaji dengan pendekatan pragmatik. Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan teori Searle ( Rustono, 1997:37; Suyono,1990:5) dapat diketahui terdapat 10 jenis tindak tutur asertif dalam video Talkshow Mata Najwa edisi Harga Mati KPK-POLRI 28 Januari 2015 ditemukan sepuluh jenis tindak tutur. Tindak tutur tersebut antara lain tindak tutur mengumumkan, tindak tutur berspekulasi, tindak tutur menunjukkan, tindak tutur mengakui, tindak tutur nenuntut, tindak tutur menyarankan, tindak tutur memberi kesaksian, tindak tutur menyatakan, tindak tutur menjelaskan, tindak tutur mengeluh.