BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo yang terletakdi jalan Bukit Dauda Tuladenggi, Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Lokasi penelitian dapat dilihat pada peta letak lokasi penelitian berikut ini:
21
SMP Negeri 2 Telaga Biru mulai dibuka pada tahun 1999. Sekolah ini memiliki ruangan yang digunakan dalam proses belajar mengajar dan juga ruangan lain yang digunakan diluar proses belajar mengajar. Berikut ini adalah tabel keadaan ruangan dan pemanfaatannya di SMP Negeri 2 Telaga Biru. Tabel 3: Keadaan Gedung SMP Negeri 2 Telaga Biru dan pemanfaatannya No Jenis ruangan Jumlah Keterangan 1 Ruangan Belajar 9 Baik 2 Ruangan Kepala Sekolah 1 Baik 3 Ruangan Wakasek 1 Baik 4 Ruangan Dewan Guru 1 Baik 5 Ruangan Tata Usaha 2 Baik 6 Ruangan Tamu 1 Baik 7 Ruangan Kurikulum 1 Baik 8 Ruangan Perpustakaan 1 Baik 9 Ruangan Lab. IPA 1 Baik 10 Ruangan UKS 1 Baik 11 Ruangan BK 1 Baik 12 Ruangan Osis 1 Baik 13 Ruangan Keterampilan 1 Baik 14 Ruanga Olahraga 1 Baik 15 Ruangan Ibadah 1 Baik Sumber: Profil SMP Negeri 2 Telaga Biru 2013
Lebih jelasnya keadaan gedung sekolah yang merupakan lokasi penelitian dapat dilihat pada denah sekolah berikut ini:
22
DENAH SMP NEGERI 2 TELAGA BIRU
RG. KELAS
RG. KELAS
R M
RG. KELAS Musholah
WC
Lokasi MESS Pembangun an RKB
RG. KELAS MESS
Lokasi Pembanguna n Lab. Multimedia
RG. KELAS
Lokasi Pembanguna n Lab. Bahasa
MESS
MESS
RG. KELAS
RG. RG. KELAS KELAS
RUANG PERPUSTA KAAN
RUANG OSIS
R. BP/BK
Ruang Dewan Guru
Lab.
Ruang Tamu
Taman Sekolah
R. T. Usaha Ruang Kep. Sek
Rg. Wkl
w c
WC Kep. Sek
Parkir
pilan
23
Lokasi Persia pan Pembangunan
RG. Lab. IPA KELAS Tempat
Keteram
RG. KELAS
MESS
RPL Lain
Kegiatan belajar di SMP Negeri 2 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dilaksanakan oleh guru sebagaimana tabel data guru berdasarkan profil sekolah tahun 2013 beriku ini; Tabel 4:Data Keadaan Tenaga Pengajar SMP Negeri 2 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo tahun 2013 menurut kualifikasi pendidikan dan jenis kelamin Jumlah dan Status Guru No Tingkat Pendidikan GT/ PNS GTT/ Guru Bantu Jumlah L P L P 1 Sarjana S2 1 1 2 S1 4 7 11 JUMLAH 12 Sumber: Profil SMP Negeri 2 Telaga Biru 2013 Selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan administrasi sekolah SMP Negeri 2 Telaga Biru dibantu oleh beberapa tenaga administrasi Sekolah sebagaimana pada tabel 4 berikut ini; Tabel 5:Data Keadaan tenaga Tata Usaha menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin Tenaga Tata Usaha No Tingkat Pendidikan PNS Honorer Jumlah L P L P 1 Sarjana 1 1 2 SLTA /SLTP 3 Pegawai Tetap 2 2 4 Pegawai Honor 5 Penjaga Sekolah 1 1 6 Satpol 1 1 JUMLAH 5 Sumber: Profil SMP Negeri 2 Telaga Biru tahun ajaran 2012/2013 Selanjutnya keadaan siswa SMP Negeri 2 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo saat ini berjumlah 211 yang terbagi dalam tiga kelas yaitu; kelas VII berjumlah 59 siswa yang tersebar dalam 3 rombongan belajar, kelas VIII berjumlah 77 siswa Yang tersebar dalam 3 rombongan belajar dan kelas IX berjumlah 75 siswa yang tersebar dalam 3 rombongan belajar. 4.1.2. Objek Penelitan Objek penelitian adalah siswa kelas VIII, khususnya kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Telaga Biru, dengan jumlah siswa 22 orang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 13 orang 21
perempuan. Kelas VIII-1 merupakan kelas yang siswa-siswi terpilih dari beberapa kelas VIII yang ada di Sekolah tersebut. Siswa-siswi dari kelas VIII-1 ini memiliki kreatifitas dalam pendidikan formal maupun ektrakurikuler. Keadaan ini dibuktikan ketika ada kegiatan, lomba dan lain-lain, kelas VIII-1 yang diambil dan dikutsertakan dalam even-even tertentu.
22
4.2.
Tahap Pembelajaran Penelitian ini dilakukan untuk memicu kreativitas siswa dalam berkreasi tari pada
siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Telaga Biru. Dilaksanakan delapan kali pertemuan melalui dua tahap penilaian kemampuan siswa. Kedua tahap yang dimaksud adalah kemampuan siswa mengembangkan motif gerak tari dan mengkomposisi tari. Berdasarkan survei yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Telaga Biru telah pernah mendapatkan beberapa tari bentuk dan tari bentuk tersebut merupakan
tari-tari
dari
daerah
Gorontalo,
maka
peneliti
memilih
menerapkan
pengembangan motif gerak tari sederhana dari salah satu tari jenis tari kreasi. Pengambilan tari kreasi karena tari ini telah digarap sebelumnya oleh peneliti dengan didalamnya terdapat beberapa motif tari yang sederhana yang dapat diterapkan kepada siswa sebagai metode pembelajaran kreatifitas tari. Pengembangan motif ini diterapkan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 80 menit setiap kali pertemuan. Pertemuan pertama diberikan dua motif untuk dikembangkan dan pertemuan ke dua diberikan tiga motif. Enam kali pertemuan yang tersisa digunakan dalam mengkomposisi tari, dengan waktu alokasi waktu yang sama pada setiap pertemuan.
23
4.2.1. Pertemuan I Pertemuan pertama peneliti yang bertindak sebagai guru pengajar, memberikan terlebih dahulu pengantar tentang materi dan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran kreatifitas tari. Pertama – tama guru memberi pemahaman tentang gerak adalah salah satu unsur pokok dalam tarian. Kemudian masuk pada penjelasan tentang pengembangan motif gerak tari. Pengembangan motif gerak tari ini dijelaskan guru dengan mengembangankan motif dari segi ruang, tenaga, waktu dan volume. Setelah penjelasan dipaparkan, kemudian guru memberikan contoh. Contoh yang diberikan adalah salah satu motif yang ada dalam tari motiheluma. Setelah siswa paham dengan penjelasan guru, langkah selanjutnya guru memberikan dan memperagakan lima motif tari motiheluma yang akan diberikan kepada siswa dan kemudian yang akan dikembangkan oleh para siswa. Dalam pemberian motif, peneliti membedakan motif antara siswa laki-laki dan siswa perempuan, karena dalam tari motiheluma yang menjadi tarian yang motif-motifnya diambil untuk dikembangkan, hampir secara keseluruhan motif laki-laki dan perempuan berbeda. Selain motif yang berbeda peneliti juga memberikan dua motif yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kelima motif tersebut dapat didekripsikan sebagai berikut; 4.2.1.1.
Motif 1
Motif 1 peneliti memberikan motif dengan nama motif art mendak. Deskripsi motif tersebut sebagai berikut : Perempuan (Motif Art Mendak 2 x 8 hitungan)
24
Gambar 1 Posisi Awal Motif 1
Gambar 2 Posisi Akhir Motif 1
Posisi awal :
25
Kaki kanan dan kaki kiri ditekuk dengan posisi kaki kanan berada depan kaki kiri dan posisi badan mendak. Kedua tangan berada disamping kiri dan kanan badan dengan setengah ditekuk ke arah depan dan telapak tangan terbuka ke atas. Gerakan 2 x 8 hitungan : Hitungan 1 x 8 pertama, berjalan ke arah depan dengan tangan diayunkan kearah kanan dan kiri sebanyak 4 kali, setiap arah hitungan 1 x 2. Sampai pada posisi didepan. Hitungan 1 x 8 kedua, posisi badan mendak dengan kaki kanan didepan kaki kiri secara berdekatan (dengan hitungan 1 x 4 ) kemudian hitungan 1x 4 terakhir dilanjutkan dengan tangan kiri diletakkan depan dada dan tangan kanan memutar full di samping kanan sampai berada dibawah telapak tangan kiri. Posisi Akhir : Badan mendak dengan posisi kaki kanan didepan kaki kiri, tangan kanan berada dibawah tangan kiri dengan posisi didepan dada dan pinggang ke kiri.
Laki – laki (Motif Art Mendak 2 x 8 hitungan)
26
Gambar 3 Posisi Awal Motif 1
Gambar 4 Posisi Akhir Motif 1
27
Posisi awal : Berdiri seperempat mendak dengan posisi tangan kanan berada didepan tangan kiri yang ada didepan dada. Posisi kaki kanan berada didepan kaki kiri. Gerakan 2 x 8 hitungan : Hitungan 1 x 8 pertama, berjalan ke arah depan dengan posisi tangan tetap dan kemudian turun dengan lutut kanan menyentuh lantai dan kaki sebelah kiri di tekuk. Hitungan 1 x 8 kedua, posisi badan pada posisi hitungan 1 x 8 pertama. Kemudian tangan kanan diputar setengah derajat disamping kanan sampai diatas kepala dengan telapak tangan menghadap keatas dan tangan kiri berada didepan dada. Posisi Akhir : Posisi jongkok dengan lutut kaki kanan menyentuh lantai dan kaki kiri ditekuk. Tangan kiri berada depan dada dan tangan kanan berada diatas kepala dengan telapak tangan terbuka keatas. 4.2.1.2.
Motif 2
Motif 2 peneliti memberikan motif dengan nama motif Art zig - zag. Deskripsi motif tersebut sebgai berikut;
Perempuan (Motif Art zig-zag 2 x 8 hitungan)
28
Gambar 5 Posisi Awal Motif 2
Gambar 6 Posisi Akhir Motif 2
Posisi awal :
29
Posisi awal tangan disilangkan di depan dengan tangan kanan berada di atas dan tangan kiri di bawah. Posisi badan mendak dengan kaki kanan berada di kaki kiri. Gerakan 2 x 8 hitungan : Hitungan 1 x 8 pertama maju ke depan di mulai dengan kaki kanan didepan dan tangan sambil disilangkan bergantian. Hitungan 1 x 8 ke dua menghadap kearah kiri 1 x 4 tangan kanan diputar disamping kanan badan dengan posisi mendak kaki kanan di depan dan arah pandang mengikuti tangan kanan. Hitungan 1 x 4 berikutnya tangan sebelah kiri. Posisi Akhir : Mengahdap ke kiri dengan posisi badan mendak kaki kanan didepan kaki kiri dan tangan kiri berada di atas bahu dengan telapak tangan terbuka. Tangan kanan berada disamping paha serta pandangan ke depan.
Laki – laki (Motif Art Zig-zag 2 x 8 hitungan)
30
Gambar 7 Posisi Awal Motif 2
Gambar 8 Posisi Akhir Motif 2 Posisi awal : Posisi awal tangan berada disamping kiri dan kanan badan dengan telapak tangan menghadap kedepan dan posisi badan seperempat mendak serta pandangan kedepan. 31
Gerakan 2 x 8 hitungan : Hitungan 1 x 8 pertama maju kedepan dimulai dengan kaki kanan didepan dan tangan diayunkan kedepan. Hitungan 1 x 8 kedua mengahdap kedepan dengan 1 x 4 pertama tangan di silangkan didepan dengan arah pandang ke tangan kanan yang berada dibagian atas dan hitungan 1 x 4 berikunya adalah kebalikannya. Posisi Akhir : Mengahdap kedepan dengan tangan kiri di atas dan tangan kanan dibawah membentuk diagonal. Kaki kanan didepan kaki kiri dan posisi badan mendak. 4.2.1.3.
Motif 3
Motif 3 peneliti memberikan motif dengan nama motif Art jinjit. Deskripsi motif tersebut sebagai berikut;
32
Perempuan (Motif Art Jinjit 2 x 8 hitungan)
Gambar 11 Posisi Awal Motif 3
Gambar 12 Posisi Akhir Motif 3 Posisi awal :
33
Posisi awal tangan berada disamping kiri dan kanan badan dengan posisi badan mendak kaki kiri didepan dan pandangan kedepan. Gerakan 2 x 8 hitungan : Hitungan 1 x 8 pertama gerakan jinjit dengan
1 x 2 hitungan tangan menghadap
kebawah. Hitungan 1 x 2 berikutnya tangan keatas masih dengan gerakan jinjit. Diulangi sebanyak dua kali dan Arah pandang mengikuti tangan. Hitungan 1 x 8 ke dua memutar kebelakang sampai kedepan kembali dengan posisi badan mendak dan tangan kiri didepan dada, tangan kanan direntangkan kebawah. Posisi Akhir : Menghadap kedepan dengan kaki kanan didepan kaki kiri pada posisi mendak dan tangan kiri didada serta tangan kanan di rentangkan kebawah.
34
Laki – laki (Motif Art Jinjit 2 x 8 hitungan)
Gambar 13 Posisi Awal Motif 3
Gambar 14 Posisi Akhir Motif 3
35
Posisi awal : Posisi jongkok dengan lutut kanan menyentuh lantai dan kaki kiri ditekuk. Tangan kiri didepan dada, tangan kanan terentang ke samping kanan. Gerakan 2 x 8 hitungan : Hitungan 1 x 8 pertama tangan diayunkan ke samping kanan hitungan 1 x 4 pertama. Hitungan 1 x 4 kedua sebaliknya. Hitungan 1 x 8 kedua posisi badan masih sama, hitungan 1 x 4 tangan kanan ditekuk keatas tangan kiri. Diulangi sebanyak dua kali. Posisi Akhir : Posisi badan yang sama dengan posisi awal. Tangan kanan dan tangan kiri berada didepan dada dengan tangan kanan berada didepan tangan kiri. 4.2.1.4.
Motif 4
Motif 4 peneliti memberikan motif dengan nama motif art samping. Deskripsi motif tersebut sebagai berikut :
36
Perempuan dan laki – laki (Motif jalan zig-zag 2 x 8 hitungan)
Gambar 15 Posisi Awal Motif 4
Gambar 16 Posisi Akhir Motif 4
Posisi awal :
37
Tangan direntangkan dengan posisi kaki kanan didepan kaki kiri. Gerakan 2 x 8 hitungan : Hitungan 1 x 8 pertama lompat kearah depan dengan menghadap kiri dan tangan direntangkan. Hitungan 1 x 8 ke dua tangan kanan diatas tangan kiri, tangan kanan dibuka dan tangan kiri diujung siku tangan kanan lalu berputar. Posisi Akhir : Menghadap kedepan dengan posisi tangan sama dengan hitungan 1 x 8 kedua dan posisi badan mendak dengan posisi kaki sama dengan posisi awal. 4.2.1.5.
Motif 5
Motif 5 peneliti memberikan motif dengan nama motif art tereretet. Deskripsi motif tersebut sebagai berikut :
38
Perempuan (Motif art tereretet 2 x 8 hitungan)
Gambar 17 Posisi Awal Motif 5
Gambar 18 Posisi Akhir Motif 5
39
Posisi awal : Posisi badan mendak kaki kanan depan kaki kiri dan tangan disilangkan depan dada dengan tangan kanan diatas. Gerakan 2 x 8 hitungan : Hitungan 1 x 8 pertama melompat kekanan hitungan 1 x 4, hitungan berikutnya bahu digoyang. Hitungan 1 x 8 kedua tangan direntangkan dengan bentuk diagonal kemudian tangan kiri di putar kedepan dada sampai ke tangan kanan. Arah pandangan ke tangan kanan. Posisi Akhir : Posisi mendak dengan posisi tangan seperti posisi terakhir gerakan hitungan 1 x 8 kedua. 4.2.2. Pertemuan 2 Pertemuan kedua peneliti memberikan 2 motif tari yang akan dikembangkan oleh siswa. Penerapan motif ini dilakukan oleh peneliti dengan metode demonstrasi, yaitu peneliti mempraktekkan motif tari didepan kelas kemudian siswa menirukan. Motif tari diulangi sebanyak tiga sampai lima kali. Langkah berikut peneliti menginstruksikan siswa untuk mengembangakan motif tersebut sesuai dengan penjelasan cara mengembangankan motif tari pada pertemuan pertama. Kegiatan selanjutnya peneliti mengamati siswa mengembangkan motif tersebut. Setelah siswa selesai mengembangkan motif 1 maka selanjutnya peneliti memberikan motif yang kedua. Teknis yang sama dilakukan yakni, peneliti memberikan motif kemudian siswa diinstruksikan untuk menirukan. Setelah siswa dapat menirukan, dilanjutkan dengan 40
mengembangkan motif kedua tersebut. Peneliti mengamati dan pada akhir pembelajaran peneliti mengevaluasi kedua pengembangan motif tersebut yakni pengembangan motif 1 dan pengembangan motif 2. Pertemuan kedua ini peneliti melakukan penilaian awal untuk melihat kemampuan siswa dalam mengembangkan motif dan juga sebagai evaluasi untuk pengembangan motif selanjutnya. Cara peneliti menilai adalah, melihat siswa yang mampu mengambangkan motif lebih dari dua pengembangan, siswa tersebut akan mendapat skor 40. Berikut hasil perolehan siswa dalam mengembangkan motif 1 dan 2 yang diberikan dapat dilihat pada presentase tabel 6 dan 7.
No
Tabel 6:NilaiPengembangan Motif 1 Nama siswa Skor Presentase
1 Aldi Umar 2 Firman Ibrahim 3 Ismail Puhi 4 Jefriyanto Abdul Rahman 5 Marten Olii 6 Rahman Akuba 7 Reflin Mahajani 8 Reynaldi Dalanggo 9 Wawan Makalalang 10 Hadija Yunus Nani 11 Hariyati Abdul 12 Indah Sri N Sango 13 Indriyawati M Hasan 14 Maryam Husain 15 Mega a. Rauf 16 Mukmin Anis 17 Ririn Sabihi 18 Sagita Hasan 19 Silvana Maku 20 Delviana Rabiasa 21 Lidyawati Hasan 22 Kamelia Rasid JUMLAH
30 30 30 25 25 30 25 25 30 30 25 30 30 30 25 30 30 30 25 30 30 30 625
75 75 75 62.5 62.5 75 62.5 62.5 75 75 62.5 75 75 75 62.5 75 75 75 62.5 75 75 75 1562.5
RATA – RATA
28.4
71.02
Tabel 7:Nilai Pengembangan Motif 2 41
Kualifikasi Cukup Cukup Cukup Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup CUKUP
No
Nama Siswa
Skor
Presentase
Kualifikasi
1 Aldi Umar 2 Firman Ibrahim 3 Ismail Puhi 4 Jefriyanto Abdulrahman 5 Marten Olii 6 Rahman Akuba 7 Reflin Mahajani 8 Reynaldi Dalanggo 9 Wawan Makalalang 10 Hadija Yunus Nani 11 Hariyati Abdul 12 Indah Sri N Sango 13 Indriyawati M Hasan 14 Maryam Husain 15 Mega a. Rauf 16 Mukmin Anis 17 Ririn Sabihi 18 Sagita Hasan 19 Silvana Maku 20 Delviana Rabiasa 21 Lidyawati Hasan 22 Kamelia Rasid JUMLAH
30 30 30 25 25 30 25 25 30 30 25 30 30 30 25 30 30 30 25 30 30 30 625
75 75 75 62.5 62.5 75 62.5 62.5 75 75 62.5 75 75 75 62.5 75 75 75 62.5 75 75 75 1562.5
Cukup Cukup Cukup Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup
RATA – RATA
28.4
71.02
CUKUP
Nilai yang diperoleh siswa dalam tahap pemberian motif 1 dan motif 2 dirata – ratakan dari hasil keseluruhan siswa termasuk kualifikasi cukup, karena dari 22 orang siswa nilai tertinggi yang diperoleh adalah 30 dan terendah adalah 25. Siswa yang memperoleh nilai 30 hanya mampu mengembangkan motif sebanyak dua pengembangan. Untuk yang nilai 25 siswa hanya mampu melakukan pengembangan motif dengan satu pengembangan saja. Penjelasan diatas menyimpulkan, pada pengembangan motif 1 siswa memperoleh nilai cukup dan kurang karena pengembangan motif yang diterapkan peneliti adalah hal pertama kali dilakukan. Selama proses pembelajaran yang siswa ikuti guru tidak memberi pemahaman tentang adanya pengembangan motif dalam tarian. Sesuai observasi sebelumnya pembelajaran tari di kelas VIII-1 lebih ke praktek tari bentuk baik tari tardisi maupun 42
moderen. Siswa yang memperoleh nilai 30 adalah siswa yang memiliki bakat dalam menari, sehingga mereka berminat dan berusaha semampunya melakukan pengembangan motif tari. Melihat peroleh diatas, serta semangat siswa yang antusias ingin belajar pengembangan motif tari, maka peneliti melanjutkan pada tahap berikut. Peneliti menugaskan siswa mengulang kembali dirumah pengembangan motif yang telah dilakukan, untuk mencapai nilai lebih baik dan lebih mudah dalam mengembangkan tiga motif selanjutnya yang akan diberikan oleh peneliti pada siswa.
4.2.3. Pertemuan 3 Pertemuan ketiga peneliti meberikan tiga motif berikutnya kepada siswa. Cara peneliti memberikan motif sama seperti pemberian dua motif sebelumnya. Peneliti memperagakan motif tiga didepan kelas dan diulangi sebanyak tiga sampai lima kali kemudian siswa menirukannya. Setelah siswa lancar dengan motif tersebut kemudian siswa mengembangkan motif ketiga. Demikian juga dengan motif empat dan lima dilakukan cara yang sama. Peneliti mengamati terlebih dahulu proses siswa mengembangkan motif 3 yang diberikan, setelah siswa bisa melakukan pengembangan motif 3 tersebut, peneliti yang bertindak sebagai guru memberikan kembali motif berikutnya dengan cara yang sama. Cara yang sama pula dilakukan peneliti dalam memberikan motif terakhir. Hasil capaian siswa dalam mengembangkan motif 3, 4, dan 5 di presentasikan oleh peneliti dalam bentuk tabel, seperti pada motif 1 dan 2. Berikut hasil capaian siswa mengembangkan motif 3, 4, dan 5.
43
No
Tabel 7:Nilai Pengembangan Motif 3 Nama Siswa Skor Presentase
1 Aldi Umar 2 Firman Ibrahim 3 Ismail Puhi 4 Jefriyanto Abdul Rahman 5 Marten Olii 6 Rahman Akuba 7 Reflin Mahajani 8 Reynaldi Dalanggo 9 Wawan Makalalang 10 Hadija Yunus Nani 11 Hariyati Abdul 12 Indah Sri N Sango 13 Indriyawati M Hasan 14 Maryam Husain 15 Mega a. Rauf 16 Mukmin Anis 17 Ririn Sabihi 18 Sagita Hasan 19 Silvana Maku 20 Delviana Rabiasa 21 Lidyawati Hasan 22 Kamelia Rasid JUMLAH
35 35 35 35 35 35 30 35 35 35 30 35 35 35 30 35 35 35 30 35 35 35 750
87,5 87,5 87,5 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 1875
RATA – RATA
34.0
85.22
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Tabel 8 : Nilai Pengembangan Motif 4 Nama siswa Skor Presentase Aldi Umar Firman Ibrahim Ismail Puhi Jefriyanto Abdul Rahman Marten Olii Rahman Akuba Reflin Mahajani Reynaldi Dalanggo Wawan Makalalang Hadija Yunus Nani Hariyati Abdul Indah Sri N Sango Indriyawati M Hasan Maryam Husain Mega a. Rauf Mukmin Anis
35 35 35 35 35 35 30 35 35 35 30 35 35 35 30 35
87,5 87,5 87,5 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 75 87,5 44
Kualifikasi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik BAIK
Kualifikasi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik
17 Ririn Sabihi 18 Sagita Hasan 19 Silvana Maku 20 Delviana Rabiasa 21 Lidyawati Hasan 22 Kamelia Rasid JUMLAH
35 35 30 35 35 35 750
87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 1875
RATA – RATA
34.0
85.22
No
Tabel 9: Nilai Pengembangan Motif 5 Nama siswa Skor Presentase
1 Aldi Umar 2 Firman Ibrahim 3 Ismail Puhi 4 Jefriyanto abdulr. 5 Marten Olii 6 Rahman Akuba 7 Reflin Mahajani 8 Reynaldi Dalanggo 9 Wawan Makalalang 10 Hadija Yunus Nani 11 Hariyati Abdul 12 Indah Sri N Sango 13 Indriyawati M Hasan 14 Maryam Husain 15 Mega a. Rauf 16 Mukmin Anis 17 Ririn Sabihi 18 Sagita Hasan 19 Silvana Maku 20 Delviana Rabiasa 21 Lidyawati Hasan 22 Kamelia Rasid JUMLAH
35 35 35 35 35 35 30 35 35 35 30 35 35 35 30 35 35 35 30 35 35 35 750
87,5 87,5 87,5 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 1875
RATA – RATA
34.0
85.22
Baik Baik Cukup Baik Baik Baik BAIK
Kualifikasi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik BAIK
Jumlah siswa 22 orang, yang mendapat nilai 35 pada pertemuan ketiga adalah nilai tertinggi dan nilai terendah adalah 30. Siswa yang mampu mengembangkan lebih dari tiga motif mendapat nilai 35 dan yang bisa mengmbangkan sampai dua pengembangan motif tari mendapat nilai 30. Berdasarkan pengamatan peneliti, dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan ketiga siswa memiliki kemajuan. Peneliti menugaskan siswa mengulang kembali dirumah pengembangan motif yang telah dilakukan. Karena pada pertemuan selanjutnya 45
sebelum masuk pada komposisi tari, peneliti akan mengevaluasi secara keseluruhan lima motif yang telah diberikan. 4.2.4. Pertemuan 4 Pertemuan keempat 30 menit pertama digunakan peneliti untuk mengevaluasi lima pengembangan motif yang telah dilakukan oleh siswa. Siswa maju satu persatu didepan dan mempraktekkan lima motif tersebut. Berdasarkan kegiatan tersebut peneliti dapat memberikan nilai sebagai berikut; Tabel 10: Nilai Evaluasi Pengembangan 5 Motif Nama Siswa Skor Presentase Kualifikasi
No
1 Aldi Umar 2 Firman Ibrahim 3 Ismail Puhi 4 Jefriyanto AbdulRahman 5 Marten Olii 6 Rahman Akuba 7 Reflin Mahajani 8 Reynaldi Dalanggo 9 Wawan Makalalang 10 Hadija Yunus Nani 11 Hariyati Abdul 12 Indah Sri N Sango 13 Indriyawati M Hasan 14 Maryam Husain 15 Mega a. Rauf 16 Mukmin Anis 17 Ririn Sabihi 18 Sagita Hasan 19 Silvana Maku 20 Delviana Rabiasa 21 Lidyawati Hasan 22 Kamelia Rasid JUMLAH
35 35 35 35 35 35 30 35 35 35 30 35 35 35 30 35 35 35 30 35 35 35 750
87,5 87,5 87,5 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 75 87,5 87,5 87,5 1875
RATA – RATA
34.0
85.22
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik BAIK
Berdasarkan tabel diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa telah dapat mengembangkan motif dan menghafal pengembangan – pengembangan yang 46
telah dilakukan. Siswa yang memperoleh nilai 35 adalah siswa yang mampu mempraktekkan kelima pengembangan motif akan tetapi salah satu pengembangan motif masih siswa lupa akan gerakannya. Siswa yang mendapat nilai 30 adalah siswa yang sudah membuat 5 pengembangan motif akan tetapi saat evaluasi dua pengembangan siswa masih bingung dengan gerakannya. Diprediksikan oleh peneliti, hal ini disebabkan siswa lupa dengan pengembangan motif yang telah dilakukan dan kurangnya pemantapan atau latihan dirumah. 4.2.5. Pertemuan 5 Pertemuan ke lima Peneliti melangkah pada tahap berikut setelah siswa melakukan pengembangan motif tari sebanyak 5 motif. Tahap tersebut adalah komposisi tari. Sebelum masuk ke tahap tersebut, terlebih dahulu siswa dibagi dalam 4 kelompok. Pada komposisi tari, peneliti mengelompokkan siswa karena indikator capaian yang dipilih peneliti pada Standar kompetensi adalah menggelar pertunjukan karya seni tari berkelompok dikelas. Selain itu juga, dengan berkelompok, komposisi tari akan lebih mudah dilakukan. Empat unsur telah ditentukan oleh peneliti yang harus dibuat oleh siswa, yaitu merangkai gerak dari hasil pengembangan motif, memberi unsur dinamika, pengolahan ruang yang terdiri dari leveling dan pola lantai, dan yang terakhir memberi unsur musik. Tujuan dari kegiatan ini adalah, peneliti ingin mengenalkan kepada siswa sebagian unsure-unsur tari yang sangat penting mereka ketahui. Selain itu mengasah daya kreativitas mereka. Skor ideal atau nilai tertinggi untuk tahap ini adalah 60, yang terbagi atas skor 15 merangkai gerak, skor 10 pemberian dinamika, skor 25 pengolahan ruang yang terbagi atas skor 15 pola lantai dan skor 10 leveling, kemudian skor 10 untuk pemberian unsur musik. Pengembangan motif tari yang telah dihasikan oleh siswa menjadi pembendaharaan gerak siswa. Peneliti menentukan siswa merangkai gerak minimal 6 gerakan untuk menjadi
47
satu tarian sederhana. Peneliti memberikan kemudahan terhadap siswa bahwa setiap gerakan dengan hitungan 2 x 8. Waktu yang digunakan 80 menit jam pelajaran. Pertemuan kelima ini peneliti menugaskan kepada siswa merangkai gerak, tetapi sebelumnya dijelaskan terlebih dahulu indikator-indikator yang harus dicapai. Peneliti memberikan contoh rangkaian gerak yakni menggabungkan motif-motif tari yang telah diberikan sebelumnya yang dikembangkan siswa. Dari contoh yang peneliti berikan, siswa mulai mencoba merangkai gerak. Peneliti mendampingi siswa dan memberikan arahan apabila ada siswa yang bertanya. Waktu 80 menit yang diberikan peneliti dimanfaakan siswa dengan baik, sehingga dapat menghasilkan rangkaian gerak tetapi belum tertata dengan baik. Jam pelajaran ke-2 peneliti melakukan evaluasi secara perkelompok siswa mendemonstrasikan didepan kelas hasil rangkaian gerak. Nilai siswa merangkai gerak dapat dilihat sebagai berikut pada tabel.
48
Tabel 11: Nilai Siswa Merangkai Gerak Kelompok Nama Siswa Skor Presentase Kualifikasi Ismail Puhi Sagita Hasan 1 Hadijah Yunus Nani 13 86 Baik Mukmin Anis Jefriyanto Abdul Maryam Husain Lidyawati Hasan Indriyawati M Hasan 2 13 86 Baik Rahman Akuba Hariyati Abdul Wahab Wawan Makalalang Inda Sri N Sango Kamelia Rasyid Firman Ibrahim 3 15 100 Baik Sekali Silvana Maku Riskiyanto Zakaria Mukmin Anis Reynaldi Dalanggo Wawan Makalangi 4 Reflin Mahajani 15 100 Baik Sekali Delviana Rabiasa Ririn Sabihi JUMLAH 56 372 Baik RATA – RATA 14 93 Nilai tertinggi yang diberikan kepada siswa yang mampu merangkai 6 gerak dari hasil pengembangan motif yang telah dilakukan adalah 15. Siswa yang memperoleh nilai tersebut ada 2 kelompok. 1 kelompok siswa tidak mampu menghafalkan rangkaian gerak sehingga masih terlihat beberapa kesalahan saat praktek sehingga mereka memperoleh nilai 13. 1 kelompok yang tersisa adalah siswa yang tidak mampu merangkai gerak sesuai dengan batasan yang diberikan oleh peneliti. Kelompok tersebut hanya dapat merangkai sampai 3 gerak. Kelompok yang dapat merangkai gerak dengan sempurna dan divariasikan adalah siswa yang memang mengetahui beberapa tari tradisi sehingga lebih mempermudah mereka dalam merangkai gerak. Pengamatan peneliti ada beberapa orang siswa yang memperoleh nilai tinggi atau mampu pada tahap pengembangan motif tari tetapi, rendah saat merangkai gerak. Semua itu 49
disebabkan oleh pengalaman menari yang kurang atau tidak memiliki minat dalm menari, adapula yang terpengaruh dengan pengetahuan menari yang telah mereka miliki, sehingga apa yang peneliti tugaskan yaitu merangkai gerak dari gerakan pengembangan motif dianggap berat. 4.2.6. Pertemuan 6 Pada pertemuan ke-enam peneliti menugaskan siswa untuk mendemonstrasikan kembali hasil ragkaian gerak yang telah dibuat. Hasil rangkaian gerak yang siswa buat, belum terlihat dinamika walaupun sudah menggunakan hitungan, sehingga hasil rangkaian terlihat datar. Untuk itu peneliti member tugas pada siswa memasukkan unsur dinamika yang diberi skor 10. Peneliti menjelaskan kegunaan dinamika dalam tari serta memberi contoh gerak yang memiliki dinamika. Siswa mulai melakukan apa yang ditugaskan peneliti, dari hasil pengamatan peneliti pada menit ke-35, hasil rangkaian gerak 4 kelompok sudah memiliki dinamika sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing, untuk itu peneliti mengadakan evaluasi. Hasil kemampuan siswa memberi unsur dinamika dapat dilihat pada tabel berikut.
Kelompok
1
2
3
Tabel 12 : Hasil Siswa Memberi Unsur Dinamika Nama Siswa Skor Presentase Kualifikasi Ismail Puhi Sagita Hasan Hadijah Yunus Nani 8 80 Baik Mukmin Anis Jefriyanto Abd Maryam Husain Lidyawati Hasan Indriyawati m. Hasan 10 100 Baik Sekali Rahman Akuba Hariyati Abd Wahab Wawan Makalalang Inda Sri N Sango 10 100 Baik Sekali Kamelia Rasyid 50
4
Firman Ibrahim Silvana Maku Riskiyanto Zakaria Mukmin Anis Reynaldi Dalanggo Wawan Makalangi Reflin Mahajani Delviana Rabiasa Ririn Sabihi
JUMLAH RATA – RATA
10
100
Baik Sekali
38 9.5
380 95
Baik
Kemampuan siswa dalam memberi unsur dinamika lebih meningkat dari merangkai gerak, semua itu disebabkan karena sudah ada gerak yang mereka rangkai, kemudian diberi tekanan dari yang lambat menjadi cepat atau yang lembut menjadi keras. Kelompok yang mampu mencapai criteria tersebut adalah 3 kelompok yang diberi nilai 10. Karena terlihat jelas penggunaan tenaga untuk menciptakan tekanan pada gerak yang telah dihasilkan. Nilai 9 diberikan kepada 1 kelompok yang dipantau oleh peneliti tenaga yang dihasilkan tidak maksimal sehingga nilai kualitas gerak yang telah dirangkai berkurang. Pengamatan peneliti terhadap siswa yang memperoleh nilai rendah dalam memberi unsur dinamika dikarenakan, mereka tidak konsentrasi dan gugup saat mendemonstrasikan didepan kelas, selain alasan utama kurangnya minat dan pengalaman menari. Dua unsur komposisi telah siswa lakukan yaitu merangkai gerak dan memberi unsur dinamika, untuk lebih mengasah daya kreativitas siswa, peneliti menugaskan siswa memberi unsur leveling pada hasil kreativitas mereka. Peneliti menugaskan siswa mengingat tarian yang pernah mereka lihat atau yang mereka kuasai, geraknya memiliki level atau tidak dan bagaimana tarian yang memiliki level apa ada perbedaan. Dari jawaban siswa yang beragam dengan pendapat masing-masing, peneliti menjelaskan dan memberi contoh bagaimana memberi level pada gerak, serta mendampingi dan mengamati siswa melakukan apa yang
51
ditugaskan pada mereka. Leveling diberikan skor 10 oleh peneliti. Pada menit ke-65 peneliti mengevaluasi yang telah ditugaskan kepada siswa. Pengamatan yang dilakukan peneliti kepada siswa dalam memberi unsur level, masing-masing kelompok memiliki kemampuan yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
52
Tabel 13 :Hasil Siswa Memberi Unsur Leveling Kelompok Nama Siswa Skor Presentase Kualifikasi Ismail Puhi Sagita Hasan 1 Hadijah Yunus Nani 6 60 Kurang Mukmin Anis Jefriyanto Abd Maryam Husain Lidyawati Hasan Indriyawati M Hasan 2 8 80 Baik Rahman Akuba Hariyati Abdul Wahab Wawan Makalalang Inda Sri N Sango Kamelia Rasyid Firman Ibrahim 3 9 90 Baik Sekali Silvana Maku Riskiyanto Zakaria Mukmin Anis Reynaldi Dalanggo Wawan Makalangi 4 Reflin Mahajani 9 90 Baik Sekali Delviana Rabiasa Ririn Sabihi JUMLAH 32 320 Baik RATA – RATA 8 80 Nilai yang diperoleh seluruh kelompok saat memberi unsur level pada gerak bervariasi, dari nilai terendah 6, sedang 8, dan tertinggi 9, tidak ada siswa yang mampu mencapai skor nilai ideal yang telah ditentukan peneliti, yaitu keseluruhan gerak yang mereka rangkai 2 gerak yang mereka beri level. 1 kelompok memperoleh nilai 6 karena, hasil rangkain geraknya tidak memiliki level gerak, semua itu berkaitan dengan capaian pada tahap sebelumnya, yaitu hasil rangkaian gerak yang kurang. Nilai 8 diperoleh oleh 1 kelompok, Mereka sedikit meningkat dari kelompok yang memperoleh nilai 2. Nilai 9 diberikan kepada 2 kelompok yang mampu memberikan level pada 2 gerak dari keseluruhan hasil gerak mereka, sehingga memperoleh nilai 9. Hasil
siswa
jika
dirata-ratakan
dalam
kualifikasi
kurang
sekali.
Peneliti
menyimpulkan, siswa tidak berani mencoba melakukan gerak yang dilakukan dengan level 53
atas dilakukan pada level menengah atau bawah, begitu pula sebaliknya, gerak yang dilakukan pada level bawah dilakukan pada level atas. Rangkaian gerak tari yang sudah memiliki dinamika dan level lebih indah dilakukan tidak pada tempat yang berpijak, untuk itu peneliti memberi pemahaman kepada siswa bagaimana cara menghindari hal tersebut, yaitu dengan membuat pola lantai. 4.2.7. Pertemuan 7 Pertemuan ketujuh ini peneliti menugaskan siswa membuat pola lantai. Peneliti menentukan pola lantai yang sesuai dengan kemampuan siswa kelas VIII pada umumnya, yaitu pola lantai dasar yang tercipta dari pengembangan garis lurus, seperti garis lurus ke depan, belakang, samping kanan dan kiri, segitiga, segi empat, setengah lingkaran dan lingkarang penuh. Sebelum siswa melakukan tugas yang diberikan, peneliti memberikan penjelasan dan contoh, begitu pula pada unsur tari pola lantai. Saat siswa mulai membuat pola lantai peneliti mengamati dan memberi arahan apabila siswa mengalami kesulitan saat membuat. Berikut perolehan siswa membuat pola lantai.
54
Tabel 14 : Hasil Siswa Memberi Unsur Pola Lantai Kelompok Nama siswa Skor Presentase Kualifikasi Ismail Puhi Sagita Hasan 1 Hadijah Yunus Nani 10 73.33 Cukup Mukmin Anis Jefriyanto Abd Maryam Husain Lidyawati Hasan Indriyawati M Hasan 2 13 86.66 Baik Rahman Akuba Hariyati Abdul Wahab Wawan Makalalang Inda Sri N Sango Kamelia Rasyid Firman Ibrahim 3 15 100 Baik Sekali Silvana Maku Riskiyanto Zakaria Mukmin Anis Reynaldi Dalanggo Wawan Makalangi 4 Reflin Mahajani 14 93.33 Baik Delviana Rabiasa Ririn Sabihi JUMLAH 52 353.32 Baik RATA – RATA 13 88.33 Criteria yang ditentukan peneliti untuk memperoleh skor ideal atau nilai 15 yaitu, siswa mampu membuat 5 pola lantai dari beberapa contoh yang telah diajarkan pada awal pertemuan. 1 kelompok mendapat nilai 15 karena dapat menerapkan 5 pola lantai seperti yang ditetapkan oleh peneliti. 1 kelompok mendapat nilai 14 karena dapat menerapkan 4 pola lantai dalam tarian mereka. 1 kelompok lagi hanya mampu menerapkan 3 pola lantai saja dalam tarian mereka, dan 1 kelompok lainnya mendapat skor 10 yang dapat menerapkan 2 pola lantai saja. Hal ini disebabkan karena pada tahap sebelumnya kelompok tersebut hanya dapat merangkai beberapa gerakan, sehingga penyesuaian dengan pola lantai pun terbatas. 4.2.8. Pertemuan 8 Pertemuan ke-8, peneliti melangkah pada tahap terakhir yakni pemberian unsur musik dari hasil kreativitas masing-masing kelompok siswa. Salah satu fungsi musik dalam tari 55
adalah sebagai pengiring tari, sehingga perlu adanya penghayatan dalam musik yaitu cepat lambat ritme. Apabila siswa bisa menghayati musik maka tidak megalami kesulitan dalam menyesuaikan gerak yang dibuat dengan iringan musik. Penerapan musik ini dilakukan pada pertemuan ke-7 dengan alokasi yang sama dengan pertemuan sebelumnya, yaitu 80 menit. Peneliti menawarkan beberapa jenis musik, baik musik tari tradisi, modern, kreasi dan musik bebas yang bergendre dangdut, klasik dan disko. Peneliti membatasi unsur musik sebagai pengiring tarian, bukan sekedar ilustrasi dalam tarian, pada tahap ke-2 ini peneliti menentukan 2 aspek penilaian yaitu penghayatan musik diberi skor 10 dan ketepatan irama dengan gerak diberi skor 10 tetapi penilain dilakukan bersamaan. Penghayatan musik yang dimaksudkan peneliti adalah, dapat menguasai ritme musik. Tahap ini diawali dengan penjelasan fungsi musik dalam tari dan begaimana menghayati musik sehingga mudah menyesuaikan dengan gerak yang telah dirangkai. Siswa memilih satu persatu lagu yang peneliti tawarkan, kemudian disesuaikan dengan hasil dari rangkaian mereka, apabila dirasakan belum tepat siswa bisa mengganti dengan jenis musik yang sesuai. Akhir pertemuan siswa bergiliran mendemonstrasikan secara perkelompok hasil rangkaian gerak yang telah diberi musik. Berikut tabel hasil perolehan siswa dalam memberikan unsur musik dalam tarian.
Kel om pok
1
2
Nama Siswa
Tabel 15 : Nilai Siswa Memberi Unsur Musik Aspek Penilaian Penghaya Ketepatan Skor % Kualifikasi tan Musik Gerak dan Irama
Ismail Puhi Sagita Hasan Hadijah Yunus Nani Mukmin Anis Jefriyanto Abd Maryam Husain Lidyawati Hasan Indriyawati M Hasan
4
4
8
80
Baik
4
4
8
80
Baik
56
Rahman Akuba Hariyati Abdul Wahab Wawan Makalalang Inda Sri N Sango Kamelia Rasyid Firman Ibrahim 3 Silvana Maku Riskiyanto Zakaria Mukmin Anis Reynaldi Dalanggo Wawan Makalangi 4 Reflin Mahajani Delviana Rabiasa Ririn Sabihi JUMLAH RATA – RATA
5
5
10
100
BS
5
5
10
100
BS
18 4.5
18 4.5
36 9
360 90
BS
Perolehan siswa dalam memberi unsur musik pada hasil kreativitas siswa terbagi atas 2 yaitu, baik dan baik sekali. Skor tertinggi yang diberikan 10, terbagi atas penghayatan musik 5, ketepatan gerak dengan irama 5. Apabila ada siswa yang dapat mencapai nilai tersebut termasuk pada kualifikasi baik sekali. Dari hasil evaluasi yang dilakukan seluruh kelompok dapat kualifikasi rata-rata baik tetapi, ada 2 kelompok yang memperoleh nilai baik sekali dengan capaian nilai sampai 10 seperti yang telah menjadi patokan peneliti. Kelompok tersebut memperoleh nilai 10 karena dapat dapat menghayati musik dengan baik dan dengan baik pula menempatkan irama dan gerak. Dua kelompok lainnya memperoleh kualifikasi baik dengan skor nilai yang berbeda. Kualifikasi baik dapat diperoleh siswa mencapai 80 % penghayatan musik dan ketepatan gerak dan irama/musik. 2 kelompok yang terdiri dari 11 orang siswa mendapat nilai baik karena siswa tersebut menghayati musik yaitu memperhatikan ritme sehingga gerakannya dapat mengikuti musik. Hal yang mempengaruhi siswa kesulitan memberi musik pada hasil kreativitas mereka adalah, kurangnya pengalaman dalam menari juga pengetahuan tentang tari, seperti menonton pertunjukan tari baik secara langsung maupun dalam bentuk video. 57
Tahapan komposisi tari secara keseluruhan hasil capaian siswa di presentasikan oleh peneliti dalam tabel. Tujuannya adalah melihat kelompok yang mencapai indikator capaian yang ditentukan. Berikut tabel rekapitulasi nilai siswa mengkomposisi tari.
58
Table 16 : Rekapitulasi nilai siswa mengkomposisi tari Aspek Penilain Merangkai Dina Pengol Memb Kel. Nama Siswa Skor Gerak mika ahan eri ruang Musik Ismail Puhi Sagita Hasan 1 Hadijah Yunus Nani 13 8 16 8 45 Mukmin Anis Jefriyanto Abdul Maryam Husain Lidyawati Hasan Indriyawati M Hasan 2 14 10 21 8 53 Rahman Akuba Hariyati Abdul Wahab Wawan Makalalang Inda Sri N Sango Kamelia Rasyid Firman Ibrahim 3 15 10 24 10 59 Silvana Maku Riskiyanto Zakaria Mukmin Anis Reynaldi Dalanggo Wawan Makalangi 4 Reflin Mahajani 15 10 23 10 58 Delviana Rabiasa Ririn Sabihi JUMLAH 57 38 84 36 215 RATA – RATA
Keterangan : B
14.25
9.5
21
9
53.7 5
%
Ku alif ika si
75
C
88.33
B
98.33
BS
96.66
BS
358.3 2 89.58
B
: Baik
C
: Cukup
BS
: Baik Sekali
Berdasarkan tabel perolehan siswa dalam mengkomposisi tari, maka dapat dikatakan siswa yang termasuk dalam kualifikasi baik sekali berjumlah 12 orang yang terhimpun dalam 2 kelompok, kelompok 3 dan kelompok 4. Dari ke 12 siswa yang menacapai nilai yang baik sekali perolehan skor bervariasi antara 59 dan 58, tetapi jika di presentasikan memenuhi nilai baik sekali. Terdapat 2 nilai karena 12 orang siswa ini terbagi dalam 2 kelompok. Siswa tersebut memperoleh nilai baik sekali karena mampu merangkai 6 gerak hasil dari 59
pengembangan motif tari dan menambah gerak variasi, terlihat jelas dinamika dan leveling, begitu pula pola lantai lebih bervariasi dan dapat menyesuaikan dengan musik yang dipilih. Siswa yang memperoleh kualifikasi baik ada 6 orang yang terhimpun dalam 1 kelompok dengan perolehan nilai 35. Siswa yang berjumlah 6 orang tersebut mampu mencapai nilai baik sesuai dengan criteria penilain yang ditentukan peneliti, yaitu mampu merangkai gerak 5 pengembangan motif tari, dinamika dan leveling tidak terlihat jelas, pola lantai tidak bervariasi dan masih sulit menyesuaikan dengan musik pada beberapa gerakan baik itu gerakan awal, tengah ataupun gerakan akhir. Kualifikasi cukup 5 orang dengan nilai 30 yang terhimpun dalam 1 kelompok. Nilai cukup diberikan kepada siswa yang hasil rangkaian geraknya 5 gerak pengembangan motif tari, hasil gerak yang dirangkai tidak memiliki dinamika dan leveling, serta pola lantai yang menoton bahkan tidak ada sama sekali, sedangkan menyesuaikan dengan musik kelompok ini terlihat sulit dalam penyesuaian gerak dengan musik. Untuk kualifikasi kurang dan kurang sekali 0, karena sesuai dengan pengamatan peneliti pada tahap II ini hasil capaian siswa sampai pada criteria cukup. Siswa antusias dalam melakukan tahap ke-2 ini, karena mereka dapat berkreasi, membuat satu rangkaian gerak tari dari hasil pengembnagan motif tari, serta memeperoleh pengetahuan tentang beberapa unsur – unsur komposisi tari. Walaupun masih ada kesulitan yang mereka temui, seperti pada unsur merangkai gerak, membutuhkan 1 kali pertemuan untuk dapat merangkai 6 gerakan pengembangan motif yang dikreasikan dengan kreativitas sendiri. Begitu pula dengan unsur dinamika, leveling dan pola lantai, tetapi secara keseluruhan siswa sudah paham dengan apa yang diterapkan peneliti. Penerapan 2 tahap ini menyimpulkan dari 22 orang siswa yang terbagi dalam 4 kelompok ada perbedaan hasil yang mereka capai. Sama seperti pada tahap pengembangan 60
motif tari dalam membuat komposisi tari yang memperoleh nilai baik sekali dan baik dipengaruhi pengalaman menari yang lebih dan yang paling utama minat dan bakat dalam menari, sehingga siswa semangat dam cepat memahami apa yang diterapkan peneliti dan indikator capaian tercapai untuk semester ini. Pengamatan peneliti dua tahap penelitian, disimpulkan siswa yang mampu melakukan olah pengembangan motif gerak tari dengan baik, tidak menjadi acuan siswa tersebut mampu membuat komposisi tari, seperti merangkai gerak, memberi unsur dinamika, leveling, pola lantai serta memberi unsur musik, Begitu pula sebaliknya. Siswa mampu membuat komposisi tari walaupun pengembangan motif tari yang dihasilkan cukup. 4.3.
Pembahasan Pengembangan motif gerak tari motiheluma sebagai metode pembelajaran kreativitas
tari dikelas VIII-1 SMP Negeri 2 Telaga Biru Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Pengembangan motif yang diterapkan adalah motif-motif yang diambil dari tari motiheluma yang tingkat kesulitannya disesuaikan dengan keadaan siswa SMP khususnya kelas VIII. Motif yang diberikan dapat dilihat pada deskripsi motif yang telah dipaparkan sebelumnya. Motif yang diterapkan terdiri dari 5 motif yang dibagi dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan ke-1, 2 motif yang diberikan kepada siswa untuk dikembangkan. Pertemuan ke-2, diberikan 3 motif terakhir yang akan dikembangkan. Pemberian motif, 3 motif berbeda antara laki – laki dan perempuan sedangkan 2 motif diambil motif yang sama dari tari motiheluma. Setelah siswa mengembangkan motif, peneliti menugaskan siswa untuk merangkai gerak dari hasil pengembangan motif tari, tidak dibatasi pada siswa untuk mereka membuat variasi atau gerak sendiri.
61
SMP Negeri 2 Telaga Biru menjadi tempat diadakan penelitian. Dengan pertimbangan sekolah ini belum terlalu maju dalam bidang seni. Pengalaman siswa siswinya masih kurang, khususnya dalam bidang tari, sehingga peneliti tertarik memberikan sesuatu yang baru pada mereka. Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai dengan Juni 2013, Awal tanggal 15 April sampai 5 Juni 2013. Bulan April bertepatan dengan berakhirnya mid semester, materi pelajaran sebelumnya telah tuntas dan untuk pelajaran seni budaya kelas VIII memasuki materi baru yaitu seni tari, sehingga peneliti tidak kesulitan menerapkan penelitian ini. Peneliti diberikan waktu sampai bulan juni menjelang ulangan semester. Objek penelitian adalah kelas VIII-1 yang berjumlah 22 orang yang terdiri dari laki – laki 10 dan perempuan 12. Siswa di kelas ini rata-tara memiliki minat dan bakat dibidang seni. Peneliti menargetkan 8 kali pertemuan dalam 2 bulan, seminggu satu kali pertemuan setiap jam pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Rancangan peneliti disesuaikan dengan waktu 8 kali pertemuan yaitu, pertemuan 1 penjelasan materi motif, pengembangan motif tari dan tari yang akan diambil motif tariannya yang akan dikembangkan. Peretemuan ke-2 penerapan dan pengembangan motif 1 dan 2. Pertemuan ke-3 penerapan motif dan membuat pengembanga motif 3, 4, dan 5. Pertemuan ke-4 evaluasi pengembangan motif gerak tari. Pertemuan ke-5 merangkai gerak, Pertemuan ke-6 memberi unsur dinamika dan leveling pada hasil rangkaian gerak. Pertemuan ke-7 membuat pola lantai dan pertemuan ke-8 memberi unsur musik. Pengembangan motif dan merangkai gerak dan memberi unsur musik merupakan tahap yang membutuhkan waktu lebih lama melakukannnya, dengan pertimbangan waktu yang hanya 80 menit serta kemampuan siswa melakukannnya, karena apa yang diterapkan merupakan hal yang pertama kali dilakukan. Pengembangan motif tidak cukup dilakukan dalam satu kali pertemuan, karena motif yang akan dikembangkan ada lima motif, sedangkan siswa belum pernah melakukan kegiatan ini, oleh karena itu peneliti membagi dalam dua kali pertemuan untuk mengembangkan lima motif tersebut. Begitu pula 62
dengan merangkai gerak dan memberi unsur musik. Satu kali pertemuan belum seluruh siswa dapat merangkai gerak maupun memberi unsure musik, sehingga dilanjutkan dalam pertemuan ke-2 untuk lebih memaksimalkan hasil yang mereka buat. Apabila sudah ada gerak maka siswa tidak kesulitan memberi unsur dinamika, leveling dan pola lantai. Dinamika, leveling digabung dalam 1 kali pertemuan, karena tingkat kesulitannya rendah, pola lantai membutuhkan waktu 1 kali pertemuan karena siswa masih mencoba-coba membuat model-model pola lantai yang dicontohkan peneliti, mencocokkan dengan gerak yang mereka buat. Penerapan pengembangan motif ini peneliti turun langsung sebagai guru yang memberikan pembelajaran tersebut. Alasan peneliti turun langsung terhadap siswa, karena motif-motif yang diambil untuk dikembangkan adalah motif yang telah dihasilkan dari pemikiran peneliti sendiri dalam merangkai tari motiheluma. Tari ini adalah tari yang 5 motifnya diambil untuk dikembangkan oleh siswa sebagai kreativitas tari dikelas tersebut. Tahap selanjutnya juga peneliti turun langsung menerapkan pembelajaran tersebut, yaitu tahap merangkai gerak, memberi unsur dinamika, leveling, pola lantai dan pemberian unsur musik. Proses pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam 2 tahap yaitu, tahap 1, pengembangan motif gerak tari dilakukan dalam 2 kali pertemuan, pertemuan 1 mengembangkan 2 motif pertama dan pertemuan 2 mengembangkan 3 motif terakhir. Pada jam pelajaran terakhir diadakan evaluasi hasil oleh tubuh siswa. Tahap 2 membuat komposisi tari yang dibagi dalam 5 unsur yaitu merangkai gerak dari hasil pengembangan motif, memberi unsur dinamika, leveling, pola lantai dan pemberian unsure musik . Siswa ditugaskan merangkai 6 gerak yang diambil dari pengembangan motif tari dengan menambahkan gerakan awal dan penutup. Peneliti mempertimbangkan kemampuan siswa yang baru pertama kalinya melakukan hal 63
seperti ini, baik dalam proses pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler, tetapi peneliti tidak membatasi siswa mengembangkan gerak tersebut. Dari hasil rangkaian gerak, siswa ditugaskan kembali unsur dinamika atau efek-efek kekuatan dalam gerak, dilanjutkan memberi unsur leveling yang bertujuan rangkaian gerak akan terlihat bervariasi, ada gerak yang dilakukan pada level bawah, level tengah dan atas. Untuk tidak menimbulkan kesan menoton pada rangkaian gerak, peneliti menugaskan mebuat pola lantai sederhana seperti garis lurus ke depan, belakang, samping kiri kanan, segi tiga dan melengkung. Pola lantai sederhana disesuaikan dengan kemampuan siswa kelas VIII yang pengalaman berkeseniannya masih kurang. Terakhir memberi unsur musik pada hasil rangkaian gerak, tahap ini peneliti lakukan untuk lebih mengasah daya kreativitas siswa, karena siswa akan menyesuaikan gerak yang dirangkai dengan musik. Peneliti menawarkan beberapa musik dan siswa memilih sendiri yang dianggap sesuai dengan gerak. Evaluasi dilakukan pada setiap tahap pengembangan motif, merangkai gerak, memberi unsur dinamika, leveling, pola lantai dan memberi unsur musik. Pelaksanaan evaluasi dilakukan setelah penerapan setiap tahap yang dilakukan pada akhir pertemuan, evaluasi tidak dilakukan pada awal pertemuan pelajaran, karena peneliti memberi kesempatan siswa berproses melakukan apa yang ditugaskan dengan sungguh-sungguh. Data yang diperoleh diberi nilai sesuai dengan acuan penilaian yang telah ditetapkan, menggunakan pendekatan penilaian acuan patokan atau PAP dengan rumus; Jumlah skor perolehan x 100 % Jumlah skor ideal Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif. Seluruh hasil tiap tahap penilaian dideskripsikan, dari rancangan yang akan dilakukan, proses, hasil, perolehan nilai dan kesimpulan. 64
Hasil siswa pada tahap 1 bervariasi, ada yang memperoleh nilai baik, cukup dan kurang, tetapi jika dirata-ratakan kemampuan siswa kelas VIII-1 melakukan pengembangan motif memperoleh nilai baik, siswa mampu mengembangkan motif yang telah diberikan oleh peneliti. Untuk siswa yang memperoleh nilai cukup dan kurang dipengaruhi oleh minat yang kurang dalam bidang tari, sehingga mereka tidak berusaha melakukan pengembangan motif dengan baik. Hasil siswa pada tahap 2 tidak jauh berbeda dengan hasil siswa pada tahap 1 yaitu, perolehan nilai yang bervariasi serta penyebab siswa yang memperoleh nilai cukup dan kurang. 5 unsur yang diterapkan pada tahap ini memiliki tingkat kesulitan yang berbeda – beda, siswa menemui kesulitan saat memberi unsur dinamika dan leveling, terbukti dengan beberapa orang siswa yang tidak memasukkan unsur tersebut pada hasil rangkaian gerak mereka. Siswa tidak berani atau percaya diri mencoba memasukkan kedua unsur tersebut karena tidak terbiasa mengalami kesulitan, walaupun siswa sendiri yang memilih musik yaitu memperhatikan ritme atau ketukan irama mempengaruhi ketepatan gerak dan irama. Setiap tahap ada kesulitan dan ada kemudahannya, begitu pula dengan siswa yang merasa mudah pada tahap 1 tetapi pada tahap 2 kesulitan. Dari pengamatan peneliti dan hasil yang mereka peroleh pada setiap tahap, siswa merasa kesulitan pada mengembangkan motif, khususnya mengembangkan motif pertama. Begitu pula saat memberi unsur dinamika dan leveling serta saat memberi unsur musik. Peneliti menyimpulkan kesulitan yang mereka dapatkan karena, belum terbiasa melakukan atau mencoba, tetapi setiap tahap yang dilakukan peneliti, rasa ingin tahu siswa tinggi, sehingga mereka semangat melakukannya. Siswa merasa senang dengan apa yang diterapkan karena merupakan hal yang baru dilakukan. 4.4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas siswa Dari hasil kreativitas siswa yang dilihat dari dua tahap yang telah ditentukan, yaitu
pengembangan motif gerak tari dan mengkompisisikan tari, maka ditemukan beberapa 65
kendala yang mereka hadapi yaitu, kurangnya minat dalam bidang tari, kurangnya pengetahuan dan pengalaman dalam menari, tidak adanya guru yang mengajarkan praktek tari serta alokasi waktu yang kurang. Sesuai dengan wawancara guru mata pelajaran seni budaya dan siswa yang menjadi objek penelitian, kendala tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor sebgai berikut. 4.4.1. Pengaruh di tinjau dari segi guru Guru pengajar seni budaya kelas VII sampai kelas IX di SMP Negeri 2 Telga Biru berjumlah satu orang. Guru tersebut tidak memeiliki kompetensi seni, dalam hal pendidikan yang didapatkan sebelumnya bukan berlatar belakang pendidikan seni murni, hanya memiliki pengalaman berkesenian atau bakat dibidang seni khususnya tari, tetapi yang diajarkan lebih ke praktek tari bentuk baik tari tradisional maupun garapan daerah Gorontalo. Praktek tersebut hanya menuntut siswa dari segi hafalan gerak dan kesesuaian gerak dengan irama, tanpa memperhatikan unsur-unsur komposisi tari lainnya, seperti ketepatan wiraga, wirama, dan wirasa dalam menari. 4.4.2. Pengaruh di tinjau dari segi siswa Siswa yang terbiasa dengan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran seni tari yaitu, praktek tari bentuk, misalnya tari-tarian tradisi daerah Gorontalo, tanpa memperhatikan unsur-unsur tari membuat siswa kesulitan dalam berkreativitas. 4.4.3. Pengaruh dari segi metode Metode pembelajaran tari bentuk tanpa mempelajari teori unsur-unsur pokok dan unsur-unsur komposisi tari tidak akan terlihat jelas bentu-bentuk tarian tersebut, terlebih lagi dengan tidak adanya pemanasan pada awal belajar tari yang mengakibatkan banyak resiko kecelakaan dalam menari karena kurangnya keseimbangan tubuh. Selain itu dengan 66
penggunaan metode seperti ini daya kreativitas siswa tidak akan tersalurkan, mengingat karakteristik siswa yang berumur 13-15 tahun hasrat kreativitas mereka tinggi karena ingin mencoba dan menciptakan hal-hal baru. 4.4.4. Pengaruh dari segi waktu Jam pelajaran yang telah ditetapkan sekolah dua jam pelajaran dalam seminggu, tidak cukup untuk belajar seni tari yang terdiri dari teori dan praktek.
4.5.
Upaya-upaya pemecahan masalah
4.5.1. Upaya pemecahan Masalah di tinjau dari segi guru Adanya penerapan pengembangan motif tari yang dilakukan, dapat menjadi acuan guru seni budaya di SMP Negeri 2 Telaga Biru untuk ditindak lanjuti agar siswa dapat melakukan pembelajaran dengan metode yang sama akan tetapi tari yang berbeda yang diambil motif tari untuk dikembangkan, sehingga siswa tidak hanya mempelajari tari bentuk saja yang hanya dituntut hafalan bukan kreativitas. 4.5.2. Upaya Pemecahan Masalah di tinjau dari siswa Siswa seharusnya tidak mengandalkan belajar seni budaya disekolah saja, karena sekarang ini banyak referensi baik dalam bentuk buku maupun video yang berkaitan dengan kesenian, begitu pula dengan media yang semakin berkembang saat ini, seperti internet. Selain itu mengikuti les disanggar seni atau belajar dari orang yang mempunyai kelebihan dalam bidang seni, cara tersebut dilakukan untuk menambah wawasan pengetahuan dan mengasah bakat seni yang sudah ada dalam diri pribadi. 4.5.3. Upaya pemecahan masalah di tinjau dari metode 67
Adanya diklat rutin mengenai pelajaran seni budaya, banyak metode yang dapat digunakan dalam membelajarkan seni budaya yang menyenangkan dan membuat siswa berkreasi.
4.5.4. Upaya pemecahan di tinjau dari alokasi waktu Pihak sekolah menetapkan jadwal diluar jam pelajaran sekolah untuk pelajaran seni budaya, sehingga materi yang tidak tuntas dalam jam pelajaran bisa dilanjutkan pada jam tambahan.
68
69