42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi Lokasi Penelitian 1 Asal Usul Desa Tolutu Pada mulanya desa Tolutu sebagai pertanian yang di garaf oleh beberapa petani yang berasal dari Suwawa Kabupaten Gorontalo. Pertanian ini berinti pada aliran sungai yang di apit oleh dua sungai yaitu sungai bahagian Kanan dan Sungai bahagian Kiri. Oleh karena itu, makin lama makin luas areal pertanian serta banyak keluarga yang datang, sehingga penduduk makin banyak pula. Terjadilah musyawarah dari mereka untuk membentuk satu perkampungan yang di kenal sekarang ialah Desa. Musyawarah tersebut di hadiri oleh dua (2) orang Talenga atau Suhu terkenal yang masing-masing dari mereka menguasai atau memiliki wilayah bagian timur dan bagian barat. Dalam musyawarah ini munculnya kata yang berasal dari bahasa suwawa yakni; Motolutuga yang artinya berbelakangan dalam artian satu Talenga ke Barat dan Satu Talenga ke Timur, setelah terjadi kesepakatan maka Motolutuga ini di ambil menjadi nama kampung atau Desa yaitu Tolutu yang mempunyai arti saling berbelakangan atau tidak sependapat antara satu dengan yang lain.
43
2. Keadaan Alam a. Luas Wilayah Dan Batas Desa Desa Tolutu berdiri sejak tahun 1825 dengan luas wilayah 6666 ha/m2, setelah terjadi dua kali pemekaran dusun/pedukuhan ( sekarang desa Botuliyodu dan desa Nunuka raya) maka luas wilayah Desa Tolutu menjadi 2036 ha/m2. Sebelah utara desa tolutu berbatasan dengan perkebunan rakyat, sebelah barat berbatasan dengan desa Nunuka Raya dan sebelah selatan berbatasan dengan teluk Tomini. b. Keadaan Penduduk Desa tolutu memiliki jumlah penduduk 1.020 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 546 jiwa dan perempuan berjumlah 474 jiwa. Jumlah kepala keluarga 230 kk dan kepala keluarga yang tergolong miskin sebesar 84 kk serta mayoritas penduduk Desa Tolutu beragama islam. Selanjutnya, terdapat 173 orang bermata pencaharian sebagai petani, 20 orang nelayan, 15 orang pegawai negeri sipil dan 23 orang wiraswasta serta 18 orang bermata pencaharian lainnya. c. Keadaan Penduduk Sejak desa tolutu berdiri pada tahun 1825 sampai dengan sekarang telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan, bisa di katakan setara dengan desa-desa lain yang ada di kecamatan posigadan. Hal ini bisa di lihat
44
dengan adanya infrastrukur desa, sarana dan prasarana pemerintahan. Pemerintah dan struktur kepemerintahan Desa Tolutu hampir sama dengan desa-desa lain khususnya di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, dimana terdiri dari kepala desa, sekretaris desa, kepala urusan 3 0rang, kepala lingkungan 3 orang, rukun tetangga 6 orang, dan badan permusyawaratan desa bejumlah 7 orang. Selain itu Desa Tolutu juga memiliki 11 lembaga kemasyarakatan, salah satunya adalah Lembaga Pemberdayaan masyarakat yang sampai dengan sekarang Lembaga ini tidak berfungsi atau mandul. Berikut ini adalah jumlah kepala desa yang pernah menjabat di Desa Tolutu :
1)
Kawe 16) Abas M (1950-1952 Badu (1825-1828)
17) Basyura Laiya (1952-1959)
2) Huko Mooduto (1828-1830)
18) Teme H Nasiki (1959-1961)
3) Abutahi (1830-1833)
19) Hasan Ottu (1961-1965)
4) Papu Mooduto (1833-1835)
20) Igrisa Saripi (1965-1968)
5) Arabaa Pakaya (1835-1839)
21) L. K Mooduto (1968-1975)
6) Teme Sima (1839-1849)
22) Nekarno Huko (1975-1976)
7) Aso Puwa (1849-1853)
23) Saiun Lamusu (1976-1977)
8) Loko Gobel (1853-1860)
24) Abd. K Kadullah (1977-1980)
9) Aso puwa (1860-1880)
25) Harun Nasiki (1977-1980)
45
10) Teme Ponto Gobel (1880-1913)
26) Yunus A Saripi (1980-1998)
11) Muchamad Gobel (1913-1935)
27) Anton Maksum (1998-2009)
12) Tombu Ointu (1935-1940)
28) Usman Sabihi (2009-2009)
13) Teme Inya Nasiki (1940-1945)
29) Anton Maksum (2009 s/d…)
14) Teme H Nasiki (1945-1946) 15) Poluo Gobel (1946-1950) Sumber data : kantor desa tolutu,2010
d. Sarana Dan Prasarana a) Bangunan Pemerintah : 1. Kantor desa 2. Balai desa 3. Kantor BPD/LPM 4. Saprodi 5. Koperasi 6. Kios PKK 7. Kantor LS-PBM 8. Rumah Kepala Desa 9. Rumah Dinas Guru b) Bangunan Sekolah 1. SDN I Tolutu 2. Madrasa Ibtidaiyah
46
3. MTS Negeri Alfalah c) Sarana Umum 1. Mesjid 2. Musholah e. Keadaan Aparat Desa Dan Lembaga Kemsyarakatan 1 . Kepala Desa
: Anton Maksum
2 . Sekdes
: Usman sabihi
3 . Probis umum
: Hensi dali
4 . Probis pemerintahan
: Rasid Tangia
5 . Probis Pembangunan
: Yustin kulati
6 . Kepala Dusun I
: Rusdin Mooduto
7 . Kepala Dusun II
: Masdudin Manopo
8 . Kepala Dusun III
: Syamsudin Abdjul
9 . Ketua BPD
: Hairun kono s,pd
10. Ketua LPM
: Irfan sapii
3. Potensi Sumber Daya Alam Keadaan tanah Desa Tolutu sebagian besar terdiri dari pegunungan 64% dan bagian daratan 36% sebagai perkampungan. Bagian Utara terdapat hutan yang terdapat mata air yang membentuk sungai mengalir ke laut yaitu sungai Nunuka.. Desa Tolutu terleteak di Khatulistiwa sehingga terjadi dua macam musim/iklim yaitu musim hujan dan musin panas dan Keadaan tanah umumnya
47
subur. Desa tolutu terdapat jalan yang menghubungkan Kota Manado, Kotamobagu dan Gorontalo. Jenis-jenis tanaman terdiri dari tanaman tahunan dan bulanan, seperti kelapa, cengkih, kopi dan palawija. Pada hutan terdapat hewa-hewan yang di lindungi seperti Ano dan burung Maleo. a. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Desa Tolutu Kecamatan posigadan memiliki pemukiman seluas 22 ha/m2, luas perkantoran 0,25 ha/m2 dan luas prasarana umum lainnya 0,50 ha/m2. Luas total tanah perkebunan 420 ha/m2 yang terdiri dari tanah perkebunan rakyat dan tanah perkebunan perorangan namun tidak memiliki tanah sawah. Luas hutan 5160 ha/m2 yang terbagi atas hutan lindung, hutan produksi, hutan rakyat dan lain-lain. Jenis dan kesuburan tanah ; warna tanahnya sebagian besar hitam dengan tekstur pasiran, tidak mempunyai lahan kritis serta memiliki Tanah kering atau ladang seluas 397 ha/m2. b. Pemilikan Tanah Dan Jenis Tanaman Pangan Jumlah keluarga yang memiliki tanah pertanian adalah 185 keluaga, keluarga yang tidak memliki tanah pertanian sebanyak 45 keluarga, keluarga yang memiliki kurang dari 1 ha sebanyak 62 keluarga dan keluarga memiliki I,0-5,0 ha 123 keluarga. Jumlah total keluaga petani sebanyak adalah 230 keluarga. Selain itu jenis tanaman pangan seperti : jagung, kacang tanah, kacang merah, ubi kayu, ubi jalar, cabe, terong, bayam dan kangkung.
48
Kemudian tanaman buah-buahan meliputi : durian, jeruk, mangga, rambutan, apel, salak, nenas, pepaya, pisang, duku dan jeruk nipis. c. Luas Perkebunan Menurut Jenis Komoditas Luas perkebunan kebun kelapa 185 ha, perkebunan kopi 15 ha, perkebunan cengkeh 135 ha, perkebunan coklat 45 ha, perkebunan kapuk 1,5 ha dan luas perkebunan kemiri 3,5 ha. Berdasarkan data sekunder yang telah di uraikan diatas bahwa dalam rangka meningkatkan produktivitas hasil pertanian harus di dukung oleh luas wilayah pertanian yang di garaf oleh petani dan tingkat kesuburan tanah yang di miliki Desa Tolutu, sehingga petani tidak begitu tergantung pada pupuk tanaman. Apabilah proses pemupukan terlalu berlebihan akan mengakibatkan sifat ketergantungan tanah terhadap pupuk yang di berikan sebelumnya dan secara langsung berdampak pada tingkat kesuburan tanah. Hal ini dapat mempengaruhi pada baik atau tidaknya komoditas pertanian yang di hasilkan saat panen tiba. Berhasil atau tidaknya pembangunan sektor pertanian yang ada di desa Tolutu tidak luput dari dukungan potensi sumber daya alam yang miliki oleh desa tersebut. Untuk itu potensi sumber daya alam tersebut harus di kelolah dan di manfaatkan sebaik-baiknya demi mewujudkan kesejahteraan bersama. 4. Potensi Sumber Daya Manusia Dalam rangka mengelolah segala macam potensi sumber daya alam sektor pertanian membutuhkan sumber daya manusia yang handal dan
49
berkualitas sehingga pemanfaatan atas sumber daya alam yang tersedia dapat di lakukan secara berkesinambungan. Pembentukan kelompok tani merupakan suatu langkah kongkrit dalam hal pengelolaan sumber daya alam sektor pertanian, di mana petani ikut memainkan perannya dalam kegiatan pembangunan. Dibawah ini adalah uraian tingkat pendidikan masyarakat desa Tolutu secara umum : Masyarakat Desa Tolutu memiliki jumlah tamatan Sekolah Dasar / sederajat sebanyak 13 orang laki-laki dan 15 perempuan. Tamatan SMP / sederajat sebanyak 23 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 20 orang. Tamatan SMA / sederajat sebanyak 5 orang laki-laki dan perempuan 6 orang. Tamatan perguruan tinggi berjumlah 3 orang laki-laki dan 3 perempuan. Dari data sekunder yang telah uraikan di atas dapat di lihat bahwa desa Tolutu memiliki potensi tingkat sumber daya manusia yang masih tergolong rendah. Hal ini akan mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pembangunan. Di bidang pertanian, sumber daya manusia petani merupakan merupakan faktor kunci yang sangat berpengaruh pada berhasil atau tidaknya kegiatan pembangunan suatu organisasi kelompok Tani dalam mengelolah sumber daya pertanian. Menurut data bahwa Desa Tolutu memiliki tiga kelompok Tani yang terdiri dari kelompok Tani Mekar Sari, Nunuka Jaya, dan Bukit Jaya. Kelompok Tani Mekar Sari dengan jumlah 20 orang dengan kualifikasi pendidikan sebagai berikut : 14 orang tamatan sekolah dasar, 5 orang tamatan
50
SLTP dan 1 orang tamatan SMA. Kelompok tani Bukit Jaya berjumlah 19 orang dengan kulifikasi pendidikan sebagai berikut : semuanya tamatan Sekolah Dasar dan yang terakhir adalah kelompok tani Nunuka Jaya yang berjumlah 19 orang dengan kualifikasi pendidikan, 2 orang tamatan SMP dan tamatan SD 17 orang. Berdasarkan kualifikasi pendidikan tersebut sudah dapat di gambarkan bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi kelompok tani belum berjalan efektif karena aktor penggerak organisasi tersebut dalam hal ini adalah petani memiliki kualifikasi pendidikan yang sangat rendah. Ini akan berdampak pada usaha tani yang mereka jalankan, sekaligus peningkatan pendapatan kelompok tani sangat sulit di capai dengan kualifikasi pendidikan yang tidak memenuhi standar tersebut. 5. Struktur Organisasi Kelompok Tani Kelompok tani desa Tolutu di bentuk pada tahun 2006 dan beroperasi sampai dengan sekarang. Bila di tinjau dari segi usia, kelompok ini sudah lumayan lama, namun kondisi tingkat kesejahteraan kelompok tani desa Tolutu masih sangat memprihatinkan. Beriktu ini adalah struktur organisasi kelompok tani desa Tolutu :
51
Table 1 : Struktur Kelompok Tani “Mekar Sari” No
Nama
Jabatan
1
Syamsudin Abjul
Ketua
2
Ariyanto Maksum
Sekretaris
3
Mulis Atuna
Bendahara
4
Kasim Bonde
Anggota
5
Risno Bidjuni Zulkarnain
Anggota
6
Mooduto Nasarudin
Anggota
7
Nasiki
Anggota
8
Karim usman
Anggota
9
Ishak mohulaingo
Anggota
10
Abidin Tumbali
Anggota
11
Kadir Laknasa
Anggota
12
Dedi Sabihi
Anggota
13
Ramin mohulaingo
Anggota
14
Abd Wahab saripi
Anggota
15
Oleng Sabihi
Anggota
16
Nurdin P Bidjuni
Anggota
17
Rusdi Mooduto
Anggota
52
Table 2 : Struktur Kelompok Tani “Bukit Jaya” No
Nama
Jabatan
1
Masdudin Manopo
Ketua
2
Mohamid Bidjuni
Sekretaris
3
Nurdin Igrisa
Bendahara
4
Suprin Bidjuni
Anggota
5
Arman Maabu
Anggota
6
Run Saripi
Anggota
7
Nani Munce
Anggota
8
Anton Djibu
Anggota
9
Armin Kulati
Anggota
10
Djudin Ghaib
Anggota
11
Ismail Hasana
Anggota
12
Dahlan Ghaib
Anggota
13
Ervan Ladju
Anggota
14
Frans Ladju
Anggota
15
Sumardi Kulati
Anggota
16
Anton Saripi
Anggota
17
Usman Maabu
Anggota
18
Irvan Sapii
Anggota
53
Table 3 : Struktur Kelompok Tani “Nunuka Jaya”
No
Nama
Jabatan
1
Abd. Wahid Saripi
Ketua
2
Sudirman Mooduto
Sekretaris
3
Ruten Hamdata
Bendahara
4
Sukirman saripi
Anggota
5
Armin Lamusu
Anggota
6
Kadir Saripi
Anggota
7
Irham Laknasa
Anggota
8
Nurdin Moha
Anggota
9
Supardi Mooduto
Anggota
10
Tahir Katili
Anggota
11
Marwan Kamba
Anggota
12
Husain Uaneto
Anggota
13
Sarwin Saripi
Anggota
14
Kamarudin Datuage
Anggota
15
Agus Dali
Anggota
16
Husain Sabihi
Anggota
17
Haris Huko
Anggota
54
18
Ariton Datung Solang
Anggota
19
Mansyur saripi
Anggota
3. Tata Cara Adat Perkawinan Gorontalo (pada masyarakat suku gorontalo) 1. Tata Cara Adat Mongilalo a. Merupakan kewajiban orang tua pihak laki-laki untuk menayakan langsung ketetapan hati anaknya langsung ketetapan anaknya, untuk memili calon istri. Mereka juga menawarkan calon-calon mereka, namun yang memutuskan adalah anaknya sendiri. b. Bagi calon istri yang sudah di jodohkan sejakl kecil, yang di istilakan HUHUWO dengan sang pria, maka tetap di adakan mongilalo, tetapi yang di utus adalah utusan yang tidak bisa di lihat mereka (keluarga calon istri). c. Kedatangan sang utusan ini, di tatapkan soreh hari, pukul 16.00, atau wakttu ashar, tanpa memberitahukan dahulu. Tujuan utusan ini, adalah 1). Dari sikap keluarga (orang tua) Dari sang gadis Cara menerima utusan Hasil perbicangan 2). Dari sikap sang gadis atau calon istri Sikap sang gadis menerima tamu atau menyugukan minuman Cara berpakaian dan penataan rambut pada saat itu
55
d. Waktu bertemu hanya 1 jam, kecuali, mereka terlibat pada pembicaraan yang serius, namun sebelum magrib, sudah kembali. Hasil peninjauan di ceritakan seutuhnya, tanpa di tamba dan di kurangi, untuk di jadikan bahan pertimbangan mereka dengan sang anak (calon suami). Apabilah sepakat, maka akan di lanjutkan dengan tahap berikutnya1. 2. Tata Cara Adat Mohabari a. Kedua orang tua laki-laki datang kerumah sang gadis (calon istri). Kedatangan orang tua laki-laki ini, secara rahasia artinya tanpa pemberitahuan, atau kunjungan tidak resmi, mereka membawa bendabenda seperti siri, pinang, kapur, gambira, dan tembakau, yang di bungkus denga kain dua macam, yaitu yang merah muda, dan yang warna ungu (pars) dan sebuah tapaluhu yang berisi uang 10 kati, atau Rp 10,000 b. Setelah mereka tiba di rumah, mereka memberi salam, lalu di undang msuk duduk di kursi. Dahulu ketika belum ada kursi, mereka duduk di atas tikar yang di jegelarkan oleh tuan rumah. Sirih pinang dan lain-lain, mereka keluarkan, seraya memohon agar tempat pinag yang ada di rumah itu di pakai sebagai tempat untuk meletakan sirih pinag yang mereka bawa, demikian pula tapahulula, di letakan di depan mereka. Pomama (tempat
1
Farha Daulima. 2006, Tata Cara Adat Perkawinan. (Pada Masyarakat Adat Suku
Gorontalo). Forum Suara Perempuan LSM Mbu’i Bungale. Hal.6
56
sirih pinag) di buka lalu sama-sama menikmati suguhan sirrih pinag tersebut. c. Setelah selesai makan sirih pinang, maka orang tua laki-laki menyampaikan maksud mereka yang bertadang, dengan di awali dengan kalimat basabasi. Seperti lantunan pantun untuk menyampaikan maksud dan tujuanya. d. mendengar ucapan ini maka orang tua perempuan memeberikan jawaban kembali dengan kalimat basa-basi seperti lantunan pantuun tersebut. e. Berdasarkan jawaban itu, maka pihak orang tua laki-laki, mohon diri dan akn berjanji untuk kenbali lagi2. 3. Tata Cara Adat Momatata U Pilo’Otawa a. Tiga hari sesudah proses mohabari maka di utuslah oleh pihak kuluarga laki-laki Ti Utoliya, untuk mendapatkan ketegasan sebagai jawaban dari pihak keluarga perempuan. Yang dibawa oleh Ti Utoliya adalah selembar kain sejenis sutera, yang berisi dalam Tapahula, serta Tonggu. b. Di rumah keluarga pihak permpuan, tamu kehormatan ini di terima dengan senang hati, di jamun dengan minuman teh atau kopi bersaam kuenya. c. Setelah secara umun, Ti Otoliya, menyodorkan Tonggu, yang di sebut dan di bukan oleh orng tua perempuan misalnya (Temey Adi) lalu di persilahkan Ti Otolia bebicara berupa lantunan pantun yang maksud dari 2
Ibid hal 11
57
tujuan pembicaraanya itu adalah memimta anaknya sang gadis untuk dijadikan calon menentu mereka. d. Kemudian orang tua dari perempuan menjawab dengan menggunakan kata-kata yang berupa lantunan pantun. e.
Mendengar pernyataan itu Ti Utolia, menjawab kembali penyataanpernyataan tersebut, dengan maksud jawabannya adalah bersyukur dan akan menyebarkan kabar pekawinan ini kepada banyak orang. Mereka berjabat tangan , dan Ti Otoliya denagn rombongan kecil itu pamit untuk kembali dan akan kembali lagi.
d. Setetah kembali, dan keluarga terdekat juga sudah pulang, maka terjadi di alog antara Temey Adi dan Tiley Adi maksud dari berdialog mereka adalah membahas tentang mahar dan ongkos yamg akan di gunakan pada pelaksanaan tersebut, seperti (sapi,beras, dan rempah-rempah serta urusan lainnya). e. Jadi tanpa penjelasan benda-benda itu merupa kain, sirih, pinang, telah menjadi tanda mengenai pelaksanaan perkawinan. Dahulu para tua-tua kita tidak berbicara, tatapi berbicara dengan menggunakan simbol yang berwujud benda3.
3
Ibid, hal 19
58
4. Tata Cara Adat Motolobalango a. pelaksanaan acara adat motolobalangoselamaya di adakan sore hari mulai pkl. 15.00 samapi dengan seledai. Rombongan turun dari rumah keluarga laki-laki di pimpin oleh Luntu Dulungo Layito atau Utoliya, menuju rumah pihak perempuan. Mereka mambawa beda-bendabudaya, sebagaimana tersebut di atas, di atas baki yang telah disisapkan. b. Mereka di terima oleh pihak keluarga perempuan, keedua bela pihak duduk beralaskan tikar atau permadani, sambil duduk berhadap-hadapan. Tonggu di sodorkan, kemudian di susul dengan baki-baki yang lain, yang berisi sirih pinang, tembakau, gambir dan kapur, serta tapahula yang berisi kain sejenis sutera. Tonggu di buka maka luntu dulungo layi’o membuka pembicaraan sehingga terjadilah di alog antara pihak laki-laki dan pihak perempuan. Mereka adalah juru bicara dari utusan pihak laki-llaki dan peremuan. Maksud dari dialog tersebut yaitu membicarakan tentang mahar, biaya dan bahan-bahan yang akan. c. Setelah Dialog selesai, di akhiri dengan jabatan tangan seluru rombongan kedua belah pihak. Selanjutnya acara minum teh/kopi bersama-sama. Kemudian si Utolia mengumumkan / memaklukan, hari/tanggal. Untuk
59
lanjutkan tahap proses perkawinan yakni Tahap Monga’ato Dalalo, artinya meratakan jalan (proses)4. 5. Tata Cara Adat Melonilo a. Melenilo berasal dari kata “ tenilo” yakni alat yang di pergunakan untuk mengalirkan atau menampung air pada sambungan air. Tenilo merupakan alat
penghubung antara bahagian rimah dengan sebagian yang lain.
Melenilo berarti menampung atau mengalirkan air dari dua atap bahagian b. Hakekat melenilo, adalah menghubungkan antara kedua keluarga, bukan saja secara lahiriya tetapi secara bathinia, merupakan keluaraga kerabat. Hubungan itu di niatkan hantaran khusus untuk calon pengatin perempuan berupah seperangkat pakaian yang terbagi dari calon suaminya. 1). Acara di dahuluyi oleh pemberutahuan tentang kedatangan rombongan yang akan melaksanakan acara adat Melenilo. Rombungan tetap di pimpin oleh si Otoliya tanpa bunyi-bunyian 2). Setibahnya di rumah pihak perempuan, rombongan di persilakan duduk diatas tikar atau permadani Tonggo disodorkan, baki yang berisi sirih, pinang, dan lain-lain, Tapahula berisi “ Tilomungo “ untuk calon pengatin perempuan, di letakan di atas kain merah mudah yang di alaskan didepan Utoliya. 4
Ibid, hal 30
60
3). Setelah itu Utoliya Luntu Layi’o membuka pembicaraan, dimulai memaparkan maksud kedatangannya, dan menjalaskan apa yang di bawahnya untuk calon pengatin wanita, dan calon suaminya, dengan bahasa teratur dengan bahasa yang enak didengar. 4). Pembicaraan di lanjutkan dengan pembicaraan tentang penetapan waktu untuk adat Momu’o Ngango atau istilah yang populer Modutu, yang akan di hadiri oleh pihak keluarga, pemerintah dan pegawai Syarah 5). Di dalam pembahasan, di sentil juga di mana tempat pelaksanaan acara modutu.
Mengundang
pemerintah
setempat,
Pegawai
Syarah,
Buwatulo, Towulongo, adalah hak dari pihak perempuan. Tentang sedekah bagi pelaksanaan adat, dan untuk Bahtulo, Tulungo, merupakanhakan hak dari pihak keluarga laki-laki 6). Selesai pembicaraan dan penyampaian Tilomungo kepada calon pengatin perempuan, maka Otoliya Luntu Dulungo Layi’o dan rombongan, pamit untuk kembali, untuk mempersiapkan tahapan berikutnya (Momu’o Ngango)5.
5
Ibid, hal 67
61
6. Tata Cara Adat Momu’o Ngango 1. Adat Momu’o Ngango bisa di sebut MODUTU, yang merupakan acara tersendiri, hakekatnya adalah pembahasan terakhir yang menyangkut tekhnik pelaksanaan pada akhir perkawinan 2. Adat Momu’o Ngango biasa (MODUTU), telah melibatkan unsur pemerintah setempat dan pegawai Syarah’. Dahulu di wajibkan Buwatulho Totolu. 3. Adat Momu’o Ngango biasa pada hakekatnya, merupakan pegukuhan keluarga dan di saksikan oleh pemerintah setempat dan Pengai Syara’, serta seluru kerabat tetangga dan Handai taulan. 4. Pemberitahuan secara umum dalam adat ini di wujudkan dengan bunyibunyian, berupa Hantalo, oleh petugas adat6. 7. Tata Cara Adat Modipitu Maharu 1. Adat Modepita Maharu memiliki hakekat, pelaksanaan surat An-Nisa’ ayat 4 sebagaimana yang pernah di laksanakan oleh Rasulullah 2. Adat Modepita Maharu pada hakekatnya merupakan kewajiban pihak lakilaki calon suami, dengan perlengkapan-perlengkapan adat Tonelo, yang terdiri dari 13 macam, benda budayanya yaitu sebagai berikut :
6
Ibid, hal 73
62
a). Tonggu b). Kati c). Tanelo ( Mahar) d). Tutulopi dulu e). Buluwa Lo Umoonu f). Hungalo g). Luwalo J). Heyi Lo Anguluwa i). Dudelo k). Tilolo l). Wulo Lo O’ato m). Pate Lotohe 3. Hakekat tenelo, tidak di dasarkan pada stratifikasi sosial, tetapi pada ketentuan hukum islam7. 8. Tata Cara Adat Modepita Dilonggato
7
Ibid, hal 88
63
1. Dilangato, artinya bahan-bahan penyempurnaan seperangkat makanan untuk hari pelaksanaan perkawinan. Hal ini telah menjadi kesepakatan bersama, pada awal pembicaraan, di tandai dengan makan pinang bersama-sama. Dilanggato merupakan kewajiban dari pihak laki-laki, namun tidak menutup kemungkinan dari pihak perempuan untuk lebih menyempurnakan 2. Yang di maksud dengan di lamato adalah seekor sapi, sekarung beras, kambing, ayam dan sebagainya, yang di ampuni oleh keluarga pihak lakilaki. Yang di maksud dengan Tunuhiyo, adalah seperangkat rempah-rempah penyedap makanan, wangi-wangiyan, bedak dan alat perlengkapan untuk bersolek, dan penanda lain, yang berhubungan dengan kegiatan perempuan. 3. Jika ada dilonggato, terdapat “ Alumbu” dan “Salendang”, maka petanda, calon pengantin laki-laki akan bermalan dan menyelenggarakan acara Molapi Saronde Wawu Mopotidi pada malam perkawinan mereka. 4. Perangkat di langato, harus di sesuaikan den gan bahan serta hewan yang di serahkan. Artinya kalau di langato itu berupa beras sekarung, dan seekor sapi, maka rempah-rempahnya sesuai dengan besarnya hewan. Tidak mungkin seekor sapi hanya di pakaikan rempah-rempah 1 cabe, 1 liter tomat, dan sebagainya 5. Dalam adat gorontalo, tidak ada istilah “momate tulu” , yang bermakna semua urusan makanan seluruhnya dari pihak laki-laki. yang ada hanya
64
istilah “mobalia” atau “ motungala” yang bermkana menanggung bersamasama. Misalnya, jika pihak laki-laki mengantarkan seekor sapi, maka pada pihak perempuan harus terikat seekor sapi, demikian pula beras, dan lainlainnya. 6. Hakekat dari pelaksanaan Modepita Dilonagato, sebagai mana terungkap, dalam ungkapan : “ wonu woluwo dila odito, demodunggaya to hulo’o, bolo mo po’o piyohuito” artinya, jika ada yang salah akan di perbaiki dengan musyawara, dan di harapkan sama-sama akan memperbaikinya8. 9. Tata Cara Adat Moponikah 1. Kegiatan Sebelum Hari “H” a. Membangun sabuah (bantayo) b.Mengundang / mengedarkan Undangan9. 2. Kegiata Malam Hari “H” a. Mopotilandahu dan Molopi Saronde Kegiatan
mopotilandahu
(mempertunangkan),
di
laksanakan
berdasarkan tanda pada saat pihak laki-laki mengantarkan dilanggato,
8 9
Ibid, hal102. Ibid, hal 109
65
kepada pihak peremouan, berupa selendang yang terisi Tapalahu. Acara malam potilandahu juga disebut “ MOLILE HUWALI” artinya meninjau kamar tidur. Acara mopotilandahu menurut Richard Tacco, ada dua macam : a. Mopotilandahu Maharu, yaitu yang di laksanakan pada Modepita maharu, malamya pengatin laki-laki mengadakan kunjungan paling lambat setengah jam b. Motilantahe Huwali, adalah kunjungan yang lama di rumah pangatin perempuan, dengan acara molapi saronde. Sedangkan Molopi Saronde di mulai, yang pertama kali tiga orang Bubato membuka salendang, dan ketiganya menari di depan pengatin dengan iringan laku Turunani SULUTA. Salah seorang penari, menyerahkan salendang kuning kepada pengantin laki-laki, dengan menyangkutkan salendang kebahunya. Pengantin laki-laki, melepaskan salendang memberikann kehormatan, dengan mengumpulkan kedua ujung salendang di depan dadanya, baru mulailah ia Manari Saronde. Pada waktu menari, pengantin laki-laki dapat menari kemana-mana bahkan dapat menari di depan kamar, sambil melirik pengantin wanita yang duduk di pinggiran ranjang. Tarian ini berakhir, setelah lahu Suluta Selesai b. Moharamu ( Khatam Qur’an)
66
Acara mohatamu Qur’ani di laksanakan di rumah pengantin perempuan. Yang mengaji adalah pengatin perempuan, bukan orang lain. Pendapingnya, hanya mengawasi memgawasi membesarkan suarahnya pada saat akhir surat yang di lagukannya. Dahulu acara Mohatamu, di dahulukan sebelum Acara
Mopoditi. Alasan di dahulukan acara
Mohatamu, karena acara itu adalah acara keagamaan, sedangkan Molapi Saronde dan mopoditi adalah acara hiburan c .Mopotidi Mopotidi artinya melaksanakan acara tahan tidi. Acara ini di dasarkan atas permintaan pengantin laki-laki, yang tersirat pada simbol adat
pada
acara
Modepito
Dilanggato.
Setelah
selesai
acara
Mopotilandahu, Molapi Saronde, Mohatamu dan Moditi maka di lanjutkan dengan Mopotuluhu d.
Acara Mopotuluhu Acara mopotuluhu, di laksanakan berdasarkan symbol adat berupa Alumbu Yilulupa (selimut berwana kuning telur), yang di antarkan pada acara adat Modepita Dilanggato. Acara Mopotuluhu, di laksanakan setelah paket acara tersebut di atas yaitu selesai secara Moditi. Pengatin laki-laki di istirahatkan di kamar pengatin (huwali Lo Humbuyo), di rumah pengatin perempuan. Si pengatin laki-laki memakai selimut berwarna kuning telur yang telah di siapkan di kamar tersebut. Menjelang subuh sipengatin laki-laki
67
secara diam-dam meninggalkan kamarnya dan kemudian melarikan diri sambil memakai alumbu tersebut menuju kerumahnya. Melarikan selimut ini, di artikan bahwa pengatin laki-laki melarikan selimut yang di pinjamkan kepadanya, dan akan kembali lagi pada esok harinya10. 3. Pada Kegiatan Hari “H” a. Di rumah Pengatin Laki-laki pengatin laki-laki di pakaikan Busana Akaji, yaitu Bo’o Takowa dengan tutup kepala payungga Tilambatayila, memakai salendang berhias Keris.. Urutan acaranya di laksanakan dengan urutan sebagai berikut: a). Momudu’o, yaitu mengundang untuk berangkat, dengan tuja’i oleh pemangku adat b). Mopodiyambango, yaitu mengundang untuk melangkah c). Mopolahu (mempersiapkan turun tangga) sebelum turun pengatin laki-laki, mendengarkan tuja’i d). Mopoluwalo (mengundang keluar halaman rumah). Tibah di halamn rumah laki-laki, mendengarkan tuja’i e). Mopota’e to Uta’ eya (mengundang naik kenderaan). Di depan kendaraan pengatin laki-laki, berhenti dan mendengarkan dahulu tuja’i
10
Ibid, hal 112
68
f). Sepuluh meter sebelum pintu masuk rumah pengatin perempuan, pengatin laki-laki turun dari kendaraan, Utoliya Luntu Dulungo Layi’o memaklukan kepada pihak perempuan bahwa pengatin lakilaki siap masuk halaman. Mopotulapo, tuja’i sebelum masuk pintu gerbang pemangku adat saling melakukan di alok yang berupa pantun. Setelah selesai malakukan di alok maka pengatin laki-laki di persilakan masuk, kemudian pengatin lakilaki telah duduk di kursi berhias. Si Utoliya Luntu Dulungo Layi’o mamaklumkan kepada Utoliya Luntu Dulungo Wolato bahawa pengatin laki-laki siap untuk di akad. b.Di rumah pengantin perempuan Sebelum kedatangan pengatin laki-laki, di rumah pengatin perempuan telah ada kegiatan menerima tamu/undangan yang menghadiri acara akad nika. Biasaannya pelaksanaan acara akad nika di laksanakan pagi hari sekitar pukul 09.00 atau pukul 10.00 penyelenggaraan pagi ini agar soreh harinnya tidak terlalu sibuk untuk menyelenggarakan acara resepsi pernikahan. Luntu Dulungolayi’o setelah mendapat izin dari Luntu Dulungo Wolato maka ia akan manghadap Buatulo towulungo (tiga jalur pelaksanaan adat yakni bate, Uduhla’a Lo syara dengan mengucapakan kalimat-kalimat, kemudian terjadi di alok anatara wali dari perempuan
69
dan juga wali dari laki. Setelah selesai di alog antara pembawa adat maka Utoliya Luntu Dulungi Layi’o memberikan sedeka ( moposadaka) kepada orang yang melaksanakan beat dengan ketentuan yang tidak mengikat setelah beat di lanjutkan denga akad. c. Mongakaji (ajara akad) sebelum acara di laksanakan akad nika di laksanaka maka di adakan dahulu penjemputan mempelai perempuan (bulenti Buah) dari kamar hias (huwali Lo Wadaka) kekamar adat (huwali lo hundia). Seseorang baate segerah menuju kamar pengatin perempuan, yang telah siap dengan busana akaji yaitu stelan wolimomo. Pengatin perempuan di undang berdiri, dan untuk itu dia akan di tuja’i denga tuja’i Momudu’o (mengundang berdiri). Pengatin perempuan berdiri dan siap melangka keluar kamar. Namun sebelum melangkah keluar kamar ia akan dituja’i dengan tuja’i Mopoluwalo
(mengudang
keluar
kamar).
Pengatin
perempuan
melangkah. Kini ia telah tibah didepan Huwali Lo Rumbiya. Sebelum ia masuk kamar, ia di tuja’i dengan tuja’i mopotuwoto (mengundang masuk kamar) Pengatin perempuan masuk kekamar Lo Humbiya, ia akan di undang duduk sebelu duduk, pengatin laki-laki, ia akan di tuja’i dengan tuja’i mopohulo’o.pengatin peremauan akan di beat. Yang akan melaksanakan pembeatan adalah KADIH atau iman (pegawai syrah). Yamg berhak
70
menikahkan atau mengakat, merut hukum islam, dan penujukan wali, berasal dari ayah perempuan, atau yang berhak, menikahkan atau mengakad, berdasarkan keikhalasan. Mana yang di lakasana ikhlaskan oleh ayah pengantin perempuan. Maksudnya kalau ayah pengatin perempuan mewakilkan kepada orang lain maka ia sendiri yang menentukan siapa calon yang akan mengakad (mengawinkan anaknya). Setelah hadir pelaksana akad nika, dua orang saksi dan aminitrasi yang berhubungan dengan akta nika dari kedua mempelai, maka sebelum akad, pengatin laki-laik, mendengarkan dahulu patwa nika yang di sapaikan oleh pegawai kantor agama. Akad nika merupakan awal akhli tanggung jawab dari orang tua dari kedua pengatin. Akad nikah merupakan awal perpisahan dengan orang tua berani hidup, mengarungi lautan hidup dan kehidupan yang penuh cobaan. Itu sebabnya sebaiknya ayah pengatin perempuan yang mengakad agar sipengatin laki-laki, setelah akad nika di laksanakan acara di lanjutkan dengan doa nikah, di ikuti oleh para hadirin. d. Molomela Taluhu Tabiyah Acara ini merupakan acara membatalkan air wudhu baik pengatin perempuan maupun pengatin laki-laki, sebelum di be’at dan di akad, mereka harus mereka harus berada dalam keadaan suci, yakni masingmasing dengan air wudhu. Setelah akad, nika, maka air wudhu itu akan
71
di batalkan sebab pengantin laki-laki akan segerah menuju kamar adat (huwali lo humbiya), tempat pengatin perempuan tadi di baiat untuk di sentuh dahinyasebagai tanda mulai saat itu halalperempuan tersebut jadi milkinyapengatin laki-laki. e. Mopipidu (menyandingkan) Mempelai laki-laki kembali tiba di rumah pengatin perempua, atau ia sudah berganti pakaian. Acara di lanjutkan dengan
MOPIPIDU.
Kedua mempelai berdiri dan siap untuk keluar kamar, sebelum mereka keluar kamar rias mereka di tuja’i dengan tuja’i mopoluwalo (mengundang keluar kamar). Kedua mempelai secarah berlahan-lahan keluar dari kamar rias. Setelah siap untuk melangka kepelaminan, mereka di tuja’i denga tuja’i mopodiambango ( mengundang untuk melangka), mereka menuju kepelaminan. Kini mereka telah berada di depan pu’ade. Kedua mempelai duduk dipelaminan mereka di kipas dayangdayang dan disuguhi minuman acara di lanjutkan dengan doa yang di sebut “du’a lo nika”yang di laksanakanoleh petugas agama. f.
Momale Bohu (memberikan nasehat perkawinan) Acara palebohu di laksanakan selasai Du’a lo nika kedua mempelai di nasehati oleh seluruh keluarga. Nasehat itu di ucapakan dalam bentuk puisi yang di sebut pale bohu. Karena tidak semua keluarga apat
72
momalebohu, maka mereka hanya mewakilkan kepada seorang baate / pemangku adat lainnya untuk mengucapakan palebohu tersebut kedua mempelai kini duduk bersanding. g.
modelo Hantalo di bunyikan sebagai pertanda acara akan di lanjutkan dengan tahapan modelo. Adat dudelo di serahkan dan pengatin perempuan di ijinkan untuk berangkat. Berikunya kedua mempelai di apit oleh ibi-ibu ( ta modelo) menuju kenderaan yang di siapkan. Tibah di tangga rumah pengatin laki-laki, sipengatin perempuan sematan di cari manisnya. Yaitu cinci yang di sematkan oleh ibu pengatin laki-laki Kemudian seember air di siramkan di kaki sipengatin perempuan (di dekat kakinya sebagai penghormatan). Mereka berdua di persilahkan masuk, di sandingkan di pelaminan yang telah di siapkan tanpa tuja’i. Setengah jam kemudian atau selesai suguhan minum kepada para-para tamu/ rombongan, kedua mempelai di berangkatkan kembali kerumah pengatin perempuan,
h.
Mopoturuni Malam pertama itu kedua orang tua pengatin laki-laki datang bertamu ke rumah orang tua pengantin perempuan, di iringi oleh keluarga pengatin laki-laki. Turuni adalah jenis kesenian daerah yang memakai alat rabana. Maksud kedatangan mereka untuk mengetahui apakah gadis yang di kawini oleh anak mereka masih perawan atau
73
tidak. Malam pertama merupakan malam pertanggung jawaban sang gadis (kini menjadi istri) mengenai kehormatannya dan kehormatan kedua orang tuanya bahkan kehormatan keluarga. Setelah mereka melaksanakan tugas sebagai suami istri sang suami keluar untuk berjabat tangan dahulu bukan berjabat tangan, tetapi melemparkan sapu tangan putih yang berlumuran lendir dan darah, sebagai tanda bahwa istrinya di dapati dalam keadaan perawan, tetapi kalau sapu tangan bersih, tidak ada seperi tanda di atas, maka pertanda bahwa istrinya di dapati tidak perawan lagi. Turuni di hentikan, dan orang tua laki-laki bersama rombongan kembali dalam keadaan berduka .Jika di dapati masih perawan, maka acara turuni, di lanjutkan pengantin laki-laki, sebagai pemberitahuan pada masyarakat sekitar bahwa dari sang istri dari anak mereka masih perawan, dengan demikian keluarga merasa terhormat. Tetapi jika tidak ada kelanjutan turunani, ini merupakan pertanda bahwa mereka menanggung malu dan menyesal. Kini adat mopoturunani, sudah jarang di lakuakan biasanya orang tua laki-laki, datang setelah semalam mereka tidur bersama. Tanda gadisnya yang berwujud sapu tangan putih yang berlumuran lendir dan darah, di taruh di dalam tapahula untuk di perlihatkan kepada kedua orang tua laki-laki. i.
Mopotamelo
74
Mopotamelo
artinya
menyugukan
makanan
kepada
kedua
mempelai, dan hal ini merupakan acara tersendiri. Setelah melewati malam pertama, besoknya kedua mempelai itu disuguhi minuman secengkir teh atau kopi, dan harus minum dari tempat yang di sediakan. Yang lebih dahulu mencicipi minuman tersebut adalah sang istri barulah sang suami. Hal ini melambangkan bahwa mereka saling mereka saling menyayangi sampai akhir hayat. Setelah itu skedua mempelai akan di jemput oleh keluarga pihak pengantin laki-laki, dan pengantin perempuan diapit. Oleh ibu-ibu yang sudah berkeluarga. Hari pertama mereka akan di suguhi makanan yang berasal dari pengantin laki-laki. Pada hari ketiga mereka kembali lagi kerumah orang tua perempuan. Kedatangan mereka di sambut dengan gembira seluruh keluarga. Pada hari itu, ibu pengantin perempuan mengambil tapahula yang berisi tonelo atau mahar yang di antarkan oleh pihak keluarga lakilaki pada acara modepita maharu. Dengan di saksikan oleh keluarga ibu pengantin perempuan menyerahkan mahar. Dengan adanya penyerahan tonelo kembali kepada kedua pengantin tersebut, maka seluruh proses perkawinan telah di nyatakan selesai. Sepasang suami istri, sudah dapat mengambil sikap apakah: a.
Untuk sementara akan tinggal bersama orang tua perempuan
b.
Untuk sementara akan tinggal bersama orang tua laki-laki
c. Akan tinggal di rumah orang lain dengan jalan menyewa
75
Kalau mereka memutuskan untuk tinggal bersama orang tua, baik pihak perempuan pihak orang tua laki-laki, maka kewajiban orang tua untuk MOPO’O TANGGALA BELE (meluaskan rumah), dan istilah lain MOHUTU TIHENGGO (membuat tungku yang baru). Walaupun demikian pengawasan orang tua belum lepas, terutama memberikan arah dan petunjuk dalam berumah tangg11. 3. Pelaksannan Adat di Dese Tolutu
Pelaksanaan adat pernikahan di desa Tolutu masih menggunakan Adat Gorontalo. Karena penduduk yang ada di desa tolutu seluruhnya masih suku gorontalo dan seluruhnya memeluk agama Islam, sudah tentu adat istiadatnya sangat menjunjung tinggi kaidah-kaidah Islam. Untuk itu ada semboyan yang selalu di pegang oleh masyarakat Tolutu yaitu, “Adati hula hula Sareati–Sareati hula hula to Kitabullah” yang artinya, Adat Bersendikan Syara, Syara Bersendikan Kitabullah. Pengaruh Islam menjadi hukum tidak tertulis di desa Tolutu sehingga mengatur segala kehidupan masyarakatnya dengan bersendikan Islam.Prosesi pernikahan di laksanakan menurut Upacara adat yang sesuai tahapan-tahapan atau Lenggota Lo Nikah.
Meskipun Desa Tolutu ini termaksuk Bolmong Selatan, tapi pelaksanna adat yang di gunakan masih menggunakan adat perkewanian Gorontalo, karna
11
Ibid, hal 127
76
masyarakat yang ada di Desa Tolutu masih suku Gorontalo sehingganya adat yang di gunakan adalah adat Gorontalo yang berupa , “Adati hula hula Sareati– Sareati hula hula to Kitabullah” yang artinya, Adat Bersendikan Syara, Syara Bersendikan Kitabullah12.
Pernikahan merupakan hal yang sangat sakral yang di laksanakan oleh dua insan yang saling mencintai, dalam pelaksanaan pernikahan juga harus mengunakan adat pernikahan yang sudah menjadi adat turun-temuru, dari nenek moyang”13.
Menurut Abdul Syani Adat Istiadat adalah tata kelakuan yang berupa aturan-aturan yang mempunyai sanksi lebih keras.Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan mendapatkan sanksi hukum,biasanya pormal maupun informal. Sanksi hukum formal biasanya melibatkan alat negara berdasarkan Undang-Undang yang berlaku dalam memaksa pelanggarnya untuk menerima sanksi hukum14.
12
Wawancara, Ishak Mohulayingo 63 tahun, pelaksanaan adat didesa Tolutu 16,april
13
Abidin Tumbali 61 tahun wawancara 19 april 2012, pelaksanaan adat didesa
2012 tolutu 14
Nursia Taher, 2008, Pergeseran Nilai Adat Perkawinan Tidore, Universitas Negeri
Gorontalo hal 20
77
Menurut hilma hadikusuma perkawinan dalam arti perikatan adat ialah perkawinan yang mempunyai akibat hukum terhadap adat yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Akibat hukum ini telah ada sebelum perkawian terjadi misalnya ada hubungan pelamaran yang merupakan “rasa sanak “ (hubungan anak-anak bujang gadis) dan” rasa tuna” (hubungan antara orang tua keluarga dari para calon suami istri). Setelah terjadihnya ikata perkawinan maka timbul hak-hak dan kewajiban orang tua (termaksud anggota keluarga kerabat). Menurut hukum adat setempat yaitu dalam pelaksanaan upacera adat dan selanjutnya dalam peran serta membina dan memelihara, kerukunan, keutuhan, dan kelenggengan dari kehidupan anak-anak mereka yang terikat dalam suatu ikatan perkawinan15.
Pernikahan adalah kewajiban yang harus di laksanakan oleh dua insan yang berbeda jenis, selain itu dalam pernikahan harus menggunakan tahapantahapan yang di tentukan secara adat. Adat pernikahan yang ada di Desa Tolutu ini merupakan adat nenek moyang sejak dulu, jadi dalam proses pelaksanaannya harus melalui tahapan-tahapannya,karena dalam tahapan-tahapan ini mempunyai nilai-nilai dan makna tersendiri”16.
Adat pernikahan merupakan salah satuh ciri khas dari daerah itu sendiri, sehingganya adat pernikahan ini wajib di laksanakan,selain itu tujuan utama di 15 16
Ibid hal, 9 Yunus Saripi 56 tahun, wawancara 19 april 2012 pelaksanaan adat didesa tolutu
78
laksanakan adat ini adalah untuk memperbaiki rumah tangga yang sakina, mawada, warohma dan juga untuk memperbaiki keturunan.17”
Sistem hukum adat bersumbar pada peraturan-peratura hukum tidak tertulis yang tumbuh berkembang dan di pertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Hukum adat itu mempunyai tipe yang bersipat tradisional dengan berpangakal kepada kehendak nenek moyang. Untuk ketertiban hukumnya selalu di berikan penghormatan yang sangat besar bagi kehendak suci nenek moyang itu. Oleh karena itu keinginan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu selalu dikembalikan kepada pangkalnya-kehendak suci nenek moyang sebagai tolak ukur terhadap keinginan yang akan di lakukan. Peraturan-peraturan hukum adat juga dapat berubah tergantung dari pengaruh kejadian-kejadian dan keadaan hidup yang silih berganti. Perubahaanya sering tidak di ketahui, bahkan kadangkandang tidak bisa di sadari masyarakat. Hal itu karena terjadi pada situasisituasi sosial tertentu di dalam kehidupan sehari-hari18.
Pernikahan Adat Gorontalo yang ada di desa Tolutu ini perlu di lestarikan karena mengandung nilai – nilai budaya yang tinggi. Adat Gorontalo yang ada di Desa Tolutu ini semakin hari semakin terkontaminasi dengan perubahan zaman. Terlihat dimana – mana pernikahan di desa Tolutu tanpa melewati lagi prosesi adat Gorontalo. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya, banyak 17
Salim Lamusu 40 tahun, wawancara 23 april 2012 pelaksanaan adat didesa tolutu
18
Abdoel Djamali, op, cit, hal 73
79
pemuda zaman sekarang yang enggan mempelajari adat pernikahan Gorontalo. Sehingga warisan leluhur ini semakin terlupakan, karena tidak adanya regenerasi penerus Adati lo Hulondhalo.
Anak mudah sekarang ini sudah tidak memperhatikan lagi adat warisan dari nenek moyang dulu, mereka lebih mengutaman perubahan-perubahan yang sekarang tanpa melihat lagi adat yang sudah di jalankan sejak dulu, ini di sebabkan oleh pengetahuan dan teknologi baru yang di anggap dapat memenuhi tuntutan hidup mereka sekarang dan masa depan keturunannya.
Generasi mudah sekarang tidak dapat lagi melaksanakan
adat yang
sebenarnya, karana anak mudah sekarang ini sudah terpengaruh oleh perkembanga zaman, jadi mereka tinggal menyesuaikan saja dengan adat yang di jalankan sekarang, sehingga adat Gorontalo yang ada di Desa Tolutu kini mulai terlupakan19”
Jangankan generasi mudah orang tua sekarang saja sudah tidak menggunakan lagi adat yang sebenarnya, apalagi generasi mudah, padahal adat ini merupakan warisan nenek moyang kita yang menjadi turun temurun dan mempunyai nilai dan makna tersendiri20”.
19
Aridi Lauji 57 tahun wawancara 30,april,2012, pelaksanaan adat didesa Tolutu
20
Arman Tangia 47 tahun wawancara 6,mey, 2012, pelaksanaan adat didesa Tolutu
80
Adat nan sabana adat adalah adat yang di buat oleh manusia atau nenek moyang, tetapi berasal dari “alam” . Adat nan sabana adat merupakan guru bagi kehidupan manusia. Ia sering di samakan dengan hukum alam atau sering di katakan sebagai undang-undang islam21.
Desa Tolutu semakin hari semakin terkontaminasi dengan perubahan zaman. Maka perlu di pertahankan dan di lestarikan agar nilai adat pernikahan tidak
mengalami
pergeseran
ataupun
perubahan
dalam
tapan-tahapan
pelaksanaan pernikahan secara ada. Dan adat juga merupakan sesuatu sangat penting bagi seluruh masyarakat yang mendiami suatu daerah, karena adat melambangkan cirih khas dari berbagai daerah itu masing-masing. Jadi adat ini perlu di lestarikan dan di pertahankan bersama.
Cara untuk mempertahankan dan melesetarikan nilai adat pernikahan itu tergantung dari pemerintah, toko-toko pemangku adat dan toko-toko masyarakat itu sendiri, apabilah mereka saling bertolak belakang antara pemangku adat dengan pemerintah setempat jelas akan terjadi perubahan ataupun pergeseran, tapi apabilah mereka saling mengisi satu sama lain dan mempersatukan pendapat maka pelaksanaan pernikahan akan berjalan sesuai adat22.”
21 22
Mohammad Daud Ali, op, cit, hal, 216 Arton Lumali 42 tahun wawancara, 12,mey 2012, Pelaksanaan adat didesa tolutu
81
Kalau untuk masyarakat sendiri saya rasa sudah tidak bisa mepertahankan atau melestarikan kembali adat yang sebenarnya, karena kebanyakan masyarakat sekaramh itu tidak terlalu paham dengan pelaksanaan adat atau bisa disebut masih terlalu awam terhadap pelaksanaan adat, dan yang mengetahui pelaksanaan adat itu hanya pemangku-pemangku adat dan orang tua saja. Sedangkan pemangku adat ini sering bertolak belakang dengan pemerintah serempat, sehingganya adat yang sebenarnya tidak dapat lagi di pertahankan atau di lestarikan.23”
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan adat yang sebenarnya di gunakan di desa Tolutu yaitu masih menggunakan adat gorontalo, yaitu Adat Yang Bersedihkah Syarah, Syarah Bersendika Kitabullah dan proses pelaksanaan adat perkawinan yang ada di desa Tolutu ini makin lama makin terjadi perubahan, jadi masyarakat setempat dan kepada generasi mudah tidak dapat lagi memepertahan adat yang sebenarnya, adat yang merupakan turuntemurun dari nenek moyang sejak dulu.
4. Pergeseran Nilai Adat Pernikahan Gorontalo Didesa Tolutu
Pergeseran atau perubahan nilai-nilai pada suatu daerah atau desa merupakan salah satuh faktor yang akan melanda satu kelompok masyarakat dan
23
Samu Abjul 43 tahun wawancara, 12,mey 2012, Pelaksanaan adat didesa tolutu
82
turun temurun yang akan berpengaruh pada sistem nilai dan serta pola tingka laku kelompok masyarakat tertentu.
Setiap masyarakat pasti mengalami prubahan-perubahan, baik perubahan dalam arti luas maupun dalam yang arti sempit, perubahan secara cepat atau lambat evlusi, menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi bahwa perubahan pada lembaga-lembaga masyarakat dalam suatu masyarakat, yang memepengaruhi sistem sosialnya, termaksud didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, pola-pola peri kelakuan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Hal ini menujukan bahwa betapa luas bidang-bidang yang mungkin mengalami perubahan. Oleh karena itu perubahan pada masyarakat berarti juga perubahan pada kebudayaan, maka tidak mudah untuk mengemukakan batasanya secara ringkas dan terperinci karena bidang kajiannya cukup luas24.
Lebih lanjut Menurut Wilbert Moore memandang perubahan sosial sebagai perubahan stuktur sosial, pola perilaku, dan interaksi sosial. Setiap perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atau perubahan dalam organisasi sosial sebagai disebut perubahan sosial. Perubahan sosial berbeda dengan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mengarah pada perubahan unsur-unsur kebudayaan yang ada25.
24 25
Abdul Syani, op, cit, hal 86 Elly , op, cit, hal 49
83
Desa Tolutu merupakan salah satu desa yang di pandang mengalami pergeseran nilai pernikahan secara adat, dan penyebab terjadinya perubahan dalam pelaksanaan adat pernikahan ini di sebabkan karena kurangnya perhatian dari pemerintah dan juga dari masyarakat itu sendiri, oleh sebab itu banyak terjadi perubahan-perubahan dalam proses pelaksanaan adat pernikahan yang ada di Desa Tolutu salah satu pergeseran nilai adat pernikahan di Desa Tolutu yaitu malam potilandahu, dimana malam potilandahu ini merupakan satu adat yang sudah mulai mengalami pergeseran, masyarakat Desa Tolutu sudah tidak mengunakan lagi malam potilandahu, jadi di sini sangat jelas sekali bahawa pelaksanaan adat pernikahan yang ada di desa Tolutu sekarang ini sudah terjadi perubahan atau pergeseran.
Pelaksanaan adat pernikahan sekarang sudah banyak mengalami perubahan dan pergeseran, dimana yang dulunya dutu pada soreh hari dan malamnya yaitu malam potilandahu atau malam pacaran setelah itu keesokan harinya akaji atau akad nikah, sekarang sudah terjadi perubahan antar harta sudah sekalian akad nika, jadi otomatis malam pacaran sudah tidak terpakai lagi, jadi inilah perubahan pelaksanaan adat sekarang26.
26
Herman Kaiha .37 tahun wawancara,17 mey 2012, pergeseran nilai adat perkawinan
di desa tolutu
84
Pelaksanaan adat pernikahan yang ada di Desa Tolutu ini mulai terjadi perubahan dan pergeseran, karena pelaksanaan pernikahan
sekarang itu
langsung pada akad nika saja setelah itu 3 bulan kemudian acara atau resepsinya, jadi sudah tidak mengunakan lagi adat malam potilandahu (malam pacaran), dan juga dutu (antar harta), makan pisang, siraman dan lain-lain.
Tapi ada juga yang tidak mengunakan adat seperti antar harta,dan malam potilandahu tapi setelah akan nikah masih mengunakan adat seperti
makan
pisang, siraman dan di langsungkan acara resepsi. Jadi disini sangat jelas sekali banyak terjadi perubahan-perubahan dalam pelaksanaan perkawinan tersebut.27”
Pergeseran atau perubahan nilai-nilai sosial sebagai sesuatu variasi dan cara hidup yang telah diterimah,baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun ada karena adanya di fusi maupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat di simpulkan bahwa kebudayaan dari suatu masyarakat tidak akan lama atau selamanya ,oleh karena perkembangan
dari
suatu
kebudayaan
perkembangan sosial di sekitarnya
27
desa tolutu
tidaklah
terbebas
dari
kondisi
perubahan-perubahan sosial akan terus
Hensi Dali 40 tahun wawancara,20,mey 2012, pergeseran nilai adat perkawinan di
85
melanda suatu budaya dalam hal ini dapat di pengaruhi oleh faktor interen maupun eksteren28.
5. Faktor Terjadinya Pergeseran Adat Pernikahan di Desa Tolutu
Salah Faktor penyebab terjadinya pergeseran yaitu perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, dengan adanya Perkembangan teknologi seperti yang sudah ada sekarang ini tentu membawa banyak perubahan yang begitu baik dan kurang baik terhadap kehidupan manusia. Perkembangan itu baik adanya jika sesuai dengan apa yang di harapkan. Apabila kita perhatikan dengan seksama dampak dari kemajuan saat ini.
Perkembangan teknologi saat ini juga membawa pengaruh kurang baik atau negatif dalam kehidupan manusia. Kehadiran teknologi yang begitu canggih membuat masyarakat umum begitu banyak pilihan untuk memilih apa yang di kehendakinya, perkembangan teknolgi ini juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya pergeseran terhadap pelaksanaan adat pernikahan Gorontalo yang ada di Desa Tolutu
Perubahan sosial itu menyakut perubahan tentang nilai-nilai, normanorma, pola-pola perilaku serta lembaga-lembaga kemasyaratan. Juga di sebutkan bahwa faktor-faktor perubahan itu terdiri dari kondisi-kondisi sosial 28
Nursia Taher, lo cip hal 21
86
primer tertentu seperti kondisi
ekonomis, teknologis, geografis, ataupun
biologis. Dengan pendekatan analisa sistem dapat di terangkan dengan salah sebuah contoh, misalnya kondisi teknologi sebagai determinant faktirnya. Manusia sebagai unsur terpenting masyarakat dalam kehidupannya senantiasa berinteraksi dengan sumber alam. Untuk meningkatkan kehidupannya ia membutukan kemponennya lain yang dapat menunjang, seperti teknologi dari yang sederhana kepada yang moderen atau lebih moderen menimbulkan perubahan-perubahan teknis.
Perubahan-perubahan teknik ini jika terus berulang-ulang menimbulkan perubahan kebiasaan, perilaku yang disebut non teknik, kebiasaann-kebiasaan itu lambat laun membudaya dalam kehidupan mereka menjadi anutan seluruh masyarakat. kembali kepada pendekatan analisa sistem perubahan salah satu sub sistem akan mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung sub-sub sisten lainnya. Perubahan nilai tertentu misalnya perubahan ediologi juga akan mempengaruhi pandangan warga masyarakat terhadap jenis teknologi tertentu. Sebaliknya perubahan teknologi akan mempengaruhi pula nilai-nilai tertentu yang dianut warga masyarakatnya yang bersangkutan29.
Salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan atau pergeseran yang ada di Desa Tolutu yaitu dikarenakan perkembangan zaman dan kemajuan 29
Muhammad Rusli Karim, 1982, seluk Beluk Perubahan Sosial, Usaha Nasional :
Surabaya- indonesia, hal 54
87
teknologi, dengan adanya kemjuan teknolgi ini maka adat pernikahan
yang
sebenarnya sudah mulai terlupakan karena masyarakat desa tolutu sudah mengikuti adat yang di jalankan sekarang30.”
Selain perkembangan teknologi, penyebab terjadinya pergeseran adalah tidak ada saling kerja sama antara pemangku adat dengan pemerinta desa, sementara ketua lembaga adat yang di desa itu adalah kepala desa itu sendiri, jadi faktor penyebabnya terjadinya pergeseran adalah perbedaan pendapat antara toko-toko pemangku adat dan pemerintah setempat, di mana pemerintah desa jalannya sendiri, pemangku adat dengan pemangku adat yang lainnya tidak saling mengisi sehingganya memyebabkan pergeseran.31”
Terjadinya perubahan ini hanya Sebagian dari masyarakat Desa Tolutu yang melakasanakan adat pernikahan yang sudah berjalan sekarang dan yang lainnya masih menggunakan adat yang sebenanya, adat yang bersendikah sarah sarah bersendikah kitabullah mereka adalah masyarakat yang masih memahi pelaksanaan adat yang sebenarnya yang merupakan adat turun temurun. Dan tidak menutup kemungkinan adat yang sebenarnya ini bisa di berkembang atau di pertahankan 30
karena masyarakat sekarang ini sudah mulai terpengaruh oleh
Tamrin Yunus 69 tahun wawancara,20 mey, faktor terjadinya pergeseran adat
perkawinan di desa tolutu 31
Isman Mokoago 41 tahun wawancara 22, mey,2012, faktor terjadinya pergeseran adat
perkawinan di desa tolutu
88
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi begitu juga kepada generasi mudah tidak menutup kemungkinan bisa melanjutkan adat yang sebenarnya.
Selama lebih dari empat pulu tahun, pengharapan-pengharapan kita sehubungan dengan pernikahan telah berubah dalam hal menghadapi pengertian yang redikal terhadap nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang terdapat di dalam suatu masyarakat. Akibat dari begitu cepatnya terjadi perubahanperubahan sosial, ekonomi, dan teknologi sekarang, individu-individu dan pasangan-pasangan telah memandang pernikahan dengan cara yang berbeda.
Terjadinya perubahan tergantung pada kehendak individu, maksudnya perubahan yang erat kaitanya dengan selera pribadi. Bentuk perubahan ini relatif sedikit pengaruhnya bagi kehidupan masyharakat, tidak berpengaruh terhadap keseluruhan pola sikap dan perilaku masyarakat,dan mengakibatkan perubahan pada keseluruhan tatanan masyarakat32.
Terjadinya perubahan dalam pelaksanaan adat penikahan ini di sebabkan oleh yang mengadakan pesta, biasanya keluarga mempelai wanita untuk mengurangi beban keluarga mempelai pria mereka sudah tidak mengadakan yang namanya antar harta, selain itu juga mereka sudah tidak melaksanakan malam pacaran, sehingganya pelaksanaan adat sudah mulai mengalami
32
Bryan Craig , op, cit, hal 10
89
pergeseran. Selain itu juga untuk mempersingkat waktu dari kedua keluarga mempelai melaksanakan pernikahan langsung pada akad nikahnya saja tanpa menggunakan tahapan-tahapan pelaksanaan pernikahan secara adat, setelah itu di lanjutkan dengan acara resepsi33”.
Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Sebagai akibat adanya di namika anggota masyarakat, dan yang telah di dukung oleh sebagian besar anggota msayarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilannya. Di tinjau dari tuntutan stabilitas kehidupan perubahan sosial yang di alami masyarakat adalah hal yang wajar. Kebalikannya masyarakat yang tidak berani melakukan perubahan-perubahan, tidak akan dapat melayani tuntutan dan di namika anggota-anggota yang selalu berkembang kemauan dan aspirasinya
Peluang menuju kearah perubahan akan semakin besar di kala masyarakat lingkungan sekitar menawarkan berbagai metode dan teknologi atau sarana baru yang di anggap sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang. Lebih-lebih kepada anak-anak muda, anak-anank mudah sekarang selalu suka
33
Rasit Tangiah 42 tahun wawancara 22,mey,2012, faktor terjadinya pergeseran adat
perkawinan didesa tolutu
90
mengikuti perubahan-perubahan yang baru,
dan produk-produk baru agar
kelihatan lebih tren dan lebih gaul, meskipun perubahannya berdampak pada arah positif maupun negatif34.
Anak-anak mudah zaman sekarang sudah tidak mau lagi menggunakan adat pernikahan yang sebenarnya, kata mereka sudah tidak zamannya lagi, sakarang itu semua sudah canggi jadi adat yang dulu harus di tinggalka saja, ikuti saja zaman sekarang. Sehingganya anak-anak mudah sekarang setiap ada pernikahan pakaian yang mereka pakai adalah pakaian ketat, dan sudah tidak ada lagi anak mudah yang menggunakan baju adat seperti brokat35”.
Anak-anak mudah sekarang itu banyak sudah tinggi tingkat pendidkannya dan banyak juga yang menutut ilmu di luar daerah sehingganya mereka sudah tidak perduli lagi dangan adanya adat yang di Desa Tolutu.36”
Berdasarkan beberapa hasil wawancara sebagaimana yang telah di sebutkan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan adat pernikahan yang ada di Desa Tsolutu Kecamatan Posigadan masih menggunakan
34 35
lanjut Elly, op, cit, hal 51 Usman Sabihi 53 tahun wawancara 25, mey 2012, faktor terjadinya pergeseran adat
perkawinan di desa tolutu 36
Masdudi Manopo 47 tahun wawancara,25 mey, faktor terjadinya pergeseran adat
perkawinan di desa tolutu
91
adat pernikahan Gorontalo, dan adat pernikahan yang di Desa Tolutu ini sudah terjadi pergesan dan perubahan.
Penyebab terjadinya perubahan dan pergeseran dalam pelaksanaan adat di Desa Tolutu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sbb:
1) Kurangnya Perekonomian 2) Untuk mempersingkat Waktu 3) Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi 4) Dan perbedaan pendapat antara pemangku adat dan pemerintah Ke empat faktor inilah penyebab terjadinya perubahan dan pergeseran dalam pelaksanaan adat pernikahan yang ada di Desa Tolutu