ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung dalam tiga sampel kontrol dan enam sampel uji nanokomposit hidroksiapatit/kitosan (nHA/CS). Spektrum transmitansi IR sampel diperlihatkan pada Gambar 4.1 sampai 4.7. Tabel 4.1 memperlihatkan bilangan gelombang gugus-gugus fungsi yang dimiliki oleh ketiga sampel kontrol dan keenam sampel uji.
80.0 70
60 50
%T
40
30 1539,27 1634,24 1414,27
20
10
902,24 1132,19 1062,16
3435,16
563,22
0.0 4000.0
3000
2000
cm-1
1500
1000
450.0
Gambar 4.1 Pola FTIR Sampel Uji B1 nHA (10%) + CS (90%)
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
42
80.0 70
60 50
%T
3444,51
2923,54
1544,54 1383,54 1651,52
563,50
1063,48
40
30 20
10 0.0 4000.0
3000
2000
cm-1
1500
1000
450.0
Gambar 4.2 Pola FTIR Sampel Uji B2 nHA (20%) + CS (80%)
80.0 70
60 50
%T
40
30 20
10
3462,5
1383,18 1308,18
1638,13
602,16 563,14 1031,9
0.0 4000.0
3000
2000
cm-1
1500
1000
450.0
Gambar 4.3 Pola FTIR Sampel Uji B3 nHA (30%) + CS (70%)
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
43
100.0 90 80 70 60 50 %T 40 30
2926,40
2368,43 2341,44
1993,44 1704,39 1508,36 1650,35 1423,33
3419,34
472,36
20 961,22
602,16 564,12
10 0
1031,6
3568,35
-10.0 4000.0
3000
2000
cm-1
1500
1000
450.0
Gambar 4.4 Pola FTIR Sampel Uji B4 nHA (40%) + CS (60%)
100.0 90 80 70 60 50 %T 40
877,44
30
1705,37 1559,37 1650,32 1508,36 1458,33 1419,32 1384,35
20 10 0
962,25 631,18
3571,14 3435,13 1091,2
-10.0 4000.0
472,44
3000
2000
cm-1
1500
603,7 564,4
1031,0
1000
450.0
Gambar 4.5 Pola FTIR Sampel Uji B5 nHA (50%) + CS (50%)
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
44
80.0 70
60 50
%T
877,53
40 1644,38
1384,45 1455,44 1417,43
473,51
962,42 631,36
30 603,27
20
3472,23
564,24
1092,18 1032,14
10 0.0 4000.0
3000
2000
1500
cm-1
1000
450.0
Gambar 4.6 Pola FTIR Sampel Uji B5 nHA (60%) + CS (40%)
3790,81 3571,74 3434,73
876,84 837,84 962,76
1653,79 1504,81 1563,82 1420,80
474,83 629,70 603,56
3573,71
2922,73
1652,74
3435,67
1428,77 1258,79 1379,77 1157,75 1324,78
1072,74
1382,16
1639,11
(c)
1644,38
502,18
1151,11
998,10 1033,19 1073,11
3418,4 1455,44 1417,43
962,42 1032,14
3472,23
4000.0
(b)
600,77 564,50
1093,37
%T
3000
2000
cm-1
1500
(a)
1000
473,51
(d)
631,36 603,27 564,24
450.0
Gambar 4.7 Pola FTIR dari (a) nHA, (b) Chitosan from Shrimp Shells, (c) CS, (d) nHA/CS nanocomposite
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
46
Berdasarkan Tabel 4.1 gugus fungsi yang teridentifikasi pada sampel kontrol A1 (serbuk nanopartikel hidroksiapatit) diantaranya adalah gugus fosfat (PO4), gugus karbonat (CO3) dan gugus hidroksil (OH). Gugus fungsi karbonat (CO3) yaitu gugus NO2 (ν2) pada bilangan gelombang 1563 cm-1 serta gugus CH3 (ν3) pada 1420 cm-1. Sampel kontrol A2 (serbuk Chitosan from Shrimp Shells) dan sampel kontrol A3 kitosan (CS) memiliki gugus fungsi N-H, C-H, amida I dan amida II yang merupakan karakteristik dari kitosan. Peta absorbsi dari keseluruhan sampel uji B1 sampai B6 menunjukkan adanya tumpang tindih (overlapping) dibeberapa bilangan gelombang. Spektrum IR pada keenam sampel uji tersebut menunjukkan adanya pita absorbsi fosfat, pita absorbsi karbonat v2 dan v3, serta pita absorbsi hidroksil dari nanopartikel hidroksiapatit (nHA) bertumpuk dengan gugus N-H, C-H, amida I dan amida II milik kitosan. Tumpang tindih (overlapping) pada beberapa bilangan gelombang ini mengakibatkan spektra FTIR terlihat lebih lebar pada daerah bilangan gelombang 3472 cm-1 (Gambar 4.7). Analisis hasil FTIR pada sampel uji B1 sampai B3 memperlihatkan teridentifikasinya gugus fungsi N-H, amida I dan amida II yang merupakan karakteristik dari kitosan mampu bertumpukan dengan gugus fungsi OH milik nanopartikel hidroksiapatit (n-HA) tetapi tidak terlihat perubahan yang lebih lebar pada spektra FTIR. Sampel uji B1 terindentifikasi memiliki gugus fungsi N-H yang bertumpukkan dengan gugus fungsi OH milik nanopartikel hidroksiapatit (nHA) pada bilangan gelombang 3435 cm-1 tetapi spektra FTIR masih identik dengan spekta FTIR pada sampel kontrol A3 (kitosan/CS). Sampel uji B2 memilki
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
47
gugus fungsi OH pada bilangan gelombang 3444 cm-1 yang bertumpukan dengan gugus fungsi N-H milik kitosan. Spektra FTIR sampel uji B2 tidak terlihat lebih lebar, gugus PO4 stretching pada bilangan gelombang 1063 cm-1 dan PO4 bending pada 563 cm-1, gugus C-H muncul pada bilangan gelombang 2923 cm-1 dan gugus fungsi C=C yang bertumpukkan dengan gugus fungsi amida II milik kitosan pada bilangan gelombang 1544 cm-1. Selain itu teridentifikasi gugus fungsi OH dari nanopartikel hidroksiapatit (n-HA) yang bertumpukkan dengan gugus fungsi amida I milik kitosan pada bilangan gelombang 1651 cm-1. Sampel uji B3 memilki gugus fungsi OH pada bilangan gelombang 3462 cm-1 yang bertumpukan dengan gugus fungsi N-H milik kitosan dan pada bilangan gelombang 1638 cm-1 yang bertumpukkan dengan gugus fungsi amida I milik kitosan. Gugus PO4 stretching pada bilangan gelombang 1031 cm-1 dan PO4 bending pada 602-563 cm-1. Gugus C=C pada bilangan gelombang 1638 cm-1 bertumpukkan dengan gugus fungsi amida I dan amida II milik kitosan. Gugus fungsi yang teridentifikasi pada sampel uji B4 sampai B6 memperlihatkan tumpang tindih (overlapping) dibeberapa panjang gelombang seperti gugus fungsi N-H milik kitosan yang tumpang tindih dengan gugus fungsi OH milik nHA. Spektra FTIR pada sampel uji B4 sampai B6 berbeda dengan spektra FTIR pada sampel uji B1 sampai B3. Spektra FTIR pada sampel uji B4 sampai B6 terlihat lebih lebar. Terjadinya overlapping yang menyebabkan pelebaran spektra FTIR pada beberapa bilangan panjang gelombang disertai teridentifikasinya gugus fungsi dari kitosan dan nHA menunjukkan nanokomposit hidroksiapatit/kitosan (nHA/CS) telah berhasil terbentuk.
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
48
4.2 Hasil Pengujian X-Ray Diffraction (XRD) Mengacu pada hasil dan pembahasan analisis FTIR, hasil pengujian instrumen X-Ray Diffraction (XRD) memberikan informasi spesifik eksitensi mengenai fasa apa saja yang terkandung di dalam sampel. Pola XRD digambarkan dalam bentuk profil difragtogram (kurva dengan puncak-puncak), sebagai absis adalah sudut difraksi 2θ dan ordinat adalah kalkulasi intensitas difraksi “count” yang dilengkapi dengan data jarak antar bidang atom (d=jarak kisi kristal) (Winarti, 2008). Analisa XRD dilakukan dengan mencocokan data ICSD (Inorganic Crystal Structure Database). Data tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh parameter kisi kristal, ukuran kristal sampel dan derajat kristalinitas sampel nanokomposit hidroksiapatit/kitosan (nHA/CS). Berikut adalah pola hasil analisa XRD masing-masing sampel :
3098
CaHPO4 69.6% hydroxyapatite 30.4% Sam pel1b.raw D IFF
5
10
15
20
25
35
40
45 50 2 theta / deg
-4-11 132 -1-41 -214 -331 -403 141 240 -422 -224 133 -1-15 -2-43 2-42 -115 -414 -134 323 501 520 250 134 -504 -152 -343 -2-16 432 512 -135 -6-13 -1-61
-103 022
-202
-1-21
30
2-21 -113 -3-12 212 0-32 3-11 311 230 320 -123 032 -313 -1-14
0
210 012 102 1-21 -2-12 211 0-22 -2-21
111
-111
1-11
0-11 1-10 -1-11
001
-101
100
1549
-201 020 0-12 -1-12
002
120
I/ rel.
55
60
65
70
75
80
85
90
Gambar 4.8 Kurva Search Match Terhadap Puncak-puncak Sampel Uji B1
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
3166
49
CaHPO4 43.2% hydroxyapatite 56.8% Sam pel2a.raw D IFF
0
5
10
15
20
25
30
35
40
311 123 230 -123 032 -322 302 3-12 410 -412 330 401 -4-13 4-20 -2-42 -241 042 0-43 204 4-12 3-23 -3-34 -4-33 3-41 -234 422 -1-35 -424 2-51 0-53 314 -4-43 -206 4-41 -611 -434 610
-103 022
0-31 -113 -3-12 212 0-32 222
-2-21
111
020 0-12
-111
1-11
0-11 1-10 -1-11
-101
001
100
002
1583
210 -1-21 120 012 102 -202 1-21 202 -2-12 211 0-22
121
I/ rel.
45 50 2 theta / deg
55
60
65
70
75
80
85
90
Gambar 4.9 Kurva Search Match Terhadap Puncak-puncak Sampel Uji B2
2933
CaHPO4 20.9% hydroxyapatite 79.1% Sam pel3a.raw D IFF
211
I/ rel.
0
5
10
15
20
25
30
35
213
222
220 -221 1-22 2-21 -1-31 -3-12 212 0-32 311 132 230 -123 032 -322 203 3-12 410 014 330 -141 -421 232 1-24 -224 133 -1-15 -2-43 005 -115 -414 -432 323 501 520 -2-52 304 -504 052 -2-53 333 1-35 3-50 -612 -235 035
202 1-12 121 -212
120 210 012 102
002 111
020 0-12
-111
1-11
0-11 110 -1-11
-101
001
100
112
1467
40
45 50 2 theta / deg
55
60
65
70
75
80
85
90
Gambar 4.10 Kurva Search Match Terhadap Puncak-puncak Sampel Uji B3
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2901
50
CaHPO4 13.7% hydroxyapatite 86.3% Sam pel4b.raw D IFF
211
I/ rel.
5
10
15
20
25
30
40
45 50 2 theta / deg
55
60
232 223 -224 133 -1-15 -205 -423 430 510 0-25 -5-22 -521 0-44 1-52 143 -4-15 1-44 -441 -415 1-53 243 215 3-43 610
202
35
220 -301 310 1-22 -311 130 122 301 222 0-32 311 132 230 213 -123 032 -1-14 203 -411 410 1-40 0-24 -1-42 -4-13
0
1-12 121 -212
210 120 012 102
111 -201
0-12
-111
1-11
-101
0-11 110 -1-11
001
100
002
112
1451
65
70
75
80
85
90
Gambar 4.11 Kurva Search Match Terhadap Puncak-puncak Sampel Uji B4
2758
CaHPO4 3.7% hydroxyapatite 96.3% Sam pel5b.raw D IFF
211
I/ rel.
5
10
15
20
25
30
40
45 50 2 theta / deg
032 303 -313 -4-11 040 -1-41 2-32 -2-24 -323 -133 232 1-24 -224 133 -1-15 -205 -423 1-34 -215 015 -5-22 501 5-20 2-50 3-42 -405 052 -3-35 -1-16 5-12 -6-12 -612 -235 0-54
202
35
2-20 -301 310 1-22 2-21 -302 -3-12 103 222 0-32 311 132 213 2-30 1-32 231
0
1-12 121 -212
111 -201
0-12 210 2-10 012 102
-111
1-11
-101
0-11 1-10 -1-11
001
100
002
112
1379
55
60
65
70
75
80
85
90
Gambar 4.12 Kurva Search Match Terhadap Puncak-puncak Sampel Uji B5
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2627
51
hydroxyapatite Sam pel6b.raw D IFF
211
I/ rel.
5
10
15
20
25
30
40
55
60
65
70
75
80
405 620 116 702
225 440 334
251 602 342 305
205
314 512 503
502 233 332 143
124
240
104
223 133 142
213 231
45 50 2 theta / deg
303 141
132
203 401
311
113
222
35
310 221
301
0
220
202
102
201
200 111
101
110
100
002
112
1314
85
90
Gambar 4.13 Kurva Search Match Terhadap Puncak-puncak Sampel Uji B6
Identifikasi Gambar 4.7 memperlihatkan pola XRD sampel uji B1 nanokomposit hidroksiapatit/kitosan (nHA/CS) yang menunjukkan puncak tertinggi dimiliki oleh CaHPO4 (Kalsium Hidro-fosfat) yakni pada sudut 2θ = 30.120 . Mayoritas puncak yang teridentifikasi dari sampel uji B1 adalah milik CaHPO4, meskipun mineral apatit (nanopartikel hidroksiapatit) masih muncul pada puncak-puncak tertentu. Calculated pattern pada sampel uji B1, CaHPO4 sebesar 69,6% dan hydroxyapatite sebesar 30,4%. Kemungkinan terbentuknya senyawa CaHPO4 disebabkan ketidaksetabilan stoikiometri dalam senyawa nanopartikel hidroksiapatit [nHA, Ca10(PO4)6(OH)2] menyebabkan rasio molar Ca/P>1,67 yang membentuk CaO. Kandungan CaO diatas 55% akan membentuk kalsium hidro-fosfat (CaHPO4). Identifikasi Sampel B2 puncak tertinggi pada sudut 2θ = 31.840 (Gambar 4.8), B3 pada sudut 2θ = 31.760 (Gambar 4.9), B4 pada sudut 2θ = 31.820 (Gambar 4.10), B5 pada sudut 2θ = 31.800 (Gambar 4.11) dan sampel uji
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
52
B6 puncak tertinggi pada sudut 2θ = 31.760 (Gambar 4.12). Puncak-puncak tertinggi yang diperlihatkan pola XRD pada sampel uji B2 sampai B5 nanokomposit hidroksiapatit/kitosan (nHA/CS) dimiliki oleh nanopartikel hidroksiapatit (nHA). Pola XRD sampel uji B2 sampai B5 memperlihatkan masih muncul puncak milik CaHPO4 di beberapa sudut, namun intensitasnya lebih rendah dibandingkan puncak yang dimiliki nHA dan terjadi penurunan nilai calculated pattern CaHPO4 pada setiap kenaikan variasi komposit. Pada sampel uji B6 fasa CaHPO4 tidak teridentifikasi, puncak-puncak hanya dimiliki oleh nHA (Gambar 4.13). Munculnya fasa CaHPO4 diprediksi menyebabkan ketidaksetabilan [nHA, Ca10(PO4)6(OH)2]. Ketidaksetabilan ini kemungkinan berpengaruh pada nilai parameter kisi, ukuran kristal dan derajat kristalinitas. Hasil perhitungan data XRD yang menunjukkan nilai parameter kisi dan ukuran kristal nanopartikel hidroksiapatit (nHA) dalam nanokomposit hidroksiapatit/kitosan (nHA/CS) diperlihatkan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Derajat kristalinitas sampel uji B1 sampai B6 disajikan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.2 Parameter Kisi Sampel Kode Sampel B1 B2 B3 B4 B5 B6
Skripsi
Parameter Kisi a,b (Å) 9.4032 9.4004 9.3920 9.3798 9.3908 9.3942
Accuracy 96,872 97,936 98,938 97,646 98,988 98,311
c (Å) 6.8817 6.8904 6.8785 6.8743 6.8808 6.8826
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
Accuracy 99,851 99,951 99,428 99,105 98,955 99,526
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
53
Tabel 4.3 Ukuran Kristal Sampel Kode Sampel
D002 (nm)
B1 B2 B3 B4 B5 B6
21,0 22.0 17,0 17,0 18,0 20,0
Tabel 4.4 Derajat Kristalinitas Sampel Kode Sampel
Derajat Kristalinitas (%)
B1 B2 B3 B4 B5 B6
34 19 30 31 31 35
Parameter kisi nanopartikel hidroksiapatit (nHA) dalam nanokomposit hidroksiapatit/kitosan (nHA/CS) menunjukkan nilai parameter kisi a=b≠c masih relevan dengan reverensi yaitu a=b=9,432 Å dan c= 6,881 Å. Struktur kristal nanopartikel hidroksiapatit (nHA) adalah heksagonal (a=b≠c). Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa dengan kehadiran fasa lain CaHPO4, nHA masih dalam fase kristal stabil didalam sintesis nanokomposit hidroksiapatit/ kitosan (nHA/CS), yaitu [nHA, Ca10(PO4)6(OH)2].
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Perhitungan
ukuran
kristal
sampel
54
dan
derajat
krisatinitas
menunjukkan nilai yang naik-turun. Penjelasan yang mampu diberikan adalah penjelasan nilai-nilai dalam Tabel 4.3 dan 4.4. Pada Tabel 4.3 memperlihatkan ukuran kristal sampel yang dihitung menggunakan persamaan Scherrer. Ukuran kristal yang diperoleh berkisar 17,0-22,0 nm. Ukuran kristal yang diperoleh ini berbanding terbalik dengan nilai FWHM. Sampel yang memiliki nilai FWHM yang rendah akan menghasilkan ukuran kristal yang lebih besar. Pada pengukuran derajat kristalinitas menyatakan banyaknya kandungan kristal dalam suatu material
dengan
membandingkan
luasan
kurva
kristal
dengan
luasan
amorf+kristal. Terlihat perbedaan derajat kristalinitas pada Tabel 4.4, hal ini menunjukkan bahwa struktur amorf kitosan mempengaruhi derajat kristalinitas nanopartikel hidroksiapatit (nHA) dalam nanokomposit hidroksiapatit/ kitosan (nHA/CS). 4.3 Hasil Pengamatan Scanning Electron Microscopy (SEM) Karakterisasi SEM untuk mengetahui morfologi sampel dilakukan bersamaan karakterisasi EDAX untuk mengetahui kandungan Ca dan P. Karakterisasi Pengamatan SEM-EDAX dilakukan pada sampel B2 dan B6 nanokomposit hidroksiapatit/kitosan (nHA/CS). Berikut hasil dari karakterisasi SEM pada sampel B2 dan B6 (Gambar 4.14 dan Gambar 4.15) dengan perbesaran 5.000x, 10.000x, 30.000x dan Tabel 4.5 memperlihatkan rasio Ca/P dari sampel dengan melihat kandungan Ca dan P dari hasil EDAX.
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
(a)
(b)
55
(c)
Gambar 4.14 Struktur Morfologi SEM Sampel Uji B2; (a) Perbesaran 5.000x; (b) 10.000x dan (c) 30.000x.
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.15 Struktur Morfologi SEM Sampel Uji B6; (a) Perbesaran 5.000x; (b) 10.000x dan (c) 30.000x.
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
56
Element OK PK CaK Matrix
Wt% 44.49 14.67 29.55 Correction
At% 56.39 09.60 14.95 ZAF
Element OK PK CaK Matrix
Wt% 48.38 17.46 34.16 Correction
At% 68.11 12.70 19.19 ZAF
(a)
(b)
Gambar 4.16 Microanalysis Report dari EDAX; (a) Sampel Uji B2, (b) Sampel Uji B6.
Tabel 4.5 Rasio Molaritas Ca/P
Skripsi
Kode Sampel
Ca/P
B2
1,56
B6
1,51
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
57
Analisis morfologi perrmukaan SEM pada sampel B2 dan B6 memperlihatkan nanopartikel hidroksiapatit (nHA) menyebar seragam dalam nanokomposit hidroksiapatit (nHA/CS). Penyebaran seragam dapat terlihat melalui matriks kitosan yang telah saling berhubungan antar sel. Permukaan halus pada
kitosan
berangsur-angsur
mulai
terganggu
dengan
bergabungnya
nanopartikel hidroksiapatit (nHA) sehingga menghasilkan permukaan yang lebih kasar dari sebelumnya. Analisis morfologi ini memberikan gambaran bahwa nanopartikel hidroksiapatit (nHA) telah tumbuh dengan baik dalam matriks kitosan (Yildirim, 2004). Morfologi dalam sampel nanopartikel hidroksiapatit (nHA) komposit terlihat membentuk bongkahan atau granula- granula, permukaan terlihat kasar dan diameter bongkahan yang terbentuk berukuran 3 µm. Observasi SEM dilakukan bersamaan dengan pengukuran EDAX. Rasio molaritas Ca/P dapat dilihat pada Tabel 4.5. Rasio Ca/P pada nHA murni adalah 1.67. Rasio pada sampel uji relatif lebih kecil daripada rasio nHAp murni. Hal ini dikarenakan kemungkinan hadirnya fasa CaHPO4 pada karakterisasi XRD. Fasa CaHPO4 kemungkinan hadir dan menyebabkan perubahan rasio Ca/P dari [nHA, Ca10(PO4)6(OH)2]. Fasa CaHPO4 terbentuk dari starting material CaO>55%. Selain itu hasil dari analisis FTIR, memperlihatkan munculnya gugusgugus fungsi yang mengalami tumpang tindih (overlapping) juga dimungkinkan mempengaruhi nilai rasio Ca/P.
Skripsi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MIKROSKOPIK NANO-KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT/KITOSAN (n-HA/CS) UNTUK APLIKASI JARINGAN TULANG
RA Irindah Fajar Sari