BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Subyek Penelitian Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis penerapan target costing
PT. Astra Daihatsu Motor pada produk barunya yaitu New Model Blind Van yang akan diluncurkan dalam waktu dekat ini dengan tujuan export baru yaitu Malaysia, dimana spesifikasi produk ini lain dari Van yang sudah ada di PT ADM untuk menempati pasar mobil komersil/niaga. Selain harus bersaing dengan produsen raksasa mobil nasional asli Malaysia (Proton dan Perodua) PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR juga bersaing dengan produsen pengexport mobil yang berbasis produksi di Indonesia seperti Mitsubishi (Colt Diesel) dan Suzuki (APV Blind Van dan PU). Jadi semakin jelas bahwa perusahaan sebaiknya melakukan target costing guna menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat bersaing tetapi juga tetap menghasilkan keuntungan atau laba yang diharapkan. Dalam menentukan target costing produk New Blind Van melalui 4 tahap yaitu: 1. Perencanaan perusahaan (market research) 2. Pengembangan proyek produk tertentu (new model) 3. Penentuan rencana dasar untuk produk baru tertentu (allowable cost & drifting cost) 4. Rancangan produk ((allowable cost + value engineering) < drifting cost)
54
55
4.2
Analisis Penerapan Target Costing Pada PT. Astra Daihatsu Motor Dalam bagian ini penelitian akan menganalisis penerapan target costing
PT. Astra Daihatsu Motor pada produk barunya yaitu New Model Blind Van. Berikut ini adalah tahapan implementasi penerapan target costing pada PT. Astra Daihatsu Motor: 1. Perencanaan perusahaan (market research) Sumber-sumber ide produk baru datang dari berbagai sumber. Ide dikumpulkan dari riset internal dan kegiatan pengembangan dalam berbagai pendekatan yang dilakukan oleh PT. Astra Daihatsu Motor. Sumber ide produk baru meliputi : R&D laboratory, pekerja, customers, pesaing, penemu diluar perusahaan, akuisisi dan anggota rantai nilai. Manajemen perusahaan melakukan penelitian pasar untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen pada masa sekarang dan yang akan datang. Perusahaan juga harus mengetahui tingkat kinerja produk pesaing dalam hal ini adalah Produk Suzuki (PT. Indomobil) sebagai kompetitor utama yang bepotensi dalam persaingan pangsa pasar kelas mobil niaga . Diperoleh kesimpulan bahwa konsumen membutuhkan mobil niaga untuk memenuhi kebutuhan dalam berbisnis dengan teknologi modern, perangkat keamanan yang baik serta ruang kabin yang sangat luas, irit, bertenaga, tahan banjir, body aerodinamis, sliding door untuk memudahkan keluar masuknya bongkar muat barang di kedua sisinya dan posisi mengemudi yang ergonomis sehingga membuat pengemudi lebih nyaman, dengan rentang harga sekitar 80 sampai dengan 100 juta rupiah..
56
2. Pengembangan proyek produk tertentu (new model) Dari tahapan marketing riset yang telah dilakukan, survey pengguna produk membantu mengidentifikasi kebutuhan yang bisa dipuaskan melalui produk baru. Produk baru diartikan sebagai produk baru bagi perusahaan, modifikasi dari produk yang sudah ada, duplikat dari produk pesaing, produk yang diakuisisi dan produk asli innovatif. Produk baru diperkirakan bisa memberi sebuah proporsi yang tinggi bagi pertumbuhan perusahaan dan kadang-kadang memberikan kontribusi utama terhadap laba bisnis keseluruhan. Dalam perencanaan produk, produk harus dipandang sebagai pemecahan masalah bagi konsumen, dimana jika seorang konsumen membeli sebuah produk mereka dapat memperoleh manfaat dari penggunaan produk tersebut. Dan yang terpenting disini adalah bagaimana konsumen percaya bahwa suatu produk dapat memenuhi kebutuhannya, bukan bagaimana penjual memandang produk tersebut. Jika kebutuhan konsumen sudah terpenuhi, diharapkan timbul kepuasan dalam diri mereka sehingga dimasa yang akan datang pembelian berikutnya terhadap produk yang sama.
mereka akan melakukan
57
Berikut ini adalah data mengenai biaya produksi dalam membuat 1unit mobil New Model Blind Van: Tabel 4.1 Direct Cost dalam Pembuatan 1unit mobil New Model Blind Van No Keterangan 1 Direct Material Cost a. Import Material Japan Source Part Multi Source Part Total Import Material Cost b. Local Material Inhouse Part Local Source Part Direct Consumable Part Sub. Cont / Outsourching Total Local Material Cost
Harga
6,821 3,646 + 10,466
5,156 45,176 1,258 387 + 51,977
2 Direct Lobour Cost Salary Overtime Jamsostek Dana pensiun Total Direct Labour Cost
1,567 605 19 19 +
3 Direct FOH Cost Electricity Water Gas LPG Gas CNG Solar Gas PGN Depreciation Total Direct FOH Cost
2,066 225 86 223 379 40 2,904 +
TOTAL DIRECT COST (Dalam Ribuan Rupiah) Sumber: Data diolah
Jumlah
2,209
5,924 70,577
58
Tabel 4.2 In-direct Cost dalam Pembuatan 1unit mobil New Model Blind Van No Keterangan 1 Fixed Over Head Cost Advertise & Sales Promotion Delivery Expenses Entertainment Indirect consumables Indirect Maintenance Parts Information Technology Office expenses Professional Fees Rent Repair & Maintenance Research & Development Security expenses Telecommunication Tools & equipment Training Transportation Traveling Warehouse, ship & pack Total FOH Cost 2 Depreciation Cost Depreaciation Expenses Depreaciation Expenses Depreaciation Expenses Depreaciation Expenses Depreaciation Expenses Depreaciation Expenses Depreaciation Expenses Depreaciation Expenses Depreaciation Expenses Depreaciation Expenses Depreaciation Expenses Total Depreciation Cost
- Building - Building Improvement - Building Equipment - Tools & Equipment - Machinery - Jigs & Equipment - Dies & Equipment - Transportation Equipment - Furniture & Fixture - Leasehold Improvement - Office&Comp
3 Finance Cost Royalty Controled Budget Waranty Claim Amortization of Intangible Asset Insurance Tax Others Total Finance Cost TOTAL INDIRECT COST (Dalam Ribuan Rupiah) Sumber: Data diolah
Harga
Jumlah
458 1,458 1 272 98 17 0.47 58 5 305 32 3 6 1.42 4.13 34.28 17 172 + 2,943
104 132 53 626 386 61 459 20 6 3 40 + 1,892
4,308 91 134 4 27 15 88 + 4,667 9,501
59
Apabila dihitung dengan pendekatan traditional costing dengan laba yang ditetapkan oleh manajemen PT. Astra Daihatsu Motor yaitu sebesar 22%, maka untuk menghitung harga jual dalam keadaan normal yaitu: Harga Jual
= Taksiran Biaya Penuh + Laba yang diharapkan = Rp 80.077.431,-+ (22% x Rp 80.077.431,-) = Rp 80.077.431,- + Rp 17.617.035,= Rp 97.694.466,- per unit
Pada perhitungan traditional costing diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, setelah mengembangkan produk dilakukan pendekatan pasar dengan harga yang didasarkan pada cost plus calculation yang berarti biaya diakibatkan oleh desain, procurement / keadaan , dan manufacture / pabrikasi lalu dengan begitu saja perusahaan akan langsung meluncurkan produknya ke pasar. Sedangkan target costing dinilai sebagai alternatif lain dalam hal penentuan cost guna memenangkan kompetisi benar-benar memperhatikan berbagai level yang berhubungan dengan cost, yaitu market level, product level, dan component level. Atas kebijakan manajemen tersebut memutuskan bahwa target profit yang ditetapkan pada produk New Model Blind Van ini adalah sebesar 22%, maka perhitungan harga jual Daihatsu New Blind Van adalah sebagai berikut:
Selling Price :
Total Cost
+
Margin Profit
60
Sedangkan Total Cost diperoleh dari :
Total Cost :
Total Cost
Direct Cost
+
Indirect Cost
= Direct Cost + Indirect Cost =Rp 70.576.581,- + Rp 9.500.850,=Rp 80.077.431,-
Selling Price
= Total Cost + Margin Profit = Rp 80.077.431,-+ (22% x Rp 80.077.431,-) =Rp 80.077.431,- + Rp 17.617.035,=Rp 97.694.466,- per unit
Dari perhitungan diatas diperoleh harga jual per unit Daihatsu New Model Blind Van adalah sebesar Rp 97.694.466,-
3. Penentuan rencana dasar untuk produk baru tertentu (allowable cost & drifting cost) Untuk mentukan target costing pada new model tersebut, perlu dilakukan terlebih dahulu perhitungan laba operasi perusahaan untuk mengetahui apakah target costing dapat dipakai pada perusahaan ini. Revenue Per Unit = Rp 97.694.466,Profit Per Unit
= 22% x Rp 97.694.466,= Rp 21.492.782,52,-
61
Dari perhitungan diatas diperoleh profit per unit Daihatsu new model blind van adalah sebesar Rp 21.492.782,52,Setelah ditentukan harga jual dan target laba target, kemudian menghitung suatu biaya yang diperkenankan (allowable cost) perunit.
Allowable Cost : Target Selling Price – Target Profit
Allowable cost
= Target Selling Price - Target Profit = Rp 97.694.466,-
- ( 22% x Rp 97.694.466,-)
= Rp 97.694.466,- - Rp 21.492.783,= Rp 76.201.683,Allowable cost yang diperoleh adalah sebesar Rp 76.201.683,- yang akan digunakan untuk menentukan target costing. Setelah dilakuan perhitungan allowable cost, tahap berikutnya adalah menentukan biaya taksiran (drifting cost) yang akan digunakan sebagai bahan perbandingan.
62
Tabel 4.3 Daftar Drifting Cost dalam Pembuatan 1unit mobil New Model Blind Van No Keterangan
Harga
1 Total Direct Material Cost
62,444
Total Direct Labour Cost
2,209
Total Direct FOH Cost
5,924 +
TOTAL DIRECT COST
Jumlah
70,577
2 Total Fixed Over Head Cost
2,943
Total Depreciation Cost
1,892
Total Finance Cost
4,667 + 9,501 +
TOTAL INDIRECT COST
3 DRIFTING COST PER UNIT
80,077
(Dalam Ribuan Rupiah) Sumber: Data diolah
Dari perhitungan diatas diperoleh drifting cost per unit Daihatsu New Model blind van adalah sebesar Rp 80.077.431,4. Rancangan produk ((allowable cost + value engineering) < drifting cost) Setelah diperoleh hasil perhitungan allowable cost dan drifting cost yang selanjutnya digunakan sebagai bahan perbandingan. Tabel 4.4 Tabel Perbandingan Allawable Cost dengan Drifting Cost
Allowable cost Rp 76.201.683,-
Drifting cost Rp 80.077.431,-
Sumber: Data diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam membuat 1unit mobil Daihatsu New Model Blind Van, drifting cost masih lebih besar dari allowable
63
cost yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam kondisi seperti ini perusahan sulit untuk mencapai target profit yang diharapkan sebesar 22%. Maka perusahanan harus mencapai allowable cost yang ditetapkan dengan menekan drifting cost yang selanjutnya perlu dilakukan perekayasaan nilai atau Value Engineering (VE) yang digunakan sebagai berbagai proses kemampuan untuk mengurangi biaya manufaktur. Pendekatan ini bertujuan untuk mengevaluasi desain produk dalam memenuhi permintaan untuk mengidentifikasi alternatif yang akan meningkatkan nilai produk oleh seluruh elemen perusahaan yang terlibat. Proses Value Engineering yang berhasil ditemukan untuk mengurangi biaya manufaktur dalam pembuatan Daihatsu New Model Blind Van, antara lain: 1. Total Material Dalam membuat 1unit mobil Daihatsu New Model Blind Van dibutuhkan material yang terdiri dari raw material seperti : steel coil & aluminium ingot serta material lainnya seperti: komponen mobil, cat, sealer, anti rust. Penghematan material yang dapat dilakukan adalah: - Increase Effisiensi Steel Coil dengan proses yang disebut ”budomari” yaitu pencetakan pelat baja body mobil melalui mesin press yang sudah dimodifikasi sehingga lebih presisi dan tidak banyak sisa potongan bahan yang terbuang. - Tickness Spray Reduce, mengurangi ketebalan cat mobil pada titik tertentu akibat over spray yang berakibat pada pemborosan cat.
64
- Localization Part, dengan mengganti part mobil yang selama ini import dari luar negeri dengan komponen lokal yang sama kualitasnya dengan harga yang lebih rendah. Penghematan dari total material yang diperoleh adalah sebesar 11%. Perhitungan value engineering taerhadap material cost adalah: Total material cost sebelum value engineering = Rp 62.444.000,Material cost setelah value engineering = Rp 62.444.000,- - (11% x Rp 62.444.000,-) = Rp 62.444.000,- - Rp 6.868.840,= Rp 55.574.867,Penghematan material cost adalah sebesar : Rp 62.444.000,- - Rp 55.575.160,- = Rp 6.868.840,2. Total Direct FOH Cost Value engineering yang digunakan untuk mengurangi biaya Total Direct FOH cost adalah dengan: - Reduce Electricity Energy dengan mengefisiensikan penggunaan lampu (decentralization of switch lamp), mematikan monitor komputer saat jam istirahat - Penghematan air dengan menggunakan water recycle yang digunakan untuk proses pengetesan kualitas mobil / water leakage test quality inspection. - Elektronic Forklift & Towing Car Implementation, adalah penghematan bahan bakar solar dengan mengganti forklift dan towing car diesel menjadi bertebaga listrik.
65
Diperoleh angka penghematan sebesar 10%. Total direct FOH cost sebelum value engineering = Rp 5.924.000,Direct FOH cost setelah value engineering = Rp 5.924.000,- - (10% x Rp 5.924.000,-) = Rp 5.924.000,- - Rp 592.400,= Rp 5.331.600,Penghematan Direct FOH cost adalah sebesar : Rp 5.924.000,- - Rp 5.331.600,- = Rp 592.400,3. Total Fixed Over Head Untuk value engineering pada Total Fixed Over Head, yang dapat dilakukan adalah dengan: - Reduce Advertise & Sales Promotion cost, mengurangi pengiklanan melalui media televisi dan menambah iklan di internet. - Reduce Professional Fees, mengurangi jumlah advisor yang berasal dari Jepang dapat menghemat biaya professional fees. - Minimalize Office Expenses, dengan melakukan penghematan penggunaan alatalat kantor seperti paperless program yaitu tidak mencetak data pada kertas hanya berupa softcopy data. Penghematan yang diperoleh dari akktivitas tersebut adalah sebesar 5%, maka Total Fixed Over Head cost sebelum value engineering = Rp 2.943.000,Fixed Over Head cost setelah value engineering
66
= Rp 2.943.000,- - (5% x Rp 2.943.000,-) = Rp 2.943.000,- - Rp 147.150,= Rp2.795.850,Penghematan Fixed Over Head cost adalah sebesar : Rp 2.943.000,- - Rp2.795.850,- = Rp 147.132,Penghematan yang dilakukan setelah proses perekayasaan nilai (value engineering) diperoleh beberapa elemen biaya yang dapat membantu pencapaian target cost seperti yang digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.5 Tabel perbandingan efisiensi biaya dalam penerapan target costing pada pembuatan 1unit mobil New Model Blind Van Cost Sebelum Value Engineering
Cost Sesudah Value Engineering
Effisiensi Biaya
Percentage
1 Total Direct Material Cost
62,444
55,575
6,869
11%
2 Total Direct Labour Cost
2,209
2,209
-
-
3 Total Direct FOH Cost
5,924
5,332
592
10%
4 Total Fixed Over Head Cost
2,943
2,796
147
5%
5 Total Depreciation Cost
1,892
1,892
-
-
6 Total Finance Cost
4,667
4,667
-
-
Total Cost per unit
80,077
72,470
7,608
9.5%
No
Keterangan
(Dalam Ribuan Rupiah) Sumber: Data diolah
Drifting cost sebelum VE
= Rp
80.077.431,-
Drifting cost sesudah VE
= Rp
80.077.431,-
= Rp
72.469.539,-
-
Rp 7.607.892,-
67
Efisiensi biaya per unit
=
Efisiensi Biaya x 100% Cost Sesudah VE
=
Rp Rp
=
9,5%
7.607.892,- x 100% 80.077.431,-
Dapat diketahui bahwa efisiensi sebesar 9,5% yang diperolah dari total cost sebelum velue engineering sebesar Rp 72.469.539,- dan total cost sesudah value engineering sebesar Rp 80.077.431,- yang berarti bahwa terjadi dampak positif dari efisiensi biaya yang menggunakan target costing. Selanjutnya diperbandingkan kembali hasil perhitungan allowable cost dan drifting cost setelah melalui proses value engineering (VE) sebagai berikut: Tabel 4.6 Tabel Perbandingan Allawable Cost dengan Drifting Cost setelah VE
Allowable cost Rp 76.201.683,-
Drifting cost Rp 72.469.539,-
Sumber: Data diolah
Dari tabel diatas, selain mencapai allowable cost yang telah ditetapkan ternyata value engineering berhasil menekan nilai drifting cost dibawah allowable cost tersebut. Dengan demikian suatu target cost baru dapat ditentukan sebesar Rp 72.469.539,- per unit. Dengan berkurangnya total cost, target profit yang diperolehnya juga akan meningkat, yaitu: Target profit perunit sebelum target costing = Rp 97.694.466,- x 22% = Rp 21.492.782,-
68
Target profit perunit sesudah target costing = Rp 97.694.466,- - Rp 72.469.539,= Rp 25.224.927,-
= Rp 25.224.927,- - Rp 21.492.783,-
Peningkatan profit perunit
= Rp 3.732.144,-
New target profit
=
Target profit perunit sesudah target costing x 100% Selling Price =
Rp Rp
25.224.927,- x 100% 97.694.466,-
=
25,82%
Dari hal tersebut perusahaan dapat menentukan target profit yang baru yaitu sebesar 25,82%. Hasil analisis dan pembahasan menunjukan bahwa target costing dapat dilakukan pada PT. Astra Daihatsu Motor yang memberikan pengaruh positif terhadap pengurangan total cost dan peningkatan profit dengan selling price yang sama. Dengan menetapkan target costing perusahaan dapat mengoptimalkan laba secara maksimal dan dapat bersaing pada pasar.