BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
A. Data Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menentukan perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011 sebagai populasi penelitian. Prosedur penentuan sampel dengan menggunakan purposive sampling. TABEL 4.1 KRITERIA PEMILIHAN SAMPEL
NO.
KETERANGAN
1.
Data perusahaan yang memenuhi kriteria sampel
2.
Data perusahaan yang tidak dapat diolah
Data perusahaan yang diolah
JUMLAH 25 ( 12 ) 13
Sumber : Data sekunder yang diolah 2013
Dari 25 data perusahaan yang memenuhi kriteria sampel, terdapat 12 data perusahaan yang tidak dapat diolah, sehingga data yang diolah dalam penelitiaan ini adalah 13 sampel. 2. Deskripsi Variable Penelitian Data sekunder yang terkumpul ditabulasi dan dianalisis. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diproksikan ke dalam return on asset (ROA), corporate social responsibility (CSR) yang diukur menggunakan corporate social disclosure index (CSDI) atau indeks GRI, dan
61
kinerja lingkungan yang di ukur berdasarkan peringkat perusahaan yang terdaftar dalam PROPER. a. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan sebuah perusahaan sering menjadi salah satu alat analisis oleh investor untuk pengambilan keputusan investasi, kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan return on asset (ROA) untuk melihat berapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dengan total aset yang dimilikinya. b. Kinerja Lingkungan Kinerja lingkungan ini di ukur dari prestasi perusahaan mengikuti prograp PROPER yang merupakan salah satu upaya yang di lakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi yang mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima (5) warna yakni: Emas, Hijau, Biru, Merah, dan Hitam yang masing-masing memiliki skor: 5, 4, 3, 2, dan 1. c. Corporate Social Responsibilit (CSR) Pengungkapan Corporate social responsibility dengan menggunakan 79 item pengungkapan informasi CSR, item pengungkapan itu dikelompokkan menjadi enam pengungkapan seperti dalam tabel 4.2 berikut:
62
TABEL 4.2 ITEM PENGUNGKAPAN INFORMASI CSR
NO.
KETERANGAN
JUMLAH
1.
Indikator Kinerja Ekonomi (EC)
9
2.
Indikator Kinerja Lingkungan (EN)
30
3.
Indikator Kinerja Sosial (LA)
14
4.
Indikator Hak Asasi Manusia (HR)
9
5.
Indikator Masyarakat dan Sosial (SO)
8
6.
Tanggung Jawab Produk (PR)
9
Jumlah
79
Sumber : Data sekunder yang diolah 2013
B. Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi suatu data. Berdasarkan tabel 4.3, diketahui jumlah sampel (N) adalah 13 data perusahaan. Variabel yang diteliti adalah Kinerja keuangan yang menggunakan ROA (return on asset) sebagai skala pengukurannya, Kinerja lingkungan dengan peringkat perusahaan yang terdaftar di PROPER, dan CSR yang menggunaka CSDI (corporate social disclosure index). Hasil analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
63
TABEL 4.3
Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Kinerja Finansial
39
-,0404
,2926
,087396
,0845314
Kinerja Lingkungan
39
1,0000
5,0000
3,153846
,6298898
CSR
39
,1013
,4810
,244401
,0891368
Valid N (listwise)
39
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
Dari Output statistik deskriptif pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa: 1. Kineja finansial yang di ukur dengan ROA memiliki nilai minimum 0,0404 pada PT. Sat Nusa Persada, Tbk (PTSN) di tahun 2009, nilai ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba melalui asetnya sangat kecil. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut, perusahaan mengalami kerugian yang cukup signifikan dan angka kerugian tidak sesuai dengan total aset yang dimiliki, sehingga proses pengembalian asetnya pun didapati hasil yang negatif. Nilai maksimum sebesar 0,2926 ada pada PT. Citra Tubindo, Tbk (CTBN) ditahun 2011, nilai ini menunjukkan bahwa pengembalian aset perusahaan tersebut cukup besar, hal ini dikarenakan perusahaan memiliki angka laba bersih pertahun yang cukup sesuai dengan total aset yang dimiliki, sehingga pengembalian aset pertahunnya didapati hasil yang positif. Variabel kinerja finansial ini memiliki nilai rata-rata atau mean sebesar 0,087396 hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel perusahaan ini memiliki kinerja keuangan yang rendah, hal ini dapat dilihat dari rata-rata ROA yang sangat kecil. Dan nilai standar deviasi sebesar 0,0845314 atau sekitar
64
8,45 % yang berada di bawah nilai rata-rata menunjukkan bahwa kinerja finansial perusahaan yang dijadikan sampel penelitian memiliki perbedaan yang relatif kecil. 2. Variabel Kinerja Lingkungan ini di ukur berdasarkan peringkat warna perusahaan yang terdaftar di PROPER (Program Peringkat Kinerja Perusahaan). Berdasarkan analisis deskriptif diatas diperoleh nilai minimum sebesar 1,0000 di dapati pada PT. Suparma, Tbk pada tahun 2009, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepedulian perusahaan terhadap lingkungungan masih belum memenuhi syarat yang ditentukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup sehingga perusahaan mendapatkan peringkat warna terendah yaitu warna Hitam dengan nilai 1. Nilai maksimum variabel ini sebesar 5,0000 di dapati pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk (INTP) pada tahun 2009, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah memenuhi segala kriteria kepedulian lingkungan yang sudah di tetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup sehingga perusahaan mendapatkan peringkat warna tertinggi yaitu warna Emas dengan nilai 5. Variabel kinerja lingkungan memiliki nilai rata-rata atau mean sebesar 3,153846 yang menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sample telah memenuhi persyaratan kepedulian lingkungan yang cukup baik. Dan standar deviasi variabel ini sebesar 0,62988 atau sekitar 62,98 % yang berada di bawah nilai rata-rata menunjukkan bahwa kinerja lingkungan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian memiliki perbedaan yang relatif kecil.
65
3. Variabel perantara (intervening) CSR dalam penelitian ini menggunakan indeks GRI. Berdasarkan analisis deskriptif di atas diperoleh nilai minimum 0,1013 (10,13%) di dapati pada PT. Asahimas Flat Glass, Tbk (AMFG) pada tahun 2009, hal ini menunjukkan bahwa tingkat implementasi dan pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan masih sangat rendah dibandingkan yang di syaratkan oleh GRI. Nilai maksimum pada variabel ini sebesar 0,4810 di dapati pada PT. Semen Gresik (Persero), Tbk, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan CSR oleh PT. Semen Gresik dalam laporan tahunannya sudah memenuhi hampir separuh item pengungkapan yang di syaratkan oleh GRI sehingga diharapkan akan direspon positif oleh investor dan para stakeholder yang berkaitan. Nilai rata-rata variabel ini sebesar 0,24440, dan standar deviasi sebesar 0,08913 atau sekitar 8,91 % yang berada di bawah nilai rata-rata menunjukkan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dijadikan sampel penelitian memiliki perbedaan yang relatif kecil. Hasil ini menunjukkan bahwa belum banyak kegiatan dan pengungkapan yang dilakukan perusahaan sebagai tanggung jawab sosialnya kepada lingkungan dan stakeholder. 2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik bertujuan untuk menentukan ketepatan model atau untuk mengetahui apabila terjadi penyimpangan agar model yang digunakan dapat menunjukkan hubungan yang akurat. Uji penyimpangan asumsi klasik ini
66
menurut Ghozali (2006) terdiri dari uji multikoliniearitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan uji normalitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah populasi data terdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non-parametic KolmogorovSmirnov Test (K-S) dan Grafik Normal Probability Plot dengan menggunakan program SPSS 20. Dengan hipotesis sebagai berikut: Ho: Data residual berdistribusi tidak normal Ha: Data residual tidak berdistribusi normal Pengambilan keputusan untuk menentukan data variabel penelitian terdistribusi normal atau tidak adalah sebagai berikut : 1. Nilai Asym.Sig. (2-tailed) ≥ 0.05 maka data berdistribusi normal. 2. Nilai Asym.Sig. (2-tailed) ≤ 0.05 maka data berdistribusi tidak normal. Suatu persamaan regresi dikatakan lolos normalitas apabila nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 (Imam Ghozali, 2006).
67
Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
Table 4.4 Kolmogorof Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
39 0E-7 ,05658837 ,117 ,117 -,076 ,731 ,659
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
Dasar dalam pengambilan keputusan adalah jika 2-tailed > 0,05, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya. Dengan melihat grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mendekati dari garis diagonal. Grafik ini menunjukkan 68
bahwa model
regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Dan dari table 4.4 menunjukkan nilai kolmogorov smirnov sebesar 0.731 dan Asymp.Sig. (2-tailed) Unstandardized Residual sebesar 0.659. Besarnya asymp sig 2-tailed > 5%, hal ini menunjukkan H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi normal. Oleh karena itu, data ini telah memenuhi asumsi normalitas dan dapat dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis regresi. b. Uji Multikolinearitas
Model regresi yang memenuhi asumsi klasik adalah yang terbebas dari multikolonieritas yaitu tidak adanya korelasi diantara variabel bebas (independent variable). Adanya multikolonieritas ditunjukkan dengan nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Table 4.5 Uji Multikolonieritas dengan Collinearity Statistics a
Coefficients Unstandardized Standardiz Coefficients ed Coefficient s B Std. Error Beta
Model
(Constant)
-,208
,048
Kinerja_Lingku 1 ,066 ,017 ngan CSR ,352 ,119 a. Dependent Variable: Kinerja_Finansial
T
Sig.
Collinearity Statistics
Toleran ce
VIF
-4,298
,000
,494
3,925
,000
,785
1,274
,371
2,945
,006
,785
1,274
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
Berdasarkan data tabel 4.5 diatas, angka yang didapat dalam kolom tolerance menunjukkan kinerja lingkungan sebesar 0,785, dan CSR sebesar 0,785 yang artinya lebih besar dari 0,10. Sedangkan angka yang didapat dari
69
kolom VIF untuk kinerja lingkungan sebesar 1,274 dan CSR sebesar 1,27 yang artinya lebih kecil dari 10. Maka dapat dinyatakan bahwa model ini terbebas dari multikolonieritas antar variabel independen. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah terjadi korelasi antar suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi gejala autokorelasi salah satunya uji Durbin Watson (DW test). Menurut Singgih Santoso (2001) kriteria autokorelasi ada 3, yaitu: 1) Nilai D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif. 2) Nilai D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi. 3) Nilai D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif. Tabel 4.6 Uji Autokorelasi b
Model Summary Model
1
R
,743
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,552
,527
a. Predictors: (Constant), CSR, Kinerja_Lingkungan b. Dependent Variable: Kinerja_Finansial
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
70
,0581390
Durbin-Watson
1,413
Tabel 4.7 Run Test Unstandardized Residual a
Test Value
-,01495
Cases < Test Value
19
Cases >= Test Value
20
Total Cases
39
Number of Runs
18
Z
-,645
Asymp. Sig. (2-tailed)
,519
a. Median
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
Nilai DW pada tabel 4.6 menunjukkan angka sebesar 1.413, DW ini jauh di bawah dl dan du nya, menurut Singgih Santoso data dikatakan tidak terdapat autokorelasi jika -2 < du < 2, hasil penelitian menunjukkan -2 < 1.413 < 2, maka tidak terjadi autokorelasi. Hal ini juga di dukung pengujian run test yang menunjukkan bahwa nilai test adalah
-0.01495 dengan
probabilitas 0.519 signifikan pada 0.05 yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antara nilai residual. d. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan model karena gangguan varian yang berbeda antar observasi satu ke observasi lain. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik scatterplots apabila titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
71
Uji
regresi
pada
penelitian
ini
menunjukkan grafik scatterplots pada model penelitian menggambarkan titik-titik yang menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil penelitian sebagai berikut: Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
Dari grafik scatterplots pada model pertama terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada model regresi pertama tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga model regresi pertama layak dipakai untuk memprediksi Kinerja finansial perusahaan berdasarkan pengaruh variabel independen Kinerja lingkungan, dan variabel intervening CSR (Corporate Social Responsibility). 3. Uji Hipotesis a. Analisis Koefisien Determinasi (R2) Koefisian determinasi (R2) ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel 72
dependen. Nilai determinasi ditentukan dengan nilai R, R Square, Adjusted R Square, dan Standard Error of the Estimate (SEE). Nilai R2 adalah antara nol dan satu. Semakin mendekati 1 maka nilainya semakin baik yang berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk mempredeksi variasi variabel dependen. Tabel 4.8 Uji Determinasi b
Model Summary Model
1
R
,743
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,552
,527
Durbin-Watson
,0581390
1,413
a. Predictors: (Constant), CSR, Kinerja_Lingkungan b. Dependent Variable: Kinerja_Finansial
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
Dari tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa persamaan regresi cukup baik karena persamaan yang di gunakan, diketahui nilai R sebesar 0,743 dapat di artikan bahwa tingkat korelasi antara variasi variabel independen dengan variabel dependen sebesar 74,3%, artinya kinerja keuangan mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan kinerja ligkungan dan variabel intervening CSR karena koefisien korelasinya diatas 50%. Koefisien R Square (R2) sebesar 0.552 yang artinya bahwa kemampuan model dalam menjelaskan variasi-variasi variabel dependennya adalah sebesar 55.2%. Nilai Adjusted R2 sebesar 0,527 menunjukkan bahwa 52,7% kinerja finansial dapat dijelaskan oleh variabel kinerja lingkungan dan variabel intervening CSR sedangkan sisanya yaitu 47.3% diterangkan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Nilai
73
Standard Error of the Estimate sebesar 0,058139 menunjukkan bahwa semakin kecil nilai Standard Error of the Estimate maka akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependennya. b. Analisis Regresi Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen dan intervening yang di masukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen, yang dihitung dengan menggunakan F test. Tabel 4.9 Uji F a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
,150
2
,075
Residual
,122
36
,003
Total
,272
38
F 22,166
Sig. ,000
b
a. Dependent Variable: Kinerja_Finansial b. Predictors: (Constant), CSR, Kinerja_Lingkungan
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dari tabel ANOVA diperoleh nilai F-hitung sebesar 22,166 dengan probabilitas 0,000. Angka probabilitas tersebut lebih kecil dari nilai 0,05 (5%), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut digunakan untuk memprediksi kinerja finansial, dan itu artinya variabel kinerja lingkungan dan variabel intervening CSR berpengaruh pada nilai perusahaan.
74
c. Analisis Regresi Parsial (Uji t) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan signifikansi dari masing-masing variabel independen dan intervening terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan untuk memeriksa lebih lanjut manakah di antara variabel independen dan variabel intervening berpengaruh signifikan terhadap terhadap variabel dependen (kinerja finansial). Berdasarkan hasil penelitian ini, dari variabel independen dan variabel intervening yang di masukkan dalam model dengan signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa variabel kinerja lingkungan dan CSR berpengaruh signfikan terhadap variabel kinerja finansial. Tabel 4.10 Uji t Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant) 1
Std. Error -,208
,048
Kinerja_Lingkungan
,066
,017
CSR
,352
,119
Beta -4,298
,000
,494
3,925
,000
,371
2,945
,006
a. Dependent Variable: Kinerja_Finansial
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
Hasil pengujian terhadap nilai uji t dan hasil signifikansi pengujiannya dapat dilihat dari tabel 4.10 di atas. Dari uji statistik t antara masing-masing variabel independen dan variabel interening terhadap variabel dependen dapat di jelaskan sebagai berikut: 1. Variabel kinerja lingkungan memiliki nilai thitung sebesar 3,925 dan nilai sig. Sebesar 0,000 < α (0,05), hal ini menunjukkan bahwa variabel
75
kinerja lingkungan signifikan pada level 5% sehingga penelitian ini berhasil menolak H0 dan menerima Ha. Dapat disimpulkan bahwa variabel kinerja lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja finansial perusahaan. Dengan demikian, H1 “kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja finansial perusahaan” diterima. 2. Variabel pengungkapan CSR (CSR) memiliki nilai thitung sebesar 2,945 dan nilai sig. 0,006 < α (0,05), hal ini berarti variabel pengungkapan CSR (Corporate Social Responsibility) signfikan, sehingga penelitian ini berhasil menolak H0 dan menerima Ha. Dapat disimpulkan bahwa variabel pengungkapan CSR berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja finansial perusahaan. Dengan demikian, H3 “Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure berpengaruh positif terhadap Kinerja Finansial Perusahaan” diterima. d. Analisis Regresi Linier Berganda Tabel 4.11 Uji Regresi Linear Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant) 1
Std. Error -,208
,048
Kinerja_Lingkungan
,066
,017
CSR
,352
,119
Beta -4,298
,000
,494
3,925
,000
,371
2,945
,006
a. Dependent Variable: Kinerja_Finansial
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
Dari hasil output yang disajikan pada tabel 4.9, maka dapat diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut: 76
Kinerja Finansial = -0,208 + 0,066 Kinerja Lingkungan + 0,352 CSR
Dari hasil persamaan model regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. Nilai konstanta sebesar -0,208 artinya kinerja finansial perusahaan tahun 2009 2010 2011 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan PROPER akan bernilai negatif 0,208 jika perusahaanperusahaan tersebut tidak ada pengungkapan kinerja lingkungan (Kinerja Lingkungan=0), dan pengungkapan CSR (CSR=0). 2. Kinerja Lingkungan memiliki koefisien regresi sebesar 0,066 yang berarti bahwa setiap peningkatan peringkat kinerja lingkungan yang ada di PROPER sebesar 1 satuan (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka nilai kinera finansial juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,066. 3. Pengungkapan CSR mempunyai koefisien regresi sebesar 0,352 yang berarti bahwa setiap peningkatan 1% pengungkapan CSR berdasarkan indikator GRI (dengan asumsi bahwa nilai koefisien CSR tetap atau tidak berubah) maka akan meningkatkan kinerja finansial sebesar 0,352.
77
e. Uji Deteksi Pengaruh Variabel Intervening
a. Persamaan (1) satu :
CSR = b1 Kinerja Lingkungan +e1
Tabel 4.12 Uji Intervening Model Summary Model
R
1
,464
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,215
,194
,0800356
a. Predictors: (Constant), Kinerja_Lingkungan
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
Tabel 4.13 Coefficients Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
,037
,066
Kinerja_Lingkungan
,066
,021
T
Sig.
Beta ,565
,575
3,183
,003
1 ,464
a. Dependent Variable: CSR
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
b. Persamaan (2) dua : Kinerja Finansial = b1 Kinerja Lingkungan + b2 CSR + e2
Tabel 4.14 Model Summary Model
1 a.
R
,743
R Square
a
,552
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate ,527
Predictors: (Constant), CSR, Kinerja_Lingkungan
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
78
,0581390
Tabel 4.15 Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant) 1
a
Std. Error -,208
,048
Kinerja_Lingkungan
,066
,017
CSR
,352
,119
T
Sig.
Beta -4,298
,000
,494
3,925
,000
,371
2,945
,006
a. Dependent Variable: Kinerja_Finansial
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0
Hasil output SPSS memberikan nilai standardized beta Kinerja Lingkungan pada persamaan (1) sebesar 0,464 dan signifikan pada 0,003 yang berarti bahwa Kinerja Lingkungan mempengaruhi CSR. Nilai koefisien standardized beta 0,464 merupakan nilai path atau jalur p2. Pada output SPSS persamaan regresi (2) nilai standardized beta untuk Kinerja Lingkungan 0,494 dan CSR 0,371 semuanya signifikan. Nilai Standardized beta Kinerja Lingkungan 0,494 merupakan nilai jalur path p1 dan nilai standardized beta CSR 0,371 merupakan nilai jalur path p3. Besarnya nilai e1 = √(1 - 0,215) = 0,886 dan besarnya nilai e2 =
√(1 – 0,552) =
0,669 Dalam persamaan (1) satu variabel Kinerja Lingkungan memiliki nilai thitung sebesar 3,183 dan nilai sig. 0,003 < α (0,05), hal ini berarti variabel Kinerja Lingkungan signfikan, sehingga penelitian ini berhasil menolak H0 dan menerima Ha. Dapat disimpulkan bahwa variabel Kinerja Lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR.
79
Dengan demikian, H2 “Kinerja Lingkungan berpengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure” diterima. 0,886 e1
0,464 p2
CSR
Kinerja Lingkungan
p3 0,371
Kinerja Finansial p1 0,494
e2 0,669
Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa Kinerja Lingkungan dapat berpengaruh langsung ke Kinerja Finansial dan dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari Kinerja Lingkungan ke CSR (sebagai intervening) lalu ke Kinerja Finansial. Besarnya pengaruh langsung adalah 0,494, sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (0,464 x 0,371) = 0,1721, atau total pengaruh Kinerja Lingkungan ke Kinerja Finansial = 0,494 + (0,464 x 0,371) = 0,666. C. Pembahasan Secara keseluruhan hasil hipotesis dengan menggunakan regresi berganda adalah sebagai berikut:
80
Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Kode
Hipotesis
Kesimpulan
H1
Kinerja Lingkungan berpengaruh positif terhadap Kinerja Finansial Perusahaan
dan
signifikan
Diterima
H2
Kinerja Lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR).
Diterima
H3
Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure berpengaruh positif terhadap Kinerja Finansial Perusahaan.
Diterima
1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Finansial Perusahaan Dari hasil analisis yang menggunakan regresi linier berganda dengan kinerja lingkungan sebagai variabel independen menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja finansial. Hal ini dapat dilihat dari taraf signifikasi yang berada dibawah 0,05 yakni sebesar 0,00 yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hasil pengujian yang didapatkan oleh peneliti atas hipotesis kedua dengan sampel 13 perusahaan manufaktur tidak mendukung temuan peneliti terdahulu seperti penelitian Sarumpaet (2005), Almilia dan Wijayanto (2007) serta Aldilla dan Dian (2009) yang menemukan hubungan yang tidak signifikan antara kinerja lingkungan dan kinerja finansial perusahaan industri pertambangan umum dan pemegang HPH/HPHTI. Namun hasil yang telah diperoleh peneliti tersebut menunjukkan konsistensi dengan temuan peneliti terdahulu seperti Li, et al. (1997), Al–Tuwajiri, et al. (2004) dan Suratno dkk. (2006) yang menemukan hasil pengaruh yang signifikan antara kinerja lingkungan dengan kinerja finansial.
81
Perilaku variabel kinerja lingkungan pada perusahaan manufaktur tersebut sejalan dengan prediksi menurut teoritis. Variabel kinerja lingkungan ternyata salah satu faktor yang menentukan besar atau kecilnya pengembalian aset yang berkaitan dengan laba bersih dan total aktiva pada suatu periode. Sebagai contoh pada tahun 2009 perusahaan Indocement Tunggal Prakasa yang memiliki peringkat PROPER emas (5) mempunyai kinerja finansial yang positif, namun sebaliknya PT Sat Nusapersada ditahun 2009 yang memiliki peringkat PROPER Biru (3) mempunyai kinerja finansial negatif yang menunjukkan adanya respon negatif dari para konsumen dan pelaku pasar modal. Hasil analisis ini mendukung teori legitimasi dan teori stakeholder merupakan perspektif teori yang berada dalam kerangka teori ekonomi politik. Karena pengaruh masyarakat luas dapat menetukan alokasi sumber keuangan dan sumber ekonomi lainnya, maka perusahaan cenderung menggunakan kinerja berbasis
lingkungan
dan
pengungkapan
informasi
lingkungan
untuk
membenarkan atau melegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat. 2. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap CSR Disclosure. Dari hasil uji analisis pada persamaan pertama yang menggunakan regresi linier sederhana dengan kinerja lingkungan sebagai variabel independen menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel CSR disclosure. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan pada taraf signifikasi dari uji parsial yang kurang dari 0,05 yakni sebesar 0,003. Temuan penelitian ini mendukung temuan Li, et al. (1997), Al–Tuwajiri, et al. (2004), Suratno dkk. (2006) dan Aldilla dan Dian (2009) yang menemukan 82
hubungan signifikan antara kinerja lingkungan dengan CSR disclosure. Hasil ini konsisten dengan model discretionary disclosure menurut Verecchia 1983, (dalam Suratno dkk., 2006) dimana pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa mengungkapkan performance mereka menggambarkan good news bagi pelaku pasar. Kinerja lingkungan yang dinilai melalui program PROPER memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan. Program yang diadakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup ini pada intinya bertujuan untuk memacu perusahaan – perusahaan di Indonesia untuk dapat meningkatkan kinerja lingkungannya. Keikutsertaan perusahaan dalam program ini saja sudah dinilai positif. Selanjutnya, penilaian kinerja lingkungan akan menentukan seberapa besar tingkat kinerja lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik juga terbukti memiliki CSR disclosure score yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang buruk. Hasil dari penelitian ini berbanding lurus dengan teori mengenai CSR itu sendiri, yakni suatu konsep dimana perusahaan memutuskan secara sukarela untuk memberikan sumbangsih untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih (Green Paper Uni Eropa dalam Aldilla dan Dian, 2009),
atau
dapat
dikatakan
perusahaan
yang
peduli
dengan
kinerja
lingkungannya tersebut berarti telah menerapkan CSR dengan sebagaimana mestinya terbukti dengan tingginya kepedulian lingkungan dan sosial perusahaan.
83
Hasil analisis ini juga mendukung kebenaran Teori Signaling, teori ini menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan dari pihak-pihak di luar perusahaan. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pelaku pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut dan diterima oleh para pelaku pasar. 3. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure terhadap Kinerja Finansial Perusahaan. Dari hasil analisis untuk hipotesis ketiga dengan variabel CSR Disclosure sebagai variabel intervening yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja finansial yang diproksikan ke dalam ROA. Hal ini dapat dilihat dari taraf signifikansi yang berada dibawah 0,05 yakni sebesar 0,006 yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antar variabel tersebut. Hasil pengujian yang didapatkan oleh peneliti atas hipotesis ketiga dengan sampel 13 perusahaan manufaktur tersebut, menunjukkan konsistensi dengan hasil penelitian yang dilakukan Al–Tuwajiri, et al. (2004) dan Suratno dkk. (2006) yang menyatakan bahwa aktivitas dan pengungkapan CSR atau kinerja lingkunga yang dilakukan oleh perusahaan akan membuat para stakeholder memberikan dukungan terhadap perusahaan sehingga akan berdampak positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan Sarumpaet (2005), Almilia dan Wijayanto (2007), serta Aldilla dan Dian (2009) yang menemukan
84
hubungan yang tidak signifikan antara CSR disclosure dengan kinerja finansial perusahaan. Hasil ini mendukung adanya ketiga teori yang saling berkaitan yaitu teori signalling, legitimacy, dan stakeholder. Teori ini merupakan perspektif teori yang berada dalam kerangka teori ekonomi politik. Karena pengaruh masyarakat luas dapat menetukan alokasi sumber keuangan dan sumber ekonomi lainnya, maka perusahaan
cenderung
menggunakan
kinerja
berbasis
lingkungan
dan
pengungkapan informasi lingkungan untuk membenarkan atau melegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat yang di dasarkan pada distribusi ekonomi. Berdasarkan dari ketiga hasil analisis hipotesis tersebut, terbukti bahwa masing-masing variabel kinerja lingkungan dan CSR disclosure secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja finansial perusahaan, dan untuk hasil uji signifikan secara simultan keduanya pun memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel kinerja finansial. Hal ini dapat terlihat dari taraf signifikasi uji simultan F memiliki nilai lebih kecil dari 0,05 yakni 0,000. Dapat disimpulkan variabel Kinerja lingkungan dan CSR disclosure secara bersama– sama (simultan) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja finansial. Kedua variabel tersebut saling menguatkan satu sama lain sehingga berdampak pada pengaruh yang signifikan. Berdasarkan dari hasil pengolahan data output SPSS memberikan nilai standardized beta Kinerja Lingkungan pada persamaan (1) sebesar 0,464 dan signifikan pada 0,003 yang berarti bahwa Kinerja Lingkungan mempengaruhi
85
CSR. Dan pada output SPSS persamaan regresi (2) nilai standardized beta untuk Kinerja Lingkungan sebesar 0,494 dan CSR 0,371 memiliki signifikansi sebesar 0,000 dan 0,006 yang semuanya signifikan karena < α (0,05). Hal ini menunjukkan kinerja lingkungan tidak hanya dapat berpengaruh secara langsung terhadap kinerja finansial, tetapi juga secara tidak langsung melalui CSR disclosure sebagai variabel intervening. Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating yang berfungsi memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2006 : 210).
86