54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Uji Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil analisis deskriptif statistik dari masing-masing variabel penelitian, maka didalam tabel 4.1 akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini meliputi: jumlah sampel (N), rata – rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta standar deviasi bagi masing – masing variabel dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1 Diskripsi Variabel Penelitian Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
TAG
36
-.08
.40
.1642
.11098
DER
36
.03
2.14
.6981
.61814
DPR
36
.13
.66
.4061
.10947
PBV
36
.81
53.70
6.9708
12.43618
Valid N (listwise)
36
Sumber : Output data SPSS Keterangan : TAG : Total Asset Growth DER : Debt To Equity Ratio DPR : Dividend Payout Ratio Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah data dari penelitian ini ada 36 data. Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel independen dan 1 (satu)
55
56
variabel dependen. Variabel independen pertama yaitu TAG dengan nilai tertinggi (maksimum) adalah yaitu 0,40 yaitu PT. AKR Corporindo Tbk pada tahun 2012 dan nilai terendah (minimum) adalah -0,08 yaitu PT. Bukit Asam Tbk pada tahun 2013. Sedangkan rata-rata (mean) TAG (Total Asset Growth) pada perusahaan yang tercatat di JII periode 2012-2014 adalah 0,1642. yang memberi arti bahwa rata-rata perusahaan
yang terdaftar di
JII memiliki persentase pertumbuhan total aktiva/aset
perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya sebesar 0,1642. DER memiliki nilai tertinggi (maximum) adalah yaitu 2,14 kali yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2013 dan nilai terendah (minimum) adalah 0,03 kali yaitu PT. Adaro Energy Tbk pada tahun 2013. Sedangkan rata-rata (mean) DER (Debt
To Equity Ratio) pada perusahaan yang tercatat di JII periode 2012-2014 adalah sebesar 0,6981 yang memberi arti bahwa rata-rata perusahaan yang terdaftar di
JII
memiliki perbandingan antara total utang terhadap total ekuitas perusahaan sebesar 0,6981 kali. DPR memiliki nilai tertinggi (maximum) adalah yaitu 0,66 yaitu PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk pada tahun 2013 dan nilai terendah (minimum) adalah 0,13 yaitu PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 2014. Sedangkan rata-rata (mean) DER (Dividend Payout Ratio) pada perusahaan yang tercatat di JII periode 2012-2014 adalah sebesar 0,4061. PBV memiliki nilai tertinggi (maximum)adalah 53,70 yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2014 dan nilai terendah (minimum) adalah 0,81 yaitu PT. Adaro Energy Tbk pada tahun 2014 serta nilai rata-rata (mean) PBV (Price Book Value) pada perusahaan yang tercatat di JII periode 2012-2014 adalah sebesar 6,9708.
57
B. Analisis Data Penelitian 1. Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas 1) Analisis Grafik
Uji normalitas dengan analisis grafik adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi data yang mendekati distribusi normal. Uji normalitas akan lebih
baik
menggunakan
normal
probability
plot
yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Hasil
pengujian
normalitas
data
dapat
dilihat
dengan
menggunakan grafik histogram pada gambar 4.1 dan normal probability plot pada gambar 4.2 berikut ini:
58
Gambar 4.1 Grafik Histogram - PBV
Sumber: Output data SPSS Berdasarkan gambar grafik histogram tersebut membentuk garis simetris tidak menceng kekanan maupun kekiri, yang artinya bahwa data terdistribusi secara normal.
59
Gambar 4.2 Normal Probability Plot
Sumber: Output data SPSS
Berdasarkan pada gambar 4.2 grafik normal probability plot untuk uji regresi dengan variabel dependen Price Book Value (PBV) terlihat bahwa titik-titik menyebar berhimpit disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka disimpulkan data terdistribusi normal. Dari gambar grafik histogram dan normal probability diatas maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Uji Kolmogorov – Smirnov Selain uji grafik uji normalitas juga dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov – Smirnov. Untuk menentukan data dengan uji
60
Kolmogorof -Smirnov, nilai signifikansi harus diatas 5%. Hasil uji statistik Kolmogorof-Smirnov (K-S) dapat dilihat dalam tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Uji Normalitas (Kolmogorov – Smirnov) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
36
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 8.54682112
Absolute
.126
Positive
.126
Negative
-.084
Kolmogorov-Smirnov Z
.756
Asymp. Sig. (2-tailed)
.617
a. Test distribution is Normal.
Sumber : output data spss yang diolah
Berdasarkan hasil tabel tersebut nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,756 dengan signifikansi 0,617. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang menyatakan residual terdistribusi secara normal atau dengan kata lain regresi dengan variabel dependen PBV memenuhi uji normalitas. b) Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berhubungan, maka nilai
61
korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Model regresi
yang baik adalah model yang tidak terdapat
gejala
multikolinearitas. Gejala multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya nilai variance influance factor (VIF). Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) TAG
.819
1.220
DER
.999
1.001
DPR
.819
1.221
a. Dependent Variable: PBV
Sumber : Output data SPSS yang diolah
Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 atau sama dengan nilai VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi multikolineritas. Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan nilai tidak ada variabel yang nilai tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa antar variabel bebas dalam model regresi. c) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Jika terdapat pola tertentu,
62
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit)
maka dapat
disimpulkan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dari variabel dependen pada gambar 4.3 sebagai berikut: Gambar 4.3 Gambar Scatterplot (Data Asli)
Sumber : output data spss Dari gambar 4.3 grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik yang ada
menyempit disekitar angka nol pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas.
63
Berdasarkan hasil tersebut maka uji heteroskasdestisitas dilakukan transformasi ke bentuk logaritma natural untuk masing – masing variabel baik variabel dependen maupun variabel independen. Hasil transformasi dapat dilihat pada gambar 4.4 sebagai berikut : Gambar 4.4 Gambar Scatterplot (Data setelah transformasi Ln)
Setelah dilakukan transformasi ke bentuk logaritma naturnal pada masing masing variabel, baik variabel dependen maupun independen maka dapat diketahui titik-titik menyebar secara acak diatas maupun dibawah angka nol pada
sumbu Y dan tidak
membentuk pola yang jelas. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heterodastisitas.
64
d) Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan-kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin Watson (DW Test) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin-Watson Model Summaryb
Model
R
1
.726a
R Square .528
Adjusted R Square .483
Std. Error of the Estimate 8.93848
DurbinWatson 2.440
a. Predictors: (Constant), DPR, DER, TAG b. Dependent Variable: PBV Sumber: output data SPSS diolah Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil uji Durbin Watson sebesar 2,440. sedangkan dalam tabel DW dengan jumlah observasi (n) = 36 dan jumlah variabel independen (k) = 3 dengan tingkat signifikansi 0,05 didapat dL = 1,295 dan dU = 1,654. Sehingga nilai 4 – dL = 4 – 1,295 = 2,705 dan 4 – dU = 4 – 1,654 = 2,346 . Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi karena nilai DW sebesar 2,440 ini berada diantara 3,00 dan 2,346. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.5 sebagai berikut:
65
Gambar 4.5 Hasil uji Durbin-Watson (DW)
Tidak ada Autokorelasi 2,440 Ada Autokorelasi -
Ada Autokorelasi +
1,295
1,654
3
2,346
2,705
2. Uji Hipotesis a) Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji dan menganalisis pengaruh TAG,DER, dan DPR terhadap nilai perusahaan (PBV).
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Linier berganda Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error -14.771
7.963
TAG
-.130
15.040
DER
13.733
DPR
29.984
Beta
T
Sig.
-1.855
.073
-.001
-.009
.993
2.445
.683
5.616
.000
15.250
.264
1.966
.058
a. Dependent Variable: PBV
Sumber : Output data SPSS diolah Berdasarkan tabel 4.5 diatas maka dapat disusun persamaan sebagai berikut:
66
Y= -14,771-0,130X1 + 13,733X2 + 29,984X3 + e Y
= Price Book Value (PBV)
X1
= Total Asset Growth (TAG)
X2
= Debt to Equity Ratio (DER)
X3
= Dividend payout Ratio (DPR)
Persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Koefisien regresi TAG sebesar -0,130 dan bertanda negatif, hal ini berarti bahwa setiap kenaikkan satu persen TAG dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka PBV akan mengalami penurunan sebesar 0,130. 2. Koefisien regresi DER sebesar 13,733 dan bertanda positif, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan satu persen DER dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka PBV akan mengalami peningkatan sebesar 13,733. 3. Koefisien regresi DPR sebesar 29,984 dan bertanda positif, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan satu persen DPR dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka PBV akan mengalami peningkatan sebesar 29,984.
b) Uji Statistik T (Uji Parsial) Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing varaibel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan membandingkan t-hitung terhadap t-tabel dengan ketentuan sebagai berikut :
67
H0 : berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Ha : berarti ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
-14.771
7.963
TAG
-.130
15.040
DER
13.733 29.984
Beta
T
Sig.
-1.855
.073
-.001
-.009
.993
2.445
.683
5.616
.000
15.250
.264
1.966
.058
DPR
a. Dependent Variable: PBV Sumber : Output data SPSS diolah 1.
Pengujian Hipotesis Pertama (Ha1) Dari tabel 4.6 hasil perhitungan secara parsial, variabel TAG tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel PBV, yang ditunjukkan dengan besarnya thitungyaitu -0,009 dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,993. Dan dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa TAG tidak berpengaruh terhadap PBV. Hal tersebut menandakan bahwa H01 diterima dan Ha1 ditolak. Dari hasil uji t tersebut dapat disimpulkan bahwa
68
kebijakan investasi tidak ada pengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada taraf signifikansi sebesar 5%. 2.
Pengujian Hipotesis Kedua (Ha2) Dari tabel 4.6 hasil perhitungan secara parsial, variabel DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel PBV, yang ditunjukkan dengan besarnya thitungyaitu 5,616 dengan tingkat signifikansi yang kurang dari 0,05 yaitu 0,000. Dan dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa DER berpengaruh positif terhadap PBV. Hal tersebut menandakan bahwa H02 ditolak dan Ha2 diterima. Dari hasil uji t tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendanaan ada pengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada taraf signifikansi sebesar 5%
3. Pengujian Hipotesis Ketiga (Ha3) Dari tabel 4.6 hasil perhitungan secara parsial, variabel TAG tidak berpengaruh terhadap variabel PBV, yang ditunjukkan dengan besarnya thitungyaitu 1,966 dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,058. Dan dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa DPR tidak berpengaruh terhadap PBV. Hal tersebut menandakan bahwa H01 diterima dan Ha1 ditolak. Dari hasil uji t tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan deviden tidak ada pengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada taraf signifikansi sebesar 5%. c) Uji statistik F (Simultan) Uji statistik F pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas (independen) berpengaruh secara bersama-sama
69
(simultan) terhadap variabel terikat (dependen). Hasil uji statistik F ditunjukkan dengan hasil tabel sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil uji statistik F (simultan) ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression
Df
Mean Square
2856.363
3
Residual
2556.685
32
Total
5413.048
35
F
952.121 11.917
Sig. .000a
79.896
a. Predictors: (Constant), DPR, DER, TAG b. Dependent Variable: PBV Sumber: output data spss
H04
: Kebijakan Investasi (TAG), Kebijakan Pendanaan (DER), kebijakan deviden (DPR), tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (PBV).
Ha4
: Kebijakan Investasi (TAG), Kebijakan Pendanaan (DER), kebijakan deviden (DPR), berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (PBV).
Berdasarkan tabel 4.7 hasil uji F sebesar 11,917 dengan signifikansi 0,000 dibawah 5% maka dapat disimpulkan bahwa H04 ditolak dan Ha4 diterima. Hal ini menunjukan secara simultan variabel independen yang terdiri dari Kebijakan Investasi (TAG), Kebijakan Pendanaan (DER), dan Kebijakan Deviden (DPR) berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (PBV) artinya besar kecilnya semua variabel independen
70
tersebut secara simultan mempengaruhi Nilai Perusahaan (PBV) periode mendatang. d) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variasi terikat. Tabel 4.8 Hasil uji koefisien determinasi (R2) Model Summaryb Model
R
1
.726a
R Square
Adjusted R Square
.528
.483
Std. Error of the Estimate 8.93848
a. Predictors: (Constant), DPR, DER, TAG b. Dependent Variable: PBV Sumber: output data spss diolah. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R sebesar 0,483 atau 48,3 % yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 48,3 %. Sedangkan sisanya 51,7 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam variabel regresi dalam penelitian ini. C. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini peneliti akan memaparkan pembahasan mengenai hasil analisis yang telah dilakukan:
71
1. Analisis pengaruh kebijakan investasi (TAG) terhadap Nilai Perusahaan (PBV) secara parsial Dari hasil analisis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan investasi (TAG)
tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel nilai perusahaan (PBV), yang ditunjukkan dengan besarnya thitung yaitu -0,009 dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,993. Dari hasil uji t tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan investasi tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada taraf signifikansi sebesar 5%. Hal ini sesuai dengan penelitian Untung Wahyudi, Hartati Prasetyaning pawestari keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Rury setiani1, Ni Gst. A. Pt. Silka2, Aris Sasurya3, dan Desy arsita, astohar4 berbeda yang menyatakan bahwa keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori pecking order yang menjelaskan kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi 1
Rury Setiani,”Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” Skripsi Ekonomi Universitas Negeri Padang,(Padang : Perpustakaan UNP, 2008), hlm. 9. 2 Ni Gst. A. Pt. Silka Pratiska, “Pengaruh Ios, Leverage, Dan Dividend Yield TerhadapProfitabilitas Dan Nilai Perusahaan Sektor Manufaktur Di BEI “, Tesis Magister Manajemen, (Bali : Univ Udayana,) hlm. 167-168. 3
Aris Sasurya,” Pengaruh kepemilikan manajerial, Keputusan investasi, Keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal ilmu manajemenFakultas Ekonomi vol 1 Nomor 2 maret (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya,2013), hlm. 428-442. 4
Desy arsita,Astohar,. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada perusahaan manufaktur yang go public di BEI 2005-2009”, Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 3 Nomor 1, (Semarang : Perpus Totalwin semarang, 2012), hlm. 11-12.
72
justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil. Tingkat utang yang kecil tersebut tidak dikarenakan perusahaan mempunyai target tingkat utang yang kecil tetapi karena mereka tidak membutuhkan dana eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi.5 Sehingga perusahaan lebih memilih menggunakan sumber dana internal yang berlimpah dan tidak membutuhkan dana eksternal untuk operasional maupun investasi perusahaan. Hasil keputusan investasi yang tepat maka akan menghasilkan kinerja yang optimal yang dapat meningkatkan pertumbuhan aset perusahaan. 2. Analisis pengaruh kebijakan pendanaan (DER) terhadap Nilai Perusahaan (PBV) secara parsial Dari hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendanaan (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel PBV, yang ditunjukkan dengan besarnya thitungyaitu 5,616 dengan tingkat signifikansi yang kurang dari 0,05 yaitu 0,000. Dari hasil uji t tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendanaan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada taraf signifikansi sebesar 5%. Hasil ini sama dengan penelitiannya Untung Wahyudi, Hartati Prasetyaning pawestari, Putri Prihatin Ningsih dan Iin Indarti 6, Rury
5
M Mamduh Hanafi,Manajemen Keuangan, Edisi I,( Yogyakarta : BPFE, 2014), hlm.
314. 6
Putri Prihatin Ningsih dan Iin Indarti,” Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan
73
Setiani7 yang menemukan bahwa variabel keputusan pendanaan yang diukur melalui Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan berpengaruh dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Ni Gst. A. Pt. Silka Pratiska debt to equity ratio(DER) terbukti mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini sesuai dengan teori model dimana struktur modal (pendanaan) merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Maka manajer bisa menggunakan utang lebih banyak, sebagai signal yang lebih dipercaya.8 Jika hutang meningkat, maka kemungkinan bangkrut akan semakin meningkat. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka manajer akan menerima resiko atas keputusan yang diambil.9Karena itu perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009)”, Skripsi Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala Semarang, ( Semarang: Perpus STIE widya manggala,2010), hlm. 20-21. 7 Rury Setiani,”Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” Skripsi Ekonomi Universitas Negeri Padang,(Padang : Perpustakaan UNP, 2008), hlm. 9. 8
Mamduh Hanafi, Manajemen Keuangan, Edisi I.( Yogyakarta : BPFE,2014), Hlm. 316.
9
Keputusan yang tidak tepat yang akan menghancurkan reputasi manajer dan tidak bisa dipercaya menjadi manajer lagi.
74
perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. 3. Analisis pengaruh kebijakan deviden (DPR) terhadap Nilai Perusahaan (PBV) secara parsial Dari hasil analisis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel DPR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel PBV, yang ditunjukkan dengan besarnya thitungyaitu 1,966 dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,058. Dari hasil uji t tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
kebijakan
deviden
tidak
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada taraf signifikansi sebesar 5%. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tendi Haruman,
Aris Sasurya hasil dari penelitian ini yaitu kebijakan
deviden berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 10 Sedangkan penetian yang dilakukan Ni Gst. A. Pt. Silka menemukan bahwa Dividend yield berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan teori “bird in the hand” yang menyatakan bahwa pembayaran deviden mengurangi ketidakpastian, yang berarti mengurangi resiko11, yang kemudian mengurangi tingkat keuntungan
10
Aris Sasurya,” Pengaruh kepemilikan manajerial, keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan devidenterhadap nilai perusahaan”, Jurnal ilmu manajemenFakultas Ekonomi vol 1 Nomor 2 maret (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya,2013), hlm. 428-442. 11
Dividen dimasa mendatang akan lebih berisiko dibandingkan dengan deviden yang dibayarkan saaat ini.
75
yang disyaratkan oleh pemegang saham.12Deviden yang tinggi akan membantu mengurangi ketidakpastian. Hal ini memberikan informasi secara tidak langsung kepada investor bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus dimasa mendatang. Model signaling dibangun sebagai upaya memaksimumkan nilai perusahaan lewat pembayaran deviden dengan asumsi ada asymmetric information antara manajer dan pemegang saham. Model ini muncul berdasarkan pada ide bahwa manajer perusahaan yang prospek
keuangannya
benar-benar
bagus
tidak
akan
dapat
menyampaikan informasi yang handal kepada pihak luar dengan „tanpa biaya‟ karena penyampaian informasi tanpa biaya dari perusahaan bagus akan dapat ditiru oleh perusahaan yang prospeknya tidak bagus.13Jika manajer memiliki keyakinan yang kuat, bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus,melalui peningkatan harga saham. Maka manajer dapat mengkomunikasikan hal tersebut kepada investor.
12
Mamduh Hanafi, Manajemen Keuangan, Edisi I.( Yogyakarta : BPFE,2014), Hlm. 366.
13
Arifin Z, Teori keuangan & Pasar Modal Edisi pertama Cetakan pertama.(Yogyakarta : Ekonisia, 2005), hlm. 121.