BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab V akan membahas statistik deskriptif data, gambaran umum responden, uji instrumen penelitian, analisis data dan pembahasan. Statistik deskriptif data, gambaran umum responden, uji instrumen penelitian, analisis data akan disajikan juga dalam tabel. 5.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan informasi tentang karakteristik variabel penelitian, antara lain nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata dan standar deviasi.
Ringkasan hasil tabel statistik
deskriptif dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Data Uji N
Minimum
Maksimum
Mean
Standar Deviasi
Pengawasan pimpinan 35 16,00 Disiplin pegawai 35 25,00 Kompetensi pegawai 35 28,00 Kinerja pegawai 35 31,00 Valid N (listwise) 35 Sumber : data diolah (lampiran 8), 2015
24,00 40,00 44,00 50,00
20,2000 32,6857 36,4857 40,4000
1,95237 3,57912 4,06832 4,55166
Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah 35. Nilai terendah variabel pengawasan pimpinan adalah 16,00, nilai tertingginya 24,00, nilai rata-rata (mean) adalah 20,20 dan deviasi standarnya 1,95. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden cenderung menjawab setuju pengawasan pimpinan yang baik dilihat dari nilai rata-rata mendekati nilai maximum 24,00. Nilai terendah variabel disiplin pegawai adalah 25,00, nilai tertingginya 40,00,
39
40
nilai rata-ratanya adalah 32,69 dan deviasi standarnya 3,58. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden cenderung menjawab setuju memiliki disiplin yang tinggi dilihat dari rata-rata jawaban responden mendekati nilai maximum 40,00. Nilai terendah variabel kompetensi pegawai adalah 28,00, nilai tertingginya 44,00, nilai rata-ratanya adalah 36,49 dan deviasi standarnya 4,07. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden cenderung menjawab setuju memiliki kompetensi yang tinggi dilihat dari rata-rata jawaban responden mendekati nilai maximum 44,00. 5.2 Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah PNS yang terlibat langsung dalam pelaksanaan pengawasan dan pembinaan laporan keuangan SKPD pada Inspektorat Kabupaten Tabanan. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan Maret 2015. Pengiriman kuesioner diantar langsung kepada responden dengan waktu pengisian kuesioner adalah 14 hari kerja. Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner penelitian ditunjukkan dalam Tabel 5.2. Tabel 5.2 Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner Keterangan Kuesioner yang disebar Kuesioner yang kembali Kuesioner yang tidak kembali Kuesioner yang digunakan Kuesioner yang tidak digunakan Sumber : data diolah, 2015
Jumlah
Prosentase
35 35 0 35 0
100% 100% 0% 100% 0
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 35 kuesioner yang disebar, semua kuesioner terhimpun kembali. Kuesioner yang terhimpun kembali secara
41
keseluruhan dapat digunakan karena data yang disampaikan oleh responden lengkap. Responden diminta untuk mengisi identitas pribadi yang meliputi umur, jenis kelamin, pangkat dan pendidikan terakhir. Profil dari 35 responden dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 5.3. Tabel 5.3 Profil Responden Jumlah
Prosentase
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
Data
20 15 35
57,14% 42,86% 100%
Pendidikan Terakhir S2 S1 D3 SMA Jumlah
6 22 2 5 35
17,14% 62,86% 5,71% 14,29% 100%
Umur 30-39 40-49 ≥50 Jumlah
10 15 10 35
28,57% 42,86% 28,57% 100%
Jabatan Irban JFA JFP2UPD Staf Jumlah
4 10 10 11 35
11,43% 28,57% 28,57% 31,43% 100%
Sumber : data diolah, 2015
Berdasarkan profil responden, sampel penelitian ini dipertimbangkan cukup representatif karena anggota sampel memiliki karakteristik demografi beragam, baik dari gender, tingkat pendidikan, umur, dan jabatan.
42
5.2.1 Jenis kelamin responden Jenis kelamin responden digunakan sebagai acuan untuk mengetahui keterlibatan gender dari responden dalam pelaksanaan pemeriksaan. Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu 20 responden (57,14%), sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 15 responden (42,86%). 5.2.2 Pendidikan terakhir responden Tingkat pendidikan responden dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui
intelektualitas
yang dimiliki. Tingkat pendidikan dapat
menggambarkan pola pikir yang dimiliki oleh responden. Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan magister (S2) sebanyak 6 responden (17,14%), responden yang berpendidikan sarjana (S1) sebanyak 22 responden (62,86%), responden yang berpendidikan diploma (D3) sebanyak 2 responden (5,71%), dan responden yang berpendidikan SMA sebanyak 5 responden (14,29%). 5.2.3 Umur responden Umur responden menggambarkan tingkat kedewasaan sehingga dapat memengaruhi kinerja instansi. Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat responden yang memiliki umur antara 30-39 tahun 10 responden (28,57%). Responden yang memiliki umur antara 40-49 tahun 15 responden (42,86%). Responden yang memiliki umur diatas 50 tahun 10 responden (28,57%).
43
5.2.4 Jabatan responden Jabatan responden menggambarkan pernah tidaknya responden mengikuti diklat fungsional, yang menunjukkan adanya tambahan pengetahuan responden di bidang pemeriksaan laporan keuangan SKPD. Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat responden yang menjabat sebagai Irban sebanyak 4 responden (11,43%). Responden yang menjabat sebagai JFA sebanyak 10 responden (28,57%). Responden yang menjabat sebagai JFP2UPD sebanyak 10 responden (28,57%). Responden sebagai staf sebanyak 11 responden (31,43%). 5.3 Uji Instrumen Penelitian Uji instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reabilitas. Uji validitas bertujuan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Validitas kuesioner diuji dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut sehingga diperoleh nilai Pearson Correlation. Kuesioner dianggap valid jika koefisien korelasi antar skor adalah positif dan bernilai > 0,3 (Sugiyono, 2012). Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan nilai Alpha Cronbach untuk mengukur derajat kehandalan masing-masing variabel. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach (Ghozali, 2012). Hasil uji validitas dan reliabilitas disajikan pada Tabel 5.4.
> 0.6
44
Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas Koefisien korelasi (r) Pengawasan X1.1 0,838 pimpinan (X1) X1.2 0,739 X1.3 0,842 X1.4 0,770 X1.5 0,767 Disiplin Pegawai X2.1 0,869 (X2) X2.2 0,822 X2.3 0,750 X2.4 0,858 X2.5 0,826 X2.6 0,844 X2.7 0,809 X2.8 0,773 Kompetensi X3.1 0,771 Pegawai (X3) X3.2 0,844 X3.3 0,592 X3.4 0,728 X3.5 0,833 X3.6 0,884 X3.7 0,853 X3.8 0,711 X3.9 0,917 Sumber : data diolah (lampiran 4-5), 2015 Variabel
Indikator
Nilai Signifikansi 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Uji Reliabilitas Cronbach’s Alpha 0,847
0,930
0,928
5.4 Analisis Data Analisis data akan membahas pengujian asumsi klasik dan analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji asumsi klasik dan analisis data akan disajikan juga dalam bentuk tabel. 5.4.1.Pengujian Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian supaya hasilnya BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Model persamaan regresi sebelum dianalisis dengan teknik regresi harus dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Uji asumsi klasik yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah uji
45
normalitas, multikolinearitas dan heterokedastisitas. Uji autokorelasi tidak dilakukan dalam penelitian ini karena data yang digunakan tidak menggunakan data time series. Data yang digunakan adalah data yang diambil satu periode saja. 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi nilai residual terdistribusi normal. Model regresi yang baik memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Data terdistribusi normal jika residualnya lebih besar dari 0,05. Hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Persamaan
Y= -13,366+1,167X1+0,429X2+0,443X3+ε
KolmogrovSmirnov Z 0,983
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,288
Sumber : data diolah (lampiran 9), 2015
Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) pada dua model persamaan regresi mempunyai nilai lebih besar dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi telah memenuhi asumsi normalitas data. 2) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2013:105). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Multikolinearitas terjadi jika nilai Tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10. Hasil uji heterokedastisitas disajikan pada Tabel 5.6.
46
Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Pengawasan pimpinan Disiplin pegawai Kompetensi pegawai Sumber : data diolah (lampiran 10), 2015
Tolerance 0,974 0,979 0,956
VIF 1,027 1,022 1,046
Table 5.6 menunjukkan bahwa nilai tolerance tidak ada yang lebih kecil dari 0,10 berarti tidak terdapat kolerasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95 persen. Nilai VIF jauh lebih kecil dari 10, berarti tidak ada kolerasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95 persen. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variable independen dalam model regresi. 3) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013:139). Model regresi yang baik adalah jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan model regresi terbebas dari masalah heteroskedastisitas adalah uji Glejser. Hasil uji heterokedastisitas disajikan pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Hasil Uji Heterokedastisitas Variabel Y= -13,366+1,167X1+0,429X2+0,443X3+ε
Sumber : data diolah (lampiran 11), 2015
t
Sig
0,630 -0,067 -1,868
0,533 0,947 0,071
47
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang berpengaruh signifikan pada variabel terikatnya yaitu Absolut Residual (Absres). Ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi thitung yang kesemuanya lebih besar dari alpha (α = 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa pada kedua model regresi tidak ditemukan gejala heterokedastisitas. 5.4.2 Analisis Regresi Berganda Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis regresi linier berganda disajikan pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel
Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) -13,366 7,805 X1 1,167 0,265 X2 0,429 0,144 X3 0,443 0,128 F 16,231 Sig. F 0,000 R Square 0,611 Adjusted R Square 0,573 Sumber: data diolah (lampiran 12), 2015
Adjusted R
Standardized Coefficients Beta 0,501 0,337 0,396
t
Sig.
-1,712 4,411 2,980 3,457
0,097 0,000 0,006 0,002
square digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Tidak seperti nilai R2, nilai adjusted R square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambah kedalam model. Penambahan atau pengurangan jumlah variabel independen dapat menyebabkan kenaikan atau penurunan nilai error, sehingga nilai R2 harus disesuaikan (adjusted). Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Adjusted R square sebesar 0,573 yang berarti 57,30 persen variabel terikat kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh variabel bebas
48
pengawasan pimpinan, disiplin pegawai dan kompetensi pegawai, sedangkan sisanya 42,70 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan. Uji F menghasilkan nilai Fhitung sebesar 16,231 dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan α = 0,05 (α = 5 persen). Dengan demikian, model penelitian yang digunakan layak dan pembuktian hipotesis dapat dilanjutkan. Uji statistik t pada model regresi menunjukkan pengaruh secara parsial variabel pengawasan pimpinan, disiplin dan kompetensi pegawai pada kinerja pegawai, sehingga dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Y= -13,366+1,167X1+0,429X2+0,443X3+ε Konstanta bernilai -13,366 (negatif) berarti
ketika ketiga variabel
independen yang diteliti tidak ada, kinerja pegawai Inspektorat bernilai sebesar 13,366 dibawah nilai standar minimal kinerja yang ditetapkan. Koefisien regresi variabel independen (X1) bernilai 1,167 (positif) dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan (0,05) mengindikasikan bahwa pengawasan pimpinan memiliki pengaruh positif pada kinerja pegawai. Hal ini juga didukung oleh rata-rata jawaban responden untuk pengawasan pimpinan menunjukkan nilai cukup baik (setuju). Hal ini juga menunjukkan ketika pimpinan telah melakukan pengawasan dengan baik maka kinerja pegawai akan semakin meningkat. Penelitian ini berhasil membuktikan hipotesis 1 yang menyatakan bahwa pengawasan pimpinan berpengaruh positif pada kinerja pegawai. Koefisien regresi variabel independen (X2) bernilai 0,429 (positif) dengan signifikansi 0,006 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan (0,05)
49
mengindikasikan bahwa disiplin pegawai memiliki pengaruh positif pada kinerja pegawai. Hal ini juga didukung oleh rata-rata jawaban responden untuk disiplin pegawai menunjukkan nilai cukup baik (setuju). Hal ini menunjukkan semakin disiplin pegawai maka kinerja pegawai akan semakin meningkat. Penelitian ini berhasil membuktikan hipotesis 2 yang menyatakan bahwa disiplin pegawai berpengaruh positif pada kinerja pegawai. Koefisien regresi variabel independen (X3) bernilai 0,443 (positif) dengan signifikansi 0,002 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan (0,05) mengindikasikan bahwa kompetensi pegawai memiliki pengaruh positif pada kinerja pegawai. Hal ini juga didukung oleh rata-rata jawaban responden untuk kompetensi pegawai menunjukkan nilai cukup baik (setuju). Hal ini menunjukkan semakin meningkat kompetensi pegawai maka kinerja pegawai akan semakin meningkat. Penelitian ini berhasil membuktikan hipotesis 2 yang menyatakan bahwa kompetensi pegawai berpengaruh positif pada kinerja pegawai. 5.5 Pembahasan Pembahasan akan menyajikan pengaruh pengawasan pimpinan , disiplin dan kompetensi pegawai pada kinerja pegawai. 5.5.1 Pengaruh Pengawasan Pimpinan Pada Kinerja Pegawai Penelitian ini menguji pengaruh pengawasan pimpinan pada kinerja pegawai pada Inspektorat Kabupaten Tabanan. Pengawasan pimpinan merupakan suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Hipotesis pertama dalam penelitian ini yang menyatakan
50
pengawasan pimpinan berpengaruh positif pada kinerja pegawai dapat diterima. Hal ini berarti bahwa ketika pimpinan telah melakukan pengawasan dengan baik maka kinerja pegawai akan meningkat. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Brahmasari (2008), Suprayetno (2008), dan Karya (2011) yang menyatakan pengawasan pimpinan berpengaruh positif pada kinerja pegawai. 5.5.2 Pengaruh Disiplin Pegawai Pada Kinerja Pegawai Hipotesis kedua menyatakan disiplin pegawai berpengaruh positif pada kinerja pegawai. Disiplin pegawai merupakan suatu sikap yang akan terkait pada tatalaku dan perilaku kerja sehari-hari mulai dari masuk kerja, melaksanakan tugas sampai dengan meninggalkan kantor. Hipotesis kedua dalam penelitian ini yang menyatakan disiplin pegawai berpengaruh positif pada kinerja pegawai dapat diterima. Hal ini berarti bahwa semakin disiplin pegawai dalam melaksanakan tugas maka kinerja pegawai akan meningkat. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Markus (1998), M Sani(2004), dan Reza (2010) yang menyatakan disiplin pegawai berpengaruh positif pada kinerja pegawai. 5.5.3 Pengaruh Kompetensi Pegawai Pada Kierja Pegawai Hipotesis ketiga menyatakan kompetensi pegawai berpengaruh positif pada kinerja pegawai. Kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar yang memiliki hubungan kausal. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang menyatakan kompetensi pegawai berpengaruh positif pada kinerja pegawai dapat
51
diterima. Hal ini berarti bahwa peningkatan kompetensi pegawai akan dapat meningkatkan kinerja pegawai. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Togatorop (2011), Manik (2010), Adiputra (2014), dan Ariani (2015) yang menyatakan kompetensi pegawai berpengaruh positif pada kinerja pegawai.