18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di kawasan pesisir Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi kegiatan penelitian ditunjukkan pada Gambar 3. Waktu penelitian bulan September 2012 sampai Desember 2012. Peta Lokasi Penelitian
IV III
I
II
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: DKP Provinsi Gorontalo, 2012)
19
B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 sedangkan gambar alat dapat dilihat pada Lampiran 4.
No. 1. 2. 3.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam Penelitian Nama Alat Spesifikasi Jumlah Kegunaan GPS (Global Garmin Menentukan titik koordinat 1 unit Positioning System) etrex 30 pengamatan Refraktometer Atago 1 unit Mengukur salinitas air DO meter Lutron 5510 1 unit Mengukur suhu air
4. Lakmus
Indicator trips
5. Tabung Erlenmeyer
Merck KGaA
4 trips Mengukur pH tanah 1 unit Wadah untuk sampel tanah
6. pH meter
pHep
1 unit
Mengukur pH air
7. Tali Rafia
CWS
1 bal
Pembatas area transek
8. Pisau
-
9. ATM
HVS – 2B
10. Roll meter
Xin exten
11. Kamera
Samsung tab Panduan pengenalan mangrove di Indeonesia
12. Buku Identifikasi
1 buah Memotong sampel vegetasi 1 unit Sebagai alat tulis menulis 1 buah Mengukur jarak 1 unit Alat dokumentasi 1 buah
Alat bantu identifikasi vegetasi
Bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 sedangkan gambar bahan dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam Penelitian No. Nama Bahan 1. Jenis mangrove
Kegunaan Komponen yang diteliti
2.
Sampel air
Komponen parameter pendukung
3.
Aquades
Komponen pencampur substrat dan membersihkan alat
4.
Tissue
Membersihkan alat
20
C. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei, dimana untuk mengetahui struktur vegetasi mangrove, digunakan metode kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak. Titik stasiun ditentukan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Penentuan stasiun berdasarkan aspek keterwakilan mangrove dilihat dari posisi Pulau Dudepo (bagian utara, selatan, timur, dan barat). Penentuan petak transek dilakukan secara acak (Random Sampling).
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam kegiatan penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan secara
langsung di lokasi penelitian yakni dengan cara mengidentifikasi jenis mangrove di Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara. Data primer yang dikumpulkan meliputi: nama spesies (lokal dan ilmiah), jumlah individu, diameter batang, jumlah tingkat permudaan (semai, pancang dan pohon), serta pengukuran parameter lingkungan yang mendukung mangrove yang meliputi: pengukuran suhu, salinitas, pH air, pH tanah, dan pengamatan substrat secara visual. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data dan informasi tidak langsung yang diperoleh dari laporan penelitian dari dinas/instansi maupun sumber lainnya mengenai kondisi umum kawasan Pulau Dudepo yang mendukung pelaksanaan
21
kegiatan penelitian. Data tentang kondisi umum kawasan Pulau Dudepo meliputi: sejarah kawasan, luas dan letak, serta vegetasi setempat.
E. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Berikut ini beberapa tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Persiapan Tahap pertama yang dilakukan meliputi konsultasi, pengumpulan
referensi, dan persiapan alat yang digunakan dalam penelitian serta teknik dan metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian. 2.
Penentuan Stasiun Penelitian Penentuan stasiun dilakukan pada lokasi penelitian dan dipusatkan di
bagian dalam ekosistem mangrove yang memiliki luas mangrove sekitar ± 28 Ha. Metode yang digunakan untuk mengetahui vegetasi mangrove adalah metode kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak, dengan panjang maksimum yaitu 300 meter. Penarikan jalur dilakukan sejajar garis pantai. (Onrizal & Kusmana, 2005 dalam Onrizal, 2008). Stasiun pengamatan dibagi berdasarkan aspek keterwakilan posisi pulau, dimana diambil sebanyak 4 stasiun, masing-masing stasiun mewakili bagian utara, timur, selatan, dan barat. Tiap stasiun terdiri dari 1 jalur dan 3 petak transek yang merupakan ulangan, dan jarak antar petak transek yakni 50 meter, sementara jarak garis pantai ke arah jalur yaitu 20 meter. Gambar 4 merupakan contoh desain kombinasi metode jalur dan metode garis berpetak yang dilakukan pada lokasi penelitian.
22
50 m
A C B
20m
C
B B
C
A
Arah Jalur 300 m
C
A
A
Garis pantai A: Petak untuk pengamatan semai (1 m x 1 m) B: Petak untuk pengamatan pancang (5 m x 5 m) C: Petak untuk pengamatan pohon (10 m x 10 m) Gambar 4. Contoh Desain Kombinasi Metode Jalur dan Metode Garis Berpetak 3.
Pengambilan Contoh Vegetasi Mangrove Pengambilan contoh untuk analisis vegetasi dilakukan didalam transek
garis berpetak. Mengidentifikasi jenis mangrove yang ditentukan pada petak transek tersebut dan dibuat petak-petak contoh menurut kriteria tingkat tegakan : a)
Semai yaitu permudahan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m.
b) Pancang yaitu Permudahan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan yang berdiameter kurang dari 10 cm. c)
Pohon yaitu pohon dewasa yang memiliki tinggi lebih dari 1,5 m dengan diameter 10 cm atau lebih. Khusus untuk mangrove permudaan pohon diukur pada ketinggian 20 cm
diatas akar tunjang (Rhizophora sp) dan ketinggian 10 cm diatas akar tunjang untuk jenis non Rhizophora sp. Bagi pohon-pohon yang tidak berakar tunjang, pengukuran diameter pohon dilakukan pada ketinggian 1,3 m diatas permukaan
23
tanah (Setyobudiandi, dkk, 2009). Pada analisis vegetasi, data yang diamati pada setiap petak transek yaitu nama jenis, jumlah jenis, jumlah individu per jenis dan diameter pohon. Mengidentifikasi sampel yang diperoleh pada saat penelitian. Identifikasi spesies dilakukan dilapangan dengan menggunakan buku identifikasi (Noor, dkk, 2006). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Microsotf Office Excel. Tahapan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6. 4.
Pengukuran Parameter Perairan Parameter perairan yang diukur dan diamati meliputi pH tanah, salinitas,
suhu, pH air, dan tipe substrat. Setiap parameter diukur pada masing-masing stasiun. Adapun cara pengukuran parameter perairan adalah sebagai berikut dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 7. a). Suhu Pengukuran suhu yang dilakukan dengan menggunakan alat DO meter lutron 5510. Alat ini dapat mengukur DO dan suhu. Caranya menurunkan alat pengukur suhu pada perairan yang akan diamati. Menunggu beberapa menit hingga skala yang ada pada alat berhenti. Melihat skala yang ada pada alat dan mencatat hasilnya. b). Salinitas Pengukuran salinitas menggunakan refraktometer. Mengambil sampel air beberapa tetes dan diletakkan pada kaca refraktometer, kemudian ditutup. Alat ini kemudian diarahkan pada cahaya yang tidak langsung dengan sinar matahari, sehingga dapat dilihat nilai konsentrasi kadar garam pada alat tersebut. Skala pengukuran dengan menggunakan satuan ppm.
24
c). pH air Pengamatan pH air dilakukan dilapangan dengan alat pH meter skala 0-14. Alat ini dicelupkan pada perairan kemudian melihat skala yang ada pada alat dan mencatat hasilnya. d). pH tanah Pengamatan pH tanah dilakukan dilapangan mengunakan lakmus. Mengambil sampel tanah sebanyak 25 ml dan ditambahkan aquades sebanyak 25 ml menggunakan tabung reaksi, kemudian dikocok hingga merata dan disalin dalam tabung erlenmeyer. Selanjutnya kertas lakmus dicelupkan dalam sampel untuk melihat tingkat kandungan asam-basa perairan (Fahmid, 2007). e). Substrat Pengamatan substrat dilakukan secara visual dengan cara mengambil substrat dan merabanya dengan tangan. Tipe substrat digolongkan sebagai pasir, lumpur, lumpur berpasir, atau campurannya.
F. Analisis Data Analisis data yang digunakan yakni menghitung kerapatan, frekuensi, dominansi dan indeks nilai penting masing-masing jenis vegetasi mangrove. Hasil perhitungan yang diperoleh tersebut digunakan untuk mengetahui vegetasi mangrove di Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara.
25
Gambaran vegetasi mangrove diolah dan dianalisis dengan cara menghitung nilai Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Dominansi (D), Dominansi Relatif (DR), dan Indeks Nilai Penting (INP) (Kusmana, 1997 dalam Onrizal, 2008). 1. Kerapatan jenis a. Kerapatan suatu jenis (K) (Ind/Ha) dihitung sesuai persamaan: ∑
b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR) (%) dihitung sesuai persamaan: x 100% 2. Frekuensi a.
Frekuensi suatu jenis (F) dihitung sesuai persamaan: ∑ ∑
b.
Frekuensi relatif suatu jenis (FR) (%) dihitung sesuai persamaan: x 100%
3. Luas Bidang Dasar Luas Bidang dasar (LBDS) = ⁄ π d2 Dimana : LBDS = Luas bidang dasar π
= Konstanta (3,14)
d
= Diameter pohon
26
4. Dominansi Pengukuran dominansi ini dilakukan untuk mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) kategori pohon. a. Dominansi suatu jenis (D) (m2/Ha). D hanya dihitung untuk kategori pohon sesuai persamaan:
b. Dominansi relatif suatu jenis (DR) (%). DR hanya dihitung untuk kategori pohon sesuai persamaan:
5. Indeks Nilai Penting (INP) Indeks Nilai Penting (INP) (%) dihitung sesuai persamaan berikut: INP = KR + FR + DR (untuk tingkat pohon) INP = KR + FR (untuk tingkat semai dan pancang) Indeks Nilai Penting berguna untuk menentukan seberapa besar peranan atau pengaruh suatu jenis terhadap lingkungan sekitarnya. Semakin banyak jumlah vegetasi yang ditemukan, semakin tinggi frekuensi ditemukannya, semakin besar diameter batang yang dimilikinya tentu akan memperbesar nilai dari INP tersebut. INP kategori pohon memiliki kisaran sebesar 0-300%, sedangkan INP kategori pancang dan semai sebesar 0-200%, jika semakin sedikit jenis yang ditemukan pada suatu kawasan, maka akan semakin besar nilai INP dari vegetasinya.