PETA
824 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
30
PROVINSI GORONTALO
A. UMUM 1. Dasar Hukum Provinsi Gorontalo terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 38 tahun 2000, tertanggal 22 Desember 2000, dengan ibukota Gorontalo. 2. Lambang Provinsi Lambang Daerah Provinsi Gorontalo pada bagian luar berbentuk perisai atau jantung yang memberi makna kesetiaan sebagai pelindung kehidupan rakyat Gorontalo Lambang Daerah Provinsi Gorontalo pada bagian dalam berbentuk bulat lonjong atau bulat telur yang memberi makna adanya gagasan, ide atau cita-cita yang indah, yang kelak menetas menjadi sesuatu kesejahteraan hidup rakyat Gorontalo. Lambang Daerah Provinsi Gorontalo dengan bentuk dalam yang menampakkan keserasian formasi gambar yang terdiri dari warna putih di tengah dan diikuti oleh posisi padi - bintang, kapas - rantai memberi makna adanya keteraturan adat, agama, hukum dalam semua pola kehidupan masyarakat. Lambang Daerah Provinsi Gorontalo dapat dibuat dalam berbagai ukuran sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dimana lambang tersebut ditempatkan Lambang Daerah Provinsi Gorontalo memiliki nuansa global : a. Warna biru keunguan adalah warna yang memberi makna tenang, setia dan selalu ingin mempertahankan kebenaran dan harapan masa depan yang cerah. b. model pohon kelapa yang melengkung memberi makna gerak dinamis dan tidak diam tetapi selalu berbuat untuk masa depan. c. Sayap maleo yang mengembang memberi makna dinamika siap untuk tinggal landas dan siap bersaing. d. Buku yang terbuka melambangkan keinginan masyarakat untuk untuk siap meraih prestasi dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Iman dan Taqwa secara terus menerus. e. Bintang mengandung makna global jika dikaitkan dengan cita-cita yang tinggi yaitu "Gantungkan cita-cita setinggi bintang di langit". f. Pita mempunyai makna keinginan masyrakat Gorontalo untuk menyerap, merekam dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Lambang Daerah Gorontalo memiliki nuansa Nasional : a. Padi dan Kapas yang mengandung makna kemakmuran dan kesejahteraan seperti pada Pancasila. b. Rantai mempunyai makna adanya pengakuan persatuan dan kesatuan dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika. Lambang daerah Gorontalo memiliki nuansa lokal : 826 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
a. Bintang adalah lambang keagamaan, sehingga selaras dengan filosofi "Adat bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah". b. Benteng. c. Rantai mempunyai makna adanya pengakuan persatuan dan kesatuan dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika Pemaknaan warna dan simbol-simbol lainnya dalam lambang : a. Simbol rantai yang memberi makna pada peristiwa patriotik b. Rantai yang berjumlah 23 butir melambangkan tanggal 23 Januari. c. Kapas yang berjumlah 19 buah dan padi berjumlah 42 butir melambangkan tahun 1942. d. Sayap maleo yang berjumlah 16 helai melambangkan lahirnya Provinsi Gorontalo pada tanggal 16 Februari 2000 Warna : a. Hijau mempunyai makna kesuburan b. Kuning Mempunyai makna keagungan dan Kemuliaan. c. Putih bermakna Kesucian dan Keluhuran. d. Merah mempunyai makna keberanian dan perjuangan
3. Pemerintahan Provinsi Gorontalo terdiri dari .. Pemerintahan Kabupaten dan ... Pemerintahan Kota. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada daftar dibawah ini : Kabupaten/Kota Kabupaten Boalemo Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo Utara Kabupaten Pohuwato Kota Gorontalo[3] -
Ibukota Tilamuta Suwawa Limboto Kwandang Marisa
Dasar Hukum UU No.50 Tahun 1999 UU No.6 Tahun 2003 UU No.29 Tahun 1959 UU No.11 Tahun 2007 UU No.6 Tahun 2003 UU No.38 Tahun 2000
Luas(km2) 2.248,24 18 1.984,40 16, 3.426,98 28 1.230,07 10 4.491,03 36 64,79
4. Letak Geografis dan Batas Wilayah Gorontalo sebagai provinsi yang ke 32 secara geografis terletak diantara 0º, 30′ – 1º,0′ lintang utara dan 121º,0′ – 123º,30′ Bujur Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut : • sebelah Utara : Laut Sulawesi, • sebelah Timur : Provinsi Sulut , • sebelah Selatan : Teluk Tomini, dan • sebelah Barat : Provinsi Sulteng. 5. Komposisi Penganut Agama • Islam = 95% • Kristen = 1,5% • Hindu = 1,5% • Budha = 0,03% 6. Bahasa dan Suku Bangsa Bahasa : • Bahasa Gorontalo • Bahasa Suwama • Bahasa Atinggola • Bahasa sehari-hari : bahasa Indonesia 827 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
Suku Bangsa : • Suku gorontalo • Suku Minahasa • Suku Polahi 7. Budaya a. Lagu Daerah b. Tarian Tradisional c. Senjata Tradisional d. Rumah Tradisional e. Alat Musik tradisional f. Makanan khas daerah
: Binde biluhuta, Tahuli, Mohulunga : Tari Polopalo, tari Dana dana : Keris Buritkang : Rumah Pewaris : Gendang : Binte Biluhuta,Ilabulo
8. Bandara dan Pelabuhan Laut Bandara = Jalaludin Pelabuhan Laut = pelabuhan Gorontalo 9. Universitas = Universitas Negeri Gorontalo, 10. Industri dan Pertambangan = emas, tembaga
828 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
B. OBYEK WISATA 1. Obyek Wisata Alam a. Pemandian Air Panas Lombongo
Sumber Gambar : http://novinda-baruadi.ueuo.com
Pemandian Air Panas Lombongo atau Lombongo Hot Springs merupakan salah satu obyek wisata alam andalan Provinsi Gorontalo yang diresmikan oleh Bupati Gorontalo, Drs. P.P. Keppel pada tanggal 6 April 1989. Secara keseluruhan, kawasan obyek wisata ini memiliki luas sekitar 32 ha. Di kawasan ini terdapat dua macam kolam renang, yaitu kolam air panas dan kolam air dingin. Kolam renang yang berisi air panas ini memiliki ukuran sekitar 500 m2 dengan
kedalaman 1 hingga 2 meter. Di sekitar pemandian ini terdapat aliran sungai serta berbagai jenis pepohonan yang menyejukkan dan menyegarkan, sehingga tempat ini sangat cocok untuk menghilangkan kepenatan setelah sibuk bekerja. Pemandian Air Panas Lombogo memiliki keunikan yang sangat menakjubkan. Air yang keluar dari mata air di sela-sela bebatuan itu dapat digunakan untuk merebus telur hingga matang. Bahkan, air tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit. Di samping itu, pengunjung dapat menikmati kehangatan air kolam renang sambil menyaksikan berbagai atraksi kesenian yang sering dipentaskan di tempat ini. Pemandian Air Panas Lombongo terletak di Desa Lombongo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango. b. Pentadio Resort Pentandio Resort adalah salah satu obyek wisata andalan Provinsi Gorontalo. Kata Pentadio diambil dari bahasa Gorontalo yang berarti pantai-danau, sedangkan kata Resort diambil dari bahasa Inggris yang berarti tempat istirahat. Dinamakan Pentadio, karena Resort ini berada di pinggir Danau Limboto yang indah dan mempesona itu. Pada awalnya, obyek wisata seluas 14 hektar ini telah diresmikan oleh pemerintah Belanda sejak tahun 1928, yang ditandai dengan sebuah batu peringatan di sekitar pemandian air panas di kawasan obyek wisata ini. Sejak itu, masyarakat setempat menjadikan tempat ini sebagai sarana rekreasi dan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sumber Gambar : http://3.bp.blogspot.com
Melihat obyek wisata ini semakin ramai dikunjungi para wisatawan, baik lokal maupun manca negara pada tahun 2003, Pemerintah Daerah Gorontalo merenovasi 829 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
dan melengkapi obyek wisata ini dengan berbagai macam fasilitas penunjang yang dapat memanjakan para pengunjung. Pembangunan obyek wisata ini dan berbagai fasilitasnya menghabiskan biaya sekitar 15 miliar rupiah yang diambil dari APBD Kabupaten Gorontalo. Pada tanggal 25 Februari 2004, obyek wisata ini diresmikan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) saat itu, Jusuf Kalla. Di kawasan Pentadio Resort ini para pengunjung dapat menyaksikan semburan mata air panas yang mengandung belerang yang dapat digunakan untuk merebus telur hingga matang. Para Pengunjung juga dapat menikmati siraman air dari sumber mata air yang cukup hangat yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kulit. Di samping itu, kawasan ini juga dilengkapi berbagai macam fasilitas yang bertaraf internasional dan dikelola secara profesional, sehingga para pengunjung dapat melakukan aktivitas santai lainnya dengan nyaman, seperti mandi uap, mandi celup, berenang di kolam renang air panas atau di kolam renang air dingin, memancing, dan bersepeda air. Bagi pengunjung yang ingin menyalurkan hobi menyanyi, di lokasi ini juga tersedia pub dan karaoke. Pentadio Resort terletak di Desa Gorontalo.
Pentadio, Kecamatan Telagabiru, Kabupaten
c. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) pada mulanya bernama Taman Nasional Dumoga Bone. Pada tanggal 18 November 1992, nama tersebut diganti dan ditetapkan oleh Menteri Kehutanan menjadi “Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW)” dengan SK No. 1068/Kpts-II/92 seluas ± 287.115 hektar. Secara topografi, kawasan TNBNW terdiri dari tanah datar, bergelombang, berbukit terjal, dan kawasan Sumber Gambar : pegunungan dengan ketinggian antara 50 hingga 2.000 http://www.dephut.go.id meter di atas permukaan laut (dpl). Puncak gunung yang tergolong tinggi di antaranya: Gunung Kabila (1.735 m dpl), Gunung Padang (1.300 m dpl) di Dumoga, Gunung Gambuta (1.954 m dpl), Gunung Ali (1.945 m dpl), dan Gunung Damar di Bone. Dengan ketinggian yang bervariasi tersebut, kawasan ini memiliki beberapa tipe hutan, yaitu: hutan sekunder, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan pegunungan, dan hutan lumut. Sebagai zona rimba, di kawasan ini terdapat berbagai jenis flora dan fauna. Jenis flora yang dapat ditemukan, di antaranya: sekitar 400 jenis pohon, 241 jenis tumbuhan tinggi, 120 jenis paku-pakuan, 100 jenis tumbuhan lumut, serta 90 jenis anggrek, termasuk famili orrchide (anggrek putih). Sementara jenis fauna, di antaranya: 24 jenis mamalia, 125 jenis aves, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 38 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan. Secara umum, curah hujan di kawasan TNBNW berkisar antara 1.700 hingga 2.200 mm/tahun dan temperatur udara berkisar antara 21,5oC hingga 31oC. Di kawasan terjadi musim penghujan antara bulan November hingga April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan April hingga November. Waktu baik untuk berkunjung ke kawasan ini, yaitu bulan April s/d September. Keistimewaan TNBNW ini terletak pada keanekaragaman tumbuhan (flora) dan satwa (fauna) yang sebagian besar merupakan tumbuhan dan satwa khas (endemik) Pulau 830 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
Sulawesi. Di kawasan ini, pengunjung dapat menemukan berbagai macam tumbuhan khas dan langka, seperti: matayangan (pholidocarpus ihur), kayu hitam (diospyros celebica), kayu besi (intsia spp.), kayu kuning (arcangelisia flava), dan bunga bangkai (amorphophallus companulatus). Pengunjung juga dapat menemukan satwa khas, seperti: monyet hitam/yaki (macaca nigra-nigra), monyet dumoga bone (macaca nigrescens), tangkasi (tarsius spectrum-spectrum), musang Sulawesi (macrogalidia musschenbroekii-musschenbroekii), anoa besar (bubalus depressicornis), anoa kecil (bubalus quarlesi), babirusa (babyrousa babirussa celebensis), dan berbagai jenis burung. Burung maleo (macrocephalon) adalah salah satu satwa khas (endemik) yang merupakan maskot kawasan ini. Burung ini sangat unik, ukuran badannya hampir sama dengan ayam, bahkan telurnya 6 kali lebih berat telur ayam. Burung ini meletakkan telurnya di dalam tanah atau pasir sedalam 30-40 cm di sekitar sumber air panas yang ada di kasawan ini. Pada saat telur maleo tersebut menetas, pengunjung dapat menyaksikan atraksi yang sangat menarik. Anak burung maleo yang baru berumur satu hari tersebut muncul dari dalam tanah atau pasir kemudian berlari di alam bebas dan mengintip induknya yang sedang menggali lubang. Selain menyaksikan atraksi burung maleo, pengunjung juga dapat menikmati berbagai obyek wisata lain yang ada di kawasan ini, seperti: air terjun, sumber air panas, danau, dan situs peninggalan sejarah. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan atraksi budaya di luar taman nasional ini, yaitu Festival Baloong Mongondow pada bulan Maret dan Festival Gorontalo pada bulan Mei. Kawasan taman ini juga sangat cocok untuk kegiatan berkemah, memancing, berenang, lintas alam, mendaki gunung, foto hunting, dan penelitian ilmu pengetahuan. Secara administatif, TNBNW terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara dan di Kecamatan Suwawa dan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango. d. Danau Limboto Danau Limboto merupakan danau besar yang terletak di Kabupaten Gorontalo. Danau dengan luas sekitar 3.000 hektar ini merupakan muara dari lima sungai besar, yakni Sungai Bone Bolango, Sungai Alo, Sungai Daenaa, Sungai Bionga, dan Sungai Molalahu. Pada era 1950-an, Danau Limboto memiliki kedalaman hingga 27 m. Oleh sebab itu, ketika Presiden Soekarno datang mengunjungi Gorontalo dan sekitarnya dengan pesawat amphibi, Danau Limboto dijadikan landasan pesawat yang dikendarai oleh Bung Karno ini. Sumber Gambar : http://matanews.com
Namun, saat ini kedalaman Danau Limboto hanya sekitar 7—8 m saja. Kedalaman yang seperti ini menjadikan Danau Limboto tidak seperti danau biasanya yang berbentuk seperti kolam alami. Danau Limboto memiliki bentuk permukaan berlumpur. Meski demikian, di tengah-tengah danau ini, pengunjung dapat melihat berbagai flora air tawar yang tumbuh di permukaannya, seperti eceng gondok, gelagah, dan bunga teratai. Di danau ini, pengunjung dapat melakukan berbagai kegiatan, seperti memancing ataupun berperahu.
831 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
Pagi hari ataupun menjelang senja merupakan waktu paling baik untuk mengunjungi Danau Limboto. Pada waktu-waktu seperti ini, pengunjung dapat melihat permainan warna alam yang disebabkan matahari terbit ataupun tenggelam, yang semakin mempercantik pesona Danau Limboto. Sementara itu, pemandangan di sore hari akan semakin menawan dengan burung-burung liar yang beterbangan bebas di danau. Mereka merupakan burung-burung liar yang tengah pulang dari pengembaraannya. Kecantikan Danau Limboto akan semakin bertambah jika musim bunga telah tiba. Pada musim ini, eceng gondok dan gelagah akan berbunga, menebarkan bau wangi yang semerbak. Terlebih lagi jika bersamaan dengan merekahnya bunga-bunga teratai, sebagian permukaan Danau Limboto akan tertutupi bunga teratai yang indah. Jika lapar menyerang di tengah asyiknya menikmati pesona danau, pengunjung tidak perlu khawatir. Masyarakat nelayan sekitar danau ini menjual berbagai ikan bakar seperti nila, gabus, dan mujair, yang dapat disantap dengan sambal dabu-dabu. Ikanikan bakar hasil olahan nelayan setempat ini dijamin segar, karena merupakan ikan hasil tangkapan sendiri. Selain ikan, udang lembut (rebon) juga dapat menjadi alternatif menarik bagi para pengunjung yang ingin bersantap di tepi Danau Limboto. Biasanya oleh penduduk setempat, udang ini hanya dicuci bersih, kemudian dicampur dengan kelapa parut, air jeruk nipis, serta bumbu-bumbu lainnya. Campuran rasa gurih, manis, dan pedas, dari masakan ini akan mampu membuat lidah pengunjung bergoyang menikmati kelezatannya. Danau Limboto terletak di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo.
e. Pantai Lahilote Pantai Lahilote memiliki garis pantai melengkung yang menyerupai teluk. Dari salah satu ujung Pantai Lahilote, kita bisa menyaksikan lekuk-lekuk garis pantai yang dilatarbelakangi oleh perbukitan yang menghijau. Di tepi pantai wisatawan dapat duduk santai mengedarkan pandangan ke sekeliling, menyaksikan lidah-lidah ombak yang membuih menerpa pasir pantai. Arus ombak Pantai Lahilote tergolong kecil, sehingga aman untuk kegiatan berenang, snorkeling, maupun sekedar bermain air. Di pantai ini wisatawan juga dapat menikmati hamparan pasir putih yang cukup cocok untuk aktivitas bermain pasir, voli pantai, atau berjalan kaki menyusuri tepian pantai. Apabila berkunjung pada sore hari, jangan lupa untuk menyempatkan diri menyaksikan matahari terbenam (sunset) di pantai ini. Sebab, panorama sunset Pantai Lahilote termasuk salah satu sunset terindah di Gorontalo.
832 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
Selain berbagai panorama alam tersebut, tentu saja kunjungan Anda akan terasa kurang berkesan jika tidak menyaksikan bekas tapak kaki yang dipercaya sebagai peninggalan Lahilote. Dengan melihat batu bekas tapak kaki tersebut wisatawan dapat mengetahui dan memahami legenda lokal khas Gorontalo yang mengandung nilai moral usaha manusia untuk menggapai keinginannya memperistri seorang bidadari. Namun, pada akhirnya si Lahilote harus berpisah dan kembali ke bumi, karena kondrat mereka yang berbeda: bidadari tidak mengalami ketuaan (awet muda), sedangkan manusia mengalami ketuaan (ditandai dengan tumbuhnya uban). Pantai Lahilote terletak di Kelurahan Pohe, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. f.
Pulau Saronde Pulau Saronde dipromosikan sebagai salah satu potensi wisata Kabupaten Gorontalo Utara karena memiliki keindahan alam yang masih sangat alami. Perairan di sekitar Pulau Saronde dikenal bersih dan tidak tercemari oleh sampah-sampah industri, sehingga sangat layak untuk berbagai kegiatan air. Mengunjungi pulau ini, wisatawan tak perlu khawatir kehabisan agenda wisata, sebab di Pulau Saronde wisatawan Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com dapat melakukan berbagai aktivitas wisata, seperti berenang, berselancar, menyelam, snorkeling, dan ski air. Selain itu, pasir putih yang mengelilingi pulau ini terhampar bak permadani yang maha luas. Wisatawan dapat bermain-main atau sekadar berjalan santai menapaki hamparan pasir putih tersebut. Masyarakat di sekitar Pulau Saronde juga dikenal memiliki tradisi yang unik. Pada waktu-waktu tertentu, mereka sering mengadakan lomba adu cepat ketinting (perahu bermesin diesel) mengelilingi sebuah pulau di sekitar Pulau Saronde. Pada perlombaan ini, para pesertanya tidak hanya warga yang berasal dari pulau-pulau di sekitar Pulau Saronde, melainkan juga warga dari Kecamatan Kwandang lainnya, sehingga penyelenggaraannya lebih meriah. Dalam satu kali perlombaan, pesertanya berjumlah antara 5—6 perahu. Setelah beradu cepat mengelilingi sebuah pulau yang ditentukan, maka perahu yang lebih dulu mencapai garis finis dianggap sebagai pemenangnya. Waktu penyelenggaraan adu cepat perahu tradisional ini merupakan salah satu momen keramaian di Kecamatan Kwandang. Oleh sebab itu, di tengah-tengah penyelenggaraan lomba, wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat atau menikmati berbagai hiburan dan jajanan khas Gorontalo.
Mengelilingi Pulau Saronde dengan perahu ketinting Di Pulau Saronde sendiri setiap tahun diadakan sebuah festival budaya dengan nama Festival Saronde. Dalam festival yang diadakan setiap bulan Juli ini diadakan berbagai perlombaan, seperti lomba perahu hias tradisional, lomba adu cepat perahu ketinting, lari pantai sejauh 100 meter, lomba voli pantai, lomba memancing, kemah wisata remaja, pemilihan Puteri Saronde, pemilihan Beach Boys, dan berbagai pertunjukan hiburan lainnya. Perhelatan berbagai perlombaan dan pentas seni hiburan biasanya 833 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
diadakan selama dua hari. Waktu terbaik untuk mengunjungi Pulau Saronde adalah pada saat perhelatan Festival Saronde ini. Sebab, wisatawan dapat menikmati keindahan alam serta kekayaan budaya yang dimiliki oleh pulau ini. Secara administratif Pulau Saronde merupakan wilayah dari Desa Ponelo, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara.
2. Wisata Sejarah a. Benteng Otanaha Benteng Otanaha dibangun sekitar tahun 1522 M oleh Raja Ilato atas prakarsa para nahkoda kapal Portugis yang berlabuh di pelabuhan Gorontalo untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negeri dari serangan musuh. Benteng ini dibuat dari bahan-bahan berupa pasir, batu kapur dan telur burung maleo sebagai semen atau bahan perekatnya. Menurut cerita, Raja Ilato memiliki dua orang putri dan seorang putra, yaitu Ndoba, Tiliaya dan Naha. Ketika berusia remaja, Naha pergi merantau ke negeri seberang, sedangkan kedua saudara perempuannya tinggal di wilayah Kerajaan Gorontalo. Singkat cerita, tahun 1585, Naha kembali ke negerinya dan memperistri Ohihiya. Hasil perkawinan mereka melahirkan Paha (Pahu) dan Limonu. Suatu ketika, terjadi perang melawan pemimpin transmigran, Hemuto. Naha dan Paha tewas dalam perang tersebut. Limonu pun menuntut balas atas kematian ayah dan kakaknya. Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com
Dalam perang melawan Hemuto, Naha, Ohihiya, Paha, dan Limonu memanfaatkan ketiga benteng tersebut sebagai pusat kekuatan pertahanan. Untuk mengenang perjuangan mereka, ketiga benteng di atas diabadikan dengan nama benteng Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu. Namun, dalam perkembangannya, benteng ini lebih dikenal dengan nama Benteng Otanaha. Benteng Otanaha terletak di atas perbukitan Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo b. Makam Keramat Ju Panggola Ju Panggola adalah sebuah gelar atau julukan. Ju dalam bahasa Gorontalo berarti ya, sedangkan Panggola berarti tua. Jadi, Ju Panggola berarti ya pak tua. Menurut sejarah, orang yang dijuluki Ju Panggola itu adalah Ilato yang berarti kilat. Ia adalah seorang Awuliya atau Wali yang menyebarkan agama Islam di Gorontalo pada tahun 1400 M., dan memiliki kesaktian yang tinggi, yakni mampu manusia dan Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com menghilang dari pandangan 834 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
dapat muncul seketika jika Negeri Gorontalo dalam keadaan gawat. Ia dijuluki Ju Ponggala, karena ia selalu tampil atau muncul dengan profil kakek tua berjenggot panjang dan mengenakan jubah putih. Ju Panggola meninggalkan sebuah aliran ilmu bela diri yang disebut dengan langga. Semasa masih hidup, Ju Panggola mewariskan ilmunya kepada murid-muridnya dengan cara meneteskan air mata pada mata mereka. Setelah itu, sang murid akan menguasai ilmu bela diri tersebut melalui mimpi atau pun gerakan reflek. Makam Keramat Ju Panggola berada di atas perbukitan dengan ketinggian sekitar 50 meter dari jalan raya. Walaupun letaknya berada di atas bukit, setiap hari makam ini tidak pernah sepi dari pengunjung, baik lokal maupun mancanegara. Makam Ju Panggola terletak di Kelurahan Lekobalo, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo. c. Monumen Nani Wartabone Pernah mendengar Proklamasi Kemerdekaan tanggal 23 Januari 1942? Mungkin tidak, sebab Proklamasi Kemerdekaan Indonesia baru dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Siapa sangka, tiga tahun sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu, ribuan kilo jauhnya dari Jakarta, di Kota Gorontalo telah diproklamirkan kemerdekaan lepas dari belenggu penjajahan Belanda. Tentu Sumber Gambar : http://i666.photobucket.com bukan oleh Soekarno dan Hatta, melainkan oleh Nani Wartabone, seorang patriot pejuang kelahiran Kampung Suwawa, Gorontalo. Untuk mengenang jasa dan perjuangan Nani Wartabone itulah, pada tahun 1987 Drs. A. Nadjamudin, Walikota Gorontalo ketika itu, membangun Monumen Nani Wartabone yang terletak di tengah Alun-alun Gorontalo, tepat di depan rumah Dinas Gubernur Provinsi Gorontalo saat ini. Kisah perjuangan Nani Wartabone memang cukup panjang, membentang dari jaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, hingga penumpasan berbagai pemberontakan di daerah Gorontalo, seperti pemberontakan PRRI/Permesta dan G 30 S/PKI. Menurut Taufik Polapa (dalam www.gorontalomaju2020.blogspot.com), perjuangan Nani Wartabone dimulai sejak usia 16 tahun, ketika ia menjadi sekretaris Jong Gorontalo di Kota Surabaya pada tahun 1923. Lima tahun kemudian, Nani Wartabone dipercaya menjadi Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI). Sebagai aktivis, Nani Wartabone dikenal sebagai pejuang anti-penjajah. Oleh sebab itu, setelah mengetahui rencana Belanda yang akan membumihanguskan Gorontalo pada 28 Desember 1941 (karena Belanda mengetahui kekalahan pihak Sekutu dari Jepang pada perang AsiaPasifik), bersama warga Gorontalo Nani Wartabone kemudian melakukan perlawanan rakyat.
835 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
Setelah hampir satu bulan melakukan perlawanan di pinggiran kota, akhirnya pada 23 Januari 1942 Nani Wartabone dan rakyat Gorontalo bergerak mengepung kota. Pukul lima subuh, Komandan Detasemen Veld Politie WC Romer dan beberapa kepala jawatan yang ada di Gorontalo menyerah. Setelah para petinggi Belanda tersebut ditangkap, pukul 10 pagi tanggal 23 Januari 1942, Nani Wartabone memimpin langsung upacara pengibaran bendera merah putih yang diiringi dengan lagu Indonesia Raya di halaman Kantor Pos Gorontalo. Usai proklamasi tersebut, Nani Wartabone kemudian memimpin rapat pembentukan Pucuk Pimpinan Pemerintahan Gorontalo (PPPG), dan ia terpilih sebagai ketuanya. Sekitar satu bulan setelah proklamasi tersebut, pada tanggal 26 Februari 1942, Jepang mulai mendarat di Pelabuhan Gorontalo. Sebagai Ketua PPPG, Nani Wartabone menyambut baik kedatangan Jepang dengan harapan mereka akan membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan Gorontalo. Namun, pada kenyataannya Jepang tidak lebih baik dari Belanda, sehingga Nani Wartabone harus menyingkir ke kampung halamannya di daerah Suwawa. Nani Wartabone lalu difitnah, bahwa ia sedang melakukan pemberontakan terhadap Jepang. Akibatnya, pada tanggal 30 Desember 1943 ia ditangkap dan dibawa ke Manado. Nani Wartabone baru dilepaskan pada 6 Juni 1945, saat tanda-tanda kekalahan Jepang dari Sekutu mulai tampak. Dua bulan kemudian, saat Jepang benar-benar kalah dari Sekutu, pada tanggal 16 Agustus 1945 (sehari sebelum Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta), kekuasaan Jepang di Gorontalo diserahkan kepada Nani Wartabone. Sejak saat itulah bendera Merah Putih kembali berkibar di tanah Gorontalo. Karena minimnya peralatan telekomunikasi ketika itu, berita tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta baru sampai di Gorontalo pada 28 Agustus 1945. Selain sebagai pejuang kemerdekaan, Nani Wartabone juga dikenal sebagai pemimpin daerah, antara lain pada tahun 1950-an ia dipercaya menjabat sebagai Kepala Pemerintahan di Gorontalo, menjabat sebagai Kepala Daerah Sulawesi Utara, dan pernah pula menjadi anggota DPRD Sulawesi Utara. Selepas memangku berbagai jabatan penting itu, Nani Wartabone memilih tinggal di kampungnya, di Desa Suwawa sebagai petani. Nani Wartabone meninggal pada tanggal 3 Januari 1986, dan dikebumikan di Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa. Monumen Pahlawan Nani Wartabone terletak di Alun-alun Gorontalo, atau yang lebih dikenal dengan Lapangan Teruna Remaja, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.
836 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
3. Wisata Budaya a. Tradisi Tumbilotohe umbilotohe dalam bahasa Gorontalo terdiri dua suku kata, yaitu tumbilo berarti pasang, dan tohe berarti lampu. Jadi, Tumbilotohe berarti acara pasang lampu. Menurut sejarah, Tumbilotohe merupakan tradisi masyarakat Gorontalo masa lampau yang sudah berlangsung sejak abad ke-15 M. Tradisi ini dilaksanakan pada 3 malam terakhir menjelang hari Raya Idul Fitri, yaitu pada tanggal 27 hingga 30 Ramadhan, mulai magrib hingga pagi hari. Di masa lampau, pelaksanaan Tumbilotohe dimaksudkan untuk memudahkan umat Islam dalam memberikan zakat fitrah pada malam hari. Pada masa itu, lampu penerangan masih terbuat dari damar dan getah pohon yang mampu menyala dalam waktu lama. Oleh karena semakin berkurangnya damar, maka bahan lampu penerangan diganti dengan minyak kelapa (padalama) dan kemudian diganti dengan minyak tanah. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak warga Gorontalo mengganti lampu penerangannya dengan lampu kelap-kelip dalam berbagai warna. Namun, sebagian warga masih tetap menggunakan lampu minyak tanah sebagai penerangan. Lampulampu minyak tersebut digantung pada sebuah kerangka kayu yang dihiasi dengan janur kuning. Di atas kerangka itu juga digantung buah pisang sebagai lambang kesejahteraan, dan tebu sebagai lambang kemanisan, keramahan, serta kemuliaan menyambut hari raya Idul Fitri. Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga pendatang, terutama warga kota tetangga, seperti Manado, Palu, dan Makassar. Mereka sengaja berkunjung ke Gorontalo untuk menyaksikan tradisi Tumbilotohe.
837 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
4. Wisata Kuliner a. Binte Biluhuta Kekhasan makanan binte biluhuta terletak pada keragaman rasanya, ada rasa manis, kecut, pahit, dan pedas. Cara penyajiaannya pun berbeda dengan sup-sup lainnya. Pada saat masakan ini disajikan, bumbu-bumbu yang membuat rasanya berbeda, seperti cabe rawit penyebab rasa pedas, daun pepaya penyebab rasa pahit, dan jeruk nipis penyebab rasa kecut, diletakkan pada wadah yang terpisah. Tergantung selera masingmasing pelanggan mau memilih rasa apa. Jika anda penggemar rasa pedas, boleh menambahkan cabe rawit yang sudah ditumbuk kasar. Jika anda suka rasa pahit, iris daun pepaya tipis-tipis lalu campurkan ke dalam sup. Begitu pula jika anda ingin rasa kecut, tambahkan perasan jeruk nipis, sehingga anda akan merasakan kuahnya yang kecut segar berpadu dengan krius-krius manis jagung dan harum kemangi. Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com
Meskipun menggunakan bahan utama ikan, makanan khas Gorotalo ini tidak berbau atau terasa amis, karena bau amis tersebut tertutupi oleh rasa kecut, pahit atau pedas. Santaplah binte bilutuhe ini selagi masih panas.
838 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo