PETA
848 Kepariwisataan Papua
32
PROVINSI PAPUA
A. UMUM 1.
Dasar Hukum Provinsi Papua, yang dulunya bernama Irian Jaya terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 1969 tertanggal 10 September 1969. Pergantian nama Papua didasarkan pada Undangundang No. 21 Tahun 2001, dengan ibukota Jayapura.
2.
Lambang Provinsi Wadah Lambang Daerah berbentuk PERISAI BERPAJU LIMA adalah menggambarkan kesiap-siagaan dan ketahanan. Paju lima menunjukkan jumlah sila dalam Pancasila. Warna dasar kuning emas pada bagian bawah perisai dan pita tersebut melambangkan keagungan yang mengandung pengertian sebagai gambaran cita usaha pengalian hasil - hasil kekayaan bumi dan alamnya. Warna dasar biru tua pada bagian atas perisai tersebut, melukiskan kekayaan lautan / perairan Papua. Jalur kuning melingkari tepian perisai tersebut menggambarkan keyakinan tercapainya segala usaha dan perjuangan. Jalur hitam yang melingkari pita dan warna tulisan hitam menggambarkan kemantapan dan kebulatan tekad untuk berkarya swadaya. Tiga buah TUGU yang masing-masing berwarna abu-abu, sebelah kanan dan berwarna putih sebelah kiri di atas TUMPUKAN BATU persegi panjang, bersusun 2 (dua) masing-masing berderet 6 (enam) dan 9 (sembilan) yang berwarna putih bergaris-garis batas hitam: Perjuangan TRIKORA dan kemenangan PEPERA Tahun 1969. Tumpukan batu tersebut juga melambangkan Dinamika Pembangunan di Daerah ini. Warna abu-abu putih dan bergaris-garis hitam melambangkan ketenangan dan kesucian. Setangkai BUAH PADI yang berisi 17 (tujuh belas) butir padi berwarna kuning bertangkai kuning pula yang terdapat di sebelah kanan dan setangkai BUAH KAPAS yang terdiri dari 8 (delapan) buah berwarna putih bertangkai Hijau Tua yang terdapat disebelah kiri daripada tiga buah Tugu tersebut yang diikat dengan sehelai PITA berwarna merah berlekuk 4 (empat) dan berjurai 5 (lima) adalah melukiskan kesatuan dan persatuan Bangsa yang dijiwai oleh semangat Proklamasi 17 Agustus 1945 untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tiga buah GUNUNG berjajar yang sama tingginya berwarna hijau tua dan berpuncak putih salju adalah menggambarkan ciri khas Daerah Papua. Warna hijau tua ketiga buah gunung dan tangkai dari buah kapas itu, melambangkan kesuburan tanah / kekayaan alam daratan Papua. Sedangkan tulisan "Papua" dalam huruf cetak yang berwarna kuning adalah menggambarkan keluhuran / keagungan cita.
3.
Pemerintahan Provinsi Papua terdiri dari 28 pemerintahan kabupaten dan 1 pemerintahan Kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam daftar berikut ini : No. Kabupaten/Kota Ibu kota 1 Kabupaten Asmat Agats 2 Kabupaten Biak Numfor Biak 3 Kabupaten Boven Digoel Tanah Merah 4 Kabupaten Deiyai Tigi 5 Kabupaten Dogiyai Kigamani 6 Kabupaten Intan Jaya Sugapa 7 Kabupaten Jayapura Sentani 8 Kabupaten Jayawijaya Wamena
849 Kepariwisataan Papua
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Kabupaten Keerom Kabupaten Kepulauan Yapen Kabupaten Lanny Jaya Kabupaten Mamberamo Raya Kabupaten Mamberamo Tengah Kabupaten Mappi Kabupaten Merauke Kabupaten Mimika Kabupaten Nabire Kabupaten Nduga Kabupaten Paniai Kabupaten Pegunungan Bintang Kabupaten Puncak Kabupaten Puncak Jaya Kabupaten Sarmi Kabupaten Supiori Kabupaten Tolikara Kabupaten Waropen Kabupaten Yahukimo Kabupaten Yalimo Kota Jayapura
Waris Serui Tiom Burmeso Kobakma Kepi Merauke Timika Nabire Kenyam Enarotali Oksibil Ilaga Kotamulia Sarmi Sorendiweri Karubaga Botawa Sumohai Elelim -
4.
Letak Geografis dan Batas Wilayah o o o o Secara geografis Papua terletak diantara 0 15’ – 10 Lintang Selatan dan 134 – 141,60 Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut : Utara Samudera Pasifik Selatan Samudera Hindia, Laut Arafuru, Teluk Carpentaria, Australia Barat Papua Barat, Kepulauan Maluku Timur Papua Nugini
5.
Komposisi Penganut Agama • Islam = 12% • Kristen = 87% • Hindu = 0,036% • Budha = 0,072%
6.
Bahasa dan Suku Bangsa Bahasa : Bahasa sehari-hari adalah bahasa daerah, sedangkan bahasa daerah di Papua terdiri dari 268 bahasa daerah. Suku bangsa : • Suku Aitinyo, • Suku Aefak, • Suku Asmat, • Suku Agast, • Suku Dani, • Suku Ayamaru, • Suku Mandacan, • Suku Biak, • Suku Serui, • Suku Mee, • Suku Amungme, • Suku Kamoro
850 Kepariwisataan Papua
7. Budaya a. Lagu Daerah b. Tarian Tradisional c. Senjata Tradisional d. Rumah Tradisional e. Alat Musik tradisional f. Makanan Khas
: apuse : tari masyoh, tari perang, tari selamat datang : tombak : honai / kariwari : atowo : Aunu kerang, Sop hepire
8. Bandara dan Pelabuhan Laut Bandara = sentani Pelabuhan Laut = Jayapura 9. Universitas
= Universitas Cendrawasih
10. Industri dan Pertambangan = marmer, tembaga, kayu lapis, asbes, minyak bumi
B. OBYEK WISATA 1.
Wisata Alam a.
Taman Nasional Lorentz Taman Nasional Lorentz merupakan taman nasional yang terletak di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, Indonesia. Kawasan ini semula berstatus cagar alam, namun seiring dengan dikeluarkannya SK. Menteri Pertanian No. 44/Kpts/Um/I/1978, kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional seluas 2.150.000 hektar. Pada tahun 1997 Taman Nasional Lorentz ini diperluas menjadi 2.505.600 hektar, sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. 154/kpts-II/1997.Pada tahun 1999, oleh menteri kehutanan Taman Nasional Lorentz disetujui menjadi salah satu dari tiga situs warisan dunia di Indonesia, setelah Taman Nasional Komodo dan Taman Nasional Ujung Kulon (Provinsi Banten). Letak Taman Nasional Lorentz yang membentang dari puncak Gunung Jayawijaya (5.030m dpl) yang diselimuti salju, hingga perairan pesisir pantai dengan hutan bakau, membuat kawasan ini memiliki perwakilan ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik. Dalam bentangan tersebut, terdapat spektrum ekologis yang menakjubkan dari kawasan vegetasi alpin, sub-alpin, montana, sub-montana, dataran rendah, dan lahan basah. Sebagian besar dari kawasan ini merupakan hutan perawan yang memiliki beragam rupa keindahan alam.Mulai dari hutan bakau dan nipah yang berada di kawasan pantai, hingga hutan perawan di zona ekosistem sub-alpin dan alpin.Hutan bakau dan nipah, yang terletak di sisi selatan Taman Nasional Lorentz memiliki akar-akar bakau yang tersusun rapi di atas permukaan laut.Akar-akar ini, seakan menjadi hiasan tepi pantai yang mengelilingi Taman Nasional Lorentz. Sementara itu, bagian barat, timur, dan utara, dipenuhi dengan pepohonan rimbun, yang diselingi dengan sungai-sungai, baik besar maupun kecil. Aliran sungai ini, selain mampu menghiasi tepian gunung, juga membentuk air terjun di beberapa titik di kawasan taman nasional ini. Sebagian dari sungai-sungai ini, mengalir memasuki bumi Papua, dan membentuk sungai bawah tanah.
851 Kepariwisataan Papua
Keragaman flora di kawasan ini, diikuti dengan keragaman fauna juga.Dipaparkan, di kawasan ini terdapat sekitar 42 spesies mamalia, yang sebagian besar merupakan hewan langka, dan dua di antaranya merupakan spesies baru. Mamalia yang ada di kawasan ini antara lain, kangguru pohon, landak irian, tikus air, walabi coklat, dan kuskus totol. Selain itu, kawasan ini juga dihuni oleh sekitar 45 jenis burung, salah satu yang paling terkenal dan langka adalah cendrawasih. Sementara itu, diperkirakan terdapat lebih dari 1.000 spesies ikan, di antaranya adalah ikan kaloso atau yang populer dengan nama ikan arwana. Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, keunikan lain dari Taman Nasional Lorentz adalah keberadaan gletser di puncak Gunung Jayawijaya. Di Indonesia, gletser seperti ini hanya terdapat di Taman Nasional Lorentz.Di sekitar kawasan gunung Jayawijaya ini pula, terdapat tiga buah danau besar, yakni Danau Larson, Danau Dyscovery, dan Danau Hoguyugu. Wisatawan yang mengunjungi kawasan taman nasional ini, tidak hanya dapat menikmati keindahan alam saja, namun juga dapat menikmati wisata budaya. Kawasan ini, juga merupakan tempat bermukim suku Nduga, suku Dani Barat, suku Asmat, suku Sempan, dan suku Amungme. Kebudayaan masyarakat yang bermukim di kawasan ini telah ada sejak sekitar 30.000 tahun yang lalu. Kawasan Taman Nasional Lorentz sendiri, secara administratif meliputi tiga kabupaten di Provinsi Papua yakni, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Paniai, dan Kabupaten Merauke.Sementara pada bagian barat kawasan ini, merupakan bagian dari Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, Indonesia. Untuk mencapai Taman Nasional Lorentz, pengunjung dapat menggunakan pesawat perintis dari Kota Timika menuju bagian utara Taman Nasional Lorentz yang terletak di Kabupaten Paniai.Selain itu, dengan menggunakan pesawat perintis, pengunjung juga dapat terbang ke bagian selatan, tepatnya ke Kabupaten Merauke.Dari kabupaten ini, pengunjung dapat menggunakan kapal laut melalui Pelabuhan Sawa Erma, dan dilanjutkan dengan jalan setapak ke beberapa lokasi. b.
Danau Panaiai Istimewa, eksotis, dan memesona.Demikian kira-kira kesan wisatawan ketika berada di Danau Paniai.Kesan tersebut bukanlah isapan jempol belaka. Sebab, danau eksotis ini menyuguhkan panorama alam yang rancak, air danau yang biru, dan suasana sekitar nan asri kepada setiap wisatawan yang berkunjung ke sana. Luas Danau Paniai yang mencapai 14.500 hektar memberi cukup ruang kepada wisatawan untuk memilih lokasi yang sesuai dengan keinginannya ketika berekreasi ke danau tersebut.Terdapatnya bebatuan dan pasir di tepian danau, serta dikelilingi oleh tebing-tebing yang lumayan tinggi, menambah daya tarik objek wisata andalan Kabupaten Paniai ini. Sebagaimana sebagian besar topografi Kabupaten Paniai yang berada di wilayah pegunungan dan perbukitan yang berhawa sejuk, Danau Paniai pun terletak di daerah ketinggian, yaitu sekitar 1.700 meter di atas permukaan laut (dpl).Meskipun demikian, Danau Paniai menyimpan aneka jenis ikan air tawar dan udang.Ikan nila (oreochromis niloticus), ikan mujair (oreochromis mossambicus), ikan mas/ikan karper (cyprinus carpio), ikan sembilan hitam, dan ikan belut (synbranchus) adalah di antara jenis ikan yang dapat dijumpai di danau ini.Sedangkan ikan pelangi (rainbow/melanotaenia ayamaruensis) merupakan biota Danau Paniai yang sering dicari oleh para nelayan dan hobiis ikan hias karena bernilai ekonomi tinggi.Bila beruntung, di Danau Paniai wisatawan dapat melihat udang endemik Papua yang kini sudah mulai langka, yaitu udang selingkuh (cherax albertisii).Dinamakan demikian karena udang tersebut memiliki capit/jepit besar seperti halnya kepiting. Sampai saat ini, setiap orang yang berkunjung ke Tanah Papua, terutama ke Kota Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, senantiasa mencari udang selingkuh sebagai menu untuk bersantap.
852 Kepariwisataan Papua
Selain menikmati keeksotisan Danau Paniai dari pinggir danau, pelancong dapat mencoba suasana lain, seperti memancing atau menyewa perahu kepada penduduk sekitar untuk mengelilingi danau yang luas itu.Tatkala mengarungi danau, selain menikmati biru danau dan gemericik air yang dibelah laju perahu, pelancong dapat juga menggunakan momen tersebut untuk memotret kawasan danau dari berbagai sisi.Kecuali itu, pelancong juga dapat melihat tumbuhan yang terdapat di danau ini, seperti enceng gondok (eichhmia crassipes), ganggang (alga), dan lain sebagainya. Jelang matahari terbenam, keeksotisan Danau Paniai kian memikat hati para turis.Perahu nelayan yang mulai menepi dan lalu-lalang speedboat dari balik bebukitan, serta ditimpali oleh burung-burung kecil yang terbang rendah dan sesekali menyambar air, melengkapi kepuasan turis menikmati pesona destinasi wisata yang masuk dalam kawasan Cagar Alam Eranatoli ini.Akan lebih spesial lagi bila momen tersebut dicerap sambil minum teh atau kopi di warung tepi danau atau dari sejumlah shelter yang tersedia. Bila punya waktu luang, Anda disarankan untuk mengunjungi lokasi keramba aneka jenis ikan air tawar yang terdapat di tepi Danau Paniai. Di sana Anda dapat membeli ikan segar untuk disantap di lokasi atau dibawa pulang untuk dimasak di rumah. Bertamasya ke danau cantik ini tentu kurang lengkap bila belum menyambangi perkampungan Suku Mee dan Suku Moni, dua suku besar di sekitar danau tersebut yang menghuni dataran tinggi Paniai. Selain melihat rumah adat yang disebut honai dan keseharian mereka dari dekat, bila beruntung Anda akan disuguhkan atraksi kesenian dan memperoleh suvenir khas dua suku tersebut sebagai oleh-oleh untuk keluarga atau kolega. Secara administratif, Danau Paniai masuk dalam wilayah Kecamatan Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua. c.
Puncak Jayawijaya Jika Anda menyangka bahwa di daerah tropis tak akan menemukan pegunungan yang diselimuti salju, Anda dapat meralat anggapan tersebut setelah berkunjung ke Puncak Jayawijaya, puncak tertinggi di Pegunungan Sudirman (Sudirman Range) di Provinsi Papua. Puncak Jayawijaya atau yang lebih singkat disebut Puncak Jaya, memiliki ketinggian mencapai + 4.884 meter di atas permukaan laut (dpl), sehingga memungkinkan daerah ini diselimuti oleh salju abadi. Namun, salju abadi tersebut diperkirakan bakal menyusut, bahkan mengering.Dalam sejumlah penelitian disimpulkan bahwa endapan es di pegunungan ini dari tahun ke tahun mengalami penyusutan yang serius.Penyusutan salju di Pegunungan Sudirman ini diakibatkan oleh pemanasan global. Sehingga, bukan tidak mungkin kelak pegunungan ini akan kehilangan salju seperti yang terjadi pada Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Nah, sebelum perkiraan itu betul-betul menjadi nyata, tak ada salahnya Anda mencoba menaklukkan puncak tertinggi di Indonesia ini. Selain dikenal dengan nama Puncak Jaya, puncak tertinggi ini juga terkenal dengan sebutan Carstensz Pyramide, atau Puncak Carstensz. Nama tersebut diambil dari seorang petualang dari negeri Belanda, yakni Jan Carstensz, yang pertama kali melihat adanya puncak gunung bersalju di daerah tropis, tepatnya di Pulau Papua.Pengamatan tersebut dilakukan oleh Jan Carstensz melalui sebuah kapal laut pada tahun 1623.Karena belum bisa dibuktikan dengan pengamatan langsung, laporan itu dianggap mengada-ada.Sebab, bagi orang Eropa, menemukan pegunungan bersalju di tanah tropis adalah sesuatu yang hampir mustahil. Kebenaran laporan Carstensz terungkap setelah hampir tiga ratus tahun kemudian, ketika tahun 1899 sebuah ekspedisi Belanda membuat peta pulau Papua dan menemukan puncak gunung yang diselimuti salju sebagaimana dilaporkan oleh Carstensz. Untuk menghormati
853 Kepariwisataan Papua
Carstensz, maka puncak gunung tersebut kemudian diberi nama sesuai namanya. Sedangkan sebutan Puncak Jayawijaya merupakan pemberian Presiden Soekarno setelah berhasil merengkuh kedaulatan Papua Barat dari Belanda.Nama ini mengandung makna “puncak kemenangan”, sebagai ungkapan syukur atas bersatunya Papua Barat dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendaki pertama yang tercatat pernah menaklukkan Puncak Jaya adalah tim ekspedisi yang dipimpin oleh Heinrich Harrer pada tahun 1962. Heinrich Harrer adalah seorang pendaki ulung dan pengarang kawakan.Bukunya yang terkenal, Seven Years in Tibet, merupakan kisah nyata pengembaraan dan persahabatannya di pegunungan Himalaya, Tibet. Sebelum Harrer, sebetulnya telah banyak para pendaki lain yang mencoba melakukan pendakian, namun belum pernah ada yang berhasil. Setelah Heinrich Harrer, menyusul ekspedisi dari Indonesia berhasil mencapai puncak. Ekspedisi yang dipimpin oleh Letnal Kolonel Azwar Hamid dari Direktorat Topografi Angkatan Darat ini berhasil mencapai Puncak Jaya pada tahun 1964. d.
Danau Sentani Danau Sentani yang memiliki luas sekitar 9.360 hektar dan berada pada ketinggian + 75 meter di atas permukaan laut (dpl) adalah salah satu danau terbesar di Papua.Danau ini merupakan bagian dari Cagar Alam Cycloops yang memiliki luas sekitar 245.000 hektar.Suplai air bagi danau seluas ribuan hektar ini berasal dari air hujan, serta 32 sumber mata air yang mengalir dari pegunungan.Namun, seperti dikemukakan oleh Harian Kompas (Senin, 30/09/2002 dalam www.polarhome.com), sekitar 13 sumber mata air yang ada telah mengering akibat penebangan, pembukaan lahan bagi pemukiman penduduk, serta kemarau panjang. Semula danau ini memiliki kedalaman rata-rata 175 meter lebih.Namun, manurut catatan Kompas (Senin, 30/09/2002) dikatakan, akibat pendangkalan yang terjadi setiap tahun titik terdalam danau saat ini diperkirakan kurang dari 160 meter.danau bisa mencapai lima meter setiap tahunnya, terhitung sejak tahun 1999. Proses pendangkalan terjadi akibat pengendapan bahan sedimentasi, seperti pasir, batu, kayu, plastik, botol plastik, kaleng, sampah kota, serta besi bekas yang bisa mencapai 90 ton per tahun. Bahan-bahan sedimentasi ini sebagian berasal dari penggalian, penambangan, penebangan, pembukaan lahan, pembangunan jalan, serta pembuangan sampah. Kenyataan ini tentu saja memprihatinkan.Sebab, selain menjadi salah satu obyek wisata andalan di Provinsi Papua, Danau Sentani juga menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat asli di sekitar danau.Sudah sejak lama masyarakat memanfaatkan kekayaan biota danau, seperti ikan dan udang air tawar yang mereka jual ke pasar.
e.
Taman Nasional Wasur
854 Kepariwisataan Papua
Papua, pulau yang menyimpan berjuta pesona dan ribuan cerita.Alamnya yang masih perawan dan belum banyak tersentuh tangan manusia membuat pulau ini sering dijadikan sebagai obyek penelitian.Selain itu, pulau ini juga menjadi incaran bagi wisatawan yang gemar berpetualang di alam bebas.Salah satu obyek wisata di Papua yang menarik untuk dikunjungi adalah Taman Nasional Wasur. Taman Nasional Wasur terletak di sebelah Tenggara Papua dan berbatasan dengan Papua New Guinea. Wasur sebenarnya merupakan nama salah satu desa yang berada di taman tersebut. Mulanya berasal dari kata Waisol yang dalam bahasa Marori berarti kebun. Sebelum ditunjuk sebagai taman nasional, kawasan ini terbagi menjadi dua yaitu Suaka Margasatwa Wasur seluas 206.00 ha dan Cagar Alam Rawa Biru dengan luas 4.000 ha. Pada tahun 1990, Menteri Kehutanan menyatakan bahwa kedua kawasan tersebut merupakam taman nasional. Namun, penunjukan Taman Nasional Wasur sendiri baru dilakukan pada tahun 1997 oleh Menteri Kehutanan dengan luas 413.810 ha, melalui perubahan fungsi Suaka Margasatwa Wasur dan Cagar Alam Rawa Biru. Kawasan Taman Nasional Wasur dibagi menjadi dua daerah geografis yaitu dataran pantai dan daerah berbukit yang bergelombang (plato). Titik tertinggi terdapat di daerah Waam dengan tinggi hanya 90 m di atas permukaan laut (dpl).Kawasan ini memiliki iklim musiman (monsoon).Iklim tersebut dicirikan oleh dua musim utama, yaitu musim kering yang terjadi pada bulan Juni sampai November/Desember dan musim basah yang terjadi pada bulan Desember sampai Mei.Curah hujan terkecil 10 mm terjadi pada bulan Juli – November dan terbesar 264 mm pada bulan Januari, dengan suhu udara 22oC – 30oC. Sekitar 70 persen dari luas kawasan taman nasional berupa savana, sedang lainnya berupa hutan rawa, hutan musim, hutan pantai, hutan bambu, padang rumput dan hutan rawa sagu yang cukup luas. Jenis tumbuhan yang mendominasi hutan di kawasan taman nasional ini antara lain api-api (Avicennia sp.), tancang (Bruguiera sp.), ketapang (Terminalia sp.), dan kayu putih (Melaleuca sp.). Sedangkan jenis satwa yang umum dijumpai antara lain kanguru pohon (Dendrolagus spadix), kesturi raja (Psittrichus fulgidus), kasuari gelambir (Casuarius casuarius sclateri), cendrawasih kuning besar (Paradisea apoda novaeguineae), cendrawasih raja (Cicinnurus regius rex), dara mahkota/mambruk (Goura cristata), cendrawasih merah (Paradisea rubra), buaya air tawar (Crocodylus novaeguineae), dan buaya air asin (Crocodylus porosus). Secara administratif Taman Nasional Wasur terletak di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, Indonesia. f.
Taman Nasional Teluk Cenderawasih Taman Nasional Teluk Cendrawasih terletak di Pulau Papua dan merupakan taman nasional perairan laut terluas di Indonesia. Taman Nasional yang diresmikan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1993 ini, memiliki luas 1.453.500 ha, terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pulau-pulau (3,8%), terumbu karang (5,5%), dan perairan lautan (89,8%). Teluk Cendrawasih memiliki 14 jenis flora yang dilindungi.Sebagian besar terdiri dari jenis pohon kasuarina. Selain itu, di taman nasional ini juga terdapat 36 jenis burung, di mana 18
855 Kepariwisataan Papua
di antaranya dilindungi. Terdapat pula 196 jenis moluska, 209 jenis ikan, dan beberapa penyu (penyu sisik, hijau, belimbing, dan sisik semu).Wilayah ini juga merupakan tempat tinggal yang nyaman bagi paus dan lumba-lumba.Kedua lumba jenis enis hewan ini dapat tinggal dengan tenang di sini karena tidak ada pemburu paus ataupun lumba-lumba, lumba lumba, serta masih berlimpahnya makanan yang disediakan Teluk Cendrawasih bagi mereka. Datang ke Teluk Cendrawasih, pengunjung dapat menikmati beragam objek menarik men yang bertaburan di seluruh penjuru Taman Nasional ini.Jika ingin melakukan wisata bahari, Pulau Nusrowi, Pulau Yoop, dan Pulau Mioswaar dapat menjadi pilihan yang menarik.Di perairan pulau-pulau pulau ini, pengunjung dapat menikmati keindahan bawah laut yang yan penuh warna dan kaya objek yang menggoda mata dengan menyelam.Selain itu, pengunjung juga dapat mengamati perilaku ikan paus dan lumba-lumba. lumba Jika ingin menjelajahi gua, kunjungi saja Pulau Mioswaar. Di sini terdapat gua alam peninggalan zaman purba dan juga sumber air panas yang mengandung belerang tanpa kadar garam. Gua ini merupakan gua bersejarah karena di dalamnya terdapat kerangka leluhur etnik Wandau.Konon, merekalah kelompok manusia pertama yang datang ke pulau ini. Di Pulau Numfor, juga terdapat sebuah gua yang di dalamnya terdapat tengkorak manusia serta piring-piring piring antik dan peti-perti perti berukir. Apabila menginginkan yang sedikit berbeda, cobalah untuk mendatangi Tanjung Mangguar. Di sini, terdapat gua dalam air dengan kedalaman 100 kaki. ain itu, masih ada Pulau Rumberpon yang menawarkan berbagai pengalaman menarik.Di Selain pulau ini, pengunjung dapat melakukan pengamatan terhadap burung, penangkaran rusa, wisata bahari, dan juga dapat melihat kerangka pesawat tempur Jepang yang tenggelam saat perang dunia II. Secara administratif, Taman Nasional ini berada di wilayah Kabupaten Manokwari, Propinsi Papua Barat, dan Kabupaten Paniai, Propinsi Papua, Indonesia.
2.
Wisata Budaya a.
Festival Budaya Lembah Baliem Lembah Baliem, yang terletak di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, merupakan salah satu kawasan yang memiliki daya tarik bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Satu hal yang membuat Lembah Baliem terkenal adalah diselenggarakannya Festival Budayaa Lembah Baliem, atau yang lebih dikenal dengan nama Festival Lembah Baliem. Dalam catatan harian Kompas (8/8/2007), Festival Lembah Baliem pertama kali digelar pada tahun 1989. Sebelum adanya festival ini, masyarakat di sekitar Lembah Baliem, yang terdiri terdiri dari Suku Dani, Suku Lani, dan Suku Yali, masih sering melakukan perang antarsuku. Bagi mereka, selain sudah menjadi tradisi turun temurun, perang juga memiliki makna yang dalam.Perang bukan sekadar ajang adu kekuatan antarsuku, namun juga merupakan lambang lambang kesuburan dan kesejahteraan. Menurut kepercayaan mereka, jika tidak dilakukan perang, jangan harap panen dan ternak babi akan berhasil. Untuk menghindari jatuhnya korban dan dendam yang berlarut, sejak dua puluh tahun silam pemerintah memberlakukan larangan larangan atas perang antarsuku.Untuk mewadahi tradisi sukusuku
856 Kepariwisataan Papua
suku di Papua ini, dibuatlah Festival Lembah Baliem oleh pemerintah, yang menyertakan pesta perang di dalamnya.Festival Lembah Baliem, berlangsung sekitar tiga hari dan diselenggarakan pada bulan Agustus.Salah Agustus.Salah satu alasan pesta ini diselenggarakan pada bulan tersebut adalah untuk memperingati hari raya kemerdekaan Republik Indonesia. Pada perkembangannya, tidak hanya ketiga suku penghuni Lembah Baliem saja yang mengikuti Festival Lembah Baliem, namun namu juga suku-suku suku lainnya yang tinggal di Kabupaten Jayawijaya dan sekitarnya.Kompas (8/8/2007) menyebutkan bahwa pada tahun 2007 terdapat sekitar 40 suku yang mengikuti festival ini.Masing-masing ini.Masing masing suku ini menggunakan pakaian tradisional, lengkap dengan lukisan lukisan di wajah.Di samping itu, mereka juga membawa senjata perang seperti tombak, parang, panah, dan juga pernak pernik perang lainnya. b.
Pesta Bakar Batu Membicarakan tentang Papua rasanya tak pernah ada habisnya. Pulau cantik nan eksotis yang terletak di ujung Timur Indonesia ini memang memiliki pesona alam yang luar biasa. Sebagai contoh, sebut saja pesona wisata bawah laut Perairan Raja Ampat. Kawasan ini memiliki lebih dari 1,070 jenis spesies ikan, 600 jenis spesies terumbu karang, dan 699 jenis moluska. molus Hal tersebut menjadikan kawasan ini sebagai surga bawah laut bagi para penyelam. Tak hanya itu, Danau Sentani, Danau Paniai, Puncak Jayawijaya, Taman Nasional Lorentz, semuanya menyimpan pesona yang tidak akan cukup diterjemahkan lewat kata-kata. kata Selain in wilayah dan obyek wisata yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi tempat di Papua yang memiliki keindahan alam yang masih alami, tempat itu adalah Lembah Baliem.Terletak di ketinggian 1.600 dpl, dibingkai hutan belantara dan aliran sungai, serta belum lum terjamah sentuhan teknologi, menjadikan kawasan ini sebagai tempat yang menyimpan sejuta kisah dan peristiwa.Di tempat ini, suku-suku suku suku pedalaman Papua merajut makna hidup keseharian mereka.Suku-suku mereka.Suku suku pedalaman itu masih tinggal di rumah honai, yang pria mengenakan koteka dan wanita berpakaian noken serta bertaskan moge.Di balik itu semua, suku-suku suku pedalaman ini menyimpan kekayaan tradisi dan budaya yang khas dan unik. Seperti suku-suku suku lainnya di Indonesia, suku-suku suku suku pedalaman ini juga mempunyai tradisi bersyukur yang unik dan khas.Salah satunya adalah Pesta Bakar Batu.Pesta Bakar Batu merupakan sebuah ritual tradisional Papua yang dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga sebagai upacara ra kematian.Selain itu, upacara ini juga dilakukan sebagai bukti perdamaian setelah terjadi perang antar-suku. antar Sesuai dengan namanya, dalam memasak dan mengolah makanan untuk pesta tersebut, suku-suku suku di Papua menggunakan metode bakar batu.Tiap daerah dan suku di kawasan Lembah Baliem memiliki istilah sendiri untuk merujuk kata bakar batu. Masyarakat Paniai menyebutnya dengan ‘gapii‘ atau ‘mogo gapii‘, masyarakat Wamena menyebutnya ‘kit oba isago‘, sedangkan masyarakat Biak menyebutnya dengan ‘barapen‘. Namun Na tampaknya barapen menjadi istilah yang paling umum digunakan. Pesta Bakar Batu juga merupakan ajang untuk berkumpul bagi warga. Dalam pesta ini akan terlihat betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Makna lain dari pesta ini adalah ah sebagai ungkapan saling memaafkan antar-warga. antar
3.
Wisata Kuliner
857 Kepariwisataan Papua
a.
Udang Selingkuh Kota Wamena merupakan salah satu kota tujuan wisata favorit turis domestik dan mancanegara di Provinsi Papua. Pasalnya, kota yang berada di kawasan Lembah Baliem ini kesohor dengan panorama alamnya yang cantik dan keunikan budaya masyarakatnya. Sehingga, memantik minat para wisatawan, dan bahkan para ilmuan, untuk berkunjung ke sana. Selain populer karena memiliki pesona alam dan budaya yang unik itu, kota yang diapit pegunungan Jayawijaya tersebut juga menawarkan aneka kuliner yang siap menggugah selera para turis. Salah satu kuliner andalan kota yang berhawa sejuk ini adalah udang selingkuh (cherax albertisii). Ya, udang selingkuh namanya.Nama unik ini dikaitkan dengan keberadaan capit/jepit besar yang terdapat pada udang tersebut.Tekstur tubuhnya persis sebagaimana udang pada umumnya.Bedanya, udang jenis ini memiliki capit seperti capit kepiting. Bila dilihat dari arah belakang, ia memang mirip udang, apalagi setelah kelihatan kepalanya. Namun, bila dilihat dari arah depan, biota air tawar yang bungkuk ini seperti kepiting karena mempunyai kaki depan yang panjang dan besar layaknya kepiting. Konon, sebelum tahun 1987, udang selingkuh merupakan sumber protein hewani utama masyarakat yang tinggal di Kabupaten Jayawijaya dan sekitarnya. Pada saat itu, Sungai Baliem, yang letaknya berdekatan dengan Kota Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, menyimpan aneka jenis udang, yang dalam bahasa setempat disebut udi. Sebagaimana yang dilansir, udang dede (bintik kuning dan putih), mugido (hijau gelap), kogiya (putih besar), pamo (kecil hijau daun), petokebo (kecil putih), obawa (hijau kemerahan), dan pitimogo (hijau kekuningan) adalah di antara sekian banyak jenis udang yang terdapat di Sungai Baliem. Selain di Sungai Baliem yang populer dengan liku-likunya yang bagai ular itu, udang selingkuh juga banyak dijumpai di tiga danau cantik di Kabupaten Paniai, yaitu Danau Paniai, Danau Tigi, dan Danau Tage yang pertama kali ditemukan oleh seorang pilot berkebangsaan Belanda bernama Wissel ketika terbang melintasi pegunungan tengah Pulau Irian pada tahun 1938.
4.
Wisat Minat Khusus
858 Kepariwisataan Papua
a.
Desa Wisata Tablanusu Alami, asri, dan eksotik.Begitulah kira-kira kesan wisatawan ketika berada di Desa Wisata Tablanusu.Bahkan, kesan tersebut telah dapat dicerap para wisatawan tatkala menempuh perjalanan dari Dermaga Depapre menggunakan perahu bermesin tempel menuju Dermaga Tablanusu, satusatunya pintu masuk ke desa tersebut. Sebab, di sepanjang perjalanan, wisatawan akan berdecak kagum melihat hijau dedaunan dari aneka pepohonan, bening air laut, serta barisan perbukitan dan pegunungan. Udaranya yang bersih dan sejuk melengkapi kepuasan wisatawan berekreasi ke desa nelayan tersebut. Suasana eksotis dan nuansa mistis langsung menyergap wisatawan, begitu menginjakan kaki di desa wisata tersebut.Sebab, berbeda dengan desa nelayan pada umumnya yang akrab dengan hamparan pasir, sebagian besar wilayah Desa Wisata Tablanusu justru diselimuti batu koral hitam.Di desa tiga hektar ini, ke arah mana saja pandangan dilayangkan, hanya hamparan batu alam mengkilap yang terlihat. Begitu juga, ke mana pun kaki dilangkahkan, suara batu koral yang terinjak senantiasa terdengar. Disebabkan gesekan batu yang terinjak menyerupai isak tangis, desa nelayan ini pun kemudian dijuluki dengan nama Desa Batu Menangis. Konon, batu koral hitam yang menyelimuti Desa Tablanusu telah ada sedari nenek moyang mereka memutuskan pindah ke wilayah tersebut.Batu-batu koral itu juga dapat digunakan sebagai tempat pijat refleksi alami telapak kaki. Selain itu, keistimewaan lain Desa Tablanusu yang dihuni sekitar 500 kepala keluarga (KK) ini terletak pada kerapian administratif desanya.Meskipun hanya desa kecil dan berada jauh di pelosok, desa ini sudah tertata secara baik.Misalnya, di desa adat ini sudah ada RT dan RW.Dan, bahkan setiap gang yang terdapat di desa tersebut sudah ada namanya. Daya tarik lain, meski terbilang desa kecil, masyarakat yang menghuni desa ini secara adat terbagi ke dalam sepuluh suku, yaitu Suku Sumile, Danya, Suwae, Apaserai, Serantow, Wambena, Semisu, Selli, Yufuwai, dan Yakurimlen. Sambutan masyarakat yang hangat dan bersahabat dengan orang asing, kian mengukuhkan betapa spesialnya bertamasya ke Desa Wisata Tablanusu.Mengakrabkan diri dengan masyarakat desa ini terbilang mudah dan murah. Hanya dengan modal buah pinang (areca catechu/betel palm), wisatawan sudah dapat meleburkan diri dengan masyarakat setempat. Sebagaimana masyarakat Papua pada umumnya, masyarakat Tablanusu pun terkenal suka mengkonsumsi pinang. Kecuali keunikan-keunikan di atas, keistimewaan Desa Tablanusu adalah tersedianya berbagai jenis objek wisata dalam satu tempat. Hal ini tentunya memberi ruang kepada para wisatawan untuk memilih jenis rekreasi yang sesuai dengan keinginannya di desa yang memiliki luas sekitar 230,5 hektar tersebut. Bagi peminat wisata sejarah, misalnya, dapat melihat sisa-sisa peninggalan tentara sekutu pada Perang Dunia II. Apalagi, menurut sejarahnya, desa nan permai ini pernah menjadi salah satu basis tentara sekutu di kawasan timur Indonesia. Landasan meriam dan dermaga bekas pendaratan tentara sekutu adalah di antara sisa-sisa Perang Dunia II yang masih dapat dijumpai di sini.Objek wisata sejarah lainnya adalah sebuah makam di dekat gereja dan sebuah monumen salib.Makam tersebut diyakini sebagai makam salah seorang tokoh masyarakat setempat dan sekaligus salah seorang pendiri gereja.Sedangkan prasasti salib didirikan untuk mengenang masuknya agama Kristen ke Desa Tablanusu di awal tahun 1900-an.
859 Kepariwisataan Papua
Sementara itu, bagi penyuka wisata alam, dapat mendatangi hutan desa bersama masyarakat setempat atau menikmati pesona Danau Dukumbo yang masih alami.Di dalam hutan, wisatawan dapat melihat berbagai jenis tumbuhan dan mendengarkan aneka kicauan burung.Sedangkan di danau alamnya terdapat banyak ikan, terutama ikan bandeng (chanos chanos), ikan mujair (oreochromis mossambicus), dan ikan mas (cyprinus carpio).Bagi wisatawan yang ingin melihat bunga anggrek, dianjurkan untuk mengunjungi dua buah pulau yang letaknya tidak terlalu jauh dari desa wisata tersebut.Hanya dengan berperahu beberapa menit saja, wisatawan sudah dapat melihat secara langsung bunga anggrek endemik Papua itu.Pada sore hari, dua pulau tersebut juga menjadi tempat persinggahan aneka jenis burung.Burung-burung itu hinggap berjejer di ranting pepohonan dan membentuk sebuah pemandangan yang indah menjelang matahari terbenam. Sedangkan wisatawan yang ingin mencoba suasana lain, dapat mengunjungi daerah perairan. Panorama pantai nan rancak, laut bening dan tenang, serta angin laut yang bertiup sepoisepoi adalah di antara daya tarik daerah perairan ini. Selain memancing, air lautnya yang bening juga dapat mengakomodir wisatawan yang ingin berenang atau menyelam. Ketika menyelam, wisatawan akan terpukau melihat kekayaan bawah lautnya, seperti terumbu karang yang masih terjaga kelestariannya dan aneka jenis ikan yang berenang secara bergerombolan. Bila beruntung, di sini wisatawan dapat melihat ikan hiu.Selain itu, bagi wisatawan yang berhasrat mencari ikan bersama nelayan di daerah ini, datanglah ke Pantai Tablanusu pada malam hari.Sebagaimana nelayan pada umumnya, nelayan di sini juga pergi melaut pada malam hari, terutama pada saat langit gelap.Sebab, pada waktu itulah ikan lebih mudah ditangkap. Selain mengandalkan kail dan tombak, nelayan di kawasan ini kerap pula mencari ikan dengan cara menyelam hingga ke dasar laut ditemani cahaya senter.
Atraksi Kesenian Masyarakat Tablanusu Sumber foto: http://kerabatciwa.blogspot.com Bila sedang beruntung, wisatawan dapat menyaksikan secara langsung perhelatan dan upacara khas masyarakat Desa Wisata Tablanusu.Misalnya, peringatan hari masuknya Injil ke desa tersebut yang diperingati saban tahun. Pada saat itu, masyarakat setempat akan berpawai mengelilingi desa yang diakhiri dengan menggelar Misa di gereja kecil mereka. Selain itu, beberapa lokasi di perairan, terutama yang banyak terdapat terumbu karangnya, diruwat setahun atau setiap dua tahun sekali.Untuk memperoleh berkah laut dan sekaligus untuk melestarikan laut, masyarakat yang mendiami pantai utara Kabupaten Jayapura ini menggelar dua ritual, yaitu ritual Sasi dan ritual Tiyatiki.Ritual Sasi adalah menancapkan dahan pohon kayu besi pantai (suang teko) di tempat-tempat yang banyak ikannya, terutama di kawasan terumbu karang yang merupakan sarang ikan.Sedangkan ritual Tiyatiki bertujuan melarang menangkap ikan selama beberapa waktu yang telah disepakati. Secara administratif, Desa Wisata Tablanusu masuk dalam wilayah Kecamatan Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Indonesia.
860 Kepariwisataan Papua
5.
Wisat Belanja a.
Pasar Jibama Pernahkah Anda berpikir tentang keindahan di balik keriuhan sebuah pasar?Pasar malam, pasar barang bekas, pasar daging, pasar burung, pasar batuan hingga pasar kain, semuanya memiliki keistimewaan dan keindahan masing-masing.Pasar tidak hanya merupakan pusat transaksi jual beli, melainkan juga pusat pertemuan dan pertukaran berbagai budaya masyarakat yang ada.Di lorong-lorong lembab maupun kios-kios kumuh bisa tercipta percakapan dengan tema yang sangat beragam, mulai dari harga kebutuhan pokok, kehidupan sehari-hari, budaya, hingga perbincangan tentang isu-isu politik terbaru. Berkunjung ke pasar lokal saat berlibur ke suatu tempat bisa menjadi pengalaman yang sangat berkesan.Hal ini dikarenakan setiap pasar memiliki karakter yang berbeda tergantung dengan daerah di mana pasar itu berada.Kondisi Pasar Ngasem Yogyakarta dan Pasar Karimata Semarang tentu berbeda, walaupun keduanya sama-sama merupakan pasar burung.Itulah halnya yang terjadi di Pasar Jibama. Pasar Jibama adalah pasar terbesar yang ada di Kota Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua.Pasar ini merupakan pasar rakyat yang mempertemukan penjual dan pembeli di sekitar Lembah Baliem.Di pasar ini penduduk asli Wamena menjajakan hasil bumi seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan tembakau. Mereka juga menjajakan berbagai kerajian seperti koteka, noken (tas wanita Papua yang disangkutkan di kepala), dan yeraanggen (perhiasan dari taring babi).
Kerajinan Khas Papua Sumber Foto: http://ojifaroz.multiply.com Para pelaku kegiatan di pasar ini hampir semuanya penduduk lokal Lembah Baliem, yaitu suku-suku asli dari pedalaman Papua. Sangat jarang ditemui ada “pendatang” yang turut dalam proses jual beli. Jikalau ada, jumlahnya dapat dihitung dengan jari.Hal ini dikarenakan penduduk lokal agak menutup diri dan sedikit merasa tidak aman dengan adanya pendatang.Pendatang yang mengunjungi tempat ini biasanya tidak pernah datang sendiri, melainkan bersama warga lokal maupun kerabat yang telah lama tinggal di Wamena.
861 Kepariwisataan Papua