PETA PROVINSI MALUKU
616 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
20
PROVINSI MALUKU
A. UMUM 1. Dasar Hukum Provinsi Maluku berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1958 tanggal 1 Juli 1958. 2. Lambang Provinsi Lambang Provinsi maluku berbentuk perisai bersudut tiga. Didalam perisai terdapat lukisan daun sagu dan daun kelapa, mutiara, pala dan cengkeh, tombak, gunung, laut dan perahu. Sagu merupakan sumber kehidupan dan makanan pokok daerah maluku. Kelapa adalah hasil bumi maluku. Mutiara adalah hasil alam khas Maluku. Tombak sebagai simbol kesatria. Gunung merupakan simbol kekayaan hasil hutan yang melimpah, sedangkan laut dan perahu adalah simbol persatuan dan kesatuan yang kekal abadi. Dalam lambang terdapat motto daerah bertuliskan Siwa Lima yang berarti Milik Bersama. 3. Pemerintah Provinsi Maluku terdiri dari 9 Kabupaten dan 2 Pemerintahan Kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari uraian berikut ini : No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kabupaten/Kota Kabupaten Buru Kabupaten Buru Selatan Kabupaten Kepulauan Aru Kabupaten Maluku Barat Daya Kabupaten Maluku Tengah Kabupaten Maluku Tenggara Kabupaten Maluku Tenggara Barat Kabupaten Seram Bagian Barat Kabupaten Seram Bagian Timur Kota Ambon Kota Tual
Ibu kota Namlea Namrole Oobo Tiakur Masohi Tual Saumlaki Dataran Hunipopu Dataran Hunimoa -
4. Letak Geografis dan Batas Wilayah Maluku terletak diantara 5o Lintang Utara – 9o Lintang Selatan dan 122o – 136o Bujur Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut : Utara = Laut Seram Selatan = Laut Arafuru dan Laut Banda Barat = Laut Banda Timur = Laut Arafuru 5. Komposisi Penganut Agama Mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Islam dan Kristen . Hal ini dikarenakan pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan
617 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
kekristenan dan pengaruh Kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam di wilayah Maluku serta Pedagang Arab di pesisir Pulau Ambon dan sekitarnya sebelumnya. Tempat ibadah di Provinsi Maluku pada tahun 2005 adalah Masjid 1.028 buah, Gereja 998 buah, Pura 5 buah dan Wihara 6 buah. Sedangkan Pemeluk agama Islam sebesar 49,2%, Kristen sebesar 50,4%, Hindu 0,07% dan Budha 0,10% dan lainnya 0,67%. 6. Bahasa dan Suku bangsa a. Suku bangsa Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik. Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii). Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria. Sejak jaman dahulu, banyak diantara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa, Madura, bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) kemudian bangsa Arab, India sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi. Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah Mestizo. Bahkan hingga sekarang banyak marga di Maluku yang berasal bangsa asing seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain) serta Portugal (Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli dan lain-lain). Ditemukan pula marga bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera, Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain) serta Arab (Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus, Assegaff dan lain-lain). Cara penulisan marga asli Maluku pun masih mengikuti ejaan asing seperti Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca: Louhenapesi), Kallaij (baca: Kalai) dan Akyuwen (baca: Akiwen). Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka yang hijrah keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling klasik adalah perpindahan besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950an dan menetap disana hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang labih baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang dikemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas yang cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara seperti Belanda, Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Belgia, Jerman dan berbagai benua lainnya.
618 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
b. Bahasa Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate (1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Indonesia, seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah. Bahasa yang digunakan di pulau Seram, pulau ibu (Nusa Ina/Pulau asalmuasal) dari semua suku-suku di Provinsi Maluku dan Maluku Utara adalah sebagai berikut: bahasa Wamale (di Seram Barat) bahasa Alune (di Seram Barat) bahasa Nuaulu (dipergunakan oleh suku Nuaulu di Seram selatan; antara teluk ElPaputih dan teluk Telutih) bahasa Koa (di pegunungan Manusela dan Kabauhari) bahasa Seti (di pergunakan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Telutih Timur) bahasa Gorom (bangsa yang turun dari Seti dan berdiam di Seram Timur) Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Jika diakumulasikan, secara keseluruhan, terdapat setidaknya 132 bahasa di kepulauan Maluku. 7. Budaya a. Lagu Daerah b. c. d. e. f.
: Putra putri Ambon, Sayang Dilale, Ole Sioh, Burung Kakak Tua Tarian tradisional : Tari Lenso, Tari Cakalele, Tari Nabar Ilaa Senjata Tradisional : Parang Sawalaku Rumah Tradisional : Rumah Baileo Alat Musik Tradisional : Tifa Makanan Khas Daerah : Papeda (bubur Sagu), dabu dabu sesi (ikan Bakar), Sopek Odheng, palai badar.
8. Bandara dan Pelabuhan Laut a. Bandara = Pattimura b. Pelabuhan Laut = Pelabuhan Ambon 9. Perguruan Tinggi
= Universitas Pattimura
10. Industri dan Pertambangan Emas, minyak bumi dan minyak kayu putih.
619 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
B. OBYEK WISATA 1. Wisata Alam a. Pantai Natsepa Pantai landai dan lebar ini dikenal sejak abad ketujuh belas, digunakan sebagai tempat berlibur para penjajah Belanda. Saat ini di setiap akhir pekan, Pantai Natsepa selalu ramai pengunjung, khususnya warga kota Ambon. Tujuan mereka ke Natsepa antara lain untuk berenang, naik perahu yang bisa disewa per-jam, atau sekadar melepas lelah dengan menikmati pemandangan alamnya. Ada juga yang datang untuk sekadar menikmati segarnya kelapa muda, makan pisang goreng, jagung rebus, wajik atau rujak khas Pantai Natsepa. Pada hari-hari tertentu pemandangan sekitar pantai yang landai ini sangatlah indah, antara lain karena sekitar 12 meter dari bibir pantai Natsepa sering melintas kapalkapal besar pengangkut kayu gelondongan dari Batu Gong, sebuah tempat pengolahan tripleks di pulau yang tampak di seberang Pantai Natsepa. Para wisatawan juga dapat mandi di pantai yang berombak rendah ini. Sehabis mandi, pengunjung bisa memborong ikan cakalang dan kepiting bakau yang banyak dijual nelayan di sekitar lokasi pantai. Pantai Natsepa terletak di Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Ambon. Pantai ini terletak sekitar 18 km dari pusat Kota Ambon. Untuk menuju lokasi pantai dapat ditempuh dengan naik kendaraan umum dengan harga sekali jalan Rp. 5000. Pantai ini terletak di samping jalan besar, dengan waktu tempuh dari kota Ambon sekitar 30 menit, dengan jarak tempuh 24 km. Tarif masuk ke lokasi wisata ini, untuk orang dewasa sebesar Rp. 1.000,- kendaraan roda dua Rp. 1.000,- dan kendaraan roda empat Rp. 2.000.
620 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
b. Wisata Bahari Laut Banda Kegiatan pelancong wisata bahari di perairan Banda beraneka ragam, seperti melihat taman laut dari atas perahu, menyelam, memancing ikan tuna dan cakalang, melihat ikan paus, lumbalumba, burung laut dan menyaksikan Arombai Manggurebe (Lomba Belang atau balap perahu). Wisata bahari ini dapat dilakukan pada musim teduh (musim laut tidak berombak), yang terjadi pada bulan Maret, April, Mei, September, Oktober dan Nopember. Berwisata di sini benar-benar mengasikkan karena wisatawan dapat mencoba sendiri menggunakan alat pancing untuk menangkap ikan tuna dan cakalang. Taman laut Banda memiliki 350 spesies biota laut, termasuk berbagai jenis kerang purba yang saat ini hampir punah. Keindahan taman laut yang di dalamnya terdapat berbagai macam ikan, akan semakin memanjakan para penyelam. Lokasi taman laut Banda terletak di antara Pulau Neira, Pulau Gunung Api, Pulau Ai, Pulau Sjahrir dan Pulau Hatta. Tepatnya terletak di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku Tengah. Untuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan menumpang kapal feri dari kota Ambon selama satu malam, dengan harga tiket Rp. 80.000. c. Hutan Wisata Marsegu Pulau ini diberi nama oleh masyarakat, “Pulau Marsegu”, karena mempunyai satwa kelelawar yang begitu banyak. Kata “marsegu” berasal dari bahasa daerah yang berarti kelelawar. Pulau Marsegu tidak menyeramkan, sebaliknya berbagai keindahan dapat ditemui di sana. Kawasan hutan Pulau Marsegu atau pulau kelelawar merupakan kawasan hutan lindung yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 10327/Kpts-II/2002, tanggal 30 Desember 2002. Luas hutan di pulau ini mencapai 240,20 Ha. Hutan di pulau ini, terbagi dalam tiga kelompok, yaitu hutan sekunder muda, hutan sekunder pertengahan dan hutan sekunder tua. Jenis-jenis flora yang mendominasi adalah Gofasa (Vitex cofassus), Belo Hitam (Diospyros pilosanthera), Beringin (Ficus sp), Pepaya Hutan (Brachychiton discolor), Kuboha (Sterculia ceramica), Mangga Berabu (Cerbera manghas), Kayu Batu (Maranthes co). Setengah dari Pulau ini merupakan daerah hutan mangrove dengan berbagai jenisnya.
621 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Di hutan ini banyak sekali ditemui kelelawar.Dapat ditemui pula berbagai satwa endemik yang dilindungi seperti burung gosong (Megaphodius reinwardtii) dan kepiting kelapa (Birgus latro) yang dalam bahasa daerahnya disebut "kepiting kenari". Dengan adanya berbagai macam satwa dan jenis tetumbuhan, pengunjung sekaligus dapat belajar mengenai banyak hal tentang beragam jenis lingkungan hidup yang ada dalam Pulau Marsegu ini. Secara administratif kawasan hutan Pulau Marsegu termasuk dalam Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku Tengah. Untuk menuju ke Pulau Marsegu, dari kota Ambon sebagai ibukota provinsi Maluku Tengah, dapat ditempuh melalui rute: Dari Ambon menuju Hunimua, menggunakan angkutan kota dengan biaya Rp. 7000. Kemudian perjalanan dilanjutkan dari Hunimua ke Waipirit yang telah berada di Pulau Seram, menggunakan kapal selama 1,5 jam. Dari Waipirit dilanjutkan menuju ke Pelita Jaya, dengan jarak tempuh 56 km. Selanjutnya menuju kawasan Hutan Pulau Marsegu ditempuh dengan jalur laut sepanjang ± 5 km. d. Gunung Binaiya Gunung Binaiya merupakan gunung tertinggi se-Provinsi Maluku. Gunung ini membentang di Pulau Seram dan masuk ke dalam lingkup Taman Nasional Manusela yang mempunyai luas 189.000 hektar. Pada tahun 1972 Taman Nasional Manusela dibagi menjadi dua daerah yakni Wae Mual seluas 17.500 hektar yang meliputi hutan dataran rendah pada bagian utara. Flora yang hidup di area ini adalah bakau (Mangrove) dengan vegetasi sekitar rawarawa, hutan damar (Agathis Alba), meranti (Shorea sp). Pada perbukitan bagian tengah adalah daerah Wae Nua seluas 20.000 hektar. Gunung ini mempunyai curah hujan ratarata 2000 mm/tahun, dengan musim penghujan terjadi sepanjang bulan November hingga April. Gunung Binaiya tergolong unik karena menjulang dari ketinggian 0 meter hingga 3055 meter di atas permukaan laut. Di bagian kaki gunung, banyak terdapat sungai yang membentang seluas 6-8 meter. Gunung Binaiya masuk ke dalam Kabupaten Maluku Tengah. Provinsi Maluku.
622 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Dari ibukota provinsi Maluku, Ambon, pendaki dapat menggunakan jasa angkutan bis menuju Pelabuhan Tulehu dengan biaya Rp. 10.000. Setiba di Tulehu, dilanjutkan menyeberang selat dengan menggunakan jasa speedboat menuju Pulau Seram, tepatnya singgah di Pelabuhan Wahai, dengan biaya Rp. 60.000. Dari Wahai perjalanan dilanjutkan menuju desa Kanikeh selama sekitar 6 jam. Kanikeh merupakan desa terakhir sebelum menuju puncak Gunung Binaiya. e. Taman Nasional Manusela Bila Anda berkunjung ke Provinsi Maluku, jangan lewatkan kesempatan bertamasya ke salah satu objek wisata andalan daerah tersebut, yaitu Taman Nasional Manusela. Taman nasional ini menawarkan berbagai destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan, antara lain wisata hutan, wisata gunung, pemotretan satwa, panjat tebing, dan olahraga lintas alam. Pada awalnya, Taman Nasional Manusela merupakan kawasan konservasi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 736/Mentan/X/1982 pada tanggal 14 Oktober 1982, dengan luas areal sekitar 189.000 hektar. Kemudian pada tahun 2002, Manusela ditetapkan sebagai taman nasional Tipe C berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 6186/Kpts-IV/2002 pada tanggal 10 Juni 2002. Setelah itu, terhitung sejak tanggal 1 Februari 2007, dengan menggabungkan Cagar Alam Wae Nua dan Cagar Alam Wae Mual, kawasan tersebut dinaikkan statusnya menjadi taman nasional Tipe B berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor P.03/Menhut-II/2007. Taman Nasional Manusela memiliki berbagai destinasi wisata yang membentang luas mulai dari daerah perairan hingga kawasan pegunungan.Kondisi alam yang demikian memberi banyak ruang kepada para wisatawan untuk memilih tempat tamasya yang sesuai dengan keinginan mereka masing-masing. Bagi wisatawan yang menyukai wisata hutan, kawasan taman nasional ini merupakan pilihan yang tepat. Di kawasan ini terdapat berbagai vegetasi hutan, seperti hutan pantai, hutan rawa, hutan tebing sungai, hutan hujan tropika palmah, hutan pegunungan, dan hutan sub alpin.Tancang (bruguiera sexangula), bakau (rhizophora acuminata), api-api (avicennia sp), kapur (dryobalanaps sp), pulai (alstonia scholaris), ketapang (terminalia catappa), pandan (pandanus sp), meranti (shorea selanica), kayu putih (melaleuca leucadendron), dan bunga bangkai (rafflesia sp) adalah jenis-jenis tumbuhan yang dapat ditemukan di sini. Kondisi alamnya yang masih alami dan terawat dengan baik menjadikan taman nasional ini habitat bagi berbagai jenis satwa. Di sini ditemukan rusa (cervus timorensis moluccensis), kuskus (phalanger orientalis), soa-soa (hydrosaurus amboinensis), babi hutan (sus celebensis), luwak (pardofelis marmorata), kadal panama (tiliqua gagas gagas), duyung (dugong dugong), dan penyu hijau (chelonia mydas).
623 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Taman nasional yang menjadi salah satu objek wisata andalan Kabupaten Maluku Tengah ini semakin lengkap dengan terdapatnya 117 jenis burung, di mana 14 jenis di antaranya adalah endemik Pulau Maluku. Kesturi ternate (lorius garrulus), nuri tengkuk ungu (lorius domicella), kakatua seram (cacatua moluccensis), raja udang (halcyon lazuli/halcyon sancta), burung madu seram besar (philemon subcorniculatus), dan nuri ambon/nuri raja (alisterus amboinensis) adalah di antara jenis burung yang dapat dijumpai di kawasan ini.
Burung Kakatua berjambul jingga Sumber Foto: kenzidane.wordpress.com Selain itu, terdapatnya beberapa sungai yang mengalir deras di kawasan taman nasional ini, dapat mengakomodasi keinginan pelancong yang berhasrat melakukan olahraga arung jeram. Kecuali air yang bening dan medan yang terbilang ekstrem, daya tarik lain sungai-sungai di kawasan ini adalah kondisi alamnya yang masih alami dengan pesona tebing yang eksotis di sepanjang aliran sungai. Sedangkan bagi pelancong yang hobi berpetualang, di kawasan taman nasional ini terdapat banyak lembah yang memiliki kekhasan masing-masing. Lembah Manusela terkenal dengan panorama alam yang rancak dan berhawa sejuk, lembah Pilianan kesohor dengan aneka jenis kupu-kupu, dan lembah Sawai populer dengan karangkarang laut yang indah. Selain itu, di taman nasional ini juga terdapat enam pegunungan, dimana Gunung Binaya (Binaiya) merupakan gunung tertinggi dengan ketinggian sekitar 3.027 meter di atas permukaan laut (dpl). Keberadaan gununggunung tersebut sangat mendukung keinginan wisatawan yang hobi mendaki gunung dan menyukai olahraga panjat tebing. Sementara itu, kontur medan yang naik-turun, jalan setapak yang berliku-liku sampai jauh ke dalam hutan, serta didukung oleh vegetasi hutan yang beraneka, memberi cukup ruang kepada petualang untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti olahraga lintas alam, berkemah, dan memotret aneka flora dan fauna unik. Bila memiliki waktu luang, wisatawan dapat mengunjungi tempat penangkaran rusa, rumah terapung, budidaya mutiara, arena outbond, jembatan gantung, menara pengintai, dan sumber air panas. Berwisata ke Taman Nasional Manusela tentu belum lengkap bila belum menyaksikan kehidupan penduduk asli yang mendiami kawasan taman nasional tersebut. Mereka tersebar di empat desa, yaitu Desa Manusela, Desa Ilena Maraina, Desa Selumena, dan Desa Kanike.Masyarakat desadesa tersebut meyakini bahwa gunung-gunung yang berada dalam kawasan Taman Nasional Manusela senantiasa melindungi mereka dari marabahaya. Oleh sebab itu, mereka senantiasa menghormati dan menjaga kelestarian taman nasional tersebut dengan cara hidup selaras dengan alam.
624 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Secara administratif, Taman Nasional Manusela masuk dalam wilayah Kecamatan Seram Utara dan Kecamatan Seram Selatan, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia. Bagi turis yang ingin mengunjungi Taman Nasional Manusela dapat memulai perjalanan dari Kota Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku. Dari Kota Ambon terdapat dua rute menuju taman nasional tersebut. Pertama, melalui rute pantai utara.Bagi turis yang memilih rute pantai utara, dapat naik kapal feri dari Ambon menuju Kota Masohi, Ibu Kota Kabupaten Maluku Tengah, dengan waktu tempuh sekitar delapan jam. Dari Masohi perjalanan dilanjutkan dengan naik bus atau menyewa mobil carteran sekitar dua jam menuju Saka. Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan naik kapal cepat (speed boat) sekitar dua jam menuju Sawai atau Wahai.Kedua, melalui rute pantai selatan.Bagi turis yang memilih rute ini, dapat naik kapal feri dari Ambon menuju Masohi dengan waktu tempuh sekitar delapan jam. Dari Masohi perjalanan dilanjutkan menuju Tehoru dengan naik kapal motor sekitar sembilan jam. Kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju Moso atau Desa Saunulu dengan menggunakan kapal motor.Bagi turis yang menyukai tantangan, dianjurkan untuk memilih rute yang kedua atau rute pantai selatan. Karena, sebelum sampai di Taman Nasional Manusela, wisatawan akan melewati jalan mendaki dengan kemiringan medan sekitar 30 persen. f.
Kepulauan Banda Heaven on East Indonesia! Kata-kata itu pantas disematkan sebagai slogan Kepulauan Banda. Selain menjadi laboratorium bagi para penyelam kelas dunia dan penyuka wisata pantai, kawasan yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil ini juga merupakan ‘monumen‘ hidup bagi sedikitnya tiga bangsa, yaitu Portugal, Belanda, dan Indonesia. Senyatanya, beberapa peninggalan sejarah kolonial dan masa perang kemerdekaan masih dapat kita jumpai di Kepulauan Banda ini. Peninggalan-peninggalan itu antara lain rumah pengasingan dr. Tjipto Mangunkusumo, yang kala itu diasingkan bersama Mr. Iwa Kusumasumantri, rumah pengasingan Soetan Sjahrir (Perdana Menteri Republik Indonesia pertama), rumah pengasingan Mohammad Hatta (proklamator sekaligus Wakil Presiden Republik Indonesia pertama), Benteng Nassau (peninggalan Portugal abad ke-16), Benteng Belgica (peninggalan VOC Belanda, berdiri tahun 1611), Pelabuhan Neira, sebuah gereja tua berusia tiga seperempat abad lebih (didirikan pada tahun 1680) yang di bawah lantainya terdapat kuburan 39 warga Belanda masa lalu, dan lain sebagainya.
625 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Gereja tua di Bandaneira http://sahabatmuseum.multiply.com Di Museum Bung Sjahrir, sebagaimana masyarakat Banda menyebut bekas rumah Soetan Sjahrir di Bandaneira, beberapa dokumen penting terpampang di papan pajangan bersama sejumlah foto kenangan perjuangan bersama beberapa koleganya. Selain itu, masih tersimpan dengan baik di sana salinan surat pengangkatan Soetan Sjahrir sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Dalam Negeri dan Menteri Luar Negeri yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno (Presiden Republik Indonesia) pada tanggal 15 November 1945. Kala itu, Bung Kecil –sapaan akrab Soetan Sjahrir– masih berusia 36 tahun.
Ruang Tamu di Museum Bung Sjahrir Sumber Foto:http://sahabatmuseum.multiply.com
Gramofon di Museum Bung Sjahrir Sumber Foto: http://sahabatmuseum.multiply.com Di tempat yang sama, pengunjung juga dapat menjumpai gramofon yang pernah digunakan oleh Bung Kecil dan para pejuang lainnya untuk mendengarkan musikmusik klasik kesukaan mereka. Menapaki rumah bersejarah ini, sebagaimana ulasan
626 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Kompas (24/10/96) kita tidak hanya akan ‘mendengarkan‘ saksi-saksi perjalanan Sjahrir dan kawan-kawannya yang bercerita melalui artefak-artefak, melainkan juga pemikirannya selama ditahan dan diasingkan oleh Belanda yang dituangkannya dalam Renungan Indonesia. Renungan Indonesia berupa bundel tulisan yang dikemas dalam bentuk buku bersampul hijau yang dipajang pada salah satu meja di rumah ini.
Bekas rumah Bung Hatta di Kepulauan Banda Sumber Foto: http://sahabatmuseum.multiply.com Sementara, apabila pengunjung bertandang ke bekas rumah Bung Hatta, kita dapat temui kaca mata yang pernah digunakan oleh beliau saat membacakan Proklamasi 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur, Jakarta.Di Museum Bung Hatta ini pula dapat ditemui satu stel jas warna kombinasi abu-abu cokelat.Jas bersejarah ini digunakan Bung Hatta saat menandatangani hasil-hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus—2 November 1949 (Kompas, 24/10/96).Mengelilingi rumah ini, kita dapat membayangkan betapa mengenaskannya kondisi rumah pengasiangan ini. Di salah satu pojok halaman rumah, kita akan menyaksikan gentong yang dulu berfungsi sebagai penampung air hujan. Air hujan yang terkumpul dalam gentong tersebut digunakan Bung Hatta untuk sumber air minum karena, selain tidak ada sumur, air di sana mengandung kadar garam tinggi. Beberapa lokasi bersejarah lainnya masih dapat Anda saksikan dan nikmati di Kepulauan ini.Misalnya beberapa bangunan yang telah dipugar dan tetap berwajah sebagaimana aslinya, yaitu rumah marinir Inggris, Christopher Cole, yang kini dijadikan museum; kediaman resmi Gubernur Jenderal VOC kala berada di Bandaneira, yang lebih dikenal sebagai Istana Mini; serta Masjid Jami Hatta-Syahrir, yang terletak di Desa Nusantara.
Pesona Laut dan Gunung Api, Kepulauan Banda
627 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Sumber Foto: http://dunialaut.com Selain wisata sejarah perjuangan dan kolonialisme, Kepulauan Banda sangat kaya dengan kawasan-kawasan tujuan tamasya alam.Di Pulau Gunung Api (pulau ini berhadap-hadapan dengan Pulau Banda Kecil), terdapat gunung setinggi sekitar 700 meter bernama Gunung Banda Api. Dari Kota Bandaneira, Anda dapat melihat keagungan dan kecantikan gunung itu selagi hari masih pagi, maupun di senja yang sedang menghampiri kota ini. Tak hanya gunung yang menghiasi alam Kepulauan Banda, dalam www.dunialaut.com dilukiskan bagaimana indahnya alam laut di perairan kepulauan ini. Penyelam-penyelam kelas dunia mengakui dan menganggap laut Banda merupakan salah satu dive spot terbaik di dunia. Kepulauan Banda memang terkenal dengan keindahan hayati alam bawah lautnya serta terumbu karang yang mempesona. Pernah satu ketika letusan Gunung Api merusak sebagian sisi terumbu karang Pulau Banda Besar. Namun menurut penilitian dari UNESCO, akibat fenomena ini justru pertumbuhan terumbu karang di tempat ini menjadi yang tercepat di dunia.Karena, pertumbuhan terumbu karang hanya membutuhkan waktu kurang dari sepuluh tahun.
Snorkeling dan Diving di Laut Banda Sumber Foto: http://www.info4indonesia.com Tamasya bawah laut alias menyelam di Kepulauan Banda memang menakjubkan, clear visibility (tingkat kejernihan pandangan) bisa mencapai 40 meter saat menyelam dan hal ini membuat pemandangan alam bawah laut bisa terlihat dengan jelas. Hampir seluruh area penyelaman di Pulau Banda Besar, Pulau Ai, Pulau Run, Pulau Hatta, Pulau Sjahrir, hingga mendekati dermaga Bandaneira memiliki pesona dan keanekaragaman alam bawah laut yang tak mungkin dilihat di tempat lain di dunia. Perjalanan antartitik penyelaman satu dengan yang lain tidak terlalu jauh, dan rata-rata dapat ditempuh dengan waktu antara 30 menit sampai 1,5 jam dengan kapal boat. Di area ini, mata Anda benar-benar akan dimanjakan dengan warnawarni terumbu karang dan soft coral yang sehat. Ditambah dengan ribuan ikan yang seolah tidak peduli dengan kehadiran serta kedekatan Anda. Bila sedang dipermukaan laut, sesekali Anda akan menyaksikan sekelompok lumba-lumba yang melompat-lompat.
628 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
War Canoe Tradition di Pulau Sjahrir,Kepulauan Banda Sumber Foto: http://sahabatmuseum.multiply.com Kepulauan Banda terletak di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia. Dari Kota Ambon, ibukota Provinsi Maluku, Anda dapat menggunakan Kapal Pelni KM Ciremai dari Pelabuhan Yos Sudarso untuk menuju Bandaneira. Waktu tempuh yang diperlukan kapal ini adalah tujuh (7) jam perjalanan ke arah tenggara dari Ambon. Meski tampak menjemukan, perjalanan selama 7 jam tersebut akan terobati dengan panorama Laut Banda yang menakjubkan di siang hari. Sesampainya di Pelabuhan Yos Sudarso, Anda dapat mencari angkutan umum yang berjejeran di pelabuhan tersebut untuk menuju ke penginapan terdekat. Angkutan umum yang dapat mengantar Anda menuju tempat menginap adalah becak, ojek, angkutan kota, maupun taksi. Namun, bila Anda tidak sabar untuk segera menuju ke lokasi tamasya, angkutan umum bisa langsung membawa Anda ke tempat tujuan yang dikehendaki.
2. Wisata Sejarah a. Benteng Victoria Benteng Victoria merupakan tempat bersejarah yang terletak tepat di pusat kota Ambon. Benteng tertua di Ambon ini dibangun oleh Portugis pada tahun 1775, yang selanjutnya diambil alih oleh Belanda. Belanda kemudian menjadikan benteng ini sebagai pusat pemerintahan untuk mengeruk harta kekayaan masyarakat pribumi, berupa rempahrempah yang melimpah di bumi Maluku. Pada masa pemerintahan Belanda, benteng ini berfungsi strategis, yakni sebagai pusat pemerintahan kolonial. Di depan benteng terdapat pelabuhan yang digunakan sebagai jalur perhubungan laut antar pulau. Melalui pelabuhan ini pula kapal-kapal Belanda mengangkut hasil rempah-rempah untuk didistribusikan ke beberapa negara di benua Eropa. Bersebelahan dengan benteng ini, juga terdapat pasar yang menjadi tempat untuk mempertemukan komunitas para pedagang pribumi.Benteng ini juga digunakan sebagai tempat pertahanan dari berbagai serangan masyarakat
629 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
pribumi yang melakukan perlawanan. Dan, tepat di depan benteng inilah pahlawan nasional bernama Pattimura digantung, yakni pada tanggal 6 Desember 1817. Di dalam benteng dapat ditemui sisa-sisa meriam berukuran raksasa. Di beberapa kamar terdapat patung berukir terbuat dari kayu pilihan, peta perkembangan kota Ambon dari abad XVII hingga abad IX, dan beberapa koleksi lukisan para administratur Belanda di Maluku. Dengan melihat peninggalan ini pengunjung dapat merekam sejarah lahir dan berkembangnya kota Ambon. Sedangkan ruas jalan di sisi depan benteng atau yang disebut “Boulevard Victoria” menghubungkan langsung ke arah bibir Pantai Honipopu. Tepat di depan benteng, wisatawan dapat langsung menyaksikan Teluk Ambon yang sangat indah di saat senja hari, khususnya ketika matahari mulai tenggelam. Benteng Victoria terletak di Kecamatan Sirimau, Kotamadya Ambon, Provinsi Maluku. Karena terletak tepat di tengah kota, maka pengunjung dapat langsung jalan kaki ke arah timur sejauh 300 meter dari Terminal Mardika, terminal angkutan umum yang terletak di pusat kota. Jika pengunjung naik becak, dikenakan biaya Rp. 3.000, dan Rp. 1500 jika naik angkutan umum. b. Benteng Amsterdam Benteng Amsterdam dibangun oleh Belanda pada awal abad ke-17, ketika perdagangan rempah-rempah mulai dilaksanakan di Ambon.Benteng ini terletak tidak jauh dari Gereja Tua Hila.Benteng Amsterdam adalah bangunan kedua yang dibangun Belanda di Ambon, setelah Kasteel Van Verre.Benteng ini dibangun setelah Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) didirikan di Belanda oleh Heeren Zeventien.Seorang ahli sejarah dan pengamat alam bangsa Jerman yang bekerja untuk tentara Belanda bernama George Everhard Rumphius pernah tinggal di benteng ini pada kurun 1660 - 1670, dan menulis buku tentang flora dan fauna Ambon.Benteng Amsterdam direnovasi pada tahun 1993. Benteng Amsterdam merupakan bangunan tua yang sudah berusia ratusan tahun, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah penguasaan VOC di Ambon.Benteng ini terletak di tepi pantai yang sangat tenang dan indah. Benteng Amsterdam terletak di Kecamatan Hila, Ambon. Tempat ini bisa dicapai dengan mobil dari Ambon selama sekitar satu jam.Jika mempergunakan kendaraan umum, pengunjung dapat naik bus dari Ambon ke Kecamatan Hila.
630 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
c. Masjid Tua Wapauwe Sejarah Masjid Tua Wapauwe di desa Kaitetu, Ambon, terkait erat dengan perkembangan Islam di jazirah Hitu.Pada abad ke-13, penduduk di pegunungan Wawane dan sekitarnya masih mempercayai animisme.Kondisi ini mulai berubah ketika pada abad ke-14 Irian dan Maluku diinvasi oleh Kerajaan Ternate dan Tidore.Pengaruh kekuasaan Ternate dan Tidore yang sangat kuat membuat agama Islam, yang dibawa para saudagar dari Jawa, berkembang dengan baik di wilayah ini. Masjid Tua Wapauwe berdiri tahun 1414 di Wawane.Menurut prasasti yang terdapat di halaman masjid, pendiri Masjid Tua Wapauwe adalah Perdana Jamillu dan orang kaya Alahahulu.Selanjutnya pada tahun 1614, masjid ini dipindahkan oleh Imam Rijalli ke Tehalla, 6 km di sebelah timur Wawane.Imam Rajalli adalah guru agama yang sangat dihormati, dan bersama pengikutnya yang disebut “Kelompok Dua Belas Tukang” mengembangkan agama Islam di wilayah ini. Lima puluh tahun kemudian, pada tahun 1664, menurut cerita penduduk setempat masjid ini ‘turun‘ (pindah sendiri) ke Atetu lengkap dengan segala peralatan ibadahnya. Wapauwe berasal dari kata ‘wapa‘ yang berarti ‘di bawah‘ dan ‘uwe‘ yang merupakan nama pohon mangga. Pada awalnya, masjid ini memang didirikan di bawah sebatang pohon mangga.Seluruh bahan bangunan masjid ini adalah kayu sagu, yang dikonstruksi tanpa memakai paku. Masjid yang sudah sangat tua ini masih terpelihara dengan baik. Sebagian besar bangunannya masih asli, juga masih tersimpan beberapa benda peninggalan seperti bedug, Al-Qur‘an tulisan tangan, timbangan beras fitrah dengan anak timbangan berupa batu yang beratnya 2,5 kg, dan sebuah logam berukir dan bertuliskan huruf arab pada dinding masjid. Masjid juga masih difungsikan sebagai tempat sholat penduduk sekitar. Jika bedug dipukul, maka suaranya akan terdengar hingga ke seluruh desa, mengundang penduduk untuk datang berjamaah ke masjid. Mushaf Al-Qur‘an tulisan tangan yang ada di masjid ini pernah dipamerkan pada Festival Istiqlal di Jakarta. Beberapa tambahan baru adalah tempat wudlu, karpet, kipas angin dan aliran listrik untuk penerangan. Masjid Tua Wapauwe terdapat di desa Kaitetu (Atetu), Kecamatan Hila, pantai utara Pulau Ambon. Masjid ini terletak tidak jauh dari Benteng Amsterdam. Desa Kaitetu bisa dicapai dengan mobil selama kurang lebih satu jam dari kota Ambon. Selain menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung juga bisa naik bus umum dari kota Ambon ke Kecamatan Hila, kemudian naik angkutan umum dari Hila ke desa Kaitetu.
631 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
d. Benteng Belgica Ekspansi perdagangan bangsa Eropa di Nusantara sekitar abad ke-16 dan 17 memberi pengaruh yang berarti kepada berbagai bangsa di Asia Tenggara.Salah satunya Indonesia. Berawal dari kedatangan bangsa Portugal di awal abad ke-16, kemudian disusul Belanda dan Inggris pada periode selanjutnya, menjadikan hampir seluruh wilayah Kepulauan Nusantara sebagai zona ekonomi kolonial. Salah satu contohnya Kota Bandaneira, yang kini menjadi ibukota Kecamatan Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Bandaneira merupakan salah satu kota kecil (small town) tinggalan zaman kolonial Portugal dan Belanda di Nusantara. Tempat ini beranjak menjadi kota ketika Portugal menginjakkan kakinya untuk kali pertama di pulau yang terkenal sebagai pulau rempah-rempah (spice island) pada tahun 1527 (Kompas, 24/10/96). Kala itu, Bandaneira diproyeksikan sebagai sentra dagang Portugal untuk Eropa.Oleh karenanya, dibutuhkan pelabuhan yang memadai yang dilengkapi prasarana pertahanan, yakni benteng yang sekaligus berfungsi sebagai penjara dan gudang mesiu. Dalam proses mengembangkan Bandaneira, Portugal mulanya mendirikan sebuah benteng yang diberi nama Benteng Nassau. Pembangunan benteng ini sekaligus bertujuan sebagai simbol kebesaran kolonial Portugal di kawasan Timur Jauh. Namun, belum selesai benteng ini dibangun, kedatangan Belanda di sana pada akhir abad ke-16 membuat Portugis harus meninggalkan Bandaneira. Kedatangan VOC (Vereenigde Oost Indiesche Companie) —sebuah kongsi dagang swasta untuk wilayah Hindia Timur asal Belanda yang berdiri pada 1602— di Kepulauan Banda pada tahun 1599 inilah yang menjadi cikal bakal praktik kolonialisasi di antero wilayah Nusantara (Kompas, 24/10/96).VOC menyingkirkan hak-hak ekonomi Portugal dari Kepulauan Banda (dan juga Nusantara) ketika itu karena VOC menerima piagam hak monopoli (oktroi) dari Parlemen Kerajaan Belanda.Melalui piagam tersebut, VOC kemudian memiliki hak penuh atas segala aktivitas perdagangan di Hindia Timur, yakni Afrika bagian selatan dan timur serta seluruh Asia (Kompas, 28/03/02).Kawasan perdagangan yang dimaksud terbentang mulai dari Tanjung Harapan di Afrika Selatan sampai ke Selat Magellan di sebelah timur Kepulauan Jepang. Piagam oktroi, sebagaimana disebut di atas, sekaligus menjadikan VOC sebagai wakil Pemerintah Kerajaan Belanda untuk kawasan Asia.Karenanya, VOC dapat melakukan perundingan dan mengikat perjanjian dengan para penguasa negara-negara berdaulat di seluruh Hindia Timur.Ia juga berhak membangun benteng untuk melindungi kantor dan gudang mereka, berhak mengangkat gubernur dan pegawai, berhak membentuk pasukan perang, menyelenggarakan peradilan, sampai menerbitkan uang (Kompas, 28/03/02).
632 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Sebagaimana runtutan kisah di atas, hengkangnya Portugal dari Kepulauan Banda di awal abad ke-17, mendorong VOC membangun fondasi-fondasi kekuatan militernya di Nusantara bagian Timur. Ketika itu, kapal-kapal besar VOC berlabuh di Teluk Neira, membawa ribuan personel militernya dan menuntaskan pembangunan Benteng Nassau yang belum selesai dikerjakan Portugis dan juga mempersiapkan pembangunan benteng lain yang baru.
Ilustrasi kedatangan VOC di Kepulauan Banda Sumber Foto: www.nrc.nl Dalam http://www.paketrupiah.com, dikisahkan bahwa pembangunan benteng baru itu dikomandoi oleh Pieter Both, Gubernur Jenderal VOC pertama, pada tahun 1611. Benteng yang diberi nama “Belgica” ini digunakan sebagai markas dan pusat pertahanan militer. Dalam kurun waktu itu, benteng yang pada awalnya difungsikan sebagai pusat pertahanan tersebut dalam perkembangannya menambah fungsinya sebagai benteng pemantau lalu lintas kapal dagang.Benteng ini kemudian diperbesar tahun 1622 oleh J.P. Coen.Kemudian, tahun 1667 diperbesar lagi oleh Komisaris Cornelis Speelman.Benteng ini menjadi markas militer Belanda hingga tahun 1860, atau berfungsi lebih dari 200 tahun. Setelah itu, benteng yang berada di atas perbukitan Tabaleku (di wilayah barat daya Pulau Naira) dan terletak pada ketinggian 30,01 meter di atas permukaan laut (dpl) ini dibiarkan terbengkalai karena tidak dipakai lagi hingga mengalami kerusakan. Pada tahun 1991, atau setelah hampir empat seratus tahun berselang, Benteng Belgica dipugar oleh para ahli atas bantuan dana dari Jenderal L.B. Moerdani, yang kala itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan (Hankam) Republik Indonesia. Empat tahun pascapemugaran, benteng ini masuk ke dalam daftar bangunan yang pantas dilestarikan oleh UNESCO karena nilai sejarah yang melekat padanya.Dalam situs resmi UNESCO, whc.unesco.org, benteng ini ditetapkan sebagai salah satu situs peninggalan cagar budaya (world heritage culture) yang harus dilestarikan.UNESCO menerima pengajuan usulan dari Departemen Kebudayaan pada tanggal 19 Oktober 1995, bahwa benteng ini merupakan cagar budaya yang layak untuk dilestarikan. Atmosfer napak tilas riwayat kolonialisme di Nusantara akan terasa sejak wisatawan tiba di Pulau Banda. Bukan hanya ketika wisatawan mencium aroma buah pala yang amat kuat di pulau ini, tetapi juga ketika para pelancong berkunjung ke Benteng Belgica.Berada di benteng yang menyimpan sejuta ceritera VOC di awal kedatangannya ini, seolah mengajak kita untuk kembali menengok situasi Bandaneira pada abad ke-17.
633 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Benteng Belgica Sumber Foto: www.travelblog.org - Wiliam Seagar Meski telah berusia hampir 400 tahun, benteng ini masih terawat dengan baik. Tidak tampak di sana, misalnya, coretan-coretan pada tembok benteng yang tebalnya mencapai puluhan sentimeter itu seperti yang sering terjadi pada beberapa bangunan bersejarah di banyak tempat di Indonesia. Selain bangunan yang masih terawat dengan baik, penampilan benteng ini juga masih terlihat kokoh dan tangguh. Dari sisi luar bangunan, banyak yang mengatakan bahwa Benteng Belgica yang dibangun pada tahun 1611 ini secara fisik menyerupai Gedung Pentagon di Washington D.C., Amerika Serikat.Bahkan, benteng ini mempunyai julukan sebagai The Indonesian Pentagon. Karena, secara desain arsitektur bangunan benteng bekas markas VOC tersebut berbentuk pentagonal alias persegi lima. Uniknya, apabila benteng ini dilihat dari salah satu penjuru niscaya hanya akan terlihat empat buah sisi, meski sesungguhnya memiliki lima sisi layaknya sebuah bintang persegi. Setiap sudut pada bangunan ini dilengkapi dengan dinding-dinding yang dikreasi sebagai sarana bertahan ketika ada musuh yang menyerang atau yang lazim disebut sebagai defensive wall. Secara umum, http://en.wikipedia.org/wiki/Fort menyebutkan bahwa VOC mendirikan Benteng Belgica ini merujuk pada tren teknologi arsitektural (model) benteng di Eropa kala itu atau gaya benteng di periode modern awal (Early Modern Era).
Dinding-dinding pertahanan Benteng Belgica tampak dari dalam Sumber Foto: Pariwisata Maluku Ciri khas lain dari benteng bercorak Early Modern Era ini adalah keberadaan bastionbastion pada bangunan benteng. Bastion merupakan sebuah celah pada dinding benteng yang difungsikan sebagai tempat menaruh mulut canon atau meriam (http://en.wikipedia.org/wiki/Bastion).Sebagian besar, bastion-bastion ini menghadap ke arah laut, atau sehadap dengan muka benteng.
634 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Bastion-bastion Benteng Belgica Sumber Foto: www.travelblog.org - Wiliam Seagar Pengunjung akan melihat bagaimana benteng ini ternyata tidak hanya meninggalkan berbagai bastion dan dinding-dinding raksasanya saja, melainkan juga beberapa meriam yang pernah digunakan VOC untuk menghalau para ‘pemberontak‘ yang dilakukan oleh penduduk lokal dan beberapa kesultanan dari Sulawesi dan Maluku Utara kala itu (antara akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-19).
Meriam di Benteng Belgica Sumber Foto: www.travelblog.org - Wiliam Seagar Sementara itu, apabila pengunjung melihat dari dalam benteng, sebagaimana yang dilukiskan dalam http://www.paketrupiah.com/, konstruksi benteng terdiri atas dua lapis bangunan (dua lantai).Untuk memasukinya, pengunjung harus menggunakan tangga yang aslinya berupa tangga yang dapat diangkat (semacam tangga hidrolik).Kemudian, pada bagian tengah benteng terdapat sebuah ruang terbuka luas untuk para tahanan.Di tengah ruang terbuka tersebut terdapat dua buah sumur rahasia dengan bentuk persegi yang konon menghubungkan benteng dengan pelabuhan dan Benteng Nassau yang berada di tepi pantai.
Tampak dua sumur rahasia berbentuk persegi di bagian tengah benteng Sumber Foto: sahabatmuseum.multiply.com
635 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Masih dalam sumber yang sama, pada setiap sisi benteng terdapat sebuah menara. Untuk menuju puncak menara tersedia tangga dengan posisi nyaris tegak dan lubang keluar yang sempit. Dari puncak menara ini wisatawan dapat menikmati panorama sebagian daerah di Kepulauan Banda, mulai dari birunya perairan Teluk Banda, matahari terbenam (sunset), puncak Gunung Api —sebuah gunung vulkanis di Bandaneira yang tingginya mencapai 667 meter dpl— yang menjulang, sampai rimbunnya ratusan pohon pala di Pulau Banda Besar. Berjalan-jalan di sekitar benteng ini sangat menyenangkan sambil membayangkan suasana masa kolonial tempo doeloe. Benteng Belgica terletak di Kota Bandaneira, Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia Dari Kota Ambon, ibukota Provinsi Maluku, Anda dapat menggunakan Kapal Pelni KM Ciremai dari Pelabuhan Yos Sudarso untuk menuju Bandaneira. Waktu tempuh yang diperlukan kapal ini adalah tujuh (7) jam perjalanan ke arah tenggara dari Ambon. Meski tampak menjemukan, perjalanan selama 7 jam tersebut akan terobati dengan panorama Laut Banda yang menakjubkan di siang hari. Sesampainya di Pelabuhan Yos Sudarso, Anda dapat mencari angkutan umum yang berjejeran di pelabuhan tersebut untuk menuju ke Benteng Belgica. Salah satu angkutan umum yang dapat mengantar Anda menuju Benteng Belgica adalah becak, ojek, angkutan kota, maupun taksi. e. Museum Siwalima Museum Siwalima didirikan pada tahun 1973, terletak di bukit Taman Makmur.Terdapat dua bangunan museum, yaitu Museum Siwalima I yang merupakan museum maritim, dan Museum Siwalima II yang merupakan museum etnografi.
Di museum Siwalima I tersimpan berbagai kekayaan laut Maluku.Terdapat juga tiga kerangka ikan paus yang terdampar di pantai Maluku, salah satunya memiliki panjang 23 meter. Di Museum Siwalima II tersimpan benda-benda dan sejarah tentang Maluku, mencakup berbagai jenis rumah adat, pakaian tradisional dan pakaian adat, senjata, alat musik, uang kuno, guci-guci dan piring porselen peninggalan zaman Jepang, juga terdapat gua tiruan yang menggambarkan kehidupan suku tradisional Maluku zaman dulu.
636 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Museum Siwalima I menyimpan berbagai kekayaan laut Maluku yang sangat berharga. Museum Siwalima II menyimpan berbagai benda budaya dan informasi tentang cara hidup, kepercayaan, dan adat istiadat masyarakat Maluku. Bendabenda yang tersimpan di kedua museum ini terawat dengan baik, dan ada petugas yang dapat menjelaskan seluruh isi museum dengan rinci. Jika ada permintaan khusus, pengunjung dapat menikmati sajian musik lokal, pementasan tarian, dan demo pembuatan kain tenun.Pengunjung juga diperbolehkan memotret di dalam museum. Museum Siwalima terletak 3 km arah tenggara dari kota Ambon. Untuk mencapai tempat ini, pengunjung dapat naik minibus Taman Makmur atau minibus Amahusu, dan turun di Taman Makmur atau Batu Capeo. Untuk masuk ke Museum Siwalima dikenakan tiket seharga Rp. 3.000,-
3. Wisata Budaya a. Tari Cakalele Cakalele merupakan tarian tradisional Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki dan perempuan. Para penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan kuning tua. Di kedua tangan penari menggenggam senjata pedang (parang) di sisi kanan dan tameng (salawaku) di sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih. Sedangkan penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya. Para penari Cakalele yang berpasangan ini, menari dengan diiringi musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar (bia) yang ditiup. Tari Cakalele disebut juga dengan tari kebesaran, karena digunakan untuk penyambutan para tamu agung seperti tokoh agama dan pejabat pemerintah yang berkunjung ke bumi Maluku. Keistimewaan tarian ini terletak pada tiga fungsi simbolnya. (1) Pakaian berwarna merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang. (2) Pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan. (3) Tameng (salawaku) dan teriakan lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat. Tarian Cakalele dapat ditemui di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah.
637 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Dari Ambon, Ibukota Provinsi Maluku, wisatawan dapat naik angkutan umum berupa minibus jurusan Tulehu, dengan biaya Rp. 7.500. Kemudian dilanjutkan dengan naik speed boat menyeberang Selat Tulehu, menuju Pulau Haruku, dengan waktu tempuh 30 menit dan per-orang dikenakan biaya Rp. 30.000 b. Upacara Adat Pukul Sapu Berbagai acara ditaja oleh umat Islam di Nusantara untuk memeriahkan Hari Raya Idul Fitri setelah sebulan lamanya menunaikan ibadah puasa pada bulan suci Ramadhan.Salah satu di antaranya adalah upacara adat Pukul Sapu yang digelar oleh masyarakat yang bermastautin di Desa Morella dan Desa Mamala yang masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Baku Pukul Manyapu dan Pukul Manyapu adalah nama lain bagi upacara adat ini. Upacara adat yang tergolong ekstrem ini digelar setiap tanggal 7 Syawal menurut perhitungan kalender Hijriah/kalender Islam, atau pada hari ke tujuh setelah Hari Raya Idul Fitri.Biasanya, peserta upacara adalah pemuda dari dua desa adat yang bertetangga tersebut. Namun, bila ada peserta dari daerah lain yang ingin berpartisipasi, bisa mendaftarkan diri kepada panitia tiga hari sebelum upacara dilaksanakan. Sekalipun Pukul Sapu adalah tradisi umat Islam Maluku, namun upacara ini juga dihadiri dan melibatkan umat Kristen di daerah tersebut, terutama mereka yang memiliki ikatan kekerabatan (pela) dengan masyarakat dua desa adat ini, seperti masyarakat Desa Lateri yang memiliki ikatan kekerabatan dengan Desa Mamala dan Desa Waai yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Desa Morella. Bahkan, terkadang upacara yang dihelat pada “lebaran hari ke tujuh” ini juga diikuti oleh keturunan Maluku yang sudah menjadi warga negara Belanda.
Peserta upacara Pukul Sapu mengelilingi kampung Sumber Foto: http://gilnova.multiply.com Konon, menurut kompas.com, upacara adat Pukul Sapu merujuk pada perjuangan Achmad Leakawa, atau yang lebih populer dengan nama Kapitan/Pimpinan Perang Telukabessy beserta anak buahnya, ketika menghadapi tentara Belanda dalam Perang Kapahala (1643-1646 M). Perang ini dipantik oleh pendirian markas VOC (kongsi dagang Belanda) di Teluk Sewatelu, Ambon, pada tahun 1636 M. Perang semakin tak terelakkan ketika tentara Belanda hendak merebut Benteng Kapahala, benteng milik warga Maluku, dengan cara mengepungnya dari berbagai penjuru. Dalam perang ini, para pejuang terdesak akibat serangan dari darat yang didukung tembakan meriam dari kapal-kapal VOC dari laut.Karena tidak berimbang, akhirnya benteng yang berjarak sekitar tiga kilometer dari Desa Morella dan Mamala tersebut dapat dikuasai oleh Belanda.
638 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Pada perang itu, Kapitan Telukabessy dapat meloloskan diri.Namun, anak buahnya banyak yang berhasil ditangkap tentara Belanda.Sebagian dari mereka kemudian dijadikan tawanan di Teluk Sewatelu dan sebagiannya lagi dibuang ke Batavia, atau Jakarta sekarang.Meskipun berhasil meloloskan diri, Kapitan Telukabessy tetap dihadapkan pada situasi sulit, yaitu antara menyerahkan diri atau anak buahnya dibunuh kompeni.Akhirnya, Kapitan Telukabessy memilih menyerahkan diri pada Komandan Verheijden pada tanggal 19 Agustus 1646. Oleh Gubernur Gerard Demmer, Kapitan Telukabessy dijatuhi hukuman gantung di Benteng Victoria, Ambon, pada tanggal 27 September 1646. Pada tanggal 27 Oktober 1646, setelah ditawan selama tiga bulan di Teluk Sewatelu, anak buah Kapitan Telukabessy tersebut dibebaskan Belanda.Sebelum berpisah dan kembali ke daerah asal masing-masing, mereka menggelar acara perpisahan yang terbilang heroik, dengan menampilkan aneka tari adat, menyanyikan lagu-lagu daerah, dan acara pukul sapu.Tujuan acara pukul sapu adalah agar tetesan darah dari tubuh mereka yang jatuh dan meresap ke tanah dapat mengingatkan mereka untuk berkumpul kembali di tempat tersebut suatu saat nanti. Ekstrem, atraktif, dan menghibur.Kira-kira demikianlah kesan para pengunjung ketika menyaksikan upacara adat Pukul Sapu yang dihelat di daerah yang dijuluki dengan Negeri Seribu Bukit ini. Karena, setiap peserta upacara yang rutin dihelat saban tahun ini akan mencambuk peserta lain yang berada di hadapannya secara bergantian dengan menggunakan lidi dari pohon enau (arenga pinnata), yang dalam bahasa Maluku disebut dengan pohon mayang. Lidi enau yang digunakan untuk mencambuk peserta upacara memiliki panjang 1,5—2 meter dengan diameter pangkalnya mencapai 1—3 sentimeter. Sekalipun upacara adat yang diwariskan secara turun-temurun ini dihelat pada tanggal 7 Syawal, namun kesibukan sudah terlihat di dua desa adat tersebut beberapa hari sebelum pelaksanaan upacara. Sebab, berbagai hal harus dipersiapkan panitia untuk menunjang kelancaran dan kemeriahan upacara, seperti podium, tenda para undangan, arena upacara, stand pameran, warung-warung pedagang, umbul-umbul, dan lain sebagainya.
Karnaval Budaya Sumber Foto: gilnova.multiply.com Sebelum acara puncak Pukul Sapu berlangsung, terlebih dahulu digelar berbagai kegiatan, seperti hadrat (rebana), karnaval budaya, pameran dan festival, balap perahu, penampilan band lokal, dan bahkan penampilan artis ibukota keturunan Maluku. Selain itu, juga ditampilkan aneka tari dari daerah tersebut, seperti tari
639 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
putri, tari mahina, tari perang, hingga pertunjukan musik yang dibawakan oleh masyarakat dari negeri pela yang beragama Kristen.
Balap Perahu Sumber Foto: gilnova.multiply.com
Penampilan Hadrat/Rebana Sumber Foto: gilnova.multiply.com Sementara itu, meskipun pelaksanaan upacara baru dimulai setelah shalat Ashar, para wisatawan baik domestik maupun mancanegara telah berbondong-bondong datang ke dua desa tersebut sejak pagi hari. Bahkan, ada yang tiba di sana 1—2 hari sebelum upacara dimulai. Hal ini dimaksudkan supaya mereka dapat menyaksikan secara langsung tahapan-tahapan persiapan upacara, seperti melihat latihan para peserta upacara, meraut lidi enau, dan proses pembuatan minyak Mamala yang kesohor dengan khasiatnya itu. Konon, minyak yang dibuat pada malam 7 Syawal ini hanya boleh dilakukan oleh keturunan Imam Tuni, tokoh agama Desa Mamala yang menjadi salah satu pendiri Masjid Al-Muttaqien.
Meraut Lidi Enau Sumber Foto: gilnova.multiply.com Sebelum upacara dimulai, para peserta terlebih dahulu dikumpulkan di suatu tempat untuk mendapatkan doa dari para tetua adat. Hal ini dilakukan dengan harapan agar prosesi upacara berjalan dengan lancar dan seluruh peserta diberi keselamatan oleh Allah SWT.Sebelum memasuki arena upacara, mereka terlebih dahulu berlari-lari
640 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
kecil mengelilingi kampung. Di Desa Mamala, upacara Pukul Sapu diawali dengan mencambukkan lidi enau ke tubuh peserta upacara oleh pejabat daerah setempat. Sedangkan di Desa Morella, pembukaan upacara ditandai dengan penyulutan obor Kapitan Telukabessy oleh pejabat atau pemuka masyarakat setempat.
Tari Perang Sumber Foto: http://gilnova.multiply.com
Tari Mahina Sumber Foto: http://gilnova.multiply.com Selepas acara pembukaan, upacara adat Pukul Sapu pun dimulai dengan diiringi tepuk tangan dan sorak-sorai dari para penonton.Para peserta yang hanya menggunakan celana pendek, ikat kepala, dan bertelanjang dada ini dibagi ke dalam dua kelompok dan berdiri berhadap-hadapan. Kedua kelompok tersebut secara bergantian akan menyabetkan lidi enau yang berada di genggaman masing-masing ke pinggang, dada, dan punggung peserta di hadapannya sampai lebam dan berdarah-darah. Untuk mengatur pergantian kelompok yang dicambuk dan kelompok yang menyambuk, para peserta mengikuti aba-aba dari koordinator upacara atau mengikuti alunan gendang.Pergantian juga bisa dilakukan bila peserta yang dicambuk telah terdesak hingga mendekati tempat penonton di pinggir lapangan.
Luka-luka Sabetan Lidi Enau Sumber Foto: gilnova.multiply.com
641 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Uniknya, meskipun sekujur tubuh peserta upacara memar-memar dan mengeluarkan darah, namun tak terlihat pada mereka ringis kesakitan atau rintihan mengaduh.Di samping itu, bercak sabetan dan goresan darah akibat cambukan lidi enau dapat disembuhkan dengan cepat tanpa meninggalkan bekas. Di Desa Morella, luka-luka akibat cambukan diobati dengan ramuan dari daun jarak yang terkenal berkhasiat menyembuhkan luka. Sementara di Desa Mamala, luka-luka peserta upacara diobati dengan mengoleskan minyak kelapa yang telah didoakan oleh para tetua adat kepada bagian tubuh yang luka.Minyak kelapa yang dapat mengobati luka dengan cepat tersebut dinamakan minyak Mamala atau minyak Tasala.Konon, khasiat minyak ini telah kesohor ke mana-mana, sehingga menarik minat para ilmuan dari dalam dan luar negeri untuk menelitinya. Setelah upacara adat Pukul Sapu usai, hal lain yang menarik dan membuat wisatawan terhibur adalah ketika para penonton berlomba-lomba memperebutkan lidi-lidi enau dan minyak kelapa bekas peserta upacara. Hal ini dikarenakan lidi-lidi atau minyak tersebut diyakini membawa keberuntungan.Selain untuk memperoleh keberuntungan, sebagian masyarakat menganggap kedua benda tersebut sekadar kenang-kenangan mengikuti upacara adat Pukul Sapu yang dihelat sekali dalam setahun itu. Sedangkan bagi turis yang punya waktu luang, dapat mengikuti Pesta Basudara, yaitu acara syukuran upacara adat Pukul Sapu, yang digelar di Desa Morella pada malam hari setelah upacara adat tersebut berlangsung. Upacara adat Pukul Sapu dipusatkan di Stadion Hutusela Desa Morella dan di pelataran Masjid Al-Muttaqien Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia. Bagi wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Maluku, dapat memulai perjalanan dari Bandara Pattimura Ambon.Dari sini kemudian wisatawan dapat mencapai lokasi upacara adat Pukul Sapu di Desa Mamala dan Desa Morella dengan menggunakan bus, taksi, atau menyewa mobil carteran.Kedua desa adat tersebut berjarak sekitar 30 kilometer di sebelah utara Kota Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku.Sedangkan bagi wisatawan yang memulai perjalanan dari Kota Masohi, Ibu Kota Kabupaten Maluku Tengah, dapat naik bus atau menyewa mobil carteran menuju lokasi upacara adat Pukul Sapu.
642 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
4. Wisata Kuliner a. Ikan Kuah Pala Banda Pengalaman menikmati masakan Ikan Kuah Pala Banda boleh jadi tidak akan terwakili ketika dilukiskan melalui bahasa. Namun, ketika menikmati menu yang terdiri dari sup ikan kuah pala dan sambal bekasang ini, Anda akan ditarik ke dalam nuansa Pulau Banda yang kaya akan buah pala. Seolah, aroma dan rasa dalam resep masakan ini mewakili alam Banda Naira. Agus Setyahadi mengisahkan dalam artikelnya di www.kompas.com, bahwa menurut penduduk setempat, kenikmatan sup ikan kuah pala ini sudah dikenal sejak zaman nenek moyang mereka. Bahkan, karena saking lezatnya, sup ikan kuah pala selalu disajikan untuk para petinggi tentara Belanda yang datang ke Banda. Tradisi santap itu berlangsung hingga kawanan tentara kongsi dagang Belanda angkat kaki dari Banda. Sumber sensasi kenikmatannya ada pada sup ikan kuah, terutama ketika rasa yang gurih, sedikit pedas, dan asam pala yang melebur menjadi satu melewati lidah Anda. Kuah sup berbahan pala ini akan terasa sangat segar. Rasa pedas muncul di sana lantaran pedas pala yang halus, dan hangatnya dapat menjalar hingga ke lambung. Sup ikan ini dapat disantap sebagai pembuka, namun oleh sebagian orang bisa juga disantap sebagai sup penutup. Sementara itu, pelengkap menu ini yang tidak boleh dilewatkan adalah sambal bekasang.Sambal ini melengkapi sensasi pedas menggigit lidah.Lidah juga digelitik rasa asam jeruk limau dalam sambal ini. Asam limau selain untuk menghilangkan aroma amis ikan, juga berfungsi menggugah selera makan. Membuat sambal bekasang diperlukan waktu yang relatif lama, yakni satu minggu.Untuk membuat bekasang dibutuhkan ikan cakalang yang digiling halus.Daging giling ikan tersebut lantas dicampur dengan garam dan diungkep selama satu minggu dan jadilah bekasang.Sambal biasanya ditambahi irisan bawang merah, tomat, dan sedikit minyak goreng supaya sedap dan gurih. Biasanya, sajian Ikan Kuah Pala Banda disertai pula dengan urap daun pepaya dan ikan kakap merah bakar yang berdaging lembut.Komposisi masakan yang demikian ini kemudian disantap bersama nasi. Dan, kombinasi sajian semacam ini hanya dapat Anda temui di Banda Naira, di gugusan pulau-pulau kecil yang diitari oleh laut berpalung dalam, tidak di tempat lain. Lebih dari itu, masakan ini teristimewakan lantaran tidak semua rumah makan menyediakan menu ini.Sebab, Ikan Kuah Pala Banda merupakan menu harian masyarakat Banda, sehingga justru sulit ditemui di restoran-restoran.Karena itu, ada baiknya Anda menanyakan kepada penduduk lokal, di mana dapat dijumpai masakan ini.
643 Kepariwisataan : Provinsi Maluku