PETA PROVINSI MALUKU UTARA
644 Kepariwisataan : Provinsi Maluku Utara
21
PROVINSI MALUKU UTARA
A. UMUM 1.
Dasar Hukum Provinsi Maluku utara terbentuk berdasarkan Undang-Undang No. 46 Tahun 1999, tanggal 4 Oktober 1999 dengan ibukota di Ternate.
2.
Lambang Provinsi Lambang Maluku Utara berbentuk perisai segilima, yang di dalamnya terdapat gambar bintang, gunung, laut, padi dan kapas, serta tulisan 1999 yang merupakan tahun berdirinya provinsi Maluku Utara. Adapun makna dari gambar tersebut adalah: • Bintang melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa. • Gunung sebagai symbol kekayaan hasil hutan yang melimpah. • Laut adalah lambing persatuan dan kesatuan. • Padi dan kapas adalah lambing kemakmuran. (sumber : http://wapedia.mobi/id/Lambang_Maluku_Utara)
3.
Pemerintahan Provinsi Maluku Utara terdiri dari 7 Pemerintahan Kabupaten dan 2 Pemerintahan Kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini “ Kabupaten/Kota Ibu kota No. 1
Kabupaten Halmahera Barat
Jailolo
2
Kabupaten Halmahera Tengah
Weda
3
Kabupaten Halmahera Utara
Tobelo
4
Kabupaten Halmahera Selatan
Labuha
5
Kabupaten Kepulauan Sula
Sanana
6
Kabupaten Halmahera Timur
7
Kabupaten Pulau Morotai
8
Kota Ternate
Ternate
9
Kota Tidore Kepulauan
Soasiu
Maba Morotai Selatan
4.
Letak Geografis dan Batas Wilayah o o Secara geografis Provinsi Maluku Utara terletak diantara 3,09 Lintang Utara – 2 10’ Lintang o o Selatan dan 123 – 129 Bujur timur dengan batas wilayah sebagai berikut : Utara = Samudra Pasifik Selatan = laut Seram dan Laut Buru Barat = laut Maluku Timur = Laut Halmahera
5.
Komposisi Penganut Agama Islam = 76,1% Protestan = 23,1% Lain-lain = 0,8%
6.
Bahasa dan Suku Bangsa Bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat maluku utara dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa melayu ternate. Suku yang mendiami wilayah Provinsi Maluku utara adalah suku Ange, Suku Bacan, Suku Buli dan suku Galela.
645 Kepariwisataan : Provinsi Maluku Utara
7. Budaya a. Lagu Daerah : Barero dan Sarinande b. Tarian tradisional : Tari Perang, Tari Nabar Ilaa c. Senjata Tradisional : Parang Sawalaku d. Rumah Tradisional : Rumah Baileo e. Alat Musik Tradisional : Floit (alat musik tiup sejenis seruling yang terbuat dari bambu) , fu (Fu terbuat dari kulit kerang, dan cara memainkannya dengan cara di tiup. Fu pertama kali ditemukan ketika seseorang tersesat dan meniup kulit kerang untuk meminta bantuan orang lain).
Gambar alat musik Floit
f.
Makanan Khas Daerah : Maluku Utara memiliki berbagai makanan khas daerah antara lain popeda (sagu), ketam kenari, halua kenari, bagea serta hasil olahan ikan seperti ikan asap (ikan Fufu), gohu ikan, Ikan garu rica.
8. Bandara dan Pelabuhan Laut a. Bandara = Baabullah b. Pelabuhan Laut = Pelabuhan Ternate, Jailolo Soasiu 9. Industri dan Pertambangan Nike, minyak bumi , minyak kayu putih dan asbes.
B. OBYEK WISATA 1.
Obyek Wisata Alam a.
Danau Tolire Danau Tolire berada di bawah kaki Gunung Gamalama, gunung api tertinggi di Maluku Utara dan terbagi ke dalam dua bagian, yakni Danau Tolire Besar dan Danau Tolire Kecil. Jarak antar keduanya hanya sekitar 200 meter. Dari kedua danau ini, yang sering dikunjungi adalah Danau Tolire Besar. Danau Tolire Besar menyerupai loyang raksasa, dengan luas sekitar 5 hektar dan kedalaman 50 meter. Menurut masyarakat setempat, di danau Tolire Besar banyak harta karun milik Kesultanan Ternate yang disembunyikan ketika Portugis menjajah Ternate pada abad ke-15.
646 Kepariwisataan : Provinsi Maluku Utara
Pengunjung yang melempar batu atau benda lainnya ke danau, bagaimana pun kuatnya melempar, tidak akan pernah menyentuh permukaan air danau. Pengunjung yang tidak percaya, dapat mencoba melempar setelah membeli batu yang banyak dijual di pinggir danau seharga Rp1.000 untuk lima biji batu. Namun tidak seorang pun yang lemparannya bisa menyentuh permukaan air danau. Masyarakat setempat percaya bahwa batu yang dilempar, tidak menyentuh ke permukaan air, karena tertahan oleh kekuatan gaib dari dasar danau. Menurut penduduk setempat kekuatan gaib diyakini datang dari buaya siluman yang ada di dalam danau. Di lokasi ini, pengunjung juga bisa menikmati pemandangan Gunung Gamalama yang membentang di hadapan Danau Tolire. Danau Tolire yang berjarak 10 km dari pusat kota Ternate ini, terletak di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara. Untuk mengunjungi Danau Tolire Besar dan Tolire Kecil itu, tidaklah sulit. Hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit dari pusat kota Ternate, dengan menggunakan mobil carteran Rp. 250.000 per-hari, atau menyewa ojek dengan tarif Rp10.000 per-jam. b.
Gunung Gamalama Gunung Gamalama merupakan salah satu gunung api yang ada di Provinsi Maluku Utara. Selain gunung ini, masih ada Gunung Gamkonora di Kabupaten Halmahera Barat, Gunung Ibu dan Gunung Dakona yang berada di Kabupaten Halmahera Utara, dan Gunung Kiebesi di Halmahera Selatan.Gunung Gamalama sendiri terletak di Pulau Ternate dan memiliki ketinggian sekitar 1.715 m dpl (di atas permukaan laut). Gunung Gamalama, yang juga kerap disebut sebagai puncak Ternate, merupakan sebuah stratovolkano, yakni gunung berapi yang tinggi dan mengerucut, yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras. Gunung yang berdiameter 11 km ini, memiliki danau kawah dan kawah ganda. Gunung Gamalama, juga merupakan salah satu gunung api di Indonesia yang masih aktif. Seperti yang tertulis dalam www.geocities.com, sejak tahun 1538 M hingga saat ini, Gunung Gamalama telah menyemburkan laharnya lebih dari 70 kali. Enam di antaranya, menyebabkan bencana alam, yakni pada tahun 1771—1772 yang menewaskan sekitar 30 orang, sekitar 1.300 orang yang tewas akibat gelombang badai yang disebabkan letusan di tahun 1775, dan letusan di tahun 1962 memakan korban sekitar lima orang. Terakhir kali, gunung ini memuntahkan isi perutnya pada tahun 2003 namun tidak memakan korban. Di dalam masyarakat Ternate sendiri, terdapat sebuah ritual mengelilingi Gunung Gamalama. Dalam ritual bernama Kololi Kie ini, masyarakat mengelilingi Gunung Gamalama, seraya memanjatkan doa untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan rakyat Ternate. Selain itu, Kololi Kie juga merupakan upacara penghormatan terhadap para leluhur Ternate.Kololi Kie sendiri, diadakan sekali dalam setahun, setiap bulan April. Oleh masyarakat setempat, Gunung Gamalama dipercaya memiliki banyak nilai-nilai keramat.Tak heran jika banyak mitos yang beredar, dan semakin memperkuat kekeramatan gunung ini. Semisal, masyarakat setempat selalu menyarankan pada sebuah tim yang berencana mendaki Gunung Gamalama agar memiliki jumlah anggota yang genap. Sebelum
647 Kepariwisataan : Provinsi Maluku Utara
mendaki pun, sebisa mungkin untuk berdoa, agar tidak mengalami halangan dalam perjalanan.
2.
Wisata Sejarah a.
Benteng Tolukko Benteng yang mula-mula dikenal dengan nama Tolukko dan kemudian lebih dikenal dengan nama Benteng Hollandia ini, dibangun pada tahun 1540 oleh Francisco Serao, seorang panglima Portugis. Ada yang mengatakan bahwa nama Tolukko adalah nama dari penguasa kesepuluh yang duduk di singgasana Ternate: Kaicil Tolukko; namun karena Sultan ini baru memerintah di tahun 1692 maka tidak mungkin nama benteng ini diberikan mengikuti nama Sultan tersebut. Menurut catatan sejarah Belanda, di tahun 1610 benteng Portugis tersebut diperbaiki oleh Pieter Both, seorang Belanda, dan dimaksudkan sebagai pertahanan terhadap bangsa Spanyol yang memang sedang sibuk menggempur pulau Ternate. . Benteng ini juga dijadikan sebagai tempat untuk menggiring rakyat yang melarikan diri dari serangan Spanyol agar mau kembali tinggal di tempat ini.Saat itu sebagian besar rakyat melarikan diri ke Benteng Malayo. Pada tahun 1612, dilaporkan terdapat 15 hingga 20 tentara di dalam benteng ini, yang dilengkapi dengan sejumlah persenjataan dan amunisi. Di bawah pemerintahan Gubernur Jacques le Febre pada tahun 1627, disebutkan bahwa benteng yang terletak tidak jauh di atas bukit di sebelah Utara Benteng Malayo ini, dilengkapi dengan dua menara kecil. Ketika itu benteng tersebut dipimpin oleh seorang Korporal yang didatangkan dari Benteng Malayo yang juga menjadi sumber pemasokan bahan pangan untuk 22 orang tentara yang bertugas di dalam Benteng Tolukko.Pada tahun 1661, Dewan Pemerintahan Belanda mengijinkan Sultan Mandarsyah dari Ternate untuk tinggal di dalam benteng ini bersama pasukannya.Menyusul kehadiran Sultan, maka garnizun Belanda di dalam Benteng Tolukko dikurangi hingga hanya 160 orang. Pada tanggal 16 April 1799, pasukan Kaicil Nuku (Sultan Tidore yang ke-19) menyerang benteng Tolukko tetapi mereka berhasil dipukul mundur oleh pasukan gabungan Ternate-VOC. Namun akibat pertempuran dan khususnya pengepungan yang berkepanjangan oleh pasukan Nuku, penduduk kota Ternate yang di bulan Juni 1797 berjumlah 3.307 jiwa, kemudian tinggal 2.157 jiwa. Yang lainnya meninggal akibat peperangan dan kelaparan atau melarikan diri ke Halmahera.Di bawah pimpinan Residen P. Van der Crab pada tahun 1864, benteng ini dikosongkan karena hampir seluruh bangunan sudah rusak. 1996. Dipugar kembali, tetapi upaya tersebut justru menghilangkan keaslian bangunan seperti dihilangkannya terowongan bawah tanah yang berhubungan langsung dengan laut [bentengindonesia.org] Sumber :http://indotim.net/wisata-maluku/wisata-maluku-utara/benteng-tolukko/
648 Kepariwisataan : Provinsi Maluku Utara
b.
Istana Kesultanan Ternate Istana Kesultanan Ternate terletak di dataran pantai di Kampung Soa-Sio, Kelurahan Letter C, Kodya Ternate, Provinsi Maluku Utara. Letak Istana Kesultanan Ternate tidak jauh dari pusat kota Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara sejak abad XIII hingga abad XVII.Di masa keemasannya, yakni pada abad XVI, kekuasaan kesultanan membentang mulai dari seluruh wilayah di Maluku, Sulawesi Utara, kepulauan-kepulauan di Filipina selatan, hingga kepulauan Marshall di pasifik. Pada tanggal 7 Desember 1976, Istana Kesultanan Ternate dimasukkan sebagai benda cagar budaya. Para ahli waris Kesultanan Ternate dipimpin oleh Sultan Muda Mudzafar Syah, menyerahkan istana kesultanan ini kepada Pemerintah Direktorat Jenderal Kebudayaan untuk dipugar, dipelihara dan dilestarikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Istana ini dipagari oleh dinding berketinggian lebih dari 3 meter, yang menyerupai benteng.Di lingkungan istana ini juga terdapat komplek pemukiman raja dan keluarganya, dan komplek makam para pendahulu kesultanan.Istana bergaya Eropa yang menghadap ke arah laut ini, berada dalam satu komplek dengan mesjid kesultanan yang didirikan oleh Sultan Hamzah, Sultan Ternate ke-9. Desain interior istana penuh dengan hiasan emas.Di ruang kamar bagian dalam terdapat peninggalan pakaian dari sulaman benang emas yang mewah, perhiasan-perhiasan dari emas dan kalung raksasa dari emas murni, mahkota, kelad bahu, kelad lengan, giwang, antinganting, cincin, dan gelang yang hampir kesemuanya terbuat dari emas.Hal ini merupakan indikator bahwa Kesultanan Ternate pernah mengalami masa kejayaan. Di samping itu, istana megah ini juga menyimpan, merawat dan memamerkan benda-benda pusaka milik kesultanan, seperti senjata (senapan, meriam kecil, peluru-peluru bulat, tombak, parang dan perisai), pakaian besi, pakaian kerajaan, topi-topi perang, alat-alat rumah tangga, dan naskah-naskah kuno (Al-Quran, maklumat, dan surat-surat perjanjian). Tidak jauh dari istana, terdapat warung-warung yang berjualan cinderamata dan makanan khas Maluku Utara seperti, papeda (sagu), ketam kenari, halua kenari, bagea, serta ikan hasil olahan, seperti ikan fufu ( ikan asap) dan gohu ikan Sumber :http://indotim.net/wisata-maluku/wisata-maluku-utara/istana-kesultanan-ternate/
c.
Museum Sonyire Mahkota Berambut Kesultanan Ternate disimpan di kamar Puji yang disakralkan oleh penghuni keraton.Tidak sembarang orang bisa masuk ke kamar tersebut. Bahkan, Sultan dan sang Permaisuri hanya sesekali salat di kamar tersebut. Biasanya, saat Sultan dan Permaisuri memiliki permohonan khusus baru bisa melaksanakan salat di kamar Puji. Dalam bangunan megah berwarna kuning ini tersimpan benda-benda bersejarah.Satu di antaranya adalah Mahkota Berambut Kesultanan Ternate.Dipercaya, rambut yang melekat pada bagian atas mahkota tumbuh setiap tahun.Berdasarkan kepercayaan adat Kesultanan Ternate, setiap malam Idul Adha dilakukan upacara potong rambut.Upacara adat dilaksanakan selama tujuh hari.
649 Kepariwisataan : Provinsi Maluku Utara
Selain bernilai sakral, Mahkota Berambut juga biasa digunakan untuk memilih calon Sultan Ternate.Berdasarkan cerita para tetua Ternate, setiap anak lelaki keturunan Sultan Ternate harus mencoba Mahkota Berambut.Mahkota tersebut bisa melekat pas di atas kepala calon Sultan Ternate. Tidak hanya Mahkota Berambut, di keraton juga tersimpan senjata, baju perang, dan simbolsimbol penjaga kesultanan. Pada kunjungan SP ke keraton, Permaisuri Nita menjelaskan, ada lima binatang penjaga kesultanan. Empat binatang tersebut yakni ular, naga, macan, lipan, dan burung. Satu dari lima binatang penjaga tersebut dipilih sebagai simbol kesultanan, yakni burung garuda. Lambang burung garuda berkepala dua berarti kerajaan Moloku Kie Raha terbentuk pada 1322. Sementara simbol burung hati terbalik mengandung makna, Sultan Ternate harus selalu mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadinya
d.
Masjid Sultan Ternate Berbeda dengan masjid pada umumnya, Masjid Sultan Ternate yang disebut juga Sigi Lamo terkenal unik karena memiliki aturan-aturan adat yang tegas, seperti larangan memakai sarung atau wajib mengenakan celana panjang bagi para jamaahnya, kewajiban memakai penutup kepala (kopiah), serta larangan bagi perempuan untuk beribadah di masjid ini. Berbagai aturan ini konon berasal dari petuah para leluhur (yang disebut Doro Bololo, Dalil Tifa, serta Dalil Moro) yang hingga kini masih ditaati oleh masyarakat Ternate, terutama di lingkungan kedaton. Menurut keterangan Imam Masjid Sultan Ternate yang bergelar Jou Kalem atau Kadhi (dalam news.okezone.com), larangan-larangan tersebut memiliki dasar aturan yang kuat.Sejak dahulu, masjid memang menjadi salah satu tempat yang dianggap suci dan harus dihormati oleh masyarakat Ternate.Larangan kaum hawa untuk beribadah di masjid ini didasarkan pada alasan untuk menjaga kesucian masjid, yaitu supaya tempat ibadah ini terhindar dari ketidaksengajaan perempuan yang tiba-tiba saja datang bulan (haid).Di samping itu, kehadiran perempuan ditengarai juga dapat memecah kekhusyukan dalam menjalankan ibadah di masjid ini. Sementara larangan bagi jamaah yang memakai sarung atau pakaian sejenisnya didasarkan pada alasan yang bersifat tasawuf.Menurut kepercayaan mereka, posisi kaki pria ketika sholat dengan mengenakan celana panjang menunjukkan huruf Lam Alif terbalik yang bermakna dua kalimat syahadat.Hal ini sebagai perlambang bahwa orang tersebut telah mengakui ke-Esa-an Allah dan Muhammad sebagai utusannya, sehingga jiwa dan raganya telah siap untuk melaksanakan ibadah shalat. Oleh sebab itu, setiap pria yang akan melaksanakan ibadah wajib mengenakan celana panjang. Untuk menertibkan aturan-aturan adat ini, setiap datang waktu shalat, Balakusu (penjaga masjid) akan mengawasi setiap orang yang hendak memasuki masjid. Jika ada jamaah yang memakai sarung, maka akan ditegur dan disuruh mengganti dengan celana panjang. Jika tidak, maka jamaah tersebut disarankan untuk shalat di tempat lain. Tak hanya wajib mengenakan celana, para jamaah juga diharuskan memakai penutup kepala atau kopiah.Hal ini agar para jamaah tidak terganggu oleh helai-helai rambut ketika sedang melakukan shalat.Berbagai macam aturan ini berlaku tidak pandang bulu, sehingga harus ditaati oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk sultan dan para kerabatnya. Di samping peraturan-peraturan unik tersebut, berbagai ritual keagamaan yang diselenggarakan oleh pihak kesultanan juga menambah daya tarik tersendiri bagi masjid
650 Kepariwisataan : Provinsi Maluku Utara
ini.Salah satu tradisi yang setiap tahun diadakan di Masjid Sultan Ternate adalah Malam Qunut yang jatuh setiap malam ke-16 bulan Ramadhan.Dalam tradisi ini, sultan dan para kerabatnya dibantu oleh Bobato Akhirat (dewan keagamaan kesultanan) mengadakan ritual khusus yaitu Kolano Uci Sabea, yang berarti turunnya sultan ke masjid untuk shalat dan berdoa.
Sultan menuruni tangga kedaton untuk menuju masjid Sumber Foto: molied.multiply.com Kolano Uci Sibea biasanya dimulai dari kedaton menuju masjid untuk melaksanakan shalat Tarawih. Sekitar pukul setengah delapan waktu setempat, sultan akan ditandu oleh pasukan kerajaan menuju masjid dan diiringi alunan alat musik Totobuang (semacan gamelan) yang ditabuh oleh sekitar dua belas anak kecil yang mengenakan pakaian adat lengkap di depan tandu sultan. Konon, alat musik ini merupakan pemberian Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) ketika salah seorang Sultan Ternate berguru kepadanya. Sebelum shalat Tarawih dilakukan, para muadzin yang terdiri dari empat orang, mengumandangkan adzan secara bersama-sama.Menurut sebagian orang, ini untuk mengingatkan masyarakat Ternate tentang empat Soa (kelurahan pertama) di daerah Ternate. Empat Soa ini yaitu Soa Heku (Kelurahan Dufa-dufa), Soa Cim (Kelurahan Makassar), Soa Langgar (Kelurahan Koloncucu), dan Soa Mesjid sultan sendiri. Namun, ada juga yang percaya bahwa pengumandangan adzan oleh empat muadzin tersebut melambangkan empat kerajaan terkuat yang masih saling bersaudara di kawasan Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo.Keempat kerajaan ini dalam kepercayaan masyarakat setempat biasa disebut Moloku Kie Raha (pemangku empat gunung atau kerajaan).
Suasana ibadah di dalam masjid Sumber Foto: molied.multiply.com Usai melaksanakan Tarawih, sultan akan pulang ke kedaton dengan ditandu kembali seperti ketika keberangkatannya ke masjid. Di kedaton sultan bersama permaisuri (Boki) akan memanjatkan doa di ruangan khusus, tepatnya di atas makam keramat leluhur. Usai berdoa, sultan dan permaisuri akan menerima rakyatnya untuk bertemu, bersalaman, bahkan menciumi kaki sultan dan permaisuri sebagai tanda kesetiaan. Tentu saja, pertemuan
651 Kepariwisataan : Provinsi Maluku Utara
langsung antara sultan dan rakyatnya ini menarik minat masyarakat di seluruh Ternate dan pulau-pulau di sekitarnya.
Sultan menerima penghormatan rakyatnya di Kedaton Sultan Ternate Sumber Foto: molied.multiply.com Dalam satu tahun, ritual Kolano Uci Sabea dilaksanakan empat kali, antara lain pada Malam Qunut, Malam Lailatul Qadar (keduanya pada bulan Ramadhan), serta pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.Pelaksanaan Kolano Uci Sabea dilakukan secara turun temurun oleh setiap Sultan Ternate hingga kini.Menurut kepercayaan, dalam kondisi apapun Kolano (Sultan) memang harus melakukan Sabea (salat) di Sigi Lamo (Mesjid Sultan). Selain mengunjungi masjid tua peninggalan Kesultanan Ternate ini, wisatawan juga dapat mengunjungi obyek wisata sejarah lainnya, seperti Kedaton Kesultanan Ternate, Benteng Orange, Benteng Kastela, Benteng Sentosa, serta benteng-benteng peninggalan kolonial lainnya. Masjid Sultan Ternate terletak di kawasan Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, Indonesia. Sumber :http://wisatamelayu.com/id/object/855/275/masjid-sultan-ternate/&nav=geo
3.
Wisata Budaya a.
Festival Legu Gam Festival Legu Gam dibuka dengan pawai dari kedaton menuju Lapangan Ngaro Lamo.Setelah sampai di lapangan tersebut, maka ditampilkanlah beberapa kesenian khas yang berasal dari beberapa kabupaten di Provinsi Maluku Utara untuk menghibur masyarakat banyak, seperti tari-tarian, peragaan pakaian tradisional, dan lain-lain.Untuk aneka tarian, pada acara pawai tersebut ditampilkan berbagai tarian dari empat daerah yang berada di bawah payung Moloku Kie Raha, yaitu persekutuan empat kerajaan (Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo). Pada tiga hari pertama festival, panitia mengadakan aneka perlombaan yang dilangsungkan di laut maupun di darat.Untuk perlombaan yang dilangsungkan di laut, ada beberapa kelompok lomba yang dipertandingkan, seperti dayung kora-kora dan lomba memancing yang dilakukan di Laut Sulamadha.Lomba ini terbuka untuk umum, sehingga seluruh masyarakat yang memiliki hobi olahraga perahu atau memancing tumpah ruah di sekitar arena lomba.Di samping lomba kora-kora dan memancing ikan, panitia juga mengadakan kegiatan lomba lari yang disebut juga dengan lomba lari 13 (tanggal ulang tahun sultan 13
652 Kepariwisataan : Provinsi Maluku Utara
April). Kegiatan lomba ini dilangsungkan di sekitar jalan raya yang berada di depan istana Kesultanan Ternate. Untuk mengisi kegiatan pada malam hari, maka diadakanlah kegiatan pasar malam yang diisi dengan aneka hiburan rakyat. Aneka hiburan yang ditampilkan pada kegiatan pasar malam tersebut banyak didomiasi oleh permainan anak-anak, seperti tontonan tong maut, komedi putar, dan aneka permainan lain. Di samping itu, panitia membuka beberapa stand produk pakaian dan jajanan bagi masyarakat untuk berbelanja pakaian dan kebutuhan rumah tangga dengan harga yang lebih murah. Kegiatan mulai terasa istimewa menjelang tiga malam terakhir atau tiga malam menjelang hari kelahiran Sultan Ternate.Pada saat tersebut, kegiatan dipusatkan di kedaton yang berlangsung dalam suasana yang sakral.Pihak Kedaton mengadakan kegiatan syukuran atas keselamatan sultan pada hari kelahirannya yang diawali dengan berdoa secara bersamasama dengan dipimpin pemuka agama kedaton.Doa yang dilantunkan sesekali diiringi alunan musik tifa yang ditabuh oleh beberapa orang. Prosesi doa merupakan penutup kegiatan yang dilangsungkan pada malam itu. Keesokan harinya adalah puncak acara, di mana para barru-barru atau prajurit kesultanan dan abdi dalem kedaton sudah bersiaga di setiap sudut untuk mengawal kegiatan ritual pencucian kaki untuk tamu sebagai simbol penyucian diri sebelum duduk di kursi yang telah disediakan panitia.Setelah prosesi pencucian kaki selesai maka para tamu dipersilahkan duduk di tempat yang telah disediakan.Selanjutnya arak-arakan sultan dan permaisuri keluar dari kedaton untuk memasuki Lapangan Ngaro Lamo (di tempat duduk yang telah disediakan) dengan dikawal prajurit kesultanan untuk beramah tamah dengan rakyatnya.
Prajurit Kesultanan Sumber Foto: madho_art
Pengawal sultan dan tamu kehormatan Sumber: TazaLicious Pada puncak acara ini biasanya disuguhkan beberapa tari-tarian sakral dari keempat kesultanan yang berada di kawasan ini, seperti Tari Marabose, Tari Barakati, Tari Legu Kadato, dan Tari Dadansa. Tari Marabose merupakan tarian sakral yang khusus dimainkan di lingkungan Istana Kesultanan Bacan sebagai hiburan bagi sultan di kala istirahat setelah selesai makan (balesa), bersantai, atau menjelang tidur.Sementara Tari Barakati yang berasal dari Kesultanan Tidore, dimainkan pada kegiatan tersebut untuk memohon berkah kepada Sang Kuasa bagi Kesultanan Ternate.Tari ini mencerminkan harmonisasi antara rakyat dan
653 Kepariwisataan : Provinsi Maluku Utara
pemimpinnya (sultan) yang lahir dari ajaran dan falsafah kuno pada masyarakat di bawah kepemimpinan Kesultanan Tidore.Untuk Tari Legit Kadato yang berasal dari kesultanan Ternate sendiri, merupakan tarian persembahan yang berisi syair-syair nasehat yang diperuntukkan kepada sultan.Sedangkan Tari Dadansa yang berasal dari Jailolo merupakan simbolisasi dari para prajurit kesultanan yang begitu gigih berjuang dalam menentang segala bentuk kolonialisme yang terjadi di daerah kekuasaan Kesultanan Ternate. Festival Legu Gam juga dijadikan sebagai ajang unjuk kebolehan para seniman yang berasal dari kabupaten dan kepulauan yang terdapat di Provinsi Maluku Utara.Pulau-pulau seperti Sula, Jailolo, Tidore, dan daerah lainnya biasanya mengutus orang terbaik dan para seniman mereka untuk menampilkan karya pada Festival Legu Gam. Aneka jenis kesenian hasil karya para seniman seperti lukisan, fotografi, hasil pahatan, dan ukiran patung yang berhubungan erat dengan Maluku Utara terutama Kesultanan Ternate biasanya dipamerkan di ruang pameran pada festival ini. Selama berlangsungnya Festival Legu Gam, para wisatawan dapat menyaksikan beberapa obyek wisata sejarah peninggalan Kesultanan Ternate, seperti, Kedaton Kesultanan Ternate, Masjid Sultan Ternate, dan benteng-benteng peninggalan masa kolonial. Festival Legu Gam diselenggarakan di Lapangan Ngaro Lamo, Kelurahan Letter C, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, Indonesia. Untuk menuju lokasi tempat diadakannya Festival Legu Gam, perjalanan dapat dimulai dari Bandar Udara Sultan Babullah lalu dilanjutkan ke Lapangan Ngaro Lamo dengan menggunakan angkutan umum (angkutan perkotaan), taksi, atau mobil sewaan. Jika menggunakan angkutan umum perjalanan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit dengan biaya sekitar Rp 3.000 (Februari 2009).Para wisatawan juga dapat memanfaatkan jasa taksi yang mudah ditemukan di sekitar Bandar Udara Sultan Babullah.
b.
Upacara Adat Kololi Kie Upacara Adat Kololi Kie dimulai dari jembatan kesultanan (semacam pelabuhan) yang dikenal dengan nama Jembatan Dodoku Ali. Sebelum rombongan sultan dan para pembesar kerajaan menaiki perahu masing-masing, Imam Masjid Sultan Ternate yang bergelar Jou Kalem akan membacakan doa keselamatan di jembatan ini. Usai berdoa, sultan diikuti para pembesar kerajaan serta para pemimpin soa (kampung) menaiki perahu masing-masing.Perahu sultan dan para pembesar kerajaan memiliki ukuran yang lebih besar dengan bentuk menyerupai naga dan dihiasi kertas serta bendera kebesaraan kesultanan.Sementara perahu-perahu yang lebih kecil (kora-kora) dinaiki oleh para kepala soa dan masyarakat umum. Pelayaran perahu dimulai dengan mengelililingi perahu sultan sebanyak tiga kali.Setelah itu, dipimpin oleh perahu naga yang ditumpangi sultan, iring-iringan tersebut mulai mengelilingi Pulau Ternate melalui arah utara.Untuk meramaikan suasana, tiap perahu dilengkapi dengan berbagai alat musik, seperti tifa, gong, dan fiol (alat musik gesek). Dalam perjalanan mengililingi Gunung Gamalama, rombongan perahu akan berhenti di tiga tempat untuk melakukan tabur bunga dan memanjatkan doa. Ritual ini merupakan bentuk penghormatan terhadap para leluhur kesultanan. Selain berhenti di tiga tempat, sultan juga akan dijamu dalam upacara Joko Kaha, yaitu upacara penyambutan yang dilakukan oleh masyarakat adat di tepi Pantai Ake Rica. Setelah perahu-perahu merapat di tepi pantai, sultan dan permaisuri akan turun untuk mencuci kaki, lalu disambut secara adat oleh para tetua desa dan disuguhi berbagai hidangan lezat, seperti nasi kuning, ayam bakar, serta ikan bakar. Upacara penyambutan rombongan ini diiringi oleh
654 Kepariwisataan : Provinsi Maluku Utara
alunan berbagai alat musik pukul dan gesek tradisional.Suguhan ini menggambarkan pengakuan masyarakat Ternate terhadap kebesaran sultan dan kerajaannya. Setelah menikmati hidangan yang ada, sultan dan permaisuri beserta rombongan lainnya melanjutkan pelayaran mengelilingi Gunung Gamalama. Selama perjalanan, peserta Kololi Kie akan memperoleh sambutan meriah dari masyarakat yang menyaksikan iring-ringan perahu dari tepi pantai. Tak hanya itu, pemandangan indah laut Ternate yang tenang, pulaupulau kecil di sekitar Ternate, serta keanggunan Gunung Gamalama tak akan mudah dilupakan oleh mereka yang mengikuti pelayaran sakral ini. Perjalanan selama kurang lebih empat jam ini kemudian berakhir dan kembali ke Jembatan Dodoku Ali. Kololi Kie dilaksanakan dalam rangkaian acara Festival Legu Gam Moloku Kie Raha, yaitu pada bulan April menjelang ulang tahun Sultan Ternate (Sultan Mudaffar Sjah).Dalam festival ini, selain dapat mengikuti pelayaran Kololi Kie, wisatawan juga dapat menyaksikan berbagai pertunjukan kesenian, karnaval budaya, pameran kerajinan, serta berbagai perlombaan tradisional khas Maluku Utara. Pelaksanaan Upacara Kololi Kie dimulai dari Jembatan Dodoku Ali, di depan Kedaton Sultan Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara, Indonesia. Dari jembatan tersebut, upacara mengililingi Gunung Gamalama dimulai hingga kembali lagi ke tempat semula.
4.
Wisata Kuliner a.
Papeda Pohon sagu (metroxhylon rumpii) merupakan tanaman yang sangat penting bagi masyarakat Maluku Utara. Ketika pohon ini telah berusia sepuluh tahun, bagian dalamnya mampu menghasilkan serat berupa tepung seberat 80-100 kilogram. Serat tepung inilah yang kemudian menjadi bahan utama pembuatan papeda, atau yang biasa disebut bubur sagu. Bagi masyarakat Ternate, papeda merupakan makanan pokok layaknya nasi ataupun jagung. Papeda dimakan bersama kuah kuning yang terbuat dari kunyit dan dicampur dengan ikan tongkol. Makanan ini juga disajikan bersama dengan jeruk nipis, beberapa potong kelapa, dan sagu sebagai lauknya. Proses pembuatan papeda diawali dengan memotong bagian pangkal pohon sagu. Kemudian, bonggolnya diperas hingga sari patinya keluar. Dari sari pati ini diperoleh tepung sagu murni yang siap diolah. Sistem memasak papeda adalah dengan merebus tepung sagu tersebut hingga mengental dan matang menjadi papeda. Dalam keadaan panas, papeda dituangkan ke piring yang sebelumnya telah dibasahi dengan kuah ikan. Tujuannya agar papeda tersebut tidak melekat di piring, yang digunakan sehingga tidak sulit untuk mencucinya.
Papeda ialah makanan yang dihidangkan hanya saat panas saja karena ketika dingin makanan ini akan menjadi lengket ke piring. Selain itu, ketika dingin makanan ini dianggap telah basi dan tidak layak dimakan, sehingga fungsinya terkadang dialihkan sebagai alat perekat kertas. Karena berbentuk bubur sagu yang kental, cara memakan papeda tidak menggunakan sendok ataupun tangan, melainkan langsung diseruput dari piring.
655 Kepariwisataan : Provinsi Maluku Utara